Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Fridolyn.2014fk063@civitas.ukrida.ac.id
Abstract
Food intake is important in generating the energy used to run the activities of life. In the
body, the food will be processed through a cemical process, called metabolism. Metabolism
includes synthesis (anabolism) and breakdown (catabolism) of complex organic molecules.
Metabolism process is very important to know whether the levels of the food we eat has been
appropriate for the body or not. If there is someone who is overweight, it means there is excess
substances in the body, such as carbohydrates and fats. Obesuty may also occur due to interference
with the endocrine organs that produce hormones.
Keywords: metabolism, carbohydrate, fat, hormone
Abstrak
Pemasukan makanan penting dalam menghasilkan energi yang digunakan untuk menjalankan
aktivitas kehidupan. Nilai energi makanan yang masuk harus setara dengan energi total tubuh yang
diperlukan agar berat badan konstan. Keseimbangan energi dan berat badan dipelihara dengan
mengontrol pemasukan makanan. Berat badan berlebih dapat timbul ketika kalori yang dikonsumsi
lebih banyak daripada yang dibakar. Kelebihan energi tersebut akan disimpan sebagai trigliserida
di jaringan lemak. Kegemukan atau berat badan berlebih didefinisikan sebagai kandungan lemak
yang berlebihan di simpanan jaringan adiposa (karena kelebihan karbohidrat atau juga lemak).
Metabolisme Energi
Metabolisme adalah seluruh reaksi kimia yang terjadi dalam jaringan tubuh. Terdiri dari
dua bagian, yaitu anabolisme (pembentukan) dan katabolisme (pemecahan). Metabolisme sendiri
terbagi menjadi dua jenis, yaitu metabolisme materi dan metabolisme energi. Metabolisme energi
terdiri dari perubahan kimia, lemak, karbohidrat, dan protein yang dipecah dan dioksidasi menjadi
energi atau disintesis menjadi komponen ATP (adenosin triphospate).1
Dalam kondisi normal (tidak kelaparan), karbohidrat akan diubah menjadi bentuk yang
lebih sederhana (monosakarida) hingga akhirnya akan diserap di dalam jejunum dan ileum dalam
bentuk glukosa.2 Glukosa nantinya akan diubah menjadi energi melalui proses glikolisis Embden
Meterhof (EM) dilanjutkan dengan proses oksidasi piruvat menjadi asetil koA, dan terkahir akan
melalui Sikulus Asam Sitrat (SAS). Selain diubah menjadi energi, glukosa juga sebagian akan
disimpan dalam bentuk glikogen melalui proses yang dikenal sebagai proses glikogenesis.
Untuk protein nantinya akan dipecah untuk membentuk asam amino oleh enzim-enzim
yang berada dalam traktus gastointestin. Asam-asam amino ini akan memperbaruhi simpanan
protein dalam hati serta otot dan menggantikan protein yang diurakan pada saat sebelum makan.
Asam-asam amino berlebih dan tidak digunakan untuk sintesis protein akan diubah oleh hati
menjadi aseti-KoA atau piruvat yang kemudian akan memasuki siklus asam sitrat membentuk
energi.2
Lemak dalam makanan terdiri atas trigliserida dan kolesterol akan dicerna oleh enzim
lipase. Trigliserida rantai karbon sedang akan diserap langsung ke dalam aliran darah sementara
terigliserida dengan rantai karbon yang panjang diserap ke dalam aliran limfe setelah diemulsi oleh
getah empedu menjadi bentuk misel yang larut air dan dicernakan oleh enzim lipase. Misel akan
membentuk trigliserida kembali dan diangkut sebagai kilomikron lewat cairan limfe dan aliran
darah ke dalam hati. Di dalam hati, kilomikron akan diubah menjadi kolesterol dan trigliserida
yang selanjutnya akan disimpan di dalam jaringan adiposa.2
Saat berpuasa panjang (1-3 hari bahkan lebih) seseorang akan kelaparan. Pada saat seperti
inilah, tubuh kekurangan asupan glukosa sehingga melalui proses metabolisme energi, tubuh akan
berusaha untuk bisa menghasilkan cukup glukosa bagi jaringan (terutama bagi otak). Upaya
pemenuhan glukosa tersebut dapat dilakukan dengan cara mengubah simpanan glikogen dalam
tubuh menjadi glukosa dan menguraikan protein menjadi asam-asam amino yang nantinya akan
diubah menjadi glukosa lewat proses yang dikenal sebagai glukoneogenesis.
Selain glikogen dan protein yang diubah menjadi glukosa, melalui proses lipolisis, lemak
yang disimpan dalam jaringan adiposa akan diuraikan menjadi gliserol dan asam-asam lemak.
Gliserol dan laktat yang merupakan hasil metabolisme glukosa dalam keadaan anaerob dapat
diubah oleh hati menjadi glukosa. Sementara itu, asam-asam lemak yang tidak bisa diubah menjadi
glukosa akan ditukar dengan asam-asam amino dari otot. Otot dapat menggunakan asam lemak
sebagai sumber energi dengan menghasilkan limbah metabolik yang berupa keton bodies. Asam-
asam amino yang didapat dari pertukaran di otot nantinya akan diubah menjadi glukosa lewat
glukoneogenesis dalam hati.
Dengan cara menggunakan glikogen, protein, serta lemak untuk membentuk glukosa
kembali, otak serta jaringan-jaringan tubuh dapat hidup dan bekerja sesuai dengan fungsi masing-
masing. Apabila puasa bekepanjangan sehingga mengakibatkan kelaparan yang teramat-sangat,
secara berangsur-angsur otak akan mengubah metabolisme energinya dari pemakaian glukosa
menjadi pemakaian keton bodies sebagai sumber energi kedua. Tujuannya untuk mempertahankan
protein tubuh agar fungsi organ-organ penting dapat terpelihara. Seluruh proses adaptasi baik bagi
puasa singkat maupun puasa lama, dikoordinasikan oleh hipotalamus dan diatur oleh kelenjar
adrenal, tiroid dan pankreas.2 Secara sederhana segala bentuk proses metabolisme energi saat
kelaparan dapat dilihat pada gambar 1. Proses dinyatakan dalam garis putus-putus. Berdasarkan
uraian-uraian diatas, kita akan membahas dua jenis metabolisme yaitu glikogenolisis dan
glukoneogenesis.
1. Glikogenolisis
Glikogenolisis adalah sintesis glikogen menjadi glukosa (pada hati) dan menjadi asam
piruvat serta laktat (pada otot). Mengapa hanya dapat menjadi glukosa bila proses terjadi di hati,
karena di dalam hati terdapat enzim glukosa 6-fosfatase. Meskipun demikian, nantinya asam
piruvat maupun laktat dapat dijadikan glukosa dengan cara memasuki siklus cori. Glikogen sendiri
adalah sumber bahan bakar darurat yang mengasilkan glukosa untuk membentuk ATP dalam
keadaan tidak ada oksigen atau apabila terjadi kekurangan glukosa.3 Enzim yang berperan dalam
proses ini antara lain adalah enzim fosforilase, transferase, dan debranching enzim.
Proses glikogenolisis sendiri melalui beberapa tahap-tahap berikut ini. Glikogen yang terdiri dari
unit glukosil 1,4 dan 1,6 akan mengalami pemecahan dengan bantuan fosfat oleh enzim fosforilase,
lalu dilanjutkan oleh enzim glukan transferase dan terakhir oleh debranching enzyme (hal ini telah
dijelaskan sebelumnya). Glukosa dari pemcahan oleh debranching enzyme sudah merupakan
glukosa bebas, sementara glukosa dari pemecahan dengan fosforilase masih dalam bentuk glukosa
terikat fosfat (glukosa 1-p).
Glukosa 1-p tersebut kemudian dengan bantuan enzim fosfoglukomutase menjadi glukosa
6-p. Di hati, glukosa 6-p dapat diubah menjadi glukosa oleh enzim glukosa 6-fosfatase. Glukosa
6-p yang berada di otot, harus melalui jalur pembentukan laktat maupun asam piruvat, untuk bisa
kembali menjadi glukosa. Proses tersebut akan dibahas pada pembahasan berikutnya. Untuk lebih
jelasnya, simak bagan yang berada di bawah ini.
Proses glikogenolisis tidak terlepas dari peranan hormon epinefrin dan glukagon dalam
darah (hormon ini akan dibahas lebih lengkap pada pembahasan di subbab berikutnya). Kadar gula
darah yang menurun, merangkasang peningkatan glukagon ataupun peningkatan epinefrin ke
resptor di hati yang kemudian mengaktifkan adenilat siklase, yang mensintesis cAMP dari ATP.
cAMP kemudian berikatan dengan protein kinase A (protein kinase dependen-cAMP) sehingga
terjadi pengaktifan subunit katalitik.3
2. Glukoneogenesis
Gambar 2. Glukoneogenesis.
Metabolisme Lemak
2. Lipogenesis
Asam lemak disintesis oleh sistem ekstramitokondria yang bertanggung jawab untuk
menyintesis palmitat dari asetil-KoA di sitosol. Pada sebagian besar mamalia, glukosa
adalah substrat utama untuk lipogenesis, tetapi pada hewan pemamah biak substrat tersebut
adalah asetat, yaitu molekul bahan bakar terpenting yang dihasilkan dari makanan.1
Jalur utama sintesis de novo asam lemak berlangsung di sitosol. Sistem ini terdapaat
di banyak jaringan, meliputi hati, ginjal, otak, paru, kelenjar mamaria, dan jaringan adiposa.
Kebutuhan kofaktornya mencakup NADPH, ATP, Mn2+, biotin, dan HCO3-. Asetil-KoA
adalah substrat langsungnya, dan palmitat bebas adalah produk akhirnya.1
Pembentukan malonil-KoA adalah tahap awal dan pengendali dalam sistem asam
lemak. Bikarbonat sebagai sumber CO2 diperlukan dalam reaksi awal untuk karboksilasi
asetil-KoA menjadi malonil-KoA dengan keberadaan ATP dan asetil-KoA karboksilase.
Asetil-KoA karboksilase memerlukan vitamin biotin. Enzim ini adalah suatu protein
multienzim yang mengandung subunit-subunit identik dengan jumlah bervariasi, masing-
masing mengandung biotin, biotin karboksilase, protein pembawa biotin karboksil, dan
transkarboksilase, serta tempat alosterik regulatorik. Reaksi ini berlangsung dalam dua
tahap: karboksilasi biotin yang melibatkan ATP dan pemindahan karboksil ke asetil-KoA
untuk membentuk malonil-KoA.1
Kompleks asam lemak sintase adalah suatu polipeptida yang mengandung tujuh
aktivitas enzim. Pada bakteri dan tumbuhan, masing-masing enzim pada sistem asam lemak
sintase terpisah, dan ditemukan radikal asil dalam betuk kombinasi dengan suatu protein
yang disebut protein pengangkut asil (ACP). Namun pada ragi, mamalia, dan unggas, sistem
sintase adalah suatu kompleks polipeptida multienzim yang memasukkan ACP dan
mengambil alih peran KoA. Kompleks ini mengandung vitamin asam pantotenat dalam
bentuk 4-fosfopantetein. Pemakaian satu unit fungsional multienzim memiliki keunggulan
berupa tercapainya efek kompartementalisasi proses di dalam sel tanpa perlu membentuk
sawar permeabilitas, dan sintesis semua enzim di kompleks tersebut terkoordinasi karena
dikode oleh satu gen.1
Pada mamalia, kompleks asam lemak sintase adalah suatu dimer yang terdiri dari dia
monomer identik, masing-masing menganding ketujuh aktivitas enzim lemak sintase pada
sati rantai polipeptida. Pada awalnya, suatu molekul priming asetil-KoA berikatan dengan
gugus SH sistein yang dikatalisis oleh asetil transasilase. Malonil-KoA berikatan dengan
SH di dekatnya pada 4-fosfopantetein ACP di monomer yang lain yang dikatalisis oleh
malonil transasilase, untuk membentuk asetil-malonil enzim. Gugus asetil menyerang gugus
metilen di residu malonil yang dikatalisis oleh 3-ketoasil sintase dan membebaskan CO2,
membentuk 3-ketoasil enzimm membebaskan gugus SH sistein. Dekarboksilasi
memungkinkan reaksi tersebut berlangsung tuntas, dan menarik sekuens reaksi keseluruhan
ke arah selanjutnya. Gugus 3-ketoasil akan tereduksi, terdehidrasi, dan kembali tereduksi
untuk membentuk enzim asil-S jenuh. Molekul malonil-KoA baru berikatan dengan SH
pada 4fosfopantetein, menggeser residu asil jenuh ke gugus SH sistein bebas. Rangkaian
reaksi diulang enam kalo lagi sampai terbentuk radikal asil 16-karbon (palmitil) yang jenuh.1
Senyawa ini dibebaskan dari kompleks enzim oleh aktivitas enzim ketujuh di
kompleks, yaitu tioesterase. Palmitat bebas harus diaktifkan menjadi asil-KoA sebelum
dapat diproses lebih lanjut melalui jalur metabolik lain. Biasanya palmitat ini mengalami
estrifikasi menjadi asilgliserol, pemanjangan rantai atau desaturasi, atau esterifikasi menjadi
ester kolesteril.1
Asetil-KoA yang digunakan sebagai primer membentuk atom karbon 15 dan 16 pada palmitat.
Penambahan seluruh unit C2 selanjutnya adalah melalui malonil-KoA.
3. Ketogenesis
Proses ketogenesis terjadi di mitokondria dan hati. Proses ini memakai asetil-KoA sebagai
bahan baku. Pada proses ini dibutuhkan enzim tiolase, HMG-koA sintase, HMG-koA liase dan
beta 3-OH butirat . Jenis bedan keton yang dihasilkan ialah aseton, asam asetoasetat dan asam beta
3-OH butirat. Kedua asam ini bisa saling interkonversi.5
Benda keton yang terbentuk bisa dibawa darah ke jaringan ekstrahepatik untuk diaktifkan
menjadi asetil ko-A. Sementara aseton akan keluar melalui udara pernapasan.5
Ketogenesis meningkat pada peningkatan asam lemak bebas dalam darah yang bisa terjadi pada
keadaan kelaparan, DM tidak terkontrol, diet tinggi lemak dan hormon yang meningkatkan
lipolisis. Akibat peningkatan ketogenesis dapat menyebabkan ketosis dan asidosis metabolik.
Hormon-hormon Terkait
Kadar glukosa dan lemak dalam tubuh diatur oleh fungsi hormon endokrin yang
disekresikan oleh pankreas. Pankreas adalah suatu organ yang terdiri dari jaringan eksokrin dan
endokrin. Sel endokrin pankreas yang terbanyak adalah sel beta, tempat sintesis dan
sekresi insulin, dan sel alfa, yang menghasilkan glukagon. Sel D (delta) adalah tempat
sintesis somastostatin. Sel pulau Langerhans yang paling jarang, sel PP,
mengeluarkan polipeptida.8
Somatostatin
Somatostatin pankreas adalah menghambat pencernaan nutrien dan mengurangi
penyerapannya. Somatostatin dikeluarkan sebagai respon terhadap peningkatan glukosa darah dan
asam amino darah selama penyerapan makanan. Dengan menimbulkan efek
inhibisi, somatostatin pankreas bekerja melalui mekanisme umpan balik negatif untuk mengerem
kecepatan pencernaan dan penyerapan makanan sehingga kadar nutrien dalam plasma tidak
berlebihan. Somatostatin pankreas juga berperan parakrin dalam mengatur sekresi hormon
pankreas. Keberadaan lokal somatostatin mengurangi sekresi insulin, glukagon, dan somatostatin
itu sendiri, tetapi makna fisiologik dari fungsi parakrin ini masih belum jelas.8
Insulin
Insulin memiliki efek penting pada metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein. Hormon
ini menurunkan kadar glukosa, asam lemak, dan asam amino darah serta mendorong penyimpanan
bahan-bahan tersebut. Sewaktu molekul nutrien ini masuk ke darah selama keadaan absorptif,
insulin mendorong penyerapan bahan-bahan ini oleh sel dan pengubahannya masing-masing
menjadi glikogen, trigliserida, dan protein. Insulin melaksanakan banyak fungsinya dengan
mempengaruhi transpor nutrien darah spesifik masuk ke dalam sel atau mengubah aktivitas enzim-
enzim yang berperan dalam jalur-jalur metabolik tertentu.8
Efek Pankreas pada karbohidrat adalah terutama memelihara homeostasis glukosa darah.
Konsentrasi glukosa dalam darah ditentukan oieh keseimbangan antara proses-proses berikut:
penyerapan glukosa dari saluran cerna, pemindahan glukosa ke dalam sel, produksi glukosa oleh
hati, dan (secara abnormal) ekskresi glukosa di urin.8
Insulin memiliki empat efek yang menurunkan kadar glukosa darah dan mendorong
penyimpanan karbohidrat:8
1. Insulin mempermudah transpor glukosa ke dalam sebagian besar sel. (Mekanisme
peningkatan penyerapan glukosa ini dijelaskan setelah efek lain insulin dalam menurunkan
glukosa darah dicantumkan)
2. Insulin merangsang glikogenesis, pembentukan glikogen dari glukosa, di otot rangka dan
hati.
3. Insulin menghambat glikogenolisis, penguraian glikogen menjadi glukosa.
4. Insulin juga menurunkan pengeluaran glukosa oleh hati dengan menghambat
glukoneogenesis.
Karena itu, insulin mengurangi konsentrasi glukosa darah dengan mendorong penyerapan
glukosa oleh sel dari darah untuk digunakan dan disimpan, dan secara bersamaan menghambat
dua mekanisme pembebasan glukosa oleh hari ke dalam darah (glikogenolisis dan
glukoneogenesis). Insulin adalah satu-satunya hormon yang mampu menurunkan kadar glukosa
darah. Insulin mendorong penyerapan glukosa oleh sebagian besar sel melalui rekrutmen
pengangkut glukosa.8
Sedangkan efek insulin pada lemak adalah:8
1. Insulin meningkatkan pemasukan asam lemak dari darah menuju kedalam sel jaringan
lemak.
2. Insulin meningkatkan transpor glukosa ke dalam sel jaringan lemak. Glukosa berfungsi
sebagai prekursor untuk pembentukan asam lemak dan gliserol, yaitu bahan mentah untuk
membentuk trigliserida.
3. Insulin mendorong reaksi-reaksi kimia yang akhirnya menggunakan turunan asam lemak
dan glukosa untuk sintesis trigliserida.
4. Insulin menghambat lipolisis, mengurangi pembebasan asam lemak dari jaringan lemak ke
dalam darah.
Secara kolektif, efek-efek ini cenderung mengeluarkan asam lemak dan glukosa dari darah
dan mendorong penyimpanan keduanya sebagai trigliserida.8
Pengontrol utama sekresi insulin adalah sistem umpan balik negatif langsung antara sel
pankreas dan konsentrasi glukosa dalam darah yang mengalirinya. Peningkatan kadar glukosa
darah, seperti selama penyerapan makanan, secara langsung merangsang sel untuk membentuk
dan mengeluarkan insulin. Peningkatan insulin menurunkan kadar glukosa darah ke normal dan
mendorong pemakaian serta penyimpanan nutrien ini. Sebaliknya, penurunan glukosa darah di
bawah normal, misalnya sewaktu puasa, secara langsung menghambat sekresi insulin. Penurunan
laju sekresi insulin menggeser metabolisme dari pola absorptif ke pasca-absorptif. Karena itu,
sistem umpan balik negatif sederhana sudah dapat mempertahankan pasokan glukosa yang relatif
konstan ke jaringan tanpa memerlukan partisipasi saraf atau hormon lain.8
Konsekuensi yang terjadi dengan penurunan metabolisme karbohidrat adalah akibat
penurunan aktivitas insulin, maka perubahan yang terjadi pada diabetes melitus adalah pola
metabolik pasca-absropsi yang berlebihan, kecuali hiperglikemia. Pada keadaan puasa yang biasa,
kadar glukosa darah sedikit di bawah normal. Hiperglikemia merupakan tanda utama diabetes
melitus, terjadi karena berkurangnya penyerapan glukosa oleh hati. Karena proses-proses
glikogenolisis dan glukoneogenesis yang menghasilkan glukosa berlangsung tanpa kendali karena
tidak adanya insulin maka pengeluaran glukosa oleh hati meningkat. Karena banyak sel tubuh
tidak dapat menggunakan glukosa tanpa bantuan insulin maka terjadi kelebihan glukosa ekstrasel
bersamaan dengan defisiensi glukosa intrasel. Meskipun otak yang tidak bergantung pada insulin
mendapat nutrisi yang adekuat pada diabetes melitus, namun konsekuensi yang lebih lanjut adalah
disfungsi otak.8
Ketika glukosa darah meningkat ke kadar dimana jumlah glukosa yang tersaring melebihi
kemampuan sel tubulus maka glukosa muncul di urin yang menimbulkan efek osmotik sehingga
menarik air bersamanya menyebabkan diuresis osmotik yang ditandai oleh poliuria (sering
berkemih). Besarnya cairan tubuh yang keluar menyebabkan dehidrasi dan menyebabkan gagal
sirkulasi perifer karena kurangnya volume darah. Kegagalan sirkulasi ini dapat menyebabkan
kematian atau gagal ginjal sekunder. Serta malfungsi sistem saraf akibat penciutan sel otak. Akibat
dehidrasi akan terjadi polidipsia yakni rasa haus berlebihan sebagai kompensasi dehidrasi. Pada
defisiensi glukosa intrasel, nafsu makan meningkat sehingga terjadi polifagia (asupan makan
berlebih) namun tidak terjadi penaikan berat badan, melainkan penurunan akibat efek defisiensi
insulin pada metabolisme lemak dan protein.8
Sintesis trigliserida akan berkurang dan lipolisis meningkat menyebabkan mobilisasi asam
lemak dari simpanan trigliserida. Peningkatan asam lemak darah sebagian besar digunakan oleh
sel sebagai sumber energi alternatif. Peningkatan pemakaian asam lemak oleh hati menyebabkan
pelepasan badan-badan keton secara berlebihan ke dalam darah menyebabkan ketosis. Asidosis
menekan otak dan dapat menyebabkan koma diabetes dan kematian.8
Glukagon
Meskipun insulin berperan kunci dalam mengontol penyesuaian metabolik antara keadaan
absorptif dan pasca-absorptif, namun produk sekretorik sel alfa pulau Langerhans pankreas
(glukagon) juga sangat penting. Glukagon mempengaruhi banyak proses metabolik yang juga
dipengaruhi oleh insulin tetapi pada kebanyakan kasus efek glukagon adalah berlawanan arah
dengan insulin. Tempat utama kerja glukagon adalah hati.8
Efek keseluruhan glukagon pada karbohidrat menyebabkan peningkatan produksi dan
pelepasan glukosa oleh hati sehingga kadar glukosa darah meningkat. Glukagon melaksanakan
efek hiperglikemiknya dengan menurunkan sintesis glikogen, mendorong glikogenolisis, dan
merangsang glukoneogenesis.8
Sedangkan efek glukagon pada lemak adalah mendorong penguraian lemak serta inhibisi
sintesis trigliserida. Glukagon meningkatkan produksi keton hati dengan mendorong perubahan
asam lemak menjadi badan keton. Karena itu, kadar asam lemak dan keton darah meningkat di
bawah pengaruh glukagon.8
Peningkatan kadar glukosa darah merangsang sekresi insulin tetapi menghambat sekresi
glukagon sementara penurunan kadar glukosa darah menyebabkan sebaliknya. Penurunan
konsentrasi asam lemak darah secar langsung menghambat pengeluaran insulin dan merangsang
pengeluaran glukagon oleh pankreas dimana keduanya adalah mekanisme kontrol umpan balik
negatif untuk memulihkan kadar asam lemak darah ke normal.8
Efek berlawanan yang ditimbulkan oleh konsentrasi glukosa dan asam lemak dalam darah pada
sel alfa dan beta pankreas adalah sesuai untuk mengatur kadar molekul nutrien di dalam darah
karena efek insulin dan glukagon pada metabolisme karbohidrat dan lemak saling berlawanan.
Kesimpulan
Tubuh manusisa selalu membutuhkan energy dari asupan makanan yang kita dapat, namun
tubuh juga dapat tetap memberikan energy walaupun tubuh tidak mendapat makanan yaitu dengan
cara merubah cadangan makanan yang ada dalam tubuh kita menjadi energy alternative yang dapat
digunakan disaat tubuh tidak mendapat asupan makanan.
Daftar Pustaka
1. Murray RK, Granner DK, Rodwell VW. Biokimia harper. Edisi ke-27. Jakarta: EGC; 2009.
2. Nelson DL, Cox MM. Lehninger principles of biochemistry. 4th edition. New York: W. H.
Freeman and Company; 2005.
3. Suhardjo, Kusharto CM. Prinsip-prinsip ilmu gizi. Yogyakarta: Kanisius; 2006.
4. Mayer BH, Tucker L, Williams S. Ilmu gizi menjadi sangat mudah. Edisi ke-2. Jakarta:
EGC; 2011. h. 36-7; 57-9.
5. Harjasasmita. Ikhtisar biokimia dasar B. Jakarta: FKUI; 2003.
6. Barker HM. Nutrition and dietetics for health care. 10th edition. UK: University of
Coventry; 2002.p. 18.
7. Sumardjo D. Pengantar kimia: buku panduan kuliah mahasiswa kedokteran dan program
strata I fakultas bioeksakta. Jakarta: EGC; 2009.h.270-2.