Вы находитесь на странице: 1из 3

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Pembahasan

Absorbsi merupakan salah satu operasi pemisahan dalam industri kimia dimana
suatu campuran gas dikontakkan dengan suatu cairan penyerap yang sesuai, sehingga
satu atau lebih komponen dalam campuran gas larut dalam cairan penyerap. Dalam
praktikum ini, digunakan gas CO2 sebagai absorbat dan larutan NaOH 0,1 N sebagai
absorben. Adapun reaksi yang akan terjadi, yaitu :

CO2(g) + NaOH(aq) NaHCO3(aq)


NaHCO3+NaOHNa2CO3(s)+H2O
CO2(g) + 2NaOH(aq) Na2CO3(s) + H2O(l)

Variabel yang berhubungan dengan proses absorbsi gas CO2 oleh NaOH yang
dilakukan, meliputi :
1. Tinggi, diameter kolom;
2. Tinggi, jenis isian (packing);
3. Laju alir udara, CO2, dan cairan (NaOH);
4. Konsentrasi cairan (NaOH);
5. Lamanya waktu kontak (proses absorbsi);
6. Temperatur.
Sampel dititrasi dua kali dengan HCl dan kemudian HCl kembali, untuk
mengetahui banyaknya CO2 yang terserap. Titrasi ini disebut dengan titrasi asidimetri
(asam-basa). Asidimetri adalah pengukuran konsentrasi asam dengan menggunakan
larutan baku basa. Oleh sebab itu, keduanya disebut juga sebagai titrasi asam-
basa. Pada asidimetri, dilakukan dengan penitrasi HCl 0,1 N dan indikator phenolftalein
yang akan memberikan warna terang kemudian bening saat setelah mencapai titik
ekuivalen.
Absorbsi yang dilakukan menggunakan larutan NaOH 0,1 N yang dialirkan
kedalam kolom dengan spray dan dengan kolom yang dilengkapi dengan packing. Ini
bertujuan untuk memperluas permukaan kontak antara NaOH dengan CO2. Sehingga
didapatkan proses absorbsi yang optimal. NaOH mengalir dari bagian atas kolom,

18
19

sedangkan gas CO2 mengalir dari bagian bawah kolom. Dimana diketahui bahwa NaOH
mempunyai berat jenis yang lebih besar dari gas CO2. Serta sifat alami bahwa cairan
akan mudah mengalir kebawah akibat gravitasi bumi. Sedangkan gas yang akan
bergerak ke atas seperti menguap. Aliran ini ditujukan agar kontak dapat terjadi antara
cairan dan gas.
Pada bagian alat absorbsi, alat diengkapi dengan flowmeter udara, cairan, dan
gas CO2, serta manometer air raksa. Ini akan mempermudah praktikan untuk mengatur
laju alir dan mengetahui tekanan. Namun, alat ini tidak dilengkapi dengan sensor yang
menunjukkan konsentrasi NaOH setelah proses absorbsi berlangsung. Sehingga harus
dilakukan titrasi asam-basa untuk mengetahui konsentrasi NaOH setelah proses
sekaligus untuk mengetahui CO2 yang terserap atau terabsorbsi.
Pada perhitungan kecepatan absorbsi, diperlukan data seperti volume titran yang
digunakan untuk menitrasi larutan sampel yang ada dalam tangki dan outlet setiap
variasi laju alir kemudian didapatkan konsentrasi CO 2 terlarut. Diperlukan juga data
laju alir udara, air, dan CO 2 yang digunakan untuk menghitung aliran inlet CO 2 terlarut
dalam tangki dan outlet. Dengan menghitung selisih aliran CO2 terlarut dalam tangki
dan outlet dapat diketahui nilai kecepatan absorpsi dengan satuan mol/dt. Berdasarkan
data yang didapat pada setiap variasi F.aliran udara : F. CO 2 : F.air, pada perbandingan
4:2:20 kecepatan absorbsi sampel 1 dan 2 berturut-turut sebesar -0,027 dan 0,006; pada
perbandingan 4:2:40 kecepatan absorbsi sampel 1 dan 2 sebesar 0,036 dan 0,024; pada
perbandingan 5:2:20 kecepatan absorbsi sampel 1 dan 2 sebesar 0,003 dan 0 ; pada
perbandingan 5:2:40 kecepatan absorbsi sampel 1 dan 2 sebesar -0,024 dan 0,027; pada
perbandingan 6:2:20 kecepatan absorbsi sampel 1 dan 2 sebesar 0,015 dan 0,018 ; pada
perbandingan 6:2:40 kecepatan absorbsi sampel 1 dan 2 sebesar 0 dan -0,006.
Dari hasil praktikum terdapat data yang bernilai negative hal itu disebabkan pada
saat pengambilan sampel dilakukan pengisian bak tendon yang berisi campuran air dan
NaOH yang sebelumnya telah dilakukan absorpsi sehingga kondisi umpan tidak dalam
keadaan murni karena terdapat CO2 yang terlarut.
Dari variasi tersebut waktu tinggal kolom dan lamanya proses absorpsi tidak jauh
berbeda nilainya dimana nilai waktu tinggal kolom pertama berkisar pada 4 detik dan
untuk sampai ke dasar kolom kedua dari awal keluarnya cairan berkisar pada 5 detik.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa waktu tinggal kolom dan lamanya proses tidak
berpengaruh besar pada kecepatan absorpsi. Namun, yang mempengaruhi besarnya
20

nilai kecepatan absorpsi adalah laju alir larutan NaOH, laju alir CO 2 dan laju alir udara.
Semakin besar laju alir larutan NaOH maka akan semakin besar nilai kecepatan
absorpsi.
Konsentrasi CO 2 terlarut dari tangki semakin meningkat karena terakumulasi
dengan laju produk yang kembali menjadi umpan. Dengan kata lain, absorpsi ini
berjalan secara continue. Sehingga NaOH yang sudah mengikat CO 2 pada produk,
yang kemudian masuk proses kembali dan akan mengikat CO 2 murni lagi.

Вам также может понравиться