Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
1
Soegarda Poerbakawatja, Ensiklopedi Pendidikan, (Jakarta: Gunung Agung, 1982) Cet.
III, hlm. 276
2
Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: CV. Rajawali, 1984) Cet. I hlm. 16
3
Kartini Kartono, Psikologi Umum, (Bandung : Mandar Maju, 1996) , Cet. III, hlm. 111
8
9
4
Nashih Ulwan, Pendidikan Anak dalam Islam, jilid 2, (Jakarta : Pustaka Amani, 1999),
Cet. II, hlm. 275
5
Sumadi Suryabrata, Op. Cit., hlm. 17
10
6
Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), hlm. 35.
7
A. Soenarjo, dkk., Al-Quran dan Terjemahannya, (Semarang: Toha Putra, 1989), hlm.
942.
11
8
Muhammad Al- Hamd, Kesalahan Mendidik Anak Bagaimana Terapinya, (Jakarta: Gema
Insani, 2001) , Cet. III, hlm. 11
9
Kartini Kartono, Op. Cit., hlm. 112
12
, +(#;'
Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di
waktu ia memberi pelajaran kepadanya : Hai anakku, janganlah
kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan
(Allah) adalah benar-benar kedzaliman yang besar. (Q.S.
Luqman : 13)12
10
Charles Schaefer, alih bahasa R. Turman Sirait, Cara Efektif Mendidik dan
Mendisiplinkan Anak, (Jakarta : Mitra Utama, 1994), cet. I, hlm. 128.
11
Nashih Ulwan, Op.Cit., hlm. 209.
12
Soenarjo, Op.Cit., hlm. 654.
13
Metode ini dapat dilakukan dalam keluarga pada saat orang tua
(ayah dan ibu) berkumpul dengan anaknya dengan cara memberikan
kata-kata hikmah lewat penyajian cerita, nyanyian atau syair, ataupun
dengan mendengarkan ayat-ayat Al-Qur'an yang kemudian diuraikan
kandungan isinya dengan bahasa dan cara yang dapat diterima oleh
anak. Selain itu juga nasehat dapat diberikan orang tua pada saat anak
belajar. Dengan demikian maka orang tua dapat mengetahui kesulitan-
kesulitan anaknya dalam belajar. Karena dengan mengenai kesulitan-
kesulitan tersebut dapat membantu usaha untuk mengatasi kesulitannya
dalam belajar, sehingga anak dapat meningkatkan prestasi belajarnya.
b. Pengawasan
Orang tua perlu mengawasi pendidikan anak-anaknya, sebab
tanpa adanya pengawasan yang kontinu dari orang tua besar
kemungkinan pendidikan anak tidak akan berjalan lancar.13 Berkat
adanya pengawasan dari orang tuanya, maka anak akan terdorong untuk
belajar lebih baik dan lebih giat, sehingga anak dapat memperoleh
prestasi belajar yang lebih baik.
Pengawasan yang diberikan orang tua dimaksudkan sebagai
penguat disiplin supaya pendidikan anak tidak terbengkelai, karena
terbengkelainya pendidikan seorang anak bukan saja akan merugikan
dirinya sendiri, tetapi juga lingkungan hidupnya.
Pengawasan ini bukan berarti pengekangan terhadap kebebasan
anak untuk berkreasi tetapi lebih ditekankan pada pengawasan
kewajiban anak yang bebas dan bertanggung jawab. Ketika anak sudah
mulai menunjukkan tanda-tanda penyimpangan, maka orang tua yang
bertindak sebagai pengawas harus segera mengingatkan anak akan
tanggung jawab yang dipikulnya terutama pada akibat-akibat yang
mungkin timbul sebagai efek dari kelalaiannya. Kelalaiannya disini
contohnya adalah ketika anak malas belajar, maka tugas orang tua untuk
13
Thamrin Nasution dan Nurhalijah Nasution, Peranan Orang Tua dalam Meningkatkan
Prestasi Belajar Anak, (Jakarta : Gunung Mulia, 1989), cet. III, hlm. 42.
14
14
Bimo Walgito, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Yogyakarta : Andi Offset, 1995),
Cet. III, hlm. 123-124
15
Rudi Mulyatiningsih, dkk, Bimbingan Pribadi-Sosial, Belajar dan Karier, (Jakarta :
Grasindo, 2004), Cet. I, hlm. 52
15
16
Ibid., hlm. 60
17
Thursan Hakim, Belajar Secara Efektif, (Jakarta : Puspa Swara, 2001), Cet. II, hlm. 13
18
Ibid., hlm. 13-16
16
B. Kedisiplinan Belajar
1. Pengertian
Kedisiplinan secara etimologi (asal kata) menurut kamus besar
bahasa Indonesia, berasal dari kata disiplin, dengan mendapat tambahan
awalan ke-dan akhiran-an pada kata disiplin yang menunjukkan arti
ketaatan dan kepatuhan kepada aturan.19
Sedangkan pengertian disiplin secara istilah diartikan oleh
beberapa ahli sebagai berikut:
a. Menurut W.J.S. Poerwadarminta menyatakan bahwa disiplin adalah
latihan batin dan watak dengan maksud supaya segala perbuatannya
selalu mentaati tata tertib.20
b. Dalam kamus psikologi mendefinisikan pengertian disiplin adalah
Kontrol terhadap kelakuan baik oleh suatu kekuatan luar ataupun oleh
individu sendiri.21
c. Sedangkan menurut pendapat Charles Schaefer, inti dari disiplin ialah
untuk mengajar, atau seseorang yang mengikuti ajaran dari seorang
pemimpin.22
Dari beberapa pengertian disiplin di atas, dapat disimpulkan bahwa
kedisiplinan adalah kontrol terhadap kelakuan seseorang agar selalu
menaati tata tertib dari orang lain maupun diri sendiri.
Disiplin merupakan kunci sukses karena dengan disiplin, orang
bisa berbuat sesuatu, menyelesaikan suatu pekerjaan tepat pada waktunya
dan akan membawa hasil sesuai yang diinginkan.
19
Anton M. Moeliono, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1993),
hlm. 208
20
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka,
1976), hlm. 254
21
James Drever, Terj. Nancy Simanjuntak, Kamus Psikologi, (Jakarta: Bina Aksara, 1988)
hlm. 110.
22
Charles Schaefer, Op. Cit., hlm. 3
17
, +H"I '
Hai orang-orang beriman taatilah Allah dan taatilah Rasul(Nya)
dan ulil amri diantara kamu.(Q.S. An-Nisa : 59)23
23
Soenarjo, Op. Cit, hlm. 128
24
Saleh Abdul Aziz dan Abdul Aziz Abdul Majid, Al Tarbiyah wa Turaqu al Tadrisi, Juz I,
(Mesir : Darul Maarif, 1979), hlm. 169.
18
25
Thursan Hakim, Op. Cit, hlm. 1
26
S. Nasution, Didaktik Asas-asas Mengajar, (Jakarta : Bumi Aksara, 2000), Cet. II, hlm.
34
19
27
Anton M. Moeliono, Op.Cit., hlm. 567.
28
Sofchah Sulistiyowati, Cara Belajar yang Efektif dan Efisien, (Pekalongan : Cinta Ilmu,
2001), hlm. 3.
20
29
Tulus Tuu, Peran Disiplin pada Perilaku dan Prestasi Siswa, (Jakarta: Grasindo, 2004),
cet.I, hlm. 43.
21
30
Hamzah Yaqub, Etika Islam Pembinaan Akhlaqul Karimah, (Bandung : Diponegoro,
1993), cet. VI, hlm. 140
31
Nashih Ulwan, Op.Cit., hlm. 142
32
Soenarjo, Op. Cit, hlm. 670
22
33
Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan, (Bandung : Al-Maarif, 1989), Cet.
VIII, hlm. 85
23
34
Charles Schaefer, Op. Cit., hlm. 74
35
Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
Offset, 1995), Cet. XIV, hlm. 182.
24
sukar tanpa bantuan orang lain.36 Sedang bentuk dari hadiah yang
diberikan pada anak tidak hanya berupa materiil saja, melainkan dapat
berupa pujian dengan kata-kata yang menyenangkan.
Pada intinya, hadiah diberikan kepada anak setelah mereka
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Dalam proses belajar,
jika anak dapat bersikap disiplin dengan menaati tata aturan yang telah
ditentukan maka hal ini patut diberi hadiah. Sebab dengan memberi
hadiah, anak akan menjadi lebih semangat kemauannya untuk belajar
atau berbuat yang lebih baik lagi. Sehingga dapat memperbaiki dan
mempertinggi prestasi yang telah dicapainya.
d. Hukuman
Hukuman sebagai upaya menyadarkan, mengoreksi dan
meluruskan yang salah sehingga orang kembali pada perilaku yang
sesuai dengan harapan.37
Hukuman memang perlu juga dilaksanakan, terutama bagi
anak-anak yang tidak berhasil dididik dengan cara lemah lembut dan
karena dalam kenyataan memang ada anak-anak yang setiap diberi
nasehat dengan lemah lembut dan dengan perasaan halus tetap
melakukan kesalahan, awal seperti itu perlu diberi sedikit hukuman
untuk memperbaiki perilakunya.
Maka supaya hukuman itu bersifat mendidik ada beberapa
syarat hukuman sebagai berikut:
1). Pendidikan anak menggunakan hukuman sebelum metode yang
lain berhasil digunakan.
2). Pendidik tidak menghukum ketika ia dalam keadaan marah.
3). Ketika memukul hendaknya pendidik hindari anggota badan yang
peka.
4). Pukulan janganlah terlalu keras dan membahayakan.
5). Tidak memukul anak sebelum ia berumur 10 tahun.
36
Charles Schaefer, Op. Cit., hlm. 19.
37
Tulus Tuu, Op.Cit., hlm. 49.
25
C. Prestasi Belajar
1. Pengertian
Mengenai makna dari prestasi belajar yang merupakan satu
pengertian dan terdiri dari rangkaian dua kata yakni prestasi dan belajar.
Sebelum menguraikan lebih lanjut tentang prestasi belajar terlebih dahulu
akan diuraikan pengertian belajar itu sendiri. Pengertian belajar menurut
Clifford T. Morgan mengatakan bahwa learning is any relatively
permanent change in behavior which occurs as a result of experience or
38
Nashih Ulwan, Op.Cit., hlm. 325-327
39
Ngalim Purwanto, Op.Cit., hlm. 192
26
practice.40 (Belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif tetap yang
terjadi akibat pengalaman atau latihan). Sedangkan prestasi merupakan
hasil yang dicapai seseorang ketika mengerjakan tugas atau kegiatan
tertentu.41
Jadi, prestasi belajar yang dimaksud adalah suatu hasil yang telah
dicapai seorang anak setelah adanya aktivitas belajar yang telah
ditetapkan di sekolah tertentu dalam waktu yang telah ditentukan pula.
Prestasi belajar anak terfokus pada nilai atau angka yang telah dicapai
anak dalam proses pembelajaran di sekolah. Kemudian untuk mengukur
hasil tersebut diselenggarakan evaluasi belajar yang nilainya dituangkan
dalam raport. Nilai tersebut terutama dilihat dari sisi kognitif, karena aspek
ini yang sering dinilai oleh guru untuk melihat penguasaan pengetahuan
sebagai ukuran pencapaian hasil belajar anak. Dalam hal ini Nana Sudjana
mengatakan diantara ketiga ranah ini, yakni kognitif, afektif dan
psikomotorik, maka ranah kognitiflah yang paling sering dinilai oleh para
guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam
menguasai isi bahan pengajaran.42
40
Clifford T. Morgan, Introduction to Psycology, (New York : Mc. Grow-Hill, 1971), hlm.
63.
41
Tulus Tuu, Op.Cit., hlm. 75.
42
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung : Remaja
Rosdakarya, 1990), hlm. 23.
43
Thursan Hakim, Op. Cit, hlm. 11
27
44
Ibid
45
Nana Syaodih Sukma Dinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: Remaja
Rosdakarya,2003), Cet. I, hlm. 162
46
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya, 2000), Cet. V, hlm. 133
28
47
Sumadi Suryabrata, Op. Cit., hlm. 255
48
M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2000),
Cet. XVI, hlm. 52
29
d). Motivasi
Motivasi adalah keadaan jiwa individu yang mendorong
untuk melakukan suatu perbuatan guna mencapai suatu
tujuan.51 Karena belajar merupakan suatu proses timbul dari
dalam maka faktor motivasi memegang peranan pula.
Tujuan motovasi adalah untuk menggerakkan atau
memacu anak agar timbul keinginan dan kemauannya untuk
meningkatkan prestasi belajarnya sehingga tercapai tujuan
pendidikan sesuai dengan yang diharapkan dan ditetapkan di
dalam kurikulum sekolah.52
Apabila anak dalam belajar mempunyai motivasi yang
tinggi, maka diharapkan akan memperoleh suatu prestasi
belajar yang terbaik.
b. Faktor eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor yang bersumber dari luar
individu itu sendiri.53 Faktor eksternal meliputi faktor lingkungan
keluarga, faktor lingkungan sekolah, faktor lingkungan masyarakat dan
faktor waktu.
1). Lingkungan Keluarga
Aktivitas belajar anak sangat dipengaruhi oleh kondisi
keluarga yang berupa :
a) Cara Orang Tua Mendidik
Orang tua yang kurang memperhatikan belajar anaknya akan
mengakibatkan prestasi belajarnya kurang memuaskan.
b) Relasi antar Anggota Keluarga
Relasi atau hubungan antar anggota keluarga yang terpenting
adalah relasi orang tua dengan anaknya. Hubungan yang baik
51
Mustaqim, Psikologi Pendidikan, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang,
(Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2001), Cet. I, hlm. 77
52
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, Op.Cit., hlm. 73
53
Thursan Hakim, Op. Cit, hlm. 17
31
54
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta : Rineka Cipta,
1993), hlm. 60-64.
32
55
Ibid., hlm. 64-69.
34
b) Mass Media
Mass media yang baik memberi pengaruhnya baik terhadap
siswa sendiri dan juga terhadap belajarnya, begitu juga
sebaliknya. Maka siswa perlu mendapatkan bimbingan dan
kontrol yang cukup bijaksana dari pihak orang tua dan
pendidik.
c) Teman Bergaul
Agar siswa dapat belajar dengan baik, maka perlu diusahakan
agar siswa memiliki teman bergaul yang baik dan pembinaan
pergaulan yang baik serta pengawasan dari orang tua dan
pendidik harus cukup bijaksana (jangan terlalu ketat tetapi juga
jangan lengah).
d) Bentuk Kehidupan Masyarakat
Kehidupan masyarakat di sekitar siswa juga berpengaruh
terhadap belajar siswa. Oleh karena itu, perlu untuk
mengusahakan lingkungan yang baik agar dapat memberi
pengaruh yang positif terhadap anak sehingga dapat belajar
dengan sebaik-baiknya.56
56
Ibid., hlm. 69-72.
57
M. Ngalim, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Op. Cit., hlm. 79
35
58
Imam Abu Al-Husain Muslim bin Hajjaj Al-Qusairy An-Naisabury, Shahih Muslim, Juz,
II, (Beirut, Libanon : Darul Kutub Al-Ilmiyyah, 1992), hal. 2047.
36
59
Abdullah Nashih Ulwan, Pendidikan Anak dalam Islam, (Jakarta : Pustaka Amani, 1999),
cet. II, hlm. 275.
60
Charles Schaefer, alih bahasa R. Turman Sirait, Cara Efektif Mendidik dan
Mendisiplinkan Anak, (Jakarta : Mitra Utama, 1994), cet. I, hlm. 3.
37
61
Thursan Hakim, Belajar Secara Efektif, (Jakarta : Puspa Swara, 2001), cet. II, hlm. 11.
38
F. Pengajuan Hipotesis
62
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta : Rineka
Cipta, 1993), hlm. 62