Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Ary Adolf Mananue (102011065), Anisa Aulia Reffida (102013553), Andres Vidianto
Salim (102014048), Irena (102014054), Ria Novelina (102014150), Vania Christy
(102014201), Muhammad Imran Amin Bin Md Jelani(102014233)
Kelompok E7
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Pendahuluan
Anamnesis
Anamnesis adalah pengambilan data yang dilakukan oleh seorang dokter dengan
cara melakukan serangkaian wawancara anamnesis dapat langsung dilakukan terhadap
pasien (auto-anamanesis) atau terhadap keluarganya atau pengantarnya (alo-anamnesis).
Anamnesis juga dapat membantu penenggakan diagnosis hingga 80%.1
1
a. Menanyakan nama, tempat/tanggal lahir, jenis kelamin, umur, suku bangsa,
alamat, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan.
Menanyakan keluhan utama dan lamanya
Letak (dimana, lokalisata/generalisata), sejak kapan.
Menanyakan Riwayat Penyakit Sekarang (RPS)
a. Menanyakan karakter keluhan utama
Meliputi kualitas pikun, seperti apa dan separah apa pikunnya
b. Perkembangan/perburukan keluhan utama
Meliputi obat-obatan yang telah diminum dan hasilnya.
c. Menanyakan keluhan penyerta
Menanyakan Riwayat Penyakit Dahulu (RPD)
a. Menanyakan apakah pasien sudah pernah mengalami gejala seperti yang pasien
keluhkan.
Menanyakan Riwayat Pribadi
a. Menanyakan akitivitas sehari-hari, kebiasaan makan, kebiasaan minum obat.
Menanyakan Riwayat Sosial
Meliputi hubungan dengan keluarga dan lingkungan sekitar.
Menanyakan lingkungan tempat tinggal, hygiene, sosial ekonomi, orang yang
mengurus.
Menanyakan riwayat kesehatan keluarga dan riwayat penyakit menahun keluarga.
Penulisan hasil serta diagnosa.1
Pada kasus, hasil anamnesis yang didapat yaitu pasien selalu salah dalam melakukan
pembayaran, tidak tahu alamat, nama hari dan nama cucunya. Pasien suka berdiam diri,
tidak makan jika tidak disediakan. Pasien juga memiliki hipertensi sejak usia 50 tahun dan
dirawat oleh anaknya karena istrinya sudah meninggal dua tahun yang lalu.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada kasus ini adalah pemeriksaan Tanda-tanda
Vital (TTV) yang meliputi pemeriksaan tekanan darah, kecepatan pernapasan, kecepatan
nadi, dan suhu tubuh; serta tingkat kesadarannya.
2
Tekanan Darah: 160/100 mmHg
Respiratory Rate (RR): 18
Heart Rate: 78x
Suhu tubuh: 360 C
Dengan tinggi badan 169 cm dan berat badan 50 kg serta kesadarannya
kompos mentis.
Diferential Diagnosis
1. Mild Cognitive Impairment (MCI)
Sering lupa. Misalnya penderita lupa akan acara/kegiatan penting yang akan
dilakukannya, penderita mulai lupa jalan yang sering dilalui di lingkungannya,
lupa nomor telepon keluarganya.
Sering menanyakan pertanyaan yang sama, menceritakan hal yang sama, dan
memberikan informasi yang sama berulang-ulang
Tidak mampu melakukan suatu pekerjaan dengan banyak petunjuk
Kurang fokus dalam pembicaraan
3
Selain itu, penderita dapat juga akan mengalami depresi, cemas, dan apatis.
2. Alzheimer
Penyakit Alzheimer bermula paling banyak dengan gangguan bertahap pada
memori episodik, namun lama-kelamaan menyebabkan penurunan kognisi secara
umum, pada awalnya hanya memori-memori baru yang tidak dapat diingat
sedangkan memori masa kecil masih baik. Lama-kelamaan tidak ada memori sama
sekali yang dapat diingat.5 Pemahaman bisa tetap normal pada tahap awalnya dan
sering dijumpai adanya depresi. Kemudian gangguan ingatan yang lebih jelas
disertai dengan gangguan kemampuan motorik, sering kali disertai dengan gambaran
ekstrapiramidalis. Gangguan pola tidur, hilangnya control sfingter dan perubahan
kepribadian turut menyebabkan disintegrasi sosial progresif.6
MRI volumetri menunjukkan adanya atrofi spesifik pada lobus temporal,
walaupun pada awal penyakit dapat memberi hasil normal. Dari penyakit kasus-
kasus Alzheimer, 5% merupakan familial dan biasanya memiliki onset lebih cepat.
Mutasi ditemukan pada gen protein pre-senilin 1 dan 2 dan pada gen prekursor
amyloid (APP). Polimorfisme apolipoprotein E tertentu, terutama 4,merupakan
predisposisi penyakit Alzheimer. Secara patologis, terdapat kehilangan neuro korteks,
termasuk kehilangan neuron kolinergis, yang menjadi dasar penggunaan inhibitor
antikolinesterase sebagai terapi yang memiliki efek menguntungkan kecil tapi jelas.
Penyakit berkembang tanpa henti, menyebabkan kematian akibat pneumonia atau
perilaku tidak wajar setelah 8-10 tahun. Kunci penatalaksanaannya adalah merawat
penderita sesuai dengan gejalanya dan memberikan dukungan serta istirahat yang
baik pada perawatnya.5
4
Working Diagnosis
Hipertensi
Hipertensi adalah suatu gangguan pada sistem peredaran darah, yang cukup banyak
mengganggu kesehatan masyarakat. Pada umumnya, terjadi pada manusia yang sudah
berusia setengah baya (atau lebih dari 40 tahun). Namun, banyak orang yang tidak
menyadari bahwa dirinya menderita hipertensi. Hal itu disebabkan gejalanya tidak nyata dan
pada stadium awal belum menimbulkan gangguan yang serius pada kesehatannya.
Meskipun belum diketahui penyebab hipertensi, data penelitian telah menemukan factor-
faktor yang dapat menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor-faktor itu adalah:7
1. Faktor keturunan
Dari data statistik, terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih
besar menderita hipertensi jika orang tua nya merupakan penderita hipertensi.
2. Ciri perseorangan
Umur, jenis kelamin dan ras juga mempengaruhi timbulnya hipertensi. Umur
yang bertambah akan menyebabkan terjadinya kenaikan tekanan darah. Tekanan
darah pria umumnya lebih tinggi dibandingkan wanita. Juga, statistik di Amerika
menunjukkan prevalensi hipertensi pada orang kulit hitam hamper dua kali lipat
lebih banyak dibandingkan orang kulit putih.
3. Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah
konsumsi garam yang tinggi, kegemukan atau makan berlebihan, stres atau pengaruh
lain.7
Klasifikasi tekanan darah menurut JNC 7 untuk pasien dewasa (umur 18 tahun)
berdasarkan rata- rata pengukuran dua tekanan darah atau lebih kunjungan klinis. Klasifikasi
tekanan darah menurut JNC 7 adalah sebagai berikut.8
Tekanan Darah Tekanan Darah
Klasifikasi
Sistolik Diastolik
Normal <120 <80
Prehipertensi 120-139 80-89
Hipertensi stage I 140-159 90-99
Hipertansi stage II 160 100
5
Demensia
Demensia secara harafiah berarti de (kehilangan) dan mensia (jiwa).7 Menurut WHO
(Organisasi Kesehatan Dunia) dan Asosiasi Psikogeriatrik Amerika, demensia adalah
kehilangan kemampuan intelektual, termasuk daya ingat, yang cukup parah, sehingga
mengganggu fungsi sosial dan pekerjaan. Kehilangan kemampuan ini harus dari berbagai
aspek, antar lain ingatan, pendapat, berpikir abstrak, yang diakibatkan adanya gangguan
otak.8 Secara struktural, semakin sedikit hubungan antarsel yang dibuat oleh otak (sebagai
akibat dari berkurangnya fungsi dan pengayaan otak), dan potensi ingatan tidak didukung
pelatihan, pemakaian serta gizi juga akan mengalami penurunan.11
Etiologi
6
11. Penyakit whipple berhubungan dengan gangguan fungsi kognitif, dan dapat
membaik dengan terapi antibiotik.
Manifestasi Klinis
Pada stadium awal, terjadi perubahan samar-samar dalam kepribadian, keterampilan
sosial terganggu, berkurangnya minat dan ambisi, afek yang labil dan dangkal, agitasi,
sejumlah keluhan somatik, gejala psikiatrik yang samar, dan perununan bertahap
kemampuan intelektual dan ketajaman pikiran. Ini sering merupakan tanda pertama
dalam ruang lingkup pekerjaan yang menuntut kinerja tinggi. Pada awalnya, pasien dapat
mengenali penurunan kemampuannya tetapi kemudian menyangkalnya tegas-tegas.
Demensia dini sering mencetuskan suatu depresi.12
Pada stadium lanjut, sebagian gambaran yang muncul adalah sebagai berikut:12
Penurunan memori (daya ingat): biasanya yang menurun adalah daya ingat
segera dan daya ingat peristiwa jangka pendek (recent memory) tapi lama-
kelamaan, remote memory juga menurun,
Perubahan mood dan kepribadian: seringkali diwarnai oleh kepribadian
sebelumnya. Mula-mula depresi, ansietas, dan atau iritabilitas, kemudian
menarik diri dan apatis.
Penurunan daya orientasi: terutama orientasi waktu (nama hari, tanggal,
bulan, tahun, musim) dan juga orientasi tempat dan jika berat, juga orientasi
orang.
Gangguan fungsi intelektual: pasien menjadi kurang tajam dibanding
biasanya.
Gangguan daya nilai: tidak mengantisipasi akibat dari perbuatannya,
bertindak secara impulsif.
Gejala psikotik: halusinasi (biasanya sederhana), ilusi, delusi, preokupasi
yang tidak tergoyahkan, ide-ide mirip waham (delusi).
Gangguan bahasa: seringkali samar dan tidak begitu persis.
Jenis-jenis Demensia
Ada banyak jenis demensia. Beberapa yang dapat diobati, seperti demensia terkait
dengan kekurangan vitamin B12 atau yang dihasilkan dari interaksi obat yang merugikan;
jenis lainnya tidak dapat diobati dan disertai dengan degenerasi progresif otak, seperti
7
penyakit Alzheimer, demensia vaskular dan demensia frontotemporal. Sementara penyakit
Alzheimer disebabkan oleh plak senilis dan degenerasi neurofibrilar di korteks, yang
mengakibatkan kerusakan kognitif global dengan masalah memori di latar depan dalam
tahap awal penyakit ini, sedangkan pada demensia vaskular, korteks serta bagian subkortikal
dari otak yang terluka oleh beberapa stroke kecil, sering tercermin dalam gejala neurologis
fokal selain penurunan kognitif yang progresif. Demensia frontotemporal disebabkan oleh
degenerasi dari bagian frontal dan temporal korteks dan, tidak seperti dua tipe lain dari
demensia, ditandai terutama oleh perubahan perilaku. Penyakit Alzheimer adalah penyebab
paling umum dari demensia.13
1. Tipe Alzheimer
Pada orang yang terkena Alzheimer, otak yang terdiri dari 14 miliar sel saraf atau
neuron diserang dengan dua cara yang berbeda yaitu dari dalam dan dari luar neuron. Otak
penderita Alzheimer, jaringan sarafnya menyusut. Plak timbul di sekitar sel-sel saraf. Pada
tahap awal, protein berubah menjadi potongan toxic amyloid yang umumnya hancur dan
dibuang. Kekebalan tubuh bereaksi terhadap plak sehingga terjadi peradangan.11
2. Demensia Vaskular
Yang membedakan dari demensia Alzheimer adalah riwayat onset yang cepat dan
deteriorasinya yang bertahap seperti anak tangga pada pasien berusia 50-60 tahun dan ada
gangguan neurologik fokal. Penyebab demensia ini adalah episode trombo-embolik multiple
(sejumlah infark serebri patologik kecil) pada pasien dengan penyakit aterosklerotik
pembuluh darah besar atau katup jantung. Biasanya ada hipertensi. Fenomena pseudobulbar
sering dijumpai seperti labilitas emosi, disartria, disfagia. Pengendalian tekanan darah dapat
membantu memperlambat progresivitas penyakit.11 Cara berjalan dengan langkah kecil
merupakan tanda khasnya.5
8
dimana terjadi neuropati yang khas. FTD yang lain merupakan hasil mutasi pada protein
yang berhubungan mikrotubulus.5
Penatalaksanaan12
1. Terapi suportif
Berikan perawatan fisik yang baik, misalnya nutrisi yang bagus, kacamata,
alat bantu dengar, dan lain-lain.
Pertahankan pasien berada di lingkungan yang sudah dikenalnya
Pertahankan keterlibatan pasien, melalui kontak personal, orientasi yang
sering, aktivitas harian dibuat tersruktur dan terencana.
Bantulah untuk mempertahankan rasa percaya diri pasien. Perlakukan
mereka seperti orang dewasa. Bersikaplah menerima dan menghargai
pasien.
Hindari kegelapan dan lingkungan yang terisolasi, juga hindari stimulasi
yang berlebihan.
2. Terapi simtomatik
Ansietas akut, kegelisahan, agresi, agitasi: haloperidol 0,5 mgper 3 kali
sehari (atau kurang); risperidon 1 mg per oral satu kali sehari. Hentikan
setelah 4-6 minggu.
Ansietas nonpsikotik, agitasi: diazepam 2 mg per oral dua kali sehari;
venlafaxin XR. Hentikan setelah 4-6 minggu.
Agitasi kronis: SSRI (missal fluoksetin 10-20 mg/ hari), buspiron (15 mg
dua kali sehari); juga pertimbangkan -bloker dosis rendah.
Depresi: pertimbangkan SSRI dan anti depresan baru lainnya dahulu,
dengan trisklik mulai perlahan-lahan dan tingkatkan sampai ada efek,
missal desipramin 75-150 mg per oral sehari.
Imsonia: hanya untuk penggunaan jangka pendek, misal temazepam 15 mg
per oral sebelum tidur.
9
Kesimpulan
Pada kasus laki-laki 65 tahun dibawa berobat karena pikun yang makin parah sejak 6 bulan
yang lalu disebabkan karena atrofi otak dan plak sehingga menyebabkan penurunan kognitif
yang disebut demensia.
10
Daftar Pustaka
1. Swartz MH. Buku ajar diagnostik fisik. Jakarta: EGC; 2006. h.466-8.
3. Petersen RC. 2011. Mild iognitive impairment. New England Journal Medicine, 364,
2227-2234. Diunduh dari www.laureateinstitute.org. tanggal 10 Januari 2016.
4. Anderson HS, etc. 2010. Mild cognitive impairment. Diunduh dari www.medscape.com,
10 Januari 2016.
5. Davey P. At a glance medicine. Jakarta: Erlangga; 2006. h. 356-7.
10. Santoso H, Ismail A. Memahami krisis lanjut usia. Jakarta: BPK Gunung Mulia; 2009. h.
50-5.
11. Ide P. Gaya hidup penghambat alzheimer. Jakarta: Elex Media Computindo; 2008. h.
14-8.
12. Tomb DA. Buku saku psikiatri. Jakarta: EGC; 2007. h. 73-83.
13. Droes RM, Roest HG, Mierlo L, Meiland FJM. Memory problems in dementia:
adaptation and coping strategies and psychosocial treatments. Edisi November 2011.
Diunduh dari www.medscape.org, 10 Januari 2016.
11