Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Congenital Talipes Equino Varus (CTEV) atau biasa disebut Clubfoot merupakan istilah umum
yang digunakan untuk menggambarkan deformitas umum dimana kaki berubah dari posisi
normal yang umum terjadi pada anak-anak. CTEV adalah deformitas yang meliputi fleksi dari
pergelangan kaki, inversi dari tungkai, adduksi dari kaki depan, dan rotasi media dari tibia
(Priciples of Surgery, Schwartz). Talipes berasal dari kata talus (ankle) dan pes (foot),
menunjukkan suatu kelainan pada kaki (foot) yang menyebabkan penderitanya berjalan pada
ankle-nya. Sedang Equinovarus berasal dari kata equino (meng.kuda) dan varus (bengkok ke
arah dalam/medial).
Congenital Talipes Equino Varus adalah deformitas kaki yang tumitnya terpuntir ke dalam garis
tungkai dan kaki mengalami plantar fleksi. Keadaan ini disertai dengan meningginya tepi dalam
kaki (supinasi) dan pergeseran bagian anterior kaki sehingga terletak di medial aksis vertikal
tungkai (adduksi). Dengan jenis kaki seperti ini arkus lebih tinggi (cavus) dan kaki dalam
keadaan equinus (plantar flexi). Congenital Talipes Equino Varus adalah suatu kondisi di mana
kaki pada posisi Plantar flexi talocranialis karena m. Tibialis anterior lemah, Inversi ankle
karena m. Peroneus longus, brevis dan tertius lemah, Adduksi subtalar dan midtarsal.
1. Clubfoot ringan atau postural dapat membaik secara spontan atau memerlukan latihan
pasif atau pemasangan gips serial. Tidak ada deformitas tulang, tetapi mungkin
ditemukan penencangan den pemendekan jaringan lunak secara medial dan posterior.
2. Clubfoot tetralogic terkait dengan anomaly congenital seperti mielodisplasia atau
artogriposis. Kondisi ini biasanya memerlukam koreksi bedah dan memiliki insidensi
kekambuhan yang yang tinggi.
3. Clubfoot idiopatik congenital, atau clubfoot sejati hampir selalu memerlukan intervensi
bedah karena terdapat abnormalitas tulang.
Etiologi Congenital Talipes Equino Varus sampai saat ini belum diketahui pasti tetapi diduga ada
hubunganya dengan : Persistence of fetal positioning, Genetic, Cairan amnion dalam ketuban
yang terlalu sedikit pada waktu hamil(oligohidramnion), Neuromuscular disorder (Kadang kala
ditemukan bersamaan dengan kelainan lain seperti Spina Bifida atau displasia dari rongga
panggul). Ada beberapa teori yang kemungkinan berhubungan dengan CTEV:
1. Teori kromosomal, antara lain defek dari sel germinativum yang tidak dibuahi dan
muncul sebelum fertilisasi.
2. Teori embrionik, antara lain defek primer yang terjadi pada sel germinativum yang
dibuahi (dikutip dari Irani dan Sherman) yang mengimplikasikan defek terjadi antara
masa konsepsi dan minggu ke-12 kehamilan.
3. Teori otogenik, yaitu teori perkembangan yang terhambat, antara lain hambatan temporer
dari perkembangan yang terjadi pada atau sekbvitar minggu ke-7 sampai ke-8 gestasi.
Pada masa ini terjadi suatu deformitasclubfoot yang jelas, namun bila hambatan ini
terjadi setelah minggu ke-9, terjadilah deformitasclubfoot yang ringan hingga sedang.
Teori hambatan perkembangan ini dihubungkan dengan perubahan pada faktor genetic
yang dikenal sebagai Cronon.Cronon ini memandu waktu yang tepat dari modifikasi
progresif setiap struktur tubuh semasa perkembangannya. Karenanya, clubfoot terjadi
karena elemen disruptif (lokal maupun umum) yang menyebabkan perubahan faktor
genetic (cronon).
4. Teori fetus, yakni blok mekanik pada perkembangan akibatintrauterine crowding.
5. Teori neurogenik, yakni defek primer pada jaringan neurogenik.
6. Teori amiogenik, bahwa defek primer terjadi di otot.
7. Sindrom Edward, yang merupakan kelainan genetic pada kromosom nomer 18
8. Pengaruh luar seperti penekanan pada saat bayi masih didalam kandungan dikarenakan
sedikitnya cairan ketuban (oligohidramnion)
9. Dapat dijumpai bersamaan dengan kelainan bawaan yang lain seperti spina bifida
10. Penggunaan ekstasi oleh ibu saat sedang mengandung
Penyebab pasti dari clubfoot sampai sekarang belum diketahui. Beberapa ahli mengatakan bahwa
kelainan ini timbul karena posisi abnormal atau pergerakan yang terbatas dalam rahim. Ahli lain
mengatakan bahwa kelainan terjadi karena perkembangan embryonic yang abnormal yaitu saat
perkembangan kaki ke arah fleksi dan eversi pada bulan ke-7 kehamilan. Pertumbuhan yang
terganggu pada fase tersebut akan menimbulkan deformitas dimana dipengaruhi pula oleh
tekanan intrauterine.
Kelainan ini sering terjadi pada anak laki-laki, dan bilateral pada 50 % kasus. Kemungkinan
terjadinya deformitas secara acak adalah 1 : 1000 kelahiran. Pemeriksaan pada bayi kaki pekuk
menunjukkan equinus kaki belakang, varus kaki belakang dan kaki tengah, adduksi kaki depan
dan berbagai kekakuan. Semua temuan ini adalah akibat dislokasi medial sendi talonavikuler.
Pada anak yang lebih tua, atrofi betisdan kaki lebih nyata daripada bayi, tanpa memandang
seberapa baik kaki terkoreksi atau fungsionalnya.
Diagnosis Banding
1. Postural clubfoot- disebabkan oleh posisi fetus dalam uterus. Kaki dapat dikoreksi secara
manual oleh pemeriksa. Mempunyai respon yang baik dan cepat terhadap serial casting
dan jarang akan kambuh kembali.
2. Metatarsus adductus (atau varus)- adalah deformitas pada metatarsal saja. Kaki bagian
depan mengarah ke bagian medial dari tubuh. Dapat dikoreksi dengan manipulasi dan
mempunyai respon terhadap serial casting.
Deformitas ini dapat dideteksi secara dini pada saat prenatal dengan ultrasonography atau
terdeteksi saat kelahiran.
2.7 Penatalaksanaan CTEV
Sekitar 90-95% kasus club foot bisa di-treatment dengan tindakan non-operatif. Penanganan
yang dapat dilakukan pada club foot tersebut dapat berupa :
1. Non-Operative :
Koreksi dari CTEV adalah dengan manipulasi dan aplikasi dari serial cast yang dimulai dari
sejak lahir dan dilanjutkan sampai tujuan koreksi tercapai. Koreksi ini ditunjang juga dengan
latihan stretching dari struktur sisi medial kaki dan latihan kontraksi dari struktur yang lemah
pada sisi lateral.
Manipulasi dan pemakaian cast ini diulangi secara teratur (dari beberapa hari sampai 1-2 bulan
dengan interval 1-2 bulan) untuk mengakomodir pertumbuhan yang cepat pada periode ini. Jika
manipulasi ini tidak efektif, dilakukan koreksi bedah untuk memperbaiki struktur yang
berlebihan, memperpanjang atau transplant tendon. Kemudian ektremitas tersebut akan di cast
sampai tujuan koreksi tercapai. Serial Plastering (manipulasi pemasangan gibs serial yang diganti
tiap minggu, selama 6-12 minggu). Setelah itu dialakukan koreksi dengan menggunakan sepatu
khusus, sampai anak berumur 16 tahun.
Perawatan pada anak dengan koreksi non bedah sama dengan perawatan pada anak dengan anak
dengan penggunaan cast. Anak memerlukan waktu yang lama pada koreksi ini, sehingga
perawatan harus meliputi tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek. Observasi kulit dan
sirkulasi merupakan bagian penting pada pemakaian cast. Orangtua juga harus mendapatkan
informasi yang cukup tentang diagnosis, penanganan yang lama dan pentingnya penggantian
cast secara teratur untuk menunjang penyembuhan.
Perawatan cast (termasuk observasi terhadap komplikasi), dan menganjurkan orangtua untuk
memfasilitasi tumbuh kembang normal pada anak walaupun ada batasan karena deformitas atau
therapi yang lama. Perawatan cast meliputi :
- Posisi ektremitas yang dibalut pada posisi elevasi dengan diganjal bantal pada hari
pertama atau sesuai intruksi
- Observasi ekteremitas untuk melihat adanya bengkak, perubahan warna kulit dan
laporkan bila ada perubahan yang abnormal
- Cek pergerakan dan sensasi pada ektremitas secara teratur, observasi adanya rasa nyeri
- Batasi aktivitas berat pada hari-hari pertama tetapi anjurkan untuk melatih otot-otot secara
ringan, gerakkan sendi diatas dan dibawah cast secara teratur.
- Istirahat yang lebih banyak pada hari-hari pertama untuk mencegah trauma
- Jangan biarkan anak memasukkan sesuatu ke dalam cast, jauhkan benda-benda kecil yang
bisa dimasukkan ke dalam cast oleh anak
- Rasa gatal dapat dukurangi dengan ice pack, amati integritas kulit pada tepi cast dan
kolaborasikan bila gatal-gatal semakin berat
2. Operatif
1. Komplikasi dapat terjadi dari terapi konservatif maupun operatif. Pada terapi konservatif
mungkin dapat terjadi masalah pada kulit, dekubitus oleh karena gips, dan koreksi yang
tidak lengkap. Beberapa komplikasi mungkin didapat selama dan setelah operasi.
Masalah luka dapat terjadi setelah operasi dan dikarenakan tekanan dari cast. Ketika kaki
telah terkoreksi, koreksi dari deformitas dapat menarik kulit menjadi kencang, sehinggga
aliran darah menjadi terganggu. Ini membuat bagian kecil dari kulit menjadi mati.
Normalnya dapat sembuh dengan berjalannya waktu, dan jarang memerlukan cangkok
kulit.
2. Infeksi dapat terjadi pada beberapa tindakan operasi. Infeksi dapat terjadi setelah operasi
kaki clubfoot. Ini mungkin membutuhkan pembedahan tambahan untuk mengurangi
infeksi dan antibiotik untuk mengobati infeksi.
3. Kaki bayi sangat kecil, strukturnya sangat sulit dilihat. Pembuluh darah dan saraf
mungkin saja rusak akibat operasi. Sebagian besar kaki bayi terbentuk oleh tulang rawan.
Material ini dapat rusak dan mengakibatkan deformitas dari kaki. Deformitas ini biasanya
terkoreksi sendir dengan bertambahnya usia
4. Komplikasi bila tidak diberi pengobatan : deformitas menetap pada kaki
1. I. Pengkajian
Biodata klien :
Mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi ; nama, umur, agama, suku bangsa,
pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, dan alamat. bayi laki-laki dua kali lebih banyak
menderita kaki bengkok daripada perempuan.
Kelainan ini sering terjadi pada anak laki-laki. Survei membuktikan dari 4 orang kasus Club foot,
maka hanya satu saja seorang perempuan. Itu berarti perbandingan penderita perempuan dengan
penderita laki-laki adalah 1:3 dan 35% terjadi pada kembar monozigot dan hanya 3% pada
kembar dizigot.
Keluhan Utama :
Keluhan yang membuat klien dibawa ke rumah sakit karena adanya keadaan yang abnormal pada
kaki anak yaitu adanya berbagai kekakuan kaki, atrofi betis kanan, hipoplasia tibia, fibula dan
tulang-tulang kaki ringan.
Keluhan sampai saat klien pergi ke Rumah Sakit atau pada saat pengkajian seperti Klien tidak
mengalami keluhan apa-apa selain adanya keadaan yang abnormal pada kakinya.
Dapat dikaji melalui genogram dan dari genogram tersebut dapat diidentifikasi mengenai
penyakit turunan dan penyakit menular yang terdapat dalam keluarga.
1. Antenatal
Kesehatan ibu selama hamil, penyakit yang pernah diderita serta upaya yang dilakukan untuk
mengatasi penyakitnya, berapa kali perawatan antenatal , kemana serta kebiasaan minum jamua-
jamuan dan obat yang pernah diminum serat kebiasaan selama hamil.
1. Natal
Tanggal, jam, tempat pertolongan persalinan, siapa yang menolong, cara persalinan (spontan,
ekstraksi vakum, ekstraksi forcep, section secaria dan gamelli), presentasi kepala dan komplikasi
atau kelainan congenital. Keadaan saat lahir dan morbiditas pada hari pertama setelah lahir, masa
kehamilan (cukup, kurang, lebih ) bulan. Saat lahir anak menangis spontan atau tidak.
1. Postnatal
Lama dirawat dirumah sakit, masalah-masalah yang berhubungan dengan gagguan sistem,
masalah nutrisi, perubahan berat badan, warna kulit,pola eliminasi dan respon lainnya. Selama
neonatal perlu dikaji adanya ashyksia, trauma dan infeksi.
Berat badan, lingkar kepala, lingkar lengan kiri atas, lingkar dada terakhir. Tingkat
perkembangan anak yang telah dicapai motorik kasar, halus, social, dan bahasa.
Sosial , perkawinan orang tua, kesejahteraan dan ketentraman, rumah tangga yan harmonis dan
pola suh, asah dan asih. Ekonomi dan adat istiaadat, berpengaruh dalam pengelolaan lingkungan
internal dan eksternal yang dapat mempengaruhi perkembangan intelektual dan pengetahuan
serta ketrampilan anak. Disamping itu juga berhubungan dengan persediaan dan pengadaan
bahan pangan, sandang dan papan.
Riwayat Imunisasi
Riwayat imunisasi anak sangat penting, dengan kelengkapan imunisasi pada anak mencegah
terjadinya penyakit yang mungkin timbul. Meliputi imunisai BCG, DPT, Polio, campak dan
hepatitis.
1. Pola nutrisi, Makanan pokok utama apakah ASI atau PASI. pada umur anak tertentu. Jika
diberikan PASI (ditanyakan jenis, takaran dan frekuensi) pemberiaannya serta makanan
tambahan yang diberikan. Adakah makanan yan disukai, alergi atau masalah makanan
yang lainnya).
2. Pola eliminasi, sistem pencernaan dan perkemihan pada anak perlu dikaji BAB atau BAK
(Konsistensi, warna, frkuensi dan jumlah serta bau). Bagaimana tingkat toileting trining
sesuai dengan tingkat perkembangan anak.
3. Pola aktivitas, kegiatan dan gerakan yang sudah dicapai anak pada usia sekelompoknya
mengalami kemunduran atau percepatan.
4. Pola istirahat, kebutha istirahat setiap hari, adakah gangguan tidur, hal-hal yang
mengganggu tidur dan yang mempercepat tidur.
5. Pola kebersihan diri, bagaiman perawatan pada diri anak apakah sudah mandiri atau
masih ketergantuangan sekunder pada orang lain atau orang tua.
Pemeriksaan Fisik
- Nyeri
- Bengkak
- Rasa dingin
- Observasi adanya gerakan spontan pada anak yang tidak mampu berespon terhadap
perintah
- Periksa gips untuk adanya bercak panas yang menunjukkan infeksi dibawah gips
3. Resiko tinggi kerusakan Tujuan : 1. Pastikan bahwa 1. Tepi gips yang tidak
integritas kulit semua tepi gips halus halus dapat mengiritasi
berhubungan dengan Pasien tidak dan bebas dari kulit
gips mengalami iritasi proyeksi pengiritasi 2. Untuk mencegah
kulit 2. Jangan membiarkan trauma kulit
anak memasukkan 3. Untuk mendorong
Kriteria Hasil : sesuatu ke dalam kepatuhan
gips 4. Karena kulit yang
Tidak ditemukannya 3. Waspadai anak yang tidak bersih dapat
tanda-tanda lebih besar untuk memicu timbulnya
kerusakan integritas tudak memasukkan iritasi
kulit benda-benda 5. Karena kulit dapat
kedalam gips, teriritasi akibat adanya
jelaskan mengapa ini air di dalam gips
penting 6. Karena gips akan
4. Jaga agar kulit yang mengeras dengan kulit
terpajan tetap bersih terdeskuamasi dan
dan bebas dari iritan sekresi sebasea
5. Lindungi gips
selama mandi,
kecuali jika gips
sintetik tahan
terhadap air
6. Selama gips dilepas,
rendam dan basuh
kulit dengan
perlahan
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Congenital Talipes Equino Varus (CTEV) atau biasa disebut Clubfoot merupakan istilah umum
yang digunakan untuk menggambarkan deformitas umum dimana kaki berubah dari posisi
normal yang umum terjadi pada anak-anak. CTEV adalah deformitas yang meliputi fleksi dari
pergelangan kaki, inversi dari tungkai, adduksi dari kaki depan, dan rotasi media dari tibia
(Priciples of Surgery, Schwartz).
Penyebab pasti dari clubfoot sampai sekarang belum diketahui. Beberapa ahli mengatakan bahwa
kelainan ini timbul karena posisi abnormal atau pergerakan yang terbatas dalam rahim dan
perkembangan embryonic yang abnormal yaitu saat perkembangan kaki ke arah fleksi dan eversi
pada bulan ke-7 kehamilan.
Treatment dimulai saat kelainan didapatkan dan terdiri dari tiga tahapan yaitu : koreksi dari
deformitas,mempertahankan koreksi sampai keseimbangan otot normal tercapai, observasi dan
follow up untuk mencegah kembalinya deformitas. Pemasangan gips serial segera dimulai
setelah kelahiran.
3.2 Saran
Dengan dibuatnya makalah ini diharapkan kepada para pembaca khususnya pada orang tua, jika
mempunyai bayi baru lahir, sebaiknya memperhatikan kondisii bayinya, bila orang tua malihat
ketidaksesuain bentuk dari kedua kaki bayi segeralah meminta konfirmasi pada petugas medis
tentang keadaan kaki bayi. Bila ternyata ada kelainan sebaiknya segera berobat ke dokter
spesialis orthopedic untuk mendapatkan pengobatan sedini mungkin karena pengobatan CTEV
ini secara bertahap dan berkelanjutan sehingga harus sabar dan rutin kontrol serta mematuhi
anjuran dokter agar tercapai hasil yang optimal.
Selain itu, diharapkan juga kepada tenaga medis khususnya perawat agar lebih tepat dalam
memberikan asuhan keperawatan kepada anak dengan CTEV.