Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Pada dasarnya,
hakikat otonomi daerah merupakan upaya yang dibentuk guna memperbaiki
kesejahteraan masyarakat yang diwujudkan dengan melakukan kegiatan atau
membuat pembaharuan yang sesuai dengan kehendak dan kepentingan
masyarakat.
Tujuan otonomi
daerah ini tidak lain adalah untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat daerah
yang dilakukan dengan cara meningkatkan kualitas pelayanan, pemberdayaan
masyarakat, dan terbentuknya sarana dan prasarana di daerah yang layak.
p
Asas Otonomi Daerah
Dalam perwujudan
otonomi daerah, terdapat tiga asas utama yang menjadi pedoman pelakasanaan
otonomi daerah. Asas-asas tersebut di antaranya:
1. Asas Desentralisasi
Desentralisasi memiliki arti penyerahan wewenang dari pemerintah pusat kepada
pemerintah daerah otonom untuk melaksanakan pemerintahan secara mandiri
dan bertanggung jawab sesuai perundang-undangan yang berlaku di wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2. Asas Dekonsentrasi
Asas dekonsentrasi berarti penyerahan wewenang yang dilakukan oleh
pemerintah pusat kepada gubernur atau alat-alat kelengkapan pemerintah pusat
di daerah lainnya yang bertindak sebagai perpanjangan tangan pemerintah
pusat.
Berdasarkan
dasar hukum Undang-Undang No. 32 Tahun 2004, otonomi daerah Indonesia
diselenggarakan atas prinsip-prinsip sebagai berikut:
Selain hak
istimewa untuk menyelenggarakan pemerintahan mandiri yang diberikan
langsung oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah, ada pula manfaat-
manfaat lainnya dari diberlakukannya otonomi daerah.
Implementasi
otonomi daerah merupakan titik penting pembuktian kemampuan dan
kemandirian daerah otonom untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya.
Bagi banyak pihak, otonomi daerah sudah menjadi katarsis yang menggembirakan. Sambutan
pelaksanaan otonomi di daerah-daerah telah menimbulkan harapan baru, otonomi memberi
ruang kebebasan untuk mengelola wilayahnya sendiri. Pembangunan infrastruktur dan
suprastruktur yang lebih banyak terjadi di wilayah pusat (Jawa) diharapkan akan bergeser atau
berpindah ke daerah. Harapan terjadinya trickle down effect yang semula hanya mimpi, nanti
bakal sebaliknya. Pada masa pemerintahan yang sentralistik, pembangunan yang begitu cepat
terjadi hanya ada di wilayah yang dekat dengan pusat. Otonomi akan memberi perhatian dan
energi lebih banyak untuk pembangunan daerah dan meningkatkan kesejahteraan rakyatnya
yang selama ini diabaikan.
Meski demikian timbul pula kecemasan baru tentang kesiapan daerah melaksanakan otonomi
yang dimulai tahun 2001. Dari aspek pengelolaan sumber daya alam misalnya., telah terjadi
puluhan bahkan ratusan pemberian izin oleh para bupati sebagai ekspresi otonomi
pengelolaan hutan. Setiap izin diberikan untuk memanen kayu (bukan mengelola hutan) 100
hektar. Pemberian izin akan mengancam kelestarian sumber daya hutan. Sumber daya alam
tidak dipungkiri, merupakan sumber pendapatan yang paling cepat dan memungkinkan untuk
meningkat pendapatan asli daerah (PAD). Eksplorasi dan eksploitasi sumberdaya alam ini persis
sama seperti ketika Indonesia pertama kali mencanangkan pembangunan lima tahun
pertamanya. Diterbitkanya UU Penanaman Modal Asing pada tahun1967 dan UU Penanaman
Modal Dalam Negeri pada tahun 1968, memacu penanaman modal di sektor ekstraktif, yaitu
hutan dan pertambangan.
Pelaksanaan UU itu membuat sumberdaya alam Indonesia luluh lantak. Sumberdaya alam
(hutan) menjadi sasaran utama untuk meningkatkan devisa negara, guna membiayai
pembangunan. Namun tanpa kebijaksanaan pengelolaan dan penegakan hukum yang jelas,
maka apa yang dialami daerah berkait dengan sumber daya alamnya akan sama sebangun
dengan nasib sumber daya alam Indonesia saat ini, bahkan bisa lebih buruk. Kecemasan lainnya,
berkait dengan subtansi otonomi sendiri yang mungkin dilihat masih mengandung resistensi
Pemerintah Diminta Perkuat Daerah Otonomi Baru di
Perbatasan Nunukan
JAKARTA - Pemerintah diminta untuk segera membangun dan mewujudkan Daerah Otonomi
Baru (DOB) demi memperkuat kedaulatan negara dan mempertegas batas negara seperti di
wilayah Kabudaya Perbatasan Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara.
Pengamat Militer dan Pertahanan Susaningtyas Kertopati (Nuning) berpandangan, pemerintah
harus hadir tidak hanya di pusat
Menurutnya, permasalahan wilayah perbatasan tidak bisa dilakukan melalui pendekatan militer,
tetapi pemerintah harus hadir dan membangun DOB untuk memperkuat wilayah NKRI di setiap
wilayah.
"Masalah wilayah kita tidak bisa di atasi hanya dengan pendekatan keamanan atau militer saja,
prosperity approach juga harus dilakukan agar warga perbatasan merasakan hadirnya RI disana,"
tuturnya saat dikonfirmasi media di Jakarta, Minggu (3/7/2016).