Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
KARDIOVASKULER
Disusun Oleh:
Nadia Chairony 021611133138
Resgita Nadila Masya 021611133139
Prisca Agustina Nurcahyani Putri 021611133141
Virna Septyaningtyas 021611133142
Dian Pramita Ayu Kumalasari 021611133143
Vina Zavira Nizar 021611133144
Fiona Cherrilia Adji 021611133145
Universitas Airlangga
Surabaya
2017
A. TUJUAN
1. Memeriksa denyut nadi dan mengukur tekanan darah
- Memeriksa denyut nadi secara palpasi
- Mengukur tekanan darah secara palpasi
- Mengukur tekanan darah secara auskultasi
2. Mengamati dan mempelajari pengaruh posisi tubuh terhadap denyut
nadi dan tekanan darah.
3. Mengamati dan mempelajari pengaruh latihan fisik terhadap denyut
nadi dan tekanan darah.
B. METODE
Grafik C2. Pengaruh Posisi Tubuh Terhadap Denyut Nadi dan Tekanan
Darah
Grafik C3. Pengaruh Latihan Fisik Terhadap Denyut Nadi dan Tekanan
Darah
140
120
100
Denyut Nadi
80
60 Tekanan Sistolik
(Auskultasi)
40
Tekanan Diastolik
20 (Auskultasi)
0
Pra Pasca Pasca Pasca Pasca
Latihan Latihan Latihan Latihan Latihan
Menit 1 Menit 3 Menit 5 Menit 7
D. PEMBAHASAN
Denyut nadi merupakan salah satu tanda vital yang mendasar dalam
tubuh manusia. Tanda vital (vital sign) meliputi frekuensi denyut nadi, suhu
tubuh, tekanan darah, dan frekuensi pernafasan. Pemeriksaan tanda vital
merupakan salah satu cara untuk mengetahui perubahan sistem tubuh.
(Wiraswan, 2012)
Denyut nadi (pulse rate) menggambarkan frekuensi kontraksi
jantung seseorang. Pemeriksaan denyut nadi pada umumnya dilakukan
dengan cara palpasi, yaitu pemeriksaan dengan cara meraba, menyentuh,
atau merasakan struktur dengan ujung-ujung jari. Cara lain yang biasanya
digunakan dalam pemeriksaan adalah dengan cara auskultasi. Auskultasi
merupakan pemeriksaan yang dilakukan dengan mendengarkan suara-suara
dalam tubuh. Pengukuran denyut nadi dengan cara palpasi dilakukan dengan
menghitung denyut pada arteri selama satu menit. Arteri yang dapat dengan
mudah diperiksa antara lain adalah arteri radialis, arteri brachialis, arteri
carotis communis, dan arteri radialis.
Denyut nadi terbentuk seiring dengan didorongnya darah melalui
arteri. Untuk membantu sirkulasi, arteri berkontraksi dan relaksasi secara
periodik dan bertepatan dengan kontraksi dan relaksasi yang dilakukan oleh
jantung seiring dengan dipompanya darah menuju arteri dan vena. Dengan
demikian, denyut nadi dapat mewakili detak jantung permenit. Pada
keadaan normal, jantung manusia berdetak 70 kali per menit. Detak ini
diperlambat (bradycardia) selama tidur, dan dipercepat (tachycardia)
dengan emosi, latihan fisik, dan stimuli lain. (Ganong, 2013, p-497).
Tekanan darah adalah gaya yang ditimbulkan oleh darah terhadap
satuan luas dinding pembuluh darah (arteri). Tekanan ini harus bersifat
adekuat, yaitu cukup tinggi untuk menghasilkan gaya dorong terhadap
darah, namun tidak boleh terlalu tinggi sehingga tidak menimbulkan kerja
tambahan bagi jantung. Pada remaja, tekanan darah yang diperoleh dari
arteri brachialis dalam keadaan normal berada pada 120/79 mmHg.
(Ganong, 2013, p-546) Ketika mengukur tekanan darah menggunakan
metode auskultasi, kita dapat mendengar suara bising dari arteri brachialis.
Suara ini dinamakan dengan suara Korotkoff. Suara Korotkoff merupakan
suara yang didapatkan ketika darah melewati pembuluh yang tersumbat
sebagian dan dikarenakan oleh getaran dari dinding pembuluh tersebut.
(Guyton, 2012, p-182)
Tekanan darah didapat melalui tekanan sistole dan diastole yang
merupakan dua periode yang menyusun satu siklus jantung. Satu siklus
jantung terdiri dari empat fase, diantaranya adalah : (Ganong, 2013, p-509)
1. Ventricular Filling
Fase ini merupakan fase pengisian ventrikel, termasuk dalam
fase diastolik. Pengisian ventrikel dimulai ketika ventrikel
mengembang dan tekanannya turun dibanding dengan atrium.
Ventrikel terisi oleh darah dalam tiga tahapan, yaitu pengisian
ventrikel secara cepat, lalu diikuti dengan pengisian yang lambat
(diastasis), hingga proses diakhiri dengan sistoleatrial. Hasil
akhir diperoleh End Diastolic Volume (EDV) yang merupakan
volume darah total yang mengisi tiap ventrikel, besarnya kurang
lebih 130 ml.
2. Isovolumetric Contraction
Mulai fase ini, atria repolarisasi dan berada dalam kondisi
diastole selama sisa siklus. Sebaliknya, ventrikel mengalami
depolarisasi dan mulai mengalami kontraksi. Tekanan dalam
ventrikel meningkat tajam, tetapi darah masih belum dapat keluar
dari jantung dikarenakan tekanan pada aorta (80 mmHg( dan
pulmonarytrunk (10 mmHg) masih lebih tinggi dibandingkan
tekanan ventrikel, serta keempat katup jantung masih tertutup.
Dalam fase ini, volume darah dalam ventrikel tetap, sehingga
dinamakan isovolumetrik.
3. Ventricular Ejection
Pompa darah keluar jantung dimulai ketika tekanan dalam
ventrikel melampaui tekanan atrial, sehingga katup semilunaris
terbuka. Nilai tekanan puncak adalah 120 mmHg pada ventrikel
kiri dan 25 mmHg pada ventrikel kanan. Darah yang keluar
jantung saat pompa ventrikuler dinamakan Stroke Volume (SV)
yang besarnya sekitar 54% dari EDV. Sisa darah yang tertinggal
disebut End Systolic Volume (ESV), jadi : SV = EDV ESV.
4. Isovolumetric Relaxation
Awal dari diastole ventrikuler, yakni saat mulai terjadinya
repolarisasi. Fase ini juga disebut sebagai fase isovolumetrik
karena katup AV belum terbuka dan ventrikel belum menerima
darah dari atria.
Pada percobaan pengaruh latihan fisik terhadap denyut nadi dan tekanan
darah di kelompok kami, didapatkan hasil melalui pengukuran langsung
pada mahasiswa coba, Fiona Cherrilia Adji (Ivone) yang berumur 18 tahun
yang melakukan aktivitas naik turun bangku/kursi selama dua menit.
Sebelum melakukan aktivitas, Ivone sebagai mahasiswa coba diukur terlebih
dahulu denyut nadi dan tekanan darahnya, hal ini bertujuan untuk
mendapatkan data yang digunakan sebagai control sebelum melakukan
latihan fisik. Data pra-latihan yang didapat adalah sebesar 73 kali/ menit
untuk variable denyut nadi dengan tekanan darah sebesar 119/80 .
Setelah melakukan latihan fisik berupa naik-turun bangku selama 2
menit, denyut nadi dan tekanan darah mahasiswa coba diukur kembali. Pada
menit ke-1 didapatkan peningkatan aktivitas pada denyut nadi yaitu sebesar
110 kali/ menit. Peningkatan denyut nadi yang signifikan ini merupakan
hasil dari respon kardiovaskular terhadap adanya kontraksi otot. Kerja ini
juga berfungsi untuk mengangkut O2 yang dibutuhkan oleh otot untuk
melakukan kontraksi selama latihan (Ganong, 2003)
Pada latihan fisik akan terjadi perubahan pada sistem cardiovaskular
yaitu peningkatan curah jantung dan redistribusi darah dari organ yang
kurang aktif ke organ yang aktif. Peningkatan curah jantung ini dilakukan
dengan meningkatkan isi sekuncup dan denyut jantung. Disaat melakukan
latihan fisik maka otot jantung akan mengkonsumsi O2 yang ditentukan
oleh faktor tekanan dalam jantung selama kontraksi sistole. Ketika tekanan
meningkat maka konsumsi O2 ikut naik pula. Konsumsi O2 oleh otot
jantung ini dapat dihitung dengan mengalikan denyut nadi dan tekanan
darah sistolik.(Nadi H, 1992)
Selain denyut nadi, perubahan juga dapat dilihat pada tekanan darah
sistolik dan diastolik. Berbeda dengan denyut nadi, pada menit ke-1 setelah
melakukan latihan, kami menemukan adanya penurunan pada tekanan darah
baik pada tekanan darah sistolik maupun tekanan darah diastolik. Setelah
melakukan latihan fisik tekanan darah turun hingga mencapai angka 115/78.
Menurut teori yang ada penurunan tekanan darah setelah melakukan
latihan fisik dapat terjadi karena pembuluh darah mengalami pelebaran dan
relaksasi. Aktivitas fisik tersebut dapat melemaskan pembuluh-pembuluh
darah, sehingga tekanan darah menurun, sama halnya dengan melebarnya
pipa air akan menurunkan tekanan air. Dalam hal ini, latihan fisik/olahraga
dapat mengurangi tahanan perifer.
Penurunan tekanan darah juga dapat terjadi akibat berkurangnya
aktivitas memompa jantung (Medical Journal, 2006). Otot jantung pada
orang yang rutin melakukan latihan fisik sangat kuat, maka otot jantung
pada individu tersebut berkontraksi lebih sedikit daripada otot jantung
individu yang jarang berolahraga, untuk memompakan volume darah yang
sama (Mirkin G and Hoffman M, 1978). Karena olahraga dapat
menyebabkan penurunan denyut jantung (Fox EL,1988), maka olahraga
akan menurunkan cardiac output, yang pada akhirnya menyebabkan
penurunan tekanan darah.Peningkatan efisiensi kerja jantung dicerminkan
dengan penurunan tekanan sistolik, sedangkan penurunan tahanan perifer
dicerminkan dengan penurunan tekanan diastolik. (Ganong, 1995)
Pengukuran pada denyut nadi dan tekanan darah dilakukan kembali
pada menit ke-3 setelah latihan fisik, ditemukan perubahan yang
menunjukkan sistem kerja jantung menuju kembali ke keadaan awal yaitu
berupa turunnya kembali denyut nadi. Akan tetapi kondisi ini belum diikuti
dengan meningkatnya kembali tekanan darah sistolik dan tekanan darah
diastolik. Ketiga variable baru dapat kembali ke keadaan normal pada menit
ke-5 yaitu dengan denyut nadi sebesar 74 kali/ menit dan tekanan darah
sebesar 110/82.
Metode Palpasi
Konsep teori : Palpasi adalah cara pemeriksaan dengan meraba,
menyentuh, atau merasakan strukur dengan ujung-ujung jari.
Pemeriksaan ini tanpa menggunakan stethoscope dan dilakukan di
arteri radialis. Tekanan darah sistolik dapat diukur saat rabaan
pada arteri sudah menghilang.
Sarana : alat yang digunakan berupa sphymomanometer
(tensimeter) , denyut pada arteri dapat diraba menggunakan jari
II,III,IV.
Prosedur :
a) Pasang manset di lengan atas (kanan), sekitar 3 cm di atas
fossa cubiti (jangan terlalu ketat atau longgar)
b) Raba serta rasakan denyut arteri radialis dextra
c) Pompakan udara ke dalam manset sampai denyut tak teraba
lalu lanjutkan memompa manset hingga tinggi Hg pada
manometer sekitar 20 mmHg lebih tinggi dari titik dimana
denyut arteri radialis tak teraba lagi
d) Keluarkan udara pada manset secara perlahan dan
berkesinambungan dengan memutar sekrup pompa
berlawanan jarum jam, tekanan sistolik dapat diukur saaat
denyut kembali teraba untuk yang pertama kali,
Hasil : hanya bisa mengukur tekanan sistolik. Selain itu, hasilnya
kurang akurat bila dibandingkan dengan pengukuran secara
auskultasi yaitu lebih rendah
Metode Auskultasi
Konsep teori : pemeriksaan pada metode auskultasi dilakukan
dengan mendengarkan suara-suara alami yang diproduksi tubuh.
Pemeriksaan pada arteri brachialis dan terjadi 2 denyutan sistolik
& diastolic .
Sarana : alat yang digunakan berupa Stethoscope dan
Sphygmomanometer (tensimeter)
Prosedur :
a) Pasang manset di lengan atas (kanan), sekitar 3 cm di atas
fossa cubiti (jangan terlalu ketat atau longgar)
b) Cari dan raba arteri brachialis secara palpasi pada fossa cubiti
dan letakkan stethoscope di atas arteri tersebut.
c) Kunci skrup dan pompa tensimeter hingga arteri brachialis
tidak teraba , lanjutkan memompa sampai tinggi Hg pada
manometer mencapai 20 mmHg lebih tinggi.
d) Buka skrup perlahan dan perhatikan pada angka berapakah
terdengar bunyi pertama kali ( menunjukkan tekanan sistolik)
dan pada angka berapakah terdengar bunyi yang terakhir
sebelum menghilang (menunjukkan tekanan diastolik)
Hasil : Dapat mengukur tekanan sistolik dan tekanan diastolik.
Hasilnya lebih akurat dibandingkan pengukuran secara
palpasi.
Bising Sistolik
Bising sistolik terdengar dalam fase sistolik (di antara Bunyi
Jantung I dan Bunyi Jantung. II) sesudah bunyi jantung I. Bising sistolik
dianggap sebagai bising ejeksi, yaitu bising selama mid-diastolik
sesudah fase awal kontraksi isovolumetrik, atau bisa juga dianggap
sebagai bising insufisiensi yang terjadi pada seluruh sistolik. Bising
yang terjadi pada seluruh sistolik disebut sebagai pansistolik atau
holosistolik (Sylvia, 2006) .
Bunyi Jantung I (BJ I) Terjadi karena getaran menutupnya
katub atrioventrikularis, yang terjadi pada saat kontraksi isometris dari
bilik pada permulaan systole. Getaran yang terjadi tersebut akan
diproyeksikan pada dinding toraks yang kita dengar sebagai bunyi
jantung I. Sedangkan Bunyi Jantung II (BJ II) terjadi akibat proyeksi
getaran menutupnya katub aorta dan a. pulmonalis pada dinding toraks.
Ini terjadi kira-kira pada permulaan diastole. BJ II normal selalu lebih
lemah daripada BJ I.
Bising diastolik
Bising diastolik terjadi diantara Bunyi Jantung II dan Bunyi
Jantung I, bising ini terdengar saat fase diastolik. Bising ini bernada
rendah dan paling jelas didengar dengan stethoscope . Karena katub AV
mengalami stenosis , pengisian cepat tidak terjadi dan ada perbedaan
tekanan di sepanjang diastole. Kontraksi atrium akan memperbesar
perbedaaan tekanan pada akhir diastole dan akan terjadi peningkatan
bising pada saat ini.
6. Apakah pemasangan manset yang terlalu longgar arau ketat dapat
mempengaruhi hasil pengukuran tekanan darah?
Ya, berpengaruh. Pemasangannya haruslah tepat yaitu tidak
terlalu ketat dan tidak terlalu longgar.
Apabila manset terlalu longgar, maka darah masih bisa
mengalir seperti biasa (sebagian turbulen, sebagian laminer) karena
kurang tertekan atau terhambat, bunyi yang terdengar pun lemah. Selain
itu pula menghasilkan tekanan darah yang lebih tinggi, sehingga tidak
diperoleh hasil pengukuran yang valid.
Apabila terlalu ketat pada saat pemasangan,akan menyebabkan
tekanan yang di berikan pompa sphygnomamometer pada kantong
karet tidak maksimal. Hal ini disebabkan sebelum pemompaan,
pengikatan pada lengan sudah ketat dan sudah ada tekanan, jadi bila di
beri tambahan udara, tekanannya tidak terlalu maksimal; sehingga
menghasilkan tekanan darah menjadi lebih rendah dari seharusnya.
a. Secara teoris, bagaimanakan pengaruh posisi tubuh terhadap
denyut nadi dan tekanan darah?
F. KESIMPULAN
Pengukuran denyut nadi dapat dilakukan dengan cara palpasi,
yaitu dengan meraba arteri radialis sinistra atau dextra dan menekannya
dengan 3 jari sampai terasa nadinya, lalu dihitung frekuensinya yaitu
berapa denyut per 1 menit.
Pengukuran tekanan darah dapat dilakukan dengan 2 cara,
yaitu palpasi dan auskultasi. Pengukuran ini dilakukan pada arteri
brachialis. Pada pengukuran palpasi hanya dapat ditentukan tekanan
sistolik, yaitu dengan menggunakan sphygmomanometer lalu dirasakan
denyut pertama yang terasa sambal melihat ketinggian air raksa. Pada
pengukuran auskultasi dapat ditentukan tekanan sistolik dan diastolik
pada arteri brachialis dextra, yaitu dengan cara menggunakan
sphygmomanometer lalu didengarkan suara bising yang muncul lalu
hilang lagi sambal melihat ketinggian air raksa. Tekanan darah normal
manusia adalah 120/80 mmHg.
Faktor-faktor yang mempengaruhi denyut nadi dan tekanan
darah adalah jenis kelamin, usia, posisi saat pengukuran, dan aktivitas
yang dilakukan.
G. DAFTAR PUSTAKA
Fox EL, Bowers RW, Foss ML. The physiological basis of education and
atlhetics 4th ed. Philadelphia: Saunders College Publishing, 1988.
Nadi H, Iwan NB. Manula dan olahraga ditinjau dari sistem cardiovaskular.
Cermin Dunia Kedokteran no. 78, 1992
Palmer, A & Bryan Williams. 2007. Simple Guides Tekanan Darah Tinggi.
Jakarta : Erlangga.