Вы находитесь на странице: 1из 20

Neonatus Kurang Bulan Kecil Masa Kehamilan dan Berat Badan

Lahir Rendah dengan Respiratory Distress Syndrom

Fadilah Soraya Alhamid

102013336

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta Barat 11510, No. Telp (021) 5694-2061

fadilahsoraya@rocketmail.com

Pendahuluan

Berat badan lahir rendah adalah neonatus yang dilahirkan terlalu kecil. Kelahiran kurang bulan
atau prematur merupakan istilah yang digunakan untuk mendefinisikan neonatus yang dilahirkan
terlalu dini. Berdasarkan usia kehamilan, bayi yang baru lahir mungkin kurang bulan, aterm, atau
lebih bulan. Dilihat berdasarkan ukuran, bayi yang baru lahir mungkin tumbuh normal dan sesuai
masa kehamilan, kecil ukurannya yaitu kecil masa kehamilan, atau tumbuh berlebihan yaitu besar
masa kehamilan. Dimana kelahiran kurang bulan atau prematur didefinisikan sebagai pelahiran
sebelum 37 minggu lengkap. Pada kasus ini akan dibahas lebih rinci tentang kelahiran kurang
bulan atau prematur yang mempunyai berat badan yang rendah atau sangat amat rendah.Dimana
merupakan masalah utama di negara berkembang termasuk Indonesia. Kelahiran bayi prematur
BBLR/BBLSR merupakan salah satu masalah kesehatan utama dalam masyarakat dan merupakan
penyebab utama kematian neonatal serta gangguan perkembangan saraf dalam jangka panjang.1

Anamnesis
1) Riwayat hari pertama haid terakhir?
2) Riwayat persalinan sebelumnya?
3) Paritas, jarak kelahiran sebelumnya?

1
4) Kenaikan berat badan selama hamil?
5) Aktivitas?
6) Penyakit yang diderita selama hamil?
7) Obat-obatan yang diminum selama hamil?

Pemeriksaan fisik
Dalam menangani kasus kelahiran, antra tindakan terawal yang harus diambil setelah bayi
lahir adalah melakukan penilaian APGAR score. Apgar score merupakan suatu penilaian terhadap
bayi pada saatu menit pertama untuk mengetahui keadaan bayi. Yang dinilai ialah warna kulit
(appearance), frekuensi jantung (pulse), reaksi rangsangan (grimace), tonus otot (activity),
pernafasan (respiratory).

APGAR Score
Merupakan alat untuk mengkaji kondisi bayi sesaat setelah lahir meliputi 5 variabel
(pernafasan, frekuensi jantung, warna kulit, tonus otot & refleks). Lima hal pokok yang diperiksa:

1. Appearance : Penampilan, yang dilihat dari warna kulit


2. Pulse : Frekuensi denyut jantung
3. Grimace : Usaha bernapas yang dilihat dari kuat lemahnya tangisan.
4. Activity : Aktif atau tidaknya tonus otot
5. Reflex : Reaksi spontan atas rangsang yang datang
Dilakukan pada :1

1. 1 menit kelahiran; yaitu untuk memberi kesempatan pd bayi untuk memulai perubahan
2. Menit ke-5
3. Menit ke-10
Penilaian dapat dilakukan lebih sering jika ada nilai yg rendah & perlu tindakan resusitasi.
Penilaian menit ke-10 memberikan indikasi morbiditas pada masa mendatang, nilai yang
rendah berhubungan dengan kondisi neurologis.

2
Gambar 1. APGAR Score1

Sumber: Gleadle J, 2005

Preosedur penilaian APGAR


Pastikan pencahayaan baik
Catat waktu kelahiran, nilai APGAR pada 1 menit pertama dg cepat & simultan.
Jumlahkan hasilnya.
Lakukan tindakan dengan cepat & tepat sesuai dg hasilnya
Ulangi pada menit kelima
Ulangi pada menit kesepuluh
Dokumentasikan hasil & lakukan tindakan yg sesuai
Penilaian

1. Setiap variabel dinilai : 0, 1 dan 2.


2. Nilai tertinggi adalah 10.
3. Nilai 7-10 menunjukkan bahwa bayi dalam keadaan baik.
4. Nilai 4-6 menunjukkan bayi mengalami depresi sedang & membutuhkan tindakan
resusitasi.
5. Nilai 03 menunjukkan bayi mengalami depresi serius & membutuhkan resusitasi
segera sampai ventilasi.

3
Grafik Lubchenco

Gambar 2. Grafik Lubchenco2


Sumber: Gleadle J, 2005

Penyesuaian antara umur kehamilan dengan berat badan bayi baru lahir disebutkan dalam
batas normal apabila berada dalam percentile 10 sampai persentil 90 dalam kurva Battaglia dan
Lubchenco.2
Berdasarkan kurva tersebut, maka berat badan menurut usia kehamilan dapat digolongkan sebagai
berikut:
a. Kecil Masa Kehamilan (KMK) yaitu jika bayi lahir dengan BB dibawah persentil ke-10.
b. Sesuai Masa Kehamilan (SMK) yaitu jika bayi lahir dengan BB diantara persentil ke-10 dan
ke-90.
c. Besar Masa Kehamilan (BMK) yaitu jika bayi lahir dengan BB diatas persentil ke-90 pada
kurva pertumbuhan janin
Dismaturitas yaitu bayi dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya utnuk masa
gestasi itu. Disebut juga kecil untuk masa kehamilan (KMK). Dapat terjadi pada masa pre-, term,
dan post-term. Setiap bayi baru lahir (prematur, matur, postmatur) mungkin saja mempunyai berat
yang tidak sesuai dengan masa gestasinya. Istilah lain yang dipergunakan untuk menunjukkan
KMK adalah IUGR (intrauterine growth retardation = retardasi pertumbuhan intrauterin).2

4
Pemeriksaan fisik pada alat indra bayi2
Kepala
Raba sepanjang garis sutura dan fontanel, apakah ukuran dan tampilannya
normal. Sutura yang berjarak lebar mengindikasikan bayi preterm, moulding yang
buruk atau hidrosefalus. Pada kelahiran spontan letak kepala, sering
terlihat tulang kepala tumpang tindih yang disebut moulding/moulase. Keadaan ini
normal kembali setelah beberapa hari sehingga ubun-ubun mudah diraba. Perhatikan
ukuran dan ketegangannya. Fontanel anterior harus diraba,
fontanel yang besar dapat terjadi akibat prematuritas atau hidrosefalus, sedangkan yang
terlalu kecil terjadi pada mikrosefali. Jika fontanel menonjol, hal ini diakibatkan
peningkatan tekanan intakranial, sedangkan yang cekung dapat tejadi akibat dehidrasi.

Wajah
Wajah harus tampak simetris. Terkadang wajah bayi tampak asimetrikal ini
dikarenakan posisi bayi di intrauteri. Perhatikan kelainan wajah yang
khas seperti sindrom down atau sindrom pierre robin. Perhatikan juga kelainan wajah
akibat trauma lahir seperti laserasi, paresi N.fasialis.

Mata
Telinga
Pemeriksaan telinga dapat dilakukan untuk menilai adanya gangguan pendengaran.
Dilakukan dengan membunyikan bel atau suara jika terjadi refleks terkejut, apabila tidak
terjadi refleks, maka kemungkinan akan terjadi gangguan pendengaran.
o Simetris dan sejajar
o Bentuk. Pembentukan kartilago mengindikasikan maturitas.
o Pendengaran. Bayi menengok kearah bisikan; terlihat terkejut sebagai respons
terhadap suara keras. Khususnya pada kasus kelainan kepala dan leher, riwayat tuli
pada keluarga, berat lahir sangat rendah, asfiksia berat, infeksi janin, dan sindrom
lain yang terkaitdengan tuli.
o Otoskopi

5
Mulut
o Ukuran dan bentuk. Mulut seperti burung terlihat pada sindrom alcohol; mulut
kecil, mikrostomia, terlihat pada sindrom down; dan mulut yang lebar,
makrostomia, terlihat pada gangguan metabolik.
o Menyeringai simetris
o Palatum melengkung utuh
o Ukuran dan fungsi uvula. Uvula yang bifid (terbelah dua) dapat dihubungkan
dengan sumbing palatum submukosa. Pada fungsi neurologis yang normal, uvula
akan naik ketika bayi menangis.
o Refleks. Refleks mengisap terlihat sejak usia kehamilan 32 minggu hingga 3-4
bulan. Refleks rooting terlihat sejak usia kehamilan 34 minggu hingga 3-4 bulan.
Dagu
Proporsinya harus tepat. Mikrognatia mengesankan sindrom Pierre-Robin.
Pemeriksaan mulut dapat dilakukan dengan melihat adanya kista yang ada pada mukosa
mulut. Pemeriksaan lidah dapat dinilai melalui warna dan kemampuan reflex mengisap.
Apabila ditemukan lidah yang menjulur keluar, dapat dilihat adanya kemungkinan
kecacatan kongenital. Adanya bercak pada mukosa mulut, palatum, dan pipi biasanya
disebut sebagai monilia albicans.
Pemeriksaan ekstremitas
Pemeriksaan ini berfungsi untuk menilai ada tidaknya gerakan ekstremitas abnormal, asimetris,
posisi dan gerakan yang abnormal (menghadap ke dalam atau ke luar garis tangan), serta menilai
kondisi jari kaki, yaitu jumlahnya berlebih atau saling melekat.
Pemeriksaan Dada
- Bentuk dan kesimetrisan
- Lingkar dada pada putting susu
- Keberadaan jaringan payudara
- Pernapasan. Biasaya pernapasan abdomen pada bayi baru lahir ; frekuensi normalnya
adalah30-60 x/menit, dihitung selama 1 menit penuh. Frekuensi napas > 60 x/menit
mengindikasikan adanya penyakit.
- Bunyi jantung. Nada terdengar lebih tinggi daripada yang terdengar pada orang dewasa. Sinus
aritmia (varian teratur yang menyertai pernapasan) adalah temuan normal.

6
Denyut jantung rata-rata adalah 110-
160 x/menit pada bayi cukup bulan yang sehat. Pada bayi premature, denyut jantung rata-rata
140-150 x/menit pada saat istirahat.
- Nadi. Nadi sempit dan halus mengindikasikan gagal jantung kongenital atau stenosis aortaberat
; denyut yang melonjak dapat mengindikasikan PDA.
- Tekanan darah. Bagi bayi baru lahir sampai usia 7 hari, TD sistolik >96 mmHg
merupakanhipertensi signifikan dan TD >106 mmHg merupakan hipertensi berat. Untuk bayi
usia 8-30hari, TD sistolik >104 mmHg merupakan hipertensi signifikan dan TD >110
mmHgmerupakan hipertensi berat.
- Perkusi. Dikaji dengan menggunakan 1 jari, paru bayi baru lahir pada kondisi normal
hiperresonan di seluruh bidang paru suara redup dapat mengindikasikan ada efusi atau
konsolidasi.
Pemeriksaan abdomen dan punggung
- Pemeriksaan pada abdomen ini meliputi pemeriksaan secara inspeksi untuk melihatbentuk dari
abdomen, apabila didapatkan abdomen membuncit, dapat didugakemungkinan disebabkan
karena hepatosplenomegali atau cairan dalam rongga perut.
- Pada perabaan, hati biasanya teraba 2-3 cm di bawah arkus kosta kanan, limfa teraba 1cm
dibawah arkus kosta kiri.
- Pada palpasi ginjal dapat dilakukan dengan pengaturan posisi telentang dan tungkai bayidilipat
agar otot-otot dinding perut dalam keadaan relaksasi, batas bawah ginjal dapatdiraba setinggi
umbilicus diantara garis tengah dan tepi perut. Bagian-bagian ginjaldapat diraba sekitar 2-3
cm. adanya pembesaran pada ginjal dapat disebabkan olehneoplasma, kelainan bawaan, atau
thrombosis vena renalis.
- Untuk menilai daerah punggung atau tulang belakang, cara pemeriksaannya adalahdengan
meletakkan bayi dalam posisi tengkurap. Raba sepanjang tulang belakang untukmencari ada
atau tidaknya kelainan seperti spina bifida atau mielomeningeal (defektulang punggung,
sehingga medulla spinalis dan selaput otak menonjol).
Pemeriksaan genitalia
Berfungsi untuk mengetahui keadaan labium minor yang tertutup oleh labia mayor, lubang uretra
dan lubang vagina seharusnya terpisah, namun apabila ditemukan satu lubang maka didapatkan

7
terjadinya kelainan dan apabila ada sekret pada lubang vagina, hal tersebut karena pengaruh
hormon.
Pada bayi laki-laki sering didapatkan fimosis, secara normal panjang penis pada bayi adalah3-4
cm dan 1-1,3 cm untuk lebarnya, kelainan yang terdapat pada bayi adalah adanyahipospadiayang
merupakan defek di bagian ventral ujung penis atau defek sepanjang penisnya. Epispadia
merupakan kelainan defek pada dorsum penis.
Pemeriksaan refleks neurologis3
RELEKS MORO
Timbul akibat dari rangsangan yang mendadak. Caranya : Bayi dibaringkan terlentang,
kemudian diposisikan setengah duduk dan disanggah oleh kedua telapak tangan pemeriksa,
secara tiba-tiba tapi hati-hati kepala bayi dijatuhkan 30-450 (merubah posisi badan anak
secara mendadak). Refleks moro juga dapat ditimbulkan denganmenimbulkan suara keras
secara mendadak ataupun dengan menepuk tempat tidur bayi secaramendadak ataupun
dengan menepuk tempat tidur bayi secara mendadak.
Refleks moro dikatakan positif bila terjadi abduksi-ekstensi keempat ekstremitas dan
pengembangan jari-jari, kecuali pada falangs distal jari telunjuk dan ibu jari yang dalam
keadaan fleksi. Gerakan itu segera diikuti oleh adduksi-fleksi keempat ekstremitas. Refleks
moro asimetri menunjukkan adanya gangguan system neuromuscular antara lain pleksus
brakhialis. Apabila asimetri terjadi pada tangan dan kaki kita harus mencurigai adanya
hemiparesis. Nyeri yanghebat akibat fraktur klavikula atau humerus juga dapat
memberikan hasil refleks MORO asimetri.
Sedangkan refleks MORO menurun dapat ditemukan pada bayi dengan fungsi SSP
yang tertekan misalnya pada bayi yang mengalami hipoksia, perdarahan intracranial dan
laserasi jaringan otak akibat trauma persalinan, juga pada bayi hipotoni, hipertoni dan
premature. Refleks moro menghilang setelah bayi berusia > 6 bulan.3

Refleks PALMAR GRASP


Caranya : Bayi atau anak ditidurkan dalam posisi supinasi, kepala menghadap ke depan
dan tangan dalam keadaan setengah fleksi. Dengan memakai jari telunjuk pemeriksa
menyentuh sisiluar tangan menuju bagian tengah telapak tangan secara cepat dan hati-hati
sambil menekan permukaan telapak tangan. Refleks palmar Grasp dikatakan positif apabila

8
didapatkan fleksi seluruh jari (memegangtangan pemeriksa). Refleks palmar grasp
asimetris menunjukkan adanya kelemahan otot-otot fleksor jari tangan yang dapat
disebabkan akibat adanya palsi pleksus brakhialis inferior atau yang disebut klumkes
paralyse. Refleks Palmar Grasp ini dijumpai sejak lahir dan menghilang setelah usia 6
bulan. Refleks palmar grasp yang menetap setelah usia 6 bulan khas dijumpai pada
penderita cerebral palsy.

Refleks PLANTAR GRASP


Caranya : bayi atau anak ditidurkan dalam posisi supinasi kemudian ibu jari tangan
pemeriksamenekan pangkal ibu jari bayi atau anak di daerah plantar. Refleks plantar grasp
dikatakan positif apabila didapatkan fleksi plantar seluruh jari kaki. Refleks refleks plantar
grasp negative di jumpai pada bayi atau anak dengan kelainan pada medulla spinalis bagian
bawah. Refleks ini dijumpai sejak lahir, mulai menghilang usia 9 bulan dan pada usia 10
bulan sudah menghilang sama sekali.

Refleks SNOUT
Caranya : dilakukan perkusi pada daerah bibir atas. Refleks SNOUT dikatakan positif
apabila didapatkan respon berupa bibir atas dan bawah menyengir atau kontraksi otot-otot
di sekitar bibir dan di bawah hidung. Refleks SNOUT ini dijumpai sejak lahir dan
menghilang setelah usia 3bulan. Refleks SNOUT yang menetap pada anak besar
menunjukkan adanya regresi SSP.

Refleks TONIC NECK


Caranya : bayi atau anak ditidurkan dalam posisi supinasi, kemudian kepalanya
diarahkan menoleh ke salah satu sisi. Refleks ini dikatakan positif apabila lengan dan
tungkai yang dihadapi/ sesisi menjadi hipertoni dan ekstensi, sedangkan lengan dan tungkai
sisi lainnya/dibelakangi menjadi hipertoni dan fleksi. Refleks ini menghilang setelah usia
5-6 bulan.Refleks tonic neck yang masih mantap pada bayi berusia 4 bulan harus dicurigai
abnormal. Danapabila masih bisa dibangkitkan setelah berusia 6 bulan atau lebih harus
sudah dianggap patologik. Gangguan yang terjadi biasanya pada ganglion basalis.

9
Refleks Berjalan (STEPPING)
Caranya ; bayi dipegang pada daerah torax dengan kedua tangan pemeriksa.
Kemudianpemeriksa mendaratkan bayi dalam posisi berdiri di atas tempat periksa. Pada
bayi berusia < 3bulan, salah satu kaki yang menyentuh alas tempat periksa akan berjingkat
sedangkan padayang berusia >3 bulan akan menapakkan kakinya. Kemudian diikuti oleh
kaki lainnya dan kakiyang sudah menyentuh alas periksa akan berekstensi seolah-olah
melangkah untuk melakukangerakan berjalan otomatis. Refleks berjalan tidak dijumpai
atau negative pada penderita cerebral palsy, mental retardasi, hipotoni, hipertoni, dan
keadaan dimana fungsi SSP tertekan.

Reaksi Penempatan Taktil (PLACING RESPONSE)


Caranya : seperti pada refleks berjalan, kemudian bagian dorsal kaki bayi disentuhkan
pada tepimeja periksa. Respon dikatakan positif bila bayi meletakkan kakinya pada meja
periksa. Responnegative dijumpai pada bayi dengan paralise ekstremitas bawah.
Refleks Terjun (PARACHUTE)
Caranya : Bayi dipegang pada daerah thorax dengan kedua tangan pemeriksa dan
kemudian diposisikan seolah-olah akan terjun menuju meja periksa dengan posisi kepala
lebih rendah dari kaki. Refleks terjun dikatakan positif apabila kedua lengan bayi
diluruskan dan jari-jari kedua tangan dikembangkan seolah-olah hendak mendarat di atas
meja periksa.

Pemeriksaan Penunjang4
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain :
- Pemeriksaan skor ballard
- Tes kocok (shake test), dianjur untuk bayi kurang bulan
- Darah rutin, glukosa darah, kalau perlu dan tersedia fasilitas diperiksa kadar
elektrolit dan analisa gas darah
- USG kepala

10
- Rontgen thoraks ataupun babygram diperlukan pada bayi baru lahir dengan
umur kehamilan kurang bulan dimulai pada umur 8 jam atau
didapat/diperkirakan akan terjadi sindrom gawat nafas/respiratory distress
syndrom(RDS).
o Pada RDS rontgent thoraks akan terlihat:
- Uniform reticulogranular
- Air bronchogram
- White lung

Working Diagnosis4,5

Bayi Kurang Bulan,Kecil Masa Kehamilan, dengan BBLR/BBLSR dan RDS (Respiratory Distress

Syndrom) merupakan bayi yang lahir sebelum waktunya dengan kecil kehamilan dimana berat

badan lahir rendah mengacu pada kelahiran dengan berat 500-2500g dan berat badan sangat

rendah 500-1500g yang disertai dengan gejala kebocoran udara/displasia bronkopulmoner.

Klasifikasi :5
a) Berdasarkan Berat Badan :
- Low Birth Weight (LBW) dimana berat badannya 1500 - <2500 g
- Very Low Birth Weight (VLBW) dimana berat badaan bayi baru lahir 1000 g - <1500g
- Extremely Low Birth Weight (ELBW) dimana berat badan bayi baru lahir <1000 g
b) Berdasarkan umur kehamilan :
- Bayi prematur murni
Masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan berat badan
untuk masa gestasi itu atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai untuk masa
kehamilan (NKB-SMK)
- Dismaturitas Kecil dibanding masa kehamilan (KMK)
Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa gestasi itu. Terbagi
atas :
Bayi kurang bulan ialah bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu

11
Bayi cukup bulan ialah bayi dengan masa kehamilan mulai 37 minggu sampai 42 minggu.
Bayi lebih bulan ialah bayi dengan masa kehamilan mulai 42 minggu atau lebih.
Prematur Normal Lebih
Bulan
36 minggu 37-41
Minggu 42
minggu

Neonatus Respiratory Distress Syndrome merupakan penyakit yang menyerang bayi


baru lahir dikarenakan paru bayi yang belum berkembang sempurna. Penyakit ini terutama
disebabkan oleh kurangnya zat pelindung yang disebut surfaktan, yang membantu paru-paru
mengembang dengan udara dan menjaga kantung udara dari runtuh. Zat ini biasanya muncul
di paru-paru sepenuhnya. RDS Neonatal juga dapat merupakan hasil dari masalah genetik
dengan perkembangan paru-paru. Semakin dini bayi lahir, kurang mengembangkan paru-paru
dan semakin tinggi kemungkinan RDS neonatal. Sebagian besar kasus terlihat pada bayi yang
lahir sebelum 28 minggu. Hal ini sangat jarang terjadi pada bayi yang lahir penuh panjang
(pada 40 minggu).5 Resiko terjadi RDS meningkat pada :

Keluarga pernah terkena RDS


Diabetes
Kelahiran SC
Multiple pregnancy

Differential diagnosis
1. Transient Takipneu in Newborn (TTN)
Transient Tachypnea Of The Newborn (TTN) ialah gangguan pernapasan pada bayi
baru lahir yang berlangsung singkat yang biasanya berlangung short-lived (< 24 jam) dan
bersifat self-limited serta terjadi sesaat setelah ataupun beberapa jam setelah kelahiran,
baik pada bayi yang prematur maupun pada bayi yang matur (lahir aterm).5
Transient tachypnea of the newborn (TTN) yaitu pernapasan cepat (frekuensi nafas >
60 x/menit ) sementara yang terjadi pada bayi waktu lahir umunya cukup bulan dan
biasanya ringan serta dapat sembuh sendiri dengan perawatan yang baik.5

12
Transient tachypnea of the newborn (TTN) disebut juga wet lungs atau respiratory
distress syndrome tipe II yang dapat didiagnosis beberapa jam setelah lahir. TTN tidak
dapat didiagnosis sebelum lahir. TTN dapat terjadi pada bayi prematur (paru-paru bayi
prematur belum cukup matang) ataupun bayi cukup bulan. Penyebab TTN lebih dikaitkan
dengan beberapa faktor risiko yang meningkatkan kejadian TTN pada bayi baru lahir.
Faktor risiko TTN pada bayi baru lahir di antaranya:
1.Lahir secara secar
2.Lahir dari ibu dengan diabetes
3.Lahir dari ibu dengan asma
4.Bayi kecil untuk usia kehamilan (small for gestational age)
Selama proses kelahiran melalui jalan lahir, terutama bayi cukup bulan, tekanan
sepanjang jalan lahir akan menekan cairan dari paru-paru untuk keluar. Perubahan hormon
selama persalinan juga berperan pada penyerapan cairan di paru-paru. Bayi yang kecil atau
prematur atau yang lahir melalui jalan lahir dengan durasi singkat atau dengan sesar tidak
mengalami penekanan yang normal terjadi dan perubahan hormonal seperti kelahiran
normal, sehingga mereka lebih berisiko mengalami penumpukan cairan di paru-paru saat
mereka menarik napas untuk pertama kali.5
2. Neonatal pneumonia
Pneumonia pada bayi baru lahir (BBL) merupakan infeksi saluran napas yang serius
dan menimbulkan banyak masalah, termasuk sebagai penyebab kematian anak terbesar di
negara berkembang. Definisi pneumonia neonatal di Indonesia adalah neonatus dengan
gawat napas (sesak, napas cepat, napas berbunyi, frekuensi napas > 60x/menit, retraksi
dada, batuk dan merintih), kultur darah positif atau 2. Faktor predisposisi (demam
intrapartum > 38oC, ketuban berbau, ketuban pecah dini >24 jam), tampilan sepsis (letargi,
refleks menurun, hipo/hipertermi, distensi abdomen), X-foto toraks curiga pneumonia
adalah gambaran infiltrat kasar/noduler, bercak berkabut, difus granuler, air bronchogram,
konsolidasi lobar/segmental) yang tidak membaik dalam 48 jam.5
Hasil laboratorium positif sepsis (IT ratio >20%, leukositosis, CRP positif, dan laju endap
darah meningkat). Penyebab pneumonia adalah bakteri (Streptokokus grup , Stafilokokus
aureus, Pseudomonas, E.coli, Klebsiella) dan virus. Infeksi paru pada neonatus dapat
disebabkan oleh penyebaran infeksi dari vagina atau infeksi nosokomial selama perawatan.

13
Pneumonia dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, cairan amnion, atau kolonisasi bakteri di
jalan lahir yang berhubungan dengan korioamnionitis dan asfiksia neonatorum walaupun
hubungan asfiksia dan pneumonia yang pasti belum jelas diketahui.
3. Sepsis neonatorum
Pada sepsis neonatorum terjadi infeksi secara vertikal dari penyakit ibu atau infeksi yang
diderita ibu selama persalinan atau kelahiran. Infeksi pada awal minggu pertama kehidupan
berhubungan dengan mikro-organisme yang ditularkan dari ibu kepada janin dan memiliki
epidemiologi yang berbeda dengan infeksi yang di dapat setelah periode neonatal.
Kolonisasi awal pada neonatus terjadi setelah ketuban pecah saat proses kelahiran. Pada
ketuban pecah dini >24 jam, bakteri dari vagina dapat naik ke atas. Pada beberapa kasus
dilaporkan terjadinya inflamasi membran janin, tali pusat, dan plasenta.5,6
Faktor ibu meliputi demam intrapartum (>37,50C), korioamnionitis, ketuban pecah dini
>18 jam, cairan ketuban berwarna hijau keruh dan berbau, persalinan dan kehamilan
kurang bulan, serta kehamilan multipel. Faktor risiko bayi meliputi usia gestasi <37
minggu, nilai APGAR rendah, dan bayi dengan berat badan lahir sangat rendah. Sepsis
neonatorum disebabkan oleh kuman enterik Gram negatif seperti Enterobakter Sp,
Klebsiela Sp, dan Coli Sp. Diagnosis sepsis neonatorum ditegakkan berdasarkan adanya
faktor risiko sepsis pada ibu maupun bayi. Faktor-faktor risiko sepsis tersebut terdiri dari
faktor risiko mayor dan minor. Yang termasuk faktor risiko mayor yaitu: ketuban pecah
dini >18 jam, ibu demam saat intraparum (suhu >38C), korioamnionitis, air ketuban
berbau, dan denyut jantung janin >160 x/menit. Faktor risiko minor meliputi ketuban pecah
dini >12 jam, ibu demam saat intrapartum (suhu >37,5C), nilai APGAR rendah, berat
badan lahir sangat rendah (<1.500 g), usia gestasi <37 minggu, keputihan pada ibu yang
tidak diobati, serta ibu dengan atau terangka infeksi saluran kemih yang tidak diobati.
Diagnosis sepsis neonatorum ditegakkan bila didapatkan 2 faktor risiko mayor atau 1 faktor
risiko mayor ditambah dengan 2 faktor risiko minor. Diagnosis sepsis diperberat oleh
adanya gambaran klinis sepsis berupa gangguan respirasi, suhu tidak stabil, gangguan
sirkulasi, menurunnya aktivitas, rewel, asupan yang buruk, dan ikterus patologik.
Pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan bila terdapat kecurigaan sepsis ialah septic
workup yang terdiri dari kultur darah dan pemeriksaan darah rutin yang meliputi
leukopenia atau leukositosis, trombositopenia, laju endap darah meningkat, rasio neutrofil

14
imatur/total >0,2 (20%), serta CRP yang positif. Sampai saat ini, kultur darah masih
merupakan baku emas untuk menegakkan diagnosis sepsis neonatorum, tetapi yang
menjadi kendala ialah hasil diperoleh setelah 2-5 hari.6
Beberapa peneliti berpendapat bahwa adanya satu tanda klinis yang sesuai dengan infeksi
disertai dengan nilai CRP >10 mg/L sudah cukup untuk menegakkan diagnosis suatu sepsis
neonatorum. Untuk menentukan kriteria standar yang seragam pada sepsis, beberapa
peneliti menggabungkan nilai CRP >10 mg/L dan rasio netrofil imatur terhadap netrofil
total (IT Ratio) 0,25 sebagai kriteria untuk pemberian antibiotika meskipun belum
ditemukan gejala sepsis.

Manifestasi klinis
Tanda klinis atau penampilan yang tampak sangat bervariasi, bergantung pada usia
kehamilan saat bayi dilahirkan. Makin prematur atau makin kecil umur kehamilan saat dilahirkan
makin besar pula perbedaannya dengan bayi yang lahir cukup bulan.6 Adapun tanda dan gejala
dari bayi prematur adalah:
1. Berat badan kurang dari 2500 gram, panjang badan kurang dari 45cm, lingkar kepala
kurang dari 33 cm, lingkar dada kurang dari 30cm
2. Gerakan kurang aktif otot masih hipotonis
3. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
4. Kepala lebih besar dari badan rambut tipis dan halus
5. Tulang tulang tengkorak lunak, fontanela besar dan sutura besar
6. Telinga sedikit tulang rawannya dan berbentuk sederhana
7. Jaringan payudara tidak ada dan puting susu kecil
8. Pernapasan belum teratur dan sering mengalami serangan apneu
9. Kulit tipis dan transparan, lanugo (bulu halus) banyak terutama pada dahi dan pelipis dahi
dan lengan
10. Lemak subkutan kurang
11. Genetalia belum sempurna, pada wanita labia minora belum tertutup oleh labia mayora
12. Reflek menghisap dan menelan serta reflek batuk masih lemah
Bayi prematur mudah sekali mengalami infeksi karena daya tahan tubuh masih lemah,
kemampuan leukosit masih kurang dan pembentukan antibodi belum sempurna . Oleh karena

15
itu tindakan preventif sudah dilakukan sejak antenatal sehingga tidak terjadi persalinan dengan
prematuritas (BBLR).6

Etiologi6
1. Berat badan ibu rendah
2. Kehamilan usia muda (umur ibu <20th)
3. Pendarahan antepartum
4. Penyakit sistemik akut
5. Kelahiran prematur dengan induksi
6. Persalinan prematur sebelumnya
7. Inkomptensi serviks
8. Diabetes melitus
9. Tidak diketahui (sebagian besar)

Epidemiologi
Prevalensi bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran
di dunia dengan batasan 3,3%-38% dan lebih sering terjadi di negara-negara berkembang atau
sosio-ekonomi rendah. Secara statistik menunjukkan 90% kejadian BBLR didapatkan di negara
berkembang dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi dibanding pada bayi dengan berat lahir
lebih dari 2500 gram. BBLR termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas dan
disabilitas neonatus, bayi dan anak serta memberikan dampak jangka panjang terhadap
kehidupannya dimasa depan. Angka kejadian di Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah
dengan daerah lain.6

Patofisiologi
Pada RDS terjadi atelektasis yang sangat progresif, yang disebabkan kurangnya zat yang
disebut surfaktan. Surfaktan adalah zat aktif yang diproduksi sel epitel saluran nafas disebut sel
pnemosit tipe II. Zat ini mulai dibentuk pada kehamilan 22-24 minggu dan mencapai kadar
maximun pada minggu ke 35. Zat ini terdiri dari fosfolipid (75%) dan protein (10%). Peranan
surfaktan ialah merendahkan tegangan permukaan alveolus sehingga tidak terjadi kolaps dan
mampu menahan sisa udara fungsional pada sisa akhir ekpirasi. Kolaps paru ini akan menyebabkan

16
terganggunya ventilasi sehingga terjadi hipoksia, retensi CO2 dan asidosis. Hipoksia akan
menyebabkan terjadinya oksigenasi jaringan menurun sehingga terjadi metabolisme anerobik
dengan penimbunan asam laktat asam organic yang menyebabkan asidosis metabolik.7
Selain itu, hipoksia juga menyebabkan kerusakan endotel kapiler dan epitel duktus
alveolaris. Hal ini menyebabkan transudasi kedalam alveoli sehingga terbentuk fibrin dan jaringan
epitel yang nekrotik membentuk lapisan membrane hialin.
Asidosis dan atelektasis akan menyebabkan terganggunya jantung, penurunan aliran darah
keparu, dan mengakibatkan hambatan pembentukan surfaktan, yang menyebabkan terjadinya
atelektasis. Sel tipe II ini sangat sensitive dan berkurang pada bayi dengan asfiksia pada periode
perinatal, dan kematangannya dipacu dengan adanya stress intrauterine seperti hipertensi, IUGR
dan kehamilan kembar.
Secara singkat patofisiologinya dapat digambarkan sbb :
Atelektasis hipoksemia asidosis transudasi penurunan aliran darah paru hambatan
pembentukan zat surfaktan atelekstasis. Hal ini berlangsung terus sampai terjadi penyembuhan
atau kematian.

Komplikasi8
Tidak semua bayi yang dilahirkan secara prematur akan mengalami komplikasi, namun
bila bayi dilahirkan terlalu dini dapat memicu gangguan kesehatan, baik jangka pendek maupun
jangka panjang. Umumnya, semakin prematur dan semakin rendah berat badan bayi saat lahir,
maka semakin besar risiko komplikasi yang akan dialaminya. Ada beberapa komplikasi yang
mungkin dialami oleh bayi prematur, antara lain:
1. Kadar oksigen rendah saat dilahirkan
2. Tidak mampu mengatur suhu tubuh
3. Sulit akan dan sulit naik berat badannya
4. Infeksi
5. Gangguan pernapasan
6. Gangguan persarafan
7. Gangguan saluran cerna
8. Sudden infant death syndrome (SIDS)

17
Berat badan bayi yang rendah saat lahir dan bayi yang dilahirkan prematur dapat diperbolehkan
pulang dari perawatan bila bayi sudah dapat bernapas tanpa alat bantu, sudah dapat menyusu,
mengalami kenaikan berat badan yang cukup dan memiliki suhu tubuh yang stabil.

Tata Laksana
Resusitasi9

Bayi yang lahir prematur, bayi dari ibu yang menghidapi DM, atau bayi yang mempunyai
risiko tinggi RDS harus diresusitasi segera saat lahir. Ini harus mencakup perluasan paru-paru
dengan tekanan positif jika upaya pernapasan spontan tidak sepenuhnya memperluas paru-paru,
dan dibantu ventilasi atau continuous positive airway pressure (CPAP) dengan campuran oksigen
dan udara untuk menjaga PO2 arteri antara 50 hingga 70 mm Hg. Mengobati atau mencegah
atelektasis adalah kunci dalam pengobatan RDS. Ventilasi bantuan (assisted ventilation) atau
CPAP harus dilanjutkan sampai bayi dapat mengekalkan PO2 dalam rentang normal saat bernapas
secara spontan.

General support

a. Memberikan lingkungan yang optimal.Suhu tubuh bayi harus selalu diusahakan agar tetap
dalam batas normal (36,5o-37oC) dengan cara meletakkan bayi dalam incubator. Kelembapan
ruangan juga harus adekuat.
b. Pemberian oksigen (mertahankan PO2 serta asam baas dalam batas normal)
Konsentrasi oksigen dan ventilator ditentukan oleh status pasien. Hal ini dipantau
dengangas darah arteri. Tekanan ekspirasi-akhir positif (PEEP) atau tekanan udara positif kontinu
(CPAP) adalah bagian penting dari pengobatan RDS .

Pemberian surfaktan

Kemajuan terakhir dalam pengobatan pasien RDS adalah pemberian surfaktan eksogen
(surfaktan dari luar) yang berasal dari hewan dan surfaktan sintetik bebas protein, dimana

18
surfaktan natural secara klinik lebih efektif. Adanya perkembangan di bidang genetik
dan biokimia, maka dikembangkan secara aktif surfaktan sintetik.9

Surfaktan paru merupakan pilihan terapi pada neonatus dengan RDS sejak awal tahun 1990
dan merupakan campuran antara fosfolipid, lipid netral, dan protein yang berfungsi menurunkan
tegangan permukaan pada air-tissue interface. Semua surfaktan derifat binatang mengalami
berbagai proses untuk mengeluarkan SP-A dan SP-D, menurunkan SP-B dan SP-C, dan merubah
fosfolipid sehingga berbeda dengan surfaktan binatang. Semua golongan surfaktan secara in vitro
menurunkan tekanan permukaan, terutama terdapat pada surfaktan kombinasi protein, dapat
menurunkan pemakaian kebutuhan oksigen dan ventilator dengan cepat.

Pencegahan10

Karena RDS sering terjadi pada bayi premature yang lahir dengan berat badan rendah,
pencegahan kasus RDS adalah dengan mencegah bayi lahir dengan berat badan rendah dengan,
antaranya adalah dengan memelihara gizi ibu sepanjang kehamilan dan melakukan pemeriksaan
antenatal dengan teratur.

Prognosis

Dengan pengobatan dan monitoring yang teliti, 80% hingga 90% bayi dengan RDS sembuh
dan paru-paru bayi tersebut menjadi normal dalam waktu 1 bulan.10

Kesimpulan

Respiratory distress syndrome adalah komplikasi yang sering terjadi pada bayi yang lahir
premature dengan berat badan rendah di mana paru-paru gagal mengembang dengan sempurna
akibat dari defisiensi surfaktan sehingga menyebabkan bayi menjadi hipoksia. Dengan kemajuan
teknologi kedokteran, kasus RDS sudah bisa ditangani dengan adequate. Kelahiran bayi premature
harus diobservasi perkembangannya karena terdapat banyak komplikasi yang bisa terjadi.

Daftar Pustaka

1. Aslim S, Perdana E, Samiadji R, et al. Sistem reproduksi. Jakarta: UKRIDA; 2016.


2. Gleadle J. Anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta: Penerbit Erlangga, 2005.
Hal.155,191

19
3. Behrman re, voughan vc. Nelson : Ilmu Kesehatan Anak. Vol 1. Edisi ke-15. Jakarta : EGC.
2009.

4. Rudolph CD, Rudolph AM, Lister G, First LR, Gerhson AA. Rudolphs pediatrics. 22nded.
New York: McGrawHill; 2011.

5. Polin RA. Management of neonatus with suspected or proven early-onset bacterial.


Pediatrics. 2012;129 (5):1006-15.
6. Aminullah A. Sepsis pada bayi baru lahir. In: Kosim MS, Yunanto A, Dewi R, Sarosa GI,
Usman A, editors. Buku Ajar Neonatologi (Edisi 1). Jakarta: Badan Penerbit IDAI, 2008;
p. 170-85.
7. Bender L. Thaarup J, Varming K, Krarup H, Eriksen SE, Ebbesen F. Early and late markers
for the detection of early onset neonatal sepsis. Dan Med Bull. 2008;55(4): 219-23.
8. Thermiany AS, Retayasa W, Kardana M, Lila IN. Diagnostic accuracy of septic markers
for neonatal sepsis. Paediatr Indones. 2008;48(5): 299-305.
9. Cunningham fg.Obstetri williams : penerbit buku kedokteran.Edisi ke 23.Jakarta :
EGC.h.846-859.

10. Marino BS, Fine KS. Pediatrics: Blueprints. 6th ed. USA: Lippincott Williams & Wilkins.
2013.p. 18-26

20

Вам также может понравиться