Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Handewi P. Saliem
Supriyati
Erizal Jamal
Sri Hery Susilowaty
Helena Juliani Purba
Rina Cantayani
1
PENDAHULUAN
Selaras dengan visi pembangunan nasional sebagaimana tertuang dalam Undang- Undang
Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025,
maka visi Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia adalah Mewujudkan
Masyarakat Indonesia yang Mandiri, Maju, Adil, dan Makmur (Republik Indonesia, 2011). Visi
menjadi negara maju dan sejahtera dengan indikator PDB sekitar USD 4,3 Triliun dan menjadi
negara dengan PDB terbesar ke-9 di dunia. Untuk mewujudkan visi tersebut maka pada tanggal
20 Mei 2011 telah diterbitkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2011
tentang Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)
2011-2025. Ditargetkan kontribusi PDB dari koridor ekonomi sebagai bagian dari transformasi
ekonomi sekitar 82 persen atau USD 3,5 Triliun. MP3EI merupakan dokumen rencana
pembangunan dimana arahnya tidak pernah bergeser, tetap berpatokan pada Visi Indonesia
2025, yaitu mengangkat Indonesia menjadi negara maju dan merupakan kekuatan 12 besar
dunia di tahun 2025 dan 8 besar dunia pada tahun 2045 melalui pertumbuhan ekonomi tinggi
yang inklusif dan berkelanjutan.
MP3EI adalah program pemerintah untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi wilayah
Indonesia. Pembangunan koridor ekonomi di Indonesia dilakukan berdasarkan potensi dan
keunggulan masing-masing wilayah yang tersebar di seluruh Indonesia. Sebagai negara yang
terdiri atas ribuan pulau dan terletak di antara dua benua dan dua samudera, wilayah
kepulauan Indonesia memiliki sebuah konstelasi yang unik, dan tiap kepulauan besarnya
memiliki peran strategis masing-masing yang ke depannya akan menjadi pilar utama untuk
mencapai visi Indonesia tahun 2025. Dengan memperhitungkan berbagai potensi dan peran
strategis masing-masing pulau besar (sesuai dengan letak dan kedudukan geografis masing-
masing pulau), telah ditetapkan 6 (enam) koridor ekonomi.
Melalui langkah MP3EI, percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi akan
menempatkan Indonesia sebagai negara maju pada tahun 2025 dengan pendapatan per kapita
yang berkisar antara USD 14.250-USD 15.500 dengan nilai total perekonomian (PDB) berkisar
antara USD 4,0-4,5 triliun. Untuk mewujudkannya diperlukan pertumbuhan ekonomi riil sebesar
6,4-7,5 persen pada periode 2011-2014, dan sekitar 8,0-9,0 persen pada periode 2015-2025.
2
Pertumbuhan ekonomi tersebut akan dibarengi oleh penurunan inflasi dari sebesar 6,5 persen
pada periode 2011-2014 menjadi 3,0 persen pada 2025. Kombinasi pertumbuhan dan inflasi
seperti itu mencerminkan karakteristik negara maju (Gambar 1).
Dalam penjelasan UU 17 tahun 2007, dinyatakan bahwa visi 2025 akan diwujudkan
melalui 3 (tiga) misi yang menjadi fokus utamanya, yaitu:
1. Peningkatan nilai tambah dan perluasan rantai nilai proses produksi serta distribusi dari
pengelolaan aset dan akses (potensi) SDA, geografis wilayah, dan SDM, melalui penciptaan
kegiatan ekonomi yang terintegrasi dan sinergis di dalam maupun antar-kawasan pusat-
pusat pertumbuhan ekonomi.
2. Mendorong terwujudnya peningkatan efisiensi produksi dan pemasaran serta integrasi pasar
domestik dalam rangka penguatan daya saing dan daya tahan perekonomian nasional.
3. Mendorong penguatan sistem inovasi nasional di sisi produksi, proses, maupun pemasaran
untuk penguatan daya saing global yang berkelanjutan, menuju innovation-driven economy.
Terkait dengan focus misi untuk mencapai visi 2015, maka tema pembangunan masing-
masing koridor ekonomi dalam percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi adalah
sebagai berikut:
3
1. Koridor Ekonomi Sumatera memiliki tema pembangunan sebagai Sentra Produksi dan
Pengolahan Hasil Bumi dan Lumbung Energi Nasional;
2. Koridor Ekonomi Jawa memiliki tema pembangunan sebagai Pendorong Industri dan Jasa
Nasional;
3. Koridor Ekonomi Kalimantan memiliki tema pembangunan sebagai Pusat Produksi dan
Pengolahan Hasil Tambang & Lumbung Energi Nasional;
4. Koridor Ekonomi Sulawesi memiliki tema pembangunan sebagai Pusat Produksi dan
Pengolahan Hasil Pertanian, Perkebunan, Perikanan, Migas dan Pertambangan Nasional;
5. Koridor Ekonomi Bali Nusa Tenggara memiliki tema pembangunan sebagai Pintu
Gerbang Pariwisata dan Pendukung Pangan Nasional;
6. Koridor Ekonomi Papua-Kepulauan Maluku memiliki tema pembangunan sebagai
Pusat Pengembangan Pangan, Perikanan, Energi, dan Pertambangan Nasional.
Dengan diterapkannya koridor ekonomi yang tertuang di dalam MP3EI ini, secara
keseluruhan, PDB Indonesia akan bertumbuh lebih cepat dan lebih luas, baik untuk daerah di
dalam koridor, maupun untuk di daerah di luar koridor. Pertumbuhan tahunan PDB nasional
dengan penerapan MP3EI akan menjadi sekitar 12,7 persen secara nasional, dengan
pertumbuhan wilayah di dalam koridor sebesar 12,9 persen. Pertumbuhan di luar koridor juga
akan mengalami peningkatan sebesar 12,1 persen sebagai hasil dari adanya spillover effect
pengembangan kawasan koridor ekonomi. Pertumbuhan tahunan di Koridor Ekonomi Jawa
disesuaikan dengan RPJMN agar tercapai pengurangan dominasi Pulau Jawa dibandingkan
dengan pulau-pulau lain pada tahun 2025. Selain itu, diharapkan juga terjadi kenaikan
pertumbuhan ekonomi secara merata untuk koridor-koridor ekonomi di luar Jawa (BBSDL,
2011).
Pengembangan MP3EI berfokus pada 8 program utama, yaitu: pertanian, pertambangan,
energi, industri, kelautan, pariwisata, telematika, dan pengembangan kawasan strategis.
Kedelapan program utama tersebut terdiri dari 22 kegiatan ekonomi utama yang disesuaikan
dengan potensi dan nilai strategisnya masing-masing di koridor yang bersangkutan.
Pengembangan kegiatan ekonomi utama Koridor Ekonomi membutuhkan dukungan dari
sisi energi. Dengan adanya Masterplan P3EI ini, penambahan kebutuhan energi listrik di
Indonesia hingga tahun 2025 diproyeksikan mencapai sekitar 90.000 MW (dalam kondisi beban
puncak). Dari jumlah tersebut, sebagian besar kebutuhan energi akan digunakan untuk
4
mendukung pembangunan dan pengembangan kegiatankegiatan ekonomi utama di dalam
koridor. Untuk mendukung pengembangan kegiatan ekonomi utama, telah diindikasikan nilai
investasi yang akan dilakukan di keenam koridor ekonomi tersebut sebesar sekitar Rp 4.012
Triliun. Dari jumlah tersebut, Pemerintah akan berkontribusi sekitar 10% dalam bentuk
pembangunan infrastruktur dasar, seperti: jalan, pelabuhan laut, pelabuhan udara, serta rel
kereta dan pembangkit tenaga listrik, sedangkan sisanya diupayakan akan dipenuhi dari swasta
maupun BUMN dan kolaborasi antara BUMN dan swasta.
5
penyelesaian masalah peraturan nasional dan infrastruktur utama nasional. Menurut laporan
Menko Perekonomian, berdasarkan hasil diskusi dengan para pemangku kepentingan,
khususnya dunia usaha, teridentifikasi sejumlah regulasi dan perijinan yang memerlukan
debottlenecking yang meliputi:
i. Mempercepat penyelesaian peraturan pelaksanaan undang-undang
ii. Menghilangkan tumpang tindih antar peraturan yang sudah ada baik ditingkat pusat
dan daerah, maupun antara sektor/lembaga
iii. Merevisi atau menerbitkan peraturan yang sangat dibutuhkan untuk mendukung
strategi MP3EI (seperti Bea keluar beberapa komoditi)
iv. Memberikan insentif kepada kegiatan-kegiatan utama yang sesuai dengan strategi
MP3EI
v. Mempercepat dan menyederhanakan proses serta memberikan kepastian perijinan
Adapun Elemen Utama dari Strategi Kedua adalah:
i. Menghubungkan pusat-pusat pertumbuhan utama untuk memaksimalkan
pertumbuhan berdasarkan prinsip keterpaduan, bukan keseragaman.
ii. Memperluas pertumbuhan dengan menghubungkan daerah tertinggal dengan pusat
pertumbuhan melalui inter-modal supply chain systems.
iii. Menghubungkan daerah terpencil dengan infrastruktur & pelayanan dasar dalam
menyebarkan manfaat pembangunan secara luas. (Pertumbuhan yang inklusif)
3. Strategi ketiga, pengembangan Center of Excellence di setiap koridor ekonomi. Dalam hal
ini akan didorong pengembangan SDM dan IPTEK sesuai kebutuhan peningkatan daya saing.
Percepatan transformasi inovasi dalam ekonomi yang dilakukan melalui:
i. Pengembangan modal manusia berbasis ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi
secara terencana dan sistematis.
ii. Memasukkan unsur Sistem Inovasi Nasional (SINAS) dan berbagai upaya
transformasi inovasi dalam kegiatan ekonomi.
Adapun Inisiatif Strategisnya adalah sebagai berikut:
i. Revitalisasi Puspitek sebagai Science and Technology Park
ii. Pengembangan Industrial Park
iii. Pembentukan klaster inovasi daerah untuk pemerataan pertumbuhan
iv. Pengembangan industri strategis pendukung konektivitas
v. Penguatan aktor inovasi (SDM dan Inovasi).
6
II. PERMASALAHAN PENGEMBANGAN SENTRA PRODUKSI PERTANIAN
7
Tabel 2. Komoditas Unggulan Nasional
No Komoditas Pangan Non-Pangan
Tanaman Pangan padi, jagung, kedelai, kacang tanah,
1 (7) kacang
hijau, ubi kayu, ubi jalar
2 Hortikultura (10) cabe, bawang merah, kentang, mangga, rimpang, tanaman
pisang, jeruk, durian, manggis hias
3 Perkebunan (15) kelapa sawit, kelapa, kakao, kopi, lada, karet, kapas,
jambu mete, teh, tebu tembakau, cengkeh,
jarak pagar, nilam,
4 Peternakan (7) sapi potong, sapi perah, kerbau, kambing/
domba, babi, ayam buras, itik
Sumber: Kemtan, 2010
Dalam pengembangan komoditas/subsector di enam koridor, secara umum masih
dijumpai permasalahan pada masing-masing kelompok komoditas/subsector. Dalam tulisan ini,
sentra pengembangan baru dikelompokkan menjadi tiga, yaitu: (i) Pengembangan Sentra
Produksi Pangan (Padi, Jagung dan Kedelai); (ii) Pengembangan Sentra Produksi Ternak (Sapi
potong dan sapi perah); dan (iii) Sentra Produksi Perkebunan (kakao, karet, dan kelapa sawit).
Uraian berikut akan membahas permasalahan 3 kelompok komoditas sentra pengembangan
dalam aspek pengembangan wilayah, produksi dan mutu, serta agroindustri dan pemasaran.
Dalam masing-masing aspek akan dibahas permasalahan dalam bidang regulasi, infrastruktur,
insentif, sumberdaya manusia (SDM) serta riset dan teknologi.
9
5. Bidang Riset dan Teknologi: (i) Inventarisasi dan Karakterisasi SDL dan SD Air pada
tingkat opersional untuk tujuan peningkatan IP maupun untuk perluasan areal masih
terbatas; (ii) Tata air mikro lahan rawa belum berkembangng; dan (iii) Disain pintu air
sesuai dengan agroekosistem dan kebutuhan belum berkembang.
standar mutu yang diminta oleh lembaga mitra; (xiii) Perlu peningkatan kemampuan
12
2.2. Permasalahan Pengembangan Sentra Produksi Ternak (Sapi potong dan sapi
perah)
2.2.1. Aspek Pengembangan Wilayah
Permasalahan yang dihadapi dalam aspek pengembangan wilayah, antara lain:
1. Bidang Regulasi: (i) Belum ada Permentan/Ekuin tentang penyertaan sapi dalam
integrasi sapi- kelapa sawit; (ii) Belum ada Permentan/ Ekuin tentang pembatasan
ekspor limbah pertanian sebagai pakan ternak
2. Bidang Infrastruktur: (i) Belum tersedia infrastruktur untuk lahan peternakan ( sumber
air : sumur dalam/em-bung, padang penggembalaan, jalan untuk akses tataniaga); (ii)
Belum tersedia transportasi (kapal laut dan KA) dari daerah produsen ke konsumen; (iii)
Belum tersedia RPH modern terintegrasi dengan pengolah daging segar dan olahan; (iv)
Belum tersedia Industri Pangan olahan asal ternak yang bahan bakunya dari luar
Jawa; (v) Belum semua perusahaan /plasma kelapa sawit bersedia menerima sapi; (vi)
Belum tersedia pabrik pengolah bahan pakan berbasis limbah pertanian
3. Bidang Insentif: -
4. Bidang SDM: (i) Kurangnya petugas RPH terlatih dan bersertifikat; (ii) Kurangnya
ketrampilan petani kelapa sawit dalam budi daya sapi; (iii) Kurangnya pengetahuan
pengusaha sawit tentang penggunaan bahan pakan ternak berbasis lokal
2.3. Permasalahan Sentra Produksi Perkebunan (kakao, karet, dan kelapa sawit)
2.3.1. Aspek Pengembangan Wilayah
Permasalahan yang dihadapi dalam aspek pengembangan wilayah, antara lain:
1. Bidang Regulasi: (i) Ijin pelepasan lahan untuk perkebunan sawit belum jelas; (ii)
Sosialisasi Perpres No. 10/2011 tentang Moratorium Hutan dan Lahan gambut masih
terbatas; (iii) Keterkaitan Perpres No 32 tahun 2011 tentang Masterplan percepatan dan
perluasan pembangunan ekonomi Indonesia (MP3I) dengan kebijakan lain perlu
diselaraskan ; (iv) Pengaturan RTRW tingkat Nasional dan Regional belum jelas.
14
2. Bidang Infrastruktur: (i) Terbatasnya jalan usahatani perkebunan rakyat; (ii) Data dan
informasi lahan gambut yang rinci dan mutakhir sangat terbatas; (iii) (iii) Data dan
informasi lahan sesuai pada skala yang lebih rinci untuk pengembangan tanaman Sawit,
Karet dan Kakao belum tersedia.
3. Bidang Insentif: Diperlukan dana yang memadai untuk penyediaan data dan informasi
penyebaran lahan gambut.
4. Bidang SDM: (i) Terbatasnya tenaga terampil perkebunan; (ii) Peneliti dan teknisi di
bidang ini semakin terbatas
5. Bidang Riset dan Teknologi: (i) Kajian RTRW tingkat Nasional dan Regional; (ii) Evaluasi
SDL untuk pengembangan Kelapa sawit, karet dan Kakao pada skala yang lebih rinci di
setiap koridor pengembangan
2.3.2. Aspek Produksi dan Mutu
Permasalahan yang dihadapi dalam aspek produksi dan mutu, antara lain:
1. Bidang Regulasi: (i) Permentan yang mengatur harga biji kakao fermentasi dan
nonfermentas belum ada; (ii) Penyelesaian Perda sebagai penjabaran Permentan No. 14
tahun 2009 tentang Pedoman Pengelolaan Lahan Gambut untuk Pengembangan Kelapa
Sawit belumselesai.
15
3. Bidang Insentif: (i) Modal usaha yang dimiliki umumnya kecil; (ii) Diperlukan dukungan
kredit modal kerja dengan subsidi bunga.
4. Bidang SDM: Peningkatan keterampilan pekebun dalam hal pengolahan
5. Bidang Riset dan Teknologi:
16
Tabel 4. Matrik RTL Program Bersama Pengembangan Sentra Produksi Pangan (Padi, Jagung dan Kedelai)
18
KEMENTERIAN REGULASI INFRA STRUKTUR INSENTIF SDM RISET &
/INSTI TUSI (fiscal/non-fiskal TEKNOLOGI
Aspek Agro-Industri dan pemasaran
Kemen PU Peraturan akses ke Pembangunan akses Kemudahan Pelatihan sistem Perlu model sistem
Kemendag pasar ke pasar peraturan akses informasi pasar informasi pasar yang
Kementan Jaringan informasi pasar efektif
harga antar sentra
produksi
Informasi harga
Pengembangan pasar
produk olahan
Kementan, Peraturan Ketersediaan peralatan Kemudahan Pelatihan Teknologi
Kemenperin Pengolahan Pangan pengolahan perijinan industri, pengolahan bahan pengolahan bahan
non beras hak patent pangan non beras pangan non beras
Kementan Peraturan Pengembangan pasar Kemudahan atur Pelatihan manaje- Perlu dikaji hambat-
Kemendag manajemen komoditas/pasar an/akses untuk men pemasaran an pada setiap
pemasaran tradisional memasarkan hasil bagi pelaku pasar tingkat rantai pasar
19
Tabel 5. Matrik RTL Program Bersama Pengembangan Sentra Produksi Ternak (Sapi potong dan sapi perah)
KEMENTERIAN/ REGULASI INFRA STRUKTUR INSENTIF (fiscal/non- SDM RISET &
INSTITUSI fiskal TEKNOLOGI
Aspek Pengembangan Wilayah
Kemenhub Permenhub/Permenda Penyediaan kapal laut di Peninjauan ulang Pelatihan Teknologi
Kemendagri gri tentang penyediaan sentra produksi dan tentang pungutan penanganan transportasi ternak
Kemenristek moda transportasi revitalisasi transportasi dan retribusi ternak dalam
ternak (kapal laut dan KA untuk ternak di berlebihan pada transportasi
kereta api) Pulau Jawa setiap check-poin jarak jauh
daerah
Kemenhub/ Prioritisasi pembangun- Pemberlakuan sistem
Kem PU an jalan angkutan ter- in-sentif (biaya
Kementan nak dari sentra produksi angkut disub-sidi
ke sentra pemasaran untuk 2 tahun perta-
ma) bagi pengguna
KA
Kem PU Pembangunan infra- Pemanfaatan
Kementan struktur untuk lahan teknologi kincir air
peternakan ( sumber air dan sumur artesis
: sumur dalam/embung, sebagai sumber air
padang penggemba- dikawasan padang
laan, jalan untuk akses penggembalaan
tataniaga)
Kementan Pembangunan RPH Peningkatan
Swasta modern terintegrasi de- ketrampilan
ngan pengolah daging SDM RPH yang
segar dan olahan bersetifikat
Kementrian Penyiapan Investasi Pengepakan daging Pelatihan para
Perindustrian untuk Industri daging segar dan pengolahan pemotong
segar dan olahan di daging dan fasilitas alat hewan &
daerah produsen sapi angkutannya Butcher agar
bersertifikat
20
KEMENTERIAN/ REGULASI INFRA STRUKTUR INSENTIF SDM RISET & TEKNOLOGI
INSTI TUSI (fiscal/non-fiskal
Aspek Pengembangan Wilayah (Lanjutan)
Kementan Permentan /Ekuin: Pembangunan Pemanfaatan hasil
Kemenperin Penyertaan sapi dalam pabrik pengolahan samping pertanian
integrasi sapi- kelapa pakan ternak lokal untuk pakan ternak
sawit di lokasi (BIS, lumpur sawit,
perkebunan sawit pelepah sawit, dll)
Kemenristek Konsorsium penelitian
(BATAN, LIPI) pengkayaan limbah
pertanian
Aspek Produksi dan mutu
Kementan Permentan tentang Penyediaan Peningkatan pemahaman Penyuluhan/disemaina
kewajiban pemurnian insentif fiscal peternak tentang si teknologi reproduksi
sapi induk lokal melalui bagi peternak teknologi reproduksi
IB sapi lokal (penyapihan tepat waktu
(terutama PO) agar induk bisa
yang me- dikawinkan lagi,
lakukan IB mengawinkan induk
dengan pejantan dengan pejantan sejenis
PO untuk minimal satu kali)
pemurnian
Kementan dan Permentan/Permendag Peningkatan pengetahuan
Kemendag tentang kuota pema- peternak melalui
sukan/impor sapi bakal- pembinaan kelompok
an, daging beku dan model Sarjana
susu sesuai Blue Print Membangun Desa
PSDSK-2014
Kementan/ Review/perbaikan Blue Membangun sistem Sistem identifikasi dan
Kemendiknas print PSDSK identifikasi dan registrasi ternak
berdasarkan hasil registrasi ternak menggunakan
sensus ternak 2011 nasional teknologi informasi
21
Kemenristek Konsorsium penelitian
(BATAN, LIPI) pengkayaan limbah
pertanian
Kemeristek Teknologi inderajauh
(LAPAN) (mobilitas sapi potong)
22
Tabel 6. Matrik RTL Program Bersama Sentra Produksi Perkebunan (kakao,karet dan kelapa sawit)
KEMENTERI REGULASI INFRA STRUKTUR INSENTIF (fiscal/non- SDM RISET &
AN/INSTI fiskal TEKNOLOGI
TUSI
Aspek Pengembangan Wilayah
Kemhut Ijin pelepasan lahan Pengaturan RTRW
untuk perkebunan komoditas perkebunan
harus jelas, disesuaikan
dengan RTRW Nasional
dan kabupaten/Kota
Kemtan Peningkatan keterampilan
tenaga penyuluh
Perkebunan
Kemen Peningkatan tenaga
D terampil dan terdidik
i
k
n
a
s
23
KEMENTERI REGULASI INFRA STRUKTUR INSENTIF (fiscal/non- SDM RISET &
AN/INSTI fiskal TEKNOLOGI
TUSI
Aspek Agro-Industri dan pemasaran
Kementan Pengaturan Kembali Pembinaan kelompok
peran KPB dengan tani dan Ga[poktan
Gapoktan
Kemenperin Tersedia Pabrik pengolah hasil
perkebunan rakyat
Kemendag jaminan harga yang
berbasis kualitas
Kemenristek Konsorsium
Perkebunan
Kemenkeu Skim Kredit yang
Kementan mudah diakses
pekebun
24
25
DAFTAR PUSTAKA
Balai Besar Penelitian Dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. 2011. Penyusunan Data Dasar
Mendukung MP3EI Koridor Kalimantan Dan Lintas Koridor. Laporan Penelitian.
Republik Indonesia. 2011. Masterplan Percepatan Dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-
2025 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2011 Tanggal 20 Mei 2011.
Sumarno .(2011). Ketersediaan Sumberdaya Lahan Pertanian dan Ketahanan Pangan Nasional. Makalah
Seminar di Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Bogor, 29 November 2011.
Wahyunto, r. Hofiyati, F. Agus. 2011. Sinkronisasi Basis Data Sumber Daya Lahan Mendukung Perencana-
an Pembangunan Pertanian dalam Dukungan Penelitian dalam Pelaksanaan UU 41 Tahun 2009
tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan. PSEKP. Laporan Penelitian
26