Вы находитесь на странице: 1из 95

PENGARUH TERAPI BEKAM TERHADAP TEKANAN DARAH

PADA PASIEN HIPERTENSI DI KLINIK BEKAM ABU ZAKY


MUBARAK

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana S1 Keperawatan (S.Kep)

Disusun Oleh:

MUHAMMAD ALFIAN RAHMAN

1111104000011

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2016 M/ 1437 H
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Muhammad Alfian Rahman

Tempat, Tanggal Lahir : Tangerang, 20 September 1993

Status Pernikahan : Belum menikah

Alamat : Griya Alam Sentosa F 27 no 11, Cileungsi

Telepon : 081213198148

Email : rfian36@yahoo.com

Riwayat Pendidikan

1. SD Muhammadiyah 2, Pasirangin, Cileungsi, Bogor, Jawa Barat

2. MTS Pondok Pesantren Al-Hamid, Cilangkap, Jakarta Timur

3. MA Pondok Pesantren Al-Hamid, Cilangkap, Jakarta Timur

4. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Riwayat Organisasi

1. Pengurus pesantren Al-hamid devisi keamanan (OSPA)

2. Wakil Menteri Kebudayaan dan Olahraga Badan Eksekutif Mahasiswa

Program Studi Ilmu Keperawatan 2013-2014

vi
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE

PROGRAM STUDY OF NURSING SCIENCE

Undergraduate Thesis, January 2016

Muhammad Alfian Rahman, NIM: 1111104000011

Effect of Cupping Therapy to Blood Pressure for Hypertension Patient at

Cupping Abu Zaky Mubarak Clinic

ABSTRACT

Hypertension, a disease that increasingly prevalent in Indonesia that cause to


death of a third major in Indonesia for all ages (7.4%). Hypertension is increase
blood pressure which more than a normal blood pressure, systolic greater than or
equal to 140 mmHg and a diastolic pressure greater than or equal to 90 mmHg.
The disease is a major risk factor for heart attack, stroke, and heart failure.
Preventive measures and treatment is really important to do to avoid the increase
of hypertension in Indonesia. Hypertension treatment can be performed with
pharmacological treatment, non-pharmacological and complementary.
Hypertension should be treated as soon as possible, one of a complementary
treatment is cupping. Cupping therapy is one method of treating this disease by
removing angina or impure blood from the body through the skin surface. This
study aims to determine the effect of cupping therapy on blood pressure in
hypertension. The design of this study is quasi-experimental with one group
pretest-posttest design. This study was used 25 respondents which conducted in
clinics bruise Abu Zaky Mubarak that being treated with cupping intervention
once in one time. The Results of this study was the decreased blood pressure
between the mean value in systole (15.60) and diastole (9.40). The Wilcoxon test
showed the value of systolic and diastolic (p = 0.000), which means the value of p
<0.05 indicates that there was a significant effect of cupping therapy to changes
the blood pressure in hypertension. Researchers expect to further research the
benefits of cupping therapy for other diseases and used as a nursing actions
complementary treatment for patients with hypertension.

Keywords: Cupping Therapy, Hypertension

vii
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Skripsi, Januari 2016

Muhammad Alfian Rahman, NIM: 1111104000011

Pengaruh Terapi Bekam Terhadap Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi


Di Klinik Bekam Abu Zaky Mubarak
xvii+ 66 halaman+ 9 tabel+
ABSTRAK

Hipertensi merupakan penyakit yang makin banyak dijumpai di Indonesia yang


menyebabkan kematian utama ketiga di Indonesia untuk semua umur (7,4%).
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah yang melebihi tekanan darah
normal, sistol lebih dari atau sama dengan 140 mmHg dan tekanan diastol lebih
dari atau sama dengan 90 mmHg. Penyakit ini merupakan faktor risiko yang besar
untuk serangan jantung, stroke, dan gagal jantung. Tindakan pencegahan maupun
penanganan sangat penting segera dilakukan untuk Menghindari peningkatan
penyakit hiepertensi di Indonesia ini. Pengobatan hipertensi dapat dilakukan
dengan pengobatan farmakologis, nonfarmakologis dan komplementer. Penyakit
hipertensi harus segera ditangani, salah satunya dengan pengobatan komplementer
yaitu bekam. Bekam merupakan suatu metode pengobatan penyakit dengan cara
mengeluarkan angina atau darah kotor dari dalam tubuh melalui permukaan kulit.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi bekam terhadap
tekanan darah pada pasien hipertensi. Desain penelitian ini adalah quasi
experimental dengan one group pretest-posttest design. Jumlah sampel yang
digunakan sebanyak 25 responden yang dilakukan di klinik bekam Abu Zaky
Mubarak dengan melakukan 1 kali intervensi bekam. Hasil uji statistik ditemukan
adanya perubahan pada tekanan darah yaitu terjadi penurunan dengan selisih nilai
mean pada sistol (15,60) dan diastol (9,40). Uji statistik yang menggunakan uji
Wilcoxon pada sistol dan diastol menunjukan nilai (p=0,000) yang berarti nilai
p<0,05 menunjukan bahwa ada pengaruh yang signifikan terapi bekam terhadap
perubahan tekan darah pada pasien hipertensi. Peneliti mengharapkan untuk
penelitian selanjutnya manfaat terapi bekam untuk penyakit lainnya dan dijadikan
tindakan keperawatan pengobatan komplementer untuk pasien hipertensi yang
dapat digunakan masyarakat.

Kata Kunci : Terapi Bekam, Hipertensi

viii
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr. wb.

Alhamdulillahirabbilalamin, puji syukur senantiasa penulis panjatkan

kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat, berkah, rahmat dan karunia-

Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penelitian ini. Shalawat dan

salam selalu kita haturkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW, suri tauladan

sepanjang masa yang telah membawa ajaran kebenaran yaitu Islam, perantara

beliaulah kita selaku umatnya saat ini dapat mengetahui yang mana hak dan

bathil. Berkat kuasa dan kehendak Allah SWT, penulis dapat menyelesaikan

penelitian dengan judul: Pengaruh Terapi Bekam Terhadap Penurunan

Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi Di Klinik Bekam Abu Zaky

Mubarak.

Dalam menyelesaikan penelitian ini, penulis menemukan cukup banyak

hambatan dan kesulitan. Syukur Alhamdulillah berkat rahmat dan hidayah-Nya,

kesungguhan, kerja keras dan disertai dukungan dan bantuan dari berbagai pihak

baik secara langsung maupun tidak langsung, sehingga dapat terselesaikan.

Maka dari itu sudah sepatutnya penulis mengucapkan terima kasih dan

penghargaan yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA selaku Rektor Universitas Islam Negeri


Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Prof. Dr. H. Arif Sumantri, S.KM, M.Kes, selaku dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.

ix
3. Ibu Maulina Handayani, S.Kp, M.Sc, selaku Ketua Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Ernawati, S.Kp, M.Kep, Sp.KMB, selaku Sekertaris Program Studi

Ilmu Keperawatan.

5. Ibu Maulina Handayani, S.kp, M.Sc, selaku dosen pembimbing akademik

yang selalu memberi pengarahan dan bimbingannya.

6. Ayahanda dan Ibunda tercinta yang banyak memberikan kasih sayang,

doa, dorongan dan bantuan baik secara formal, finansial, maupun spiritual

dalam penyelesaian studi ini.

7. Bapak Jamaludin, S.kp, M.kep dan Ibu Ns. Kustati Budi Lestari, M.kep,

Sp.Kep.An, sebagai dosen pembimbing saya yang tidak kenal lelah dan

sabar yang telah memberikan waktu luang, masukan-masukan yang

berharga dan memotivasi penulis demi terselesaikanya penelitian ini.

8. Kepada dosen penguji, Ibu Ernawati, S.Kp, M.Kep, Sp.KMB dan Ibu Ns.

Gusrina Komara Putri, S.Kep, MSN, penulis mengucapkan terima kasih.

9. Segenap bapak dan ibu dosen di Program Studi Ilmu Keperawatan yang

telah mendidik dan memberikan ilmu yang berharga kepada saya.

10. Segenap staf dan karyawan fakultas dan jurusan yang banyak membantu

dalam bidang administrasi.

11. Kepada Ns. Ari Nur Husaini, S.kep dan kepala klinik bekam Abu Zaky

Mubarak yang telah membantu penulis untuk kelancaran proses penelitian.

12. Seluruh teman-teman PSIK 2011 yang telah berjuang bersama-sama

dalam suka dan duka, pada teman terbaik (Audy, Diza, Putri, Silvia, Lala,

Indah, Riri, Dayang, Trisna, Iqbal, Permata, Gilang, Ilzam, Azmi, Andy)

x
dan terkhusus untuk Sarah Audy harun yang selalu mendoakan serta

memotivasi untuk tetap semangat dan memberikan keceriaan kepada

penulis.

13. Kepada adik tercinta Muhammad Fiqri Ramadhan dan Syakira Azka

Maharani.

Mudah-mudahan segala bantuan dan bimbingan yang telah diberikan

kepada penulis mendapat imbalan dari Allah SWT. Penyusun menyadari dalam

penulisan penelitian ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis

mengharapkan saran yang membangun dari berbagai pihak. Semoga tulisan ini

dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis khususnya.

Wassalamualaikum wr.wb

Ciputat, Januari 2016

Muhammad Alfian Rahman

xi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................................... ii

PERNYATAAN PERSETUJUAN .................................................................. iii

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................ iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ....................................................................... vi

ABSTRACT ...................................................................................................... vii

ABSTRAK ...................................................................................................... viii

KATA PENGANTAR ..................................................................................... ix

DAFTAR ISI .................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ............................................................................................ xv

DAFTAR GAMBAR DAN BAGAN ............................................................. xvi

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xvii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .............................................................................. 7

C. Tujuan Penelitian ................................................................................ 9

D. Manfaat Penelitian............................................................................ 10

E. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................ 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori .................................................................................. 12


1. Tekanan Darah ................................................................................. 12
2. Hipertensi ........................................................................................ 14
3. Bekam .............................................................................................. 26

xii
B. Kerangka Teori .................................................................................. 36

BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN DEFINISI


OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep ............................................................................. 37

B. Hipotesis ........................................................................................... 38

C. Definisi Operasional ......................................................................... 39

BAB IV METODELOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian .............................................................................. 41

B. Populasi dan Sampel Penelitian ....................................................... 42

C. Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................... 44

D. Alat Pengumpulan Data dan Prosedur Penelitian ............................ 44

E. Pengolahan Data ............................................................................... 47

F. Analisa Data ...................................................................................... 48

G. Etika Penelitian ................................................................................ 49

BAB V HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Lokasi Penelitian ............................................................ 52

B. Analisa Univariat .............................................................................. 52

C. Analisa Bivariat ................................................................................ 55

BAB VI PEMBAHASAN................................................................................ 49

A. Pembahasan Hasil Uji Penelitian ..................................................... 57

B. Keterbatasan Penelitian .................................................................... 64

xiii
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 66

A. Simpulan .......................................................................................... 66

B. Saran ................................................................................................. 67

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xiv
DAFTAR TABEL

No. Tabel

Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah (JNC 7).............................................. 16

Tabel 2.2 Klasifikasi Menurut WHO.... 17

Tabel 3.1 Definisi Operasional..... 39

Tabel 5.1 Karakteristik Responden... 52

Tabel 5.2 Umur dan Jenis Kelamin....... 53

Tabel 5.3 Tekanan Darah Responden Sebelum Bekam................................ 54

Tabel 5.4 Tekanan Darah Responden Setelah Bekam.................................. 54

Tabel 5.5 Distribusi Hasil Normalitas........................................................... 55

Tabel 5.6 Analisa Bivariat............................................................................. 56

xv
DAFTAR GAMBAR DAN BAGAN

Gambar 2.1 Titik-Titik Bekam......................................................................... 33

Gambar 2.2 Kerangka Teori............................................................................. 36

Gambar 3.1 Kerangka Konsep.......................................................................... 37

Gambar 4.1 Desain Penelitian........................................................................... 41

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Permohonan Responden

Lampiran 2 Lembar Persetujuan Responden

Lampiran 3 Lembar Observasi

Lampiran 4 Analisa Data

Lampiran 5 Studi Pendahuluan Daftar Pasien Di Klinik Bekam

xvii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit tidak menular merupakan penyakit kronis yang tidak ditularkan

dari orang ke orang. Data penyakit tidak menular meliputi: (1) asma; (2) penyakit

paru obstruksi kronis; (3) kanker; (4) diabetes melitus; (5) hipertiroid; (6)

hipertensi; (7) jantung koroner; (8) gagal jantung; (9) stroke; (10) gagal ginjal

kronis; (11) batu ginjal; (12) penyakit sendi atau rematik. Penyakit tidak menular,

terutama hipertensi terjadi penurunan dari 31,7 persen tahun 2007 menjadi 25,8

persen tahun 2013. Asumsi terjadi penurunan bisa bermacam-macam mulai dari

alat pengukur tensi yang berbeda sampai pada kemungkinan masyarakat sudah

mulai datang berobat ke fasilitas kesehatan (Riset kesehatan dasar, 2013).

Penyakit tekanan darah tinggi merupakan faktor resiko utama dari perkembangan

penyakit jantung dan stroke. Penyakit hipertensi juga disebut sebagai the silent

diseases karena tidak terdapat tanda-tanda atau gejala yang dapat dilihat dari

luar. Penyakit hipertensi berkembang secara perlahan, tetapi secara potensial

sangat berbahaya (Dalimarta et al, 2008).

Hipertensi adalah penyakit yang makin banyak dijumpai di Indonesia,

terutama di kota-kota besar. Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah yang

melebihi tekanan darah normal seperti apa yang telah disepakati oleh para ahli

yaitu lebih dari atau sama dengan 140/90 mmHg The Seventh Report of The Joint

National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High

Blood Pressure (JNC 7) (Sudoyo, 2010). Hipertensi menjadi penyebab kematian

1
2

nomor tiga setelah stroke dan tuberculosis. Hipertensi adalah tekanan darah tinggi

di atas angka normal (Brooker, 2001). Hipertensi adalah tekanan darah dimana

tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg.

Tekanan darah tinggi menjadi bermasalah hanya bila tekanan darah

tersebut persisten karena membuat sistem sirkulasi dan organ yang mendapat

suplai darah (termasuk jantung dan otak) menjadi tegang (Palmer & William,

2007). Hipertensi adalah peningkatan tekanan sistol, yang tingginya tergantung

umur individu yang terkena. Tekanan darah berfluktuasi dalam batas-batas

tertentu, tergantung posisi tubuh, umur, dan tingkat stres yang dialami. Hipertensi

juga sering digolongkan sebagai ringan, sedang, atau berat, berdasarkan tekanan

diastol. Hipertensi ringan bila tekanan darah diastolik 95-104, hipertensi sedang

tekanan diastoliknya 105-114, sedangkan hipertensi berat diastoliknya >115

(Tambayong, 2000). Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik dan

diastolik dengan konsisten di atas 140/90 mmHg (Baradero, 2008).

Hipertensi saat ini masih menjadi masalah utama di dunia. Menurut (JNC

7), hampir 1 milyar orang menderita hipertensi di dunia. Menurut laporan World

Health Organization (WHO), hipertensi merupakan penyebab nomor 1 kematian

di dunia. Menurut WHO dan The International Society of Hypertension (ISH),

saat ini terdapat 600 juta penderita hipertensi di seluruh dunia, dan 3 juta di

antaranya meninggal setiap tahunnya (WHO, 2003). Data dari The National

Health and Nutrition Examination Survey (NHNES) menunjukan bahwa dari

tahun 1999-2000, insiden hipertensi pada orang dewasa adalah sekitar 29-31%,

yang berarti terdapat 58-65 juta orang hipertensi di Amerika, dan terjadi

peningkatan 15 juta dari data NHANES III tahun 1988-1991 (Sudoyo, 2010).
3

Data tahun 2010 di Amerika Serikat menunjukkan bahwa 28,6% orang dewasa

berusia 18 tahun ke atas menderita hipertensi. Walaupun sebagian besar dari

mereka telah mengetahui bahwa mereka menderita hipertensi dan mengkonsumsi

obat penurun tekanan darah, hanya 53,3% yang berhasil mengontrol tekanan

darah dalam batas normal. Hipertensi dimasyarakat , di Amerika Serikat

dilaporkan terjadi pada juta penduduk dan di seluruh dunia kira-kira 1

milliar (Tjokroprawiro, 2007). Sedangkan untuk populasi di Indonesia, angka

kejadian hipertensi itu berdasarkan riset kesehatan dasar (2007) mencapai sekitar

31% dan angkanya pun meningkat 2-3 kali lipat. Tekanan darah tinggi merupakan

faktor risiko yang besar untuk serangan jantung, stroke, dan gagal jantung. Data

WHO bulan September 2012, disebutkan bahwa hipertensi menyebabkan 8 juta

kematian per tahun di seluruh dunia dan 1,5 juta kematian per tahun di wilayah

Asia Tenggara, hipertensi merupakan penyebab kematian utama ketiga di

Indonesia untuk semua umur (7.4%), setelah stroke (15.6%) dan tuberculosis

(8.5%) (Depkes, 2012). Berdasarkan riset terbaru kesehatan dasar (2013),

prevalensi hipertensi di Indonesia yang didapat melalui pengukuran pada umur

18 tahun sebesar 25,8 persen, tertinggi di Bangka Belitung (30,9%), diikuti

Kalimantan Selatan (30,8%), Kalimantan Timur (29,6%) dan Jawa Barat (29,4%).

Dari beberapa data di atas, menunjukan bahwa angka kejadian hipertensi masih

tinggi. Oleh karena itu, tindakan pencegahan maupun penanganan sangat penting

segera dilakukan untuk menghindari peningkatan penderita hipertensi di dunia

terutama di Indonesia.

Dalam mencegah komplikasi, maka penanganan untuk hipertensi dapat

dilakukan secara pengobatan farmakologis, pengobatan nonfarmakologis, maupun


4

pengobatan komplementer. Akhir-akhir ini banyak orang menyukai pengobatan

komplementer, beberapa alasan diantaranya: biayanya terjangkau, tidak

menggunakan bahan-bahan kimia dan efek penyembuhan cukup signifikan dan

salah satu pengobatan komplementer yang dapat menangani hipertensi yaitu terapi

bekam (Umar, 2008).

Islam adalah agama yang senantiasa relevan di setiap zaman dan waktu.

Islam adalah agama yang universal, komprehensif dan multi kompleks untuk

memenuhi segala kebutuhan hajat manusia. Dengan demikian, aspek medis pun

tidak luput dari ajaran Islam. Mayoritas manusia saat mengalami sakit demi

mengejar kesembuhan, mereka berbondong-bondong mendatangi rumah sakit atau

ahli medis. Mereka akan rela meskipun harus membayar mahal. Semua kekayaan

tidak berarti bila dibandingkan nikmat sehat. Pengobatan zaman Nabi pada masa

kini masih menjadi pengobatan alternatif bagi kamu muslimin. Pengobatan Nabi

sangat bersumber pada konsep wahyu ilahi dan jauh dari efek samping. Hasil

pengobatan Nabawi terbukti lebih efektif, ampuh dan ekonomis (Hasmi, 2012).

Pengobatan Nabi terdiri dari berbagai macam, di antaranya adalah pengobatan

bekam. Rasululloh SAW telah menetapkan pengobatan bekam dalam berbagai

sabdanya: Jika suatu kesembuhan dalam obat-obatan kalian, maka itu terdapat

pada sayatan alat bekam, minum madu dan sundutan api (HR. Al-Bukhari).

Oddy mengatakan bekam adalah sebuah metode penanganan penyakit

yang melibatkan energi dan darah ke permukaan kulit menggunakan ruang hampa

udara (vakum) yang tercipta di dalam mangkuk seperti gelas atau bambu. Ustadz

Suhardi menjelaskan bekam merupakan metode pengobatan dengan penyedotan


5

kulit di bagian-bagian tertentu untuk mengeluarkan racun dan oksidan dalam

tubuh melalui torehan tipis yang mengenai pembuluh darah kapiler pada

epidermis. Dokter Umar dalam bukunya Sembuh dengan Satu Titik

mengatakan, bekam adalah metode pengobatan dengan metode tabung atau gelas

yang ditelungkupkan pada permukaan kulit agar menimbulkan bendungan lokal.

Terjadinya bendungan lokal disebabkan tekanan negatif dalam tabung yang

sebelumnya benda-benda dibakar dan dimasukan kedalam tabung agar terjadi

pengumpulan darah lokal. Kemudian darah yang telah berkumpul dikeluarkan dari

kulit dengan dihisap (Ridho, 2012).

Bekam sudah dikenal sejak zaman dulu, yaitu Kerajaan Sumeria,

kemudian terus berkembang sampai Babilonia, Mesir kuno, Saba, dan Persia.

Pada zaman Nabi Muhammad, beliau menggunakan tanduk kerbau atau sapi,

tulang unta, gading gajah. Pada zaman Cina kuno mereka menyebut hijamah

sebagai perawatan tanduk karena tanduk menggantikan kaca. Pada kurun abad

ke-18 (abad ke-13 Hijriyah), orang-orang di Eropa menggunakan lintah sebagai

alat untuk hijamah. Kini pengobatan ini dimodifikasi dengan sempurna dan

mudah pemakaiannya sesuai dengan kaidah-kaidah ilmiah dengan menggunakan

suatu alat yang praktis dan efektif. Disebutkan oleh Curtis (2005), dalam artikel

Management of Urinary tract Infections: Historical Perspective and Current

Strategies: Part 1-Before Antibiotics. Journal of Urology. 173 (1): 21-26, Januari

2005. Bahwa catatan kedokteran tertua Ebers Papyrus yang ditulis sekitar tahun

1550 SM di Mesir kuno menyebutkan masalah bekam (Kasmui, 2010).


6

Hadits yang diriwayatkan oleh Tarmidzi menyatakan, bahwa Rasul SAW

mengarahkan pengikut-pengikutnya menggunakan bekam sebagai kaedah

pengobatan penyakit. Beliau memuji orang yang berbekam, Dia membuang

darah yang kotor, meringankan tubuh serta menajamkan penglihatan. Dalam ilmu

kedokteran Islam, bekam tidak boleh sembarangan dilakukan. Bekam hanya boleh

dilakukan pada pembekuan atau penyumbatan dalam pembuluh darah, karena

fungsi bekam yang sesungguhnya adalah untuk mengeluarkan darah kotor dari

dalam tubuh (Kasmui, 2010).

Pada saat ini di negeri-negeri barat (Eropa dan Amerika) melalui

penelitian ilmiah, serius dan terus-menerus menyimpulkan fakta-fakta ilmiah

bagaimana keajaiban bekam sehingga mampu menyembuhkan berbagai penyakit

secara lebih aman dan efektif dibandingkan metode kedokteran modern. Sehingga

bekam mereka terapkan dalam kehidupan sehari-hari dan bermuncullah ahli

bekam serta klinik bekam di kota-kota besar di Amerika dan Eropa. Bahkan pada

tahun-tahun terakhir ini pengobatan dengan bekam telah dipelajari dalam

kurikulum fakultas kedokteran di Amerika, walaupun mereka tidak pernah mau

mengikuti bahwa bekam adalah warisan Rasulullah SAW, dokter terbaik

sepanjang zaman (Kasmui, 2010).

Ahli bekam di dunia Barat antara lain: 1) Dr. Michael Reed Garch dari

California USA dengan bukunya Potent Poins a Guide to Self Care for Common

Ailments (Titik-titik berkhasiat sebagai panduan perawatan diri dan pengobatan

penyakit umum). 2) Cohler (1990) mengadakan penelitian tentang Bekam dan

membuat buku dengan judul The Connective Tissue as The Physical Medium for
7

Conduction for Healing Energy Cupping Therapeutic Method (jaringan ikat

sebagai media fisik untuk menghantarkan energi pengobatan dengan bekam). 3)

Anderson (1985) melakukan tulisan tentang bekam dan memberi judul 100

Diseases Treated by Cupping Methode (seratus penyakit dapat diobati dengan

bekam).

Berdasarkan laporan umum penelitian tentang pengobatan dengan metode

bekam tahun 2001 M (300 kasus) dalam buku Ad Dawaul-Ajib yang ditulis oleh

ilmuwan Damaskus Muhammad Amin Syaikhu didapat data sebagai berikut: 1)

Dalam kasus tekanan darah tinggi, tekanan darah turun hingga mencapai batas

normal, 2) Dalam kasus tekanan darah rendah, tekanan darah naik hingga batas

normal, 3) Jumlah sel-sel darah putih (leukosit) meningkat dalam 60% kasus dan

masih dalam batas normal, 4) Kadar gula darah turun pada pengidap kencing

manis dalam 92,5% kasus, 5) Jumlah asam urat di darah turun pada 83,68% kasus,

6) Pada darah bekam yang keluar, didapati bahwa eritrosit yang didalamnya

berbentuk aneh, tidak berfungsi normal, mengganggu kinerja sel lain (Kasmui,

2010).

B. Rumusan Masalah

Hijamah atau bekam merupakan suatu metode pengobatan penyakit

dengan cara mengeluarkan angin dan atau darah kotor dari dalam tubuh melalui

permukaan kulit. Berbekam merupakan metode pengobatan klasik yang telah

digunakan dalam mengobati


8

Banyak hadits shohih yang meriwayatkan tentang keutamaan dan perintah

untuk melakukan bekam. Hal ini menunjukkan bahwa pengobatan dengan bekam

adalah salah satu pengobatan nabi yang sangat fantastis dan luar biasa. Bekam

adalah pengobatan yang paling baik dan utama, Rasululloh SAW bersabda:

Sebaik-baik pengobatan yang kalian gunakan adalah bekam (HR. Ahmad).

Bekam adalah pengobatan yang paling ideal: Sesungguhnya pengobatan paling

ideal yang kalian gunakan adalah bekam (HR. Al-Bukhori dan Muslim).

Berdasarkan hasil penelitian tentang Efektifitas terapi bekam terhadap

penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi primer, yang dilakukan

terhadap 15 responden didapatkan responden rata-rata berusia 51,9 tahun dan

paling banyak berpendidikan SMP dengan status pekerjaan sebagai wiraswasta.

Dari hasil pengukuran diperoleh nilai rata-rata tekanan darah sebelum dibekam

sebesar 166/96,67. Setelah diberikan terapi bekam selama 2 minggu sebanyak 2

kali, terjadi penurunan rata-rata tekanan darah yang signifikan yaitu dengan mean

sebesar 140/75,67. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya penurunan tekanan

darah yang signifikan pada responden setelah diberikan terapi bekam (Jansen,

Karim, & Misrawati, 2013). Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat sebagai tempat

penelitian, disebabkan karena prevalensi hipertensi yang tinggi (30,7 %) pada

kelompok umur 15 tahun atau lebih (Pradono, Indrawati, & Murnawan, 2013).

Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan peneliti dengan cara

mewawancarai 10 pasien hipertensi yang mengobati dengan pengobatan alternatif

bekam pasien mengatakan 6 pasien terjadi penurunan pada tekanan darahnya dan
9

4 pasien belum mengalami perubahan dan data pasien hipertensi yang melakukan

bekam di Klinik Bekam Abu Zaky Mubarak.

Berdasarkan penjelasan latar belakang diatas peneliti tertarik melakukan

penelitian tentang pengaruh pengobatan bekam terhadap penurunan tekanan darah

pada pasien dengan hipertensi.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang pengaruh

terapi bekam terhadap tekanan darah pada pasien hipertensi.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi tekanan darah pada pasien hipertensi sebelum

dilakukan bekam.

b. Mengidentifikasi tekanan darah pada pasien hipertensi setelah

dilakukan bekam.

c. Diketahuinya perubahan tekanan darah setelah pemberian intervensi

terapi bekam.

d. Diketahuinya pengaruh bekam terhadap tekanan darah pada pasien

hipertensi.
10

D. Manfaat Penelitian

1. Untuk Klien

Penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan memperkenalkan terapi

bekam sebagai alternatif pengobatan sehingga bisa membantu menurunkan

tekanan darah bagi penderita hipertensi.

2. Untuk institusi pendidikan

Hasil penelitian ini dapat menjadi ilmu pengetahuan dan informasi bagi

keperawatan tentang pengaruh terapi bekam terhadap penurunan tekanan

darah pada pasien hipertensi. Hasil penelitian ini juga bisa dijadikan sebagai

dasar untuk penelitian selanjutnya.

3. Untuk Peneliti

Penelitian ini dapat memberikan ilmu dan pengalaman baru yang sangat

berharga.

4. Pelayanan Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan kontribusi dan masukan

bagi pelayanan keperawatan sebagai salah satu terapi alternatif dalam

pengobatan hipertensi karena harga yang terjangkau, selain itu juga

meminimalisasikan penggunaan obat-obat kimia.


11

E. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah ada perubahan pada

tekananan darah penderita hipertensi setelah dilakukan pengobatan metode

bekam. Desain penelitian ini adalah quasi experimental dengan menggunakan

rancangan one group pretest-postest. One group pretest-posttest dilakukan dengan

cara memberikan pretest (pengamatan awal) terlebih dahulu sebelum diberikan

intervensi, setelah diberikan intervensi, kemudian dilakukan kembali posttest

(pengamatan akhir).
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Tekanan Darah

a. Pengertian Tekanan Darah

Tekananan darah adalah tekanan yang diberikan oleh darah pada

dinding pembuluh darah (Baradero, 2008). Tekanan darah adalah tekanan

yang dihasilkan oleh darah terhadap pembuluh darah (Ronny, Setiawan

& Fatimah, 2009). Tekanan darah adalah tekanan yang diukur pada nadi,

yang tediri dari 2 nilai: tekanan sistolik (atas) dan tekanan diastolik

(bawah) (Stevens, Bordui & Van der weyde, 1999). Tekanan darah

adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri. Tekanan puncak

terjadi saat ventrikel berkontraksi dan disebut tekanan sistolik. Tekanan

diastolik adalah tekanan terendah yang terjadi saat jantung beristirahat.

Tekanan darah biasanya digambarkan sebagai rasio tekanan sistolik

terhadap tekanan diastolik, dengan nilai dewasa normalnya berkisar dari

100/60 sampai 140/90. Rata-rata tekanan darah normal biasanya 120/80

(Smeltzer & Bare, 2001).

b. Pengukuran Tekanan Darah

Untuk mengukur tekanan darah maka perlu dilakukan pengukuran

tekanan darah secara rutin. Pengukuran tekanan darah dapat dilakukan

secara langsung atau tidak langsung. Pada metode langsung, kateter arteri

12
13

dimasukkan ke dalam arteri. Walaupun hasilnya sangat tepat, akan tetapi

metode pengukuran ini sangat berbahaya dan dapat menimbulkan

masalah kesehatan lain. Sedangkan pengukuran tidak langsung dapat

dilakukan dengan menggunakan sphygmomanometer dan stetoskop

(Smeltzer & Bare, 2001).

Adapun cara pengukuran tekanan darah dimulai dengan

membalutkan manset dengan kencang dan lembut pada lengan atas dan

dikembangkan dengan pompa. Tekanan dalam manset dinaikkan sampai

denyut radial atau brakial menghilang. Hilangnya denyutan menunjukkan

bahwa tekanan sistolik darah telah dilampaui dan arteri brakialis telah

tertutup. Manset dikembangkan lagi sebesar 20 sampai 30 mmHg diatas

titik hilangnya denyutan radial. Kemudian manset dikempiskan perlahan,

dan dilakukan pembacaan secara auskultasi maupun palpasi. Dengan

palpasi kita hanya dapat mengukur tekanan sistolik. Sedangkan dengan

auskultasi kita dapat mengukur tekanan sistolik dan diastolik dengan

lebih akurat (Smeltzer & Bare, 2001).

Untuk mengauskultasi tekanan darah, ujung stetoskop yang

berbentuk corong atau diafragma diletakkan pada arteri brakialis, tepat di

bawah lipatan siku (rongga antekubital), yang merupakan titik dimana

arteri brakialis muncul diantara kedua kaput otot biseps. Manset

dikempiskan dengan kecepatan 2 sampai 3 mmHg per detik, sementara

kita mendengarkan awitan bunyi berdetak, yang menunjukkan tekanan

darah sistolik. Bunyi tersebut dikenal sebagai bunyi korotkoff yang

terjadi bersamaan dengan detak jantung, dan akan terus terdengar dari
14

arteri brakialis sampai tekanan dalam manset turun di bawah tekanan

diastolik dan pada titik tersebut, bunyi akan menghilang (Smeltzer &

Bare, 2001).

c. Hal yang diperhatikan sebelum mengukur tekanan darah

Umar (2008) menjelaskan beberapa hal yang harus diperhatikan

sebelum mengukur tekanan darah, yaitu:

1) Sebaiknya sebelum dilakukan pemeriksaan tekanan darah, pastikan

kandung kemih kosong

2) Tidak mengonsumsi kopi, alkohol dan rokok sebelumnya, karena

semua hal tersebut akan meningkatkan tekanan darah dari nilai

sebenarnya

3) Sebaiknya istirahat dan duduk dengan tenang selama 5 menit

sebelum pemeriksaan

4) Pikiran harus tenang, karena pikiran yang tegang dan stress akan

meningkatkan tekanan darah

5) Pemeriksaan tekanan darah sebaiknya dilakukan dalam posisi duduk

dengan siku lengan menekuk di atas meja dengan posisi telapak

tangan menghadap keatas, posisi lengan sebaiknya setinggi jantung.

2. Hipertensi

a. Pengertian Hipertensi

Hipertensi adalah suatu keadaan ketika tekanan darah di pembuluh

darah meningkat secara kronis. Hal tersebut dapat terjadi karena jantung
15

bekerja lebih keras memompa darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen

dan nutrisi tubuh. Jika dibiarkan, penyakit ini dapat mengganggu fungsi

organ-organ lain, terutama organ-organ vital seperti jantung dan ginjal

(Riskesdas, 2013). Hipertensi didefinisikan oleh Joint National

Commitee on Detection, Evaluation and Treatment of High Blood

Pressure (JNC) sebagai tekanan yang lebih tinggi dari 140/90 mmHg dan

diklasifikasikan sesuai derajat keparahannya, mempunyai rentang dari

tekanan darah normal tinggi sampai hipertensi maligna. Keadaan ini

dikategorikan sebagai primer/esensial (hampir 90 % dari semua kasus)

atau sekunder, terjadi sebagai akibat dari kondisi patologi yang dapat

dikenali, sering kali dapat diperbaiki (Doenges, 2000). Menurut Price

(2005) hipertensi juga didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah

sistolik sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90

mmHg.

Hipertensi adalah kelainan tekanan darah yang paling sering

dijumpai dan termasuk masalah kesehatan masyarakat yang serius yaitu

tekanan darah di atas 140/90 mmHg (Sherwood, 2011). Hipertensi dapat

didefenisikan sebagai tekanan darah tinggi persisten dimana tekanan

sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik di atas 90 mmHg

(Smeltzer, 2001).

Hipertensi adalah tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan

tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg (Mansjoer, 2001). Hipertensi

adalah tekanan darah tinggi yang abnormal dan diukur paling tidak pada

tiga kesempatan yang berbeda (Corwin, 2009). Hipertensi merupakan


16

keadaan ketika tekanan darah sistolik lebih dari 120 mmHg dan tekanan

diastolik lebih dari 80 mmHg (Muttaqin, 2009).

b. Klasifikasi Hipertensi

Klasifikasi hipertensi berdasarkan JNC 7 adalah klasifikasi untuk

orang dewasa umur tahun. Penentuan klasifikasi ini berdasarkan

rata-rata 2 kali pengukuran tekanan darah pada posisi duduk

(Tjokroprawiro, 2007).

Table 2.1: Klasifikasi tekanan darah (JNC 7)

Klasifikasi Sistolik Diastolik


Tekanan Darah
(mmHg) (mmHg)

Normal Dan

Prehipertensi 120-139 Atau 80-89

Stage 1 hipertensi 140-159 Atau 90-99

Stage 2 hipertensi Atau

Dasar pemikiran adanya kategori pre-hipertensi dalam klasifikasi

tersebut oleh karena pasien dengan pre-hipertensi beresiko untuk

mengalami progresi menjadi hipertensi, dan mereka dengan tekanan

darah 130-139/80-89 mmHg beresiko dua kali lebih besar untuk menjadi

hipertensi dibanding dengan yang tekanan darahnya lebih rendah

(Tjokroprawiro, 2007). Namun menurut World health Organization

(WHO) dan International Society of Hypertension Working Group

(ISHWG) telah mengelompokkan hipertensi dalam klasifikasi optimal,


17

normal, normal-tinggi, hipertensi ringan, hipertensi sedang, dan

hipertensi berat (Sani, 2008).

Tabel 2.2 Klasifikasi menurut WHO

Kategori Tekanan Tekanan


Darah Sistol Darah Diastol
(mmHg) (mmHg)

Optimal < 120 < 80


Normal < 130 < 85
Normal-Tinggi 130-139 85-89

Tingkat 1 (Hipertensi Ringan) 140-159 90-99


Sub-group: perbatasan 140-149 90-94

Tingkat 2 (Hipertensi 160-179 100-109


Sedang)

Tingkat 3 (Hipertensi Berat) 180 110

Hipertensi sistol terisolasi 140 < 90


(Isolated systolic
hypertension)
Sub-group: perbatasan 140-149 <90

c. Etiologi hipertensi

Insiden penyakit hipertensi lebih banyak menyerang wanita

daripada pria, Sekitar 20% populasi dewasa mengalami hipertensi: lebih

dari 90% diantara mereka menderita hipertensi esensial (primer), dimana

tidak dapat ditentukan penyebab medisnya. Sisanya mengalami kenaikan

tekanan darah dengan penyebab tertentu (hipertensi sekunder), seperti

penyempitan renalis atau penyakit parenkim ginjal, berbagai obat,

disfungsi organ, tumor dan kehamilan (Brunner & suddarth, 2001).


18

Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi 2, yaitu: Hipertensi

primer dan hipertensi sekunder (Tjokroprawiro, 2007). Penyebab

terjadinya hipertensi menurut Corwin (2009), yaitu: kecepatan denyut

jantung, volume sekuncup, asupan tinggi garam, vasokontriksi arterio

dan arteri kecil, stres berkepanjangan, genetik. Sedangkan menurut

Tambayong (2000) etiologi dari hipertensi adalah sebagai berikut:

1) Usia

Insidens hipertensi makin meningkat dengan meningkatnya usia.

Hipertensi pada yang kurang dari 35 tahun dengan jelas menaikkan

insiden penyakit arteri koroner dan kematian prematur.

2) Kelamin

Pada umumnya insiden hipertensi pada pria lebih tinggi daripada

wanita, namun pada usia pertengahan dan lebih tua, insiden pada

waktu mulai meningkat, sehingga pada usia diatas 65 tahun, insiden

pada wanita lebih tinggi.

3) Ras

Hipertensi pada yang berkulit hitampaling sedikit dua kalinya pada

yang berkulit putih. Akibat penyakit ini umumnya lebih berat pada

ras kulit hitam. Misalnya mortalitas pasien pria hitam dengan

diastole 115 atau lebih, 3,3 kali lebih tinggi daripada pria berkulit

putih, dan 5,6 kali bagi wanita putih.

4) Pola hidup

Faktor seperti pendidikan, penghasilan, dan faktor pola hidup lain

telah diteliti, tanpa hasil yang jelas. Penghasilan rendah, dan


19

kehidupan atau pekerjaan yang penuh stres berhubungan dengan

insiden hipertensi yang lebih tinggi.

5) Diabetes melitus

Hubungan antara diabetes melitus dan hipertensi kurang jelas,

namun secara statistik nyata ada hubungan antara hipertensi dan

penyakit arteri koroner.

6) Hipertensi sekunder

Seperti dijelaskan sebelumnya, hipertensi dapat terjadi akibat yang

tidak diketahui. Bila faktor penyebab dapat diatasi, tekanan darah

dapat kembali normal. Penyakit perenkim dan renovaskuler adalah

faktor penyebab paling umum.

d. Patofisiologi hipertensi

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh

darah terletak di pusat vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat

vasomotor ini bermula jarak saraf simpatis, yang berlanjut kebawah ke

korda spinalis dan keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia

simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor

dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem

saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion

melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca

ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilapaskannya norepinefrin

mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti

kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respons penbuluh darah


20

terhadap rangsang vasokonstriktor. Individu dengan hipertensi sangat

sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas

mengapa hal tersebut bisa terjadi. Pada saat bersamaan dimana sistem

saraf simpatis merangsang pembuluh darah seebagai rangsang respons

emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan

aktivitas vasokonstriksi. Medula adrenal mensekresi epinefrin, yang

menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan

steroid lainnya, yang dapat mempekuat respon vasokonsriktor pembuluh

darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke

ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan

angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu

vasokonstriksi striktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi

aldesteron oleh korteks adenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium

dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume

intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung mencetuskan keadaan

hipertensi (Brunner & Suddarth, 2001).

e. Manifestasi klinis hipertensi

Tekanan darah tinggi merupakan kelainan dari hipertensi, tetapi

dapat pula ditemukan perubahan pada retina seperti perdarahan, eksudat

(kumpulan cairan), penyempitan pembuluh darah. Individu yang

menderita hipertensi terkadang tidak menampakan gejala sampai

bertahun-tahun. Gejala biasanya menunjukan adanya kerusakan vaskular,


21

dengan manifestasi yang khas sesuai sistem organ yang divaskularisasi

oleh pembuluh darah yang bersangkutan (Brunner & Suddarth, 2002).

Penyakit arteri koroner dengan angina adalah gejala yang terjadi

paling menyertai hipertensi. Hipertrofi ventrikel kiri terjadi sebagai

respons peningkatan beban kerja ventrikel ketika dipaksa berkontraksi

melawan tekanan sistemik yang meningkat. Apabila jantung tidak

mampu lagi menahan peningkatan beban kerja, maka dapat terjadi gagal

jantung kiri. Perubahan patologis pada ginjal dapat bermanifestasi

sebagai nokturia dan azotemia (peningkatan nitrogen urea darah dan

kretinin). Keterlibatan pembuluh darah otak dapat menimbulkan stroke

atau serangan iskemik yang termanifestasi sebagai paralisis sementara

pada satu sisi. Menurut Corwin (2009), manifestasi klinis antara lain:

1) Sakit kepala saat terjaga kadang-kadang disertai mual dan muntah,

akibat peningkatan tekanan darah intrakranium.

2) Penglihatan kabur akibat kerusakan hipertensif pada retina.

3) Cara berjalan yang tidak mantap karena kerusakan susuna saraf

pusat.

4) Nokturia yang disebabkan peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi

glomerulus.

5) Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan

kapiler.

Sedangkan menurut Marilyn Doengoes (2000). Tanda dari

hipertensi adalah kelemahan, napas pendek, frekuensi jantung meningkat,

ansietes, depresi, obesitas, pusing, sakit kepala, tekanan darah meningkat.


22

Gejala klasik hipertensi yaitu sakit kepala, epistaksis, pusing, dan tinitus.

Akibata utama hipertensi adalah stroke, infark miokard, gagal ginjal, dan

ensefalopati (Tambayong, 2000).

f. Komplikasi hipertensi

Hipertensi yang tidak terkontrol akanmenyebabkan berbagai

macam komplikasi. Komplikasi yang dapat terjadi pada hipertensi

menurut Corwin (2009), antara lain:

1. Stroke

2. Infark miokard

3. Gagal ginjal

4. Ensefalopati (kerusakan otak)

Tekanan darah yang terus-menerus tinggi dan tidak terkontrol dapat

menimbulkan komplikasi pada organ-organ tubuh yaitu sebagai berikut

(Padmawinata, 2006):

1) Komplikasi pada otak

Tekanan darah yang terus-menerus tinggi menyebabkan kerusakan

pada dinding pembuluh darah yang disebut disfungsi endotel. Hal ini

memicu pembentukan plak aterosklerosis dan trombosis (pembekuan

darah yang berlebihan). Akibatnya pembuluh darah tersumbat dan

jika penyumbatan terjadi pada pembuluh darah otak dapat

menyebabkan stroke.
23

2) Komplikasi pada mata

Hipertensi yang berkepanjangan dapat menyebabkan retinopati

hipertensi dan dapat menyebabkan kebutaan.

3) Komplikasi pada jantung

Selain pada otak, penyumbatan pembuluh darah dapat terjadi pada

pembuluh koroner dapat menyebabkan penyakit jantung koroner

(PJK) dan kerusakan otot jantung (infark jantung). Selain itu pada

penderita hipertensi, beban kerja jantung akan meningkat, otot

jantung akan menyesuaikan sehingga akan terjadi pembesaran

jantung dan semakin lama otot jantung akan mengendor dan

berkurang elastisnya yang disebut dengan dekompensasi. Akibatnya

jantung tidak mampu lagi memompa dan menampung darah dari

paru sehingga banyak cairan yang tertahan di paru-paru maupun

jaringan tubuh lain yang dapat menyebabkan sesak nafas atau

edema, kondisi ini disebut gagal jantung.

4) Komplikasi pada ginjal

Hipertensi dapat menyebabkan pembuluh darah pada ginjal

mengkerut (vasokontriksi) sehingga aliran nutrisi ke ginjal terganggu

dan menyebabkan kerusakan sel-sel ginjal yang pada akhirnya

terjadi gangguan fungsi ginjal. Apabila tidak segera ditangani dapat

menyebabkan gagal ginjal kronik atau bahkan gagal ginjal terminal.


24

g. Penatalaksanaan hipertensi

Menurut Brunner & Suddarth (2002), mengemukakan bahwa

tujuan dari tiap program penanganan atau penatalaksanaan pasien

hipertensi adalah mencegah terjadinya morbiditas dan mortalitas penyerta

dengan mencapai dan mempertahankan tekanan darah di bawah 140/90

mmHg. Efektifitas setiap program ditentukan oleh derajat hipertensi,

komplikasi, biaya perawatan dan kualitas hidup sehubungan dengan

terapi. Menurut Smeltzer & Bare (2001), mengemukakan bahwa tujuan

dari tiap program penanganan atau penatalaksanaan pasien hipertensi

adalah mencegah terjadinya morbiditas dan mortalitas penyerta dengan

mencapai dan mempertahankan tekanan darah di bawah 140/90 mmHg.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pendekatan

nonfarmakologis, termasuk penurunan berat badan, pembatasan alkohol,

natrium dan tembakau, latihan dan relaksasi merupakan intervensi wajib

yang harus dilakukan pada setiap terapi antihipertensi. Apabila pada

penderita hipertensi ringan berada dalam risiko tinggi (pria perokok) atau

bila tekanan darah diastoliknya menetap, diatas 85 atau 95 mmHg dan

siastoliknya diatas 130 sampai diatas 139 mmHg, maka perlu dimulai

terapi obat-obatan.

Menurut In Health Gazette (2013) penatalaksanaan terapi

hipertensi terapi nonfarmakologis antaralain olahraga, perubahan gaya

hidup, menurunkan berat badan bagi pasien obesitas, meningkatkan

konsumsi buah dan sayuran dan diet natrium. Terapi nonfarmakologis ini

dapat mengurangi angka kejadian pasien pre-hipertensi meningkat


25

menjadi hipertensi dan terapi farmakologis dengan mengunakan obat-

obatan yang dapat membantu menurunkan serta menstabilkan tekanan

darah, serta menurunkan risiko terjadinya komplikasi akibat hipertensi.

JNC 7 membagi tatalaksana terapi hipertensi secara farmakologis

menjadi dua:

1) First line: diuretik, penyekat reseptor beta adrenergik (-

blocker), Angiotensin Converting Enzyme (ACE) inhibitor,

penghambat reseptor angiotensin (ARB), dan antagonis

kalsium/Calcium Channel Blocker (CCB).

2) Second line: penghambat saraf adrenergik, penghambat

adrenoreseptor alpha (-blocker), dan vasodilator.

Selaian terapi pengobatan nonfarmakologis dan farmakologis ada

juga pengobatan terapi komplementer dikenal dengan terapi tradisional

yang digabungkan dalam pengobatan modern. Komplementer adalah

penggunaan terapi tradisional ke dalam pengobatan modern. Teori

keperawatan yang ada dapat dijadikan dasar bagi perawat dalam

mengembangkan terapi komplementer misalnya teori transkultural yang

dalam praktiknya mengaitkan ilmu fisiologi, anatomi, patofisiologi, dan

lain-lain. Hal ini didukung dalam catatan keperawatan Florence

Nightingale yang telah menekankan pentingnya mengembangkan

lingkungan untuk penyembuhan dan pentingnya terapi seperti musik

dalam proses penyembuhan. Selain itu, terapi komplementer

meningkatkan kesempatan perawat dalam menunjukkan caring pada

klien. Macam terapi komplementer yaitu akupuntur, bekam, terapi energi


26

(reiki), terapi biologis (herbal), pijat bayi, refleksi (Widyatuti, 2008).

Salah satu pengobatan komplementer yang dapat menangani hipertensi

adalah bekam (Umar, 2008).

3. Bekam

a. Pengertian Bekam

Bekam adalah sebuah pengobatan yang disyariatkan Allah SWT

melalui Rasulullah SAW. Sebagai umatnya maka wajib mempelajari,

mengamalkan dan mendakwahkan metode pengobatan bekam.Bekam

(Al-Hijamah) merupakan metode pengobatan dengan cara mengeluarkan

darah kotor dari dalam tubuh melalui permukaan kulit. Hijamah adalah

pengobatan yang sudah dikenal sejak ribuan tahun sebelum masehi.

Nama lainnya adalah bekam, canduk, canthuk, kop, mambakan, di Eropa

dikenal dengan istilah Cuping Theraupeutic Method (Kasmui, 2010).

Terapi bekam merupakan suatu metode pembersihan darah dan angina,

dengan mengeluarkan sisa toksid dalam tubuh melalui permukaan kulit

dengan cara menyedot (Santoso, 2012). Beberapa hadits mengemukakan

tentang keutamaan dan manfaat berbekam:

Jika dalam sebagian obat kalian terdapat kebaikan maka itu

terdapat dalam sayatan alat bekam, minum madu, atau sundutan

besi panas yang sesuai dengan penyakit. Tetapi aku tidak suka

berobat dengan sundutan besi panas. (H.R. Bukhari, Muslim dan

Ahmad)

Beliau berbekam ketika sedang ihram di kepalanya karena

migraine. (H.R. Bukhari)


27

Jika pada sesuatu yang kalian pergunakan untuk berobat itu

terdapat kebaikan, maka hal itu adalah bekam. (H.R. Shahih)

Hadits diatas telah menunjukan bahwa pengobatan terapi bekam

yang telah nyata dan dicontohkan serta diperintahkan oleh Rasulullah

SAW. Bekam sebagai sebuah tindakan bedah minor dan mengeluarkan

darah, tentunya harus dilandasi dengan diagnosa yang tepat dalam

tindakan bekam dan alangkah baiknya dilakukan oleh seorang yang

mengerti ilmu pengobatan.

b. Jenis Bekam

Pengobatan alternatif terapi bekam memiliki beberapa jenis cara

melakukan tindakan bekamnya. Menurut Kasmui (2010), ada beberapa

jenis bekam:

1) Bekam kering atau bekam angin (Hijamah Jaaffah)

Yaitu menghisap permukaan kulit dan memijat tempat sekitarnya

tanpa mengeluarkan darah kotor.

2) Bekam luncur

Bekam dengan meng kop bagian tubuh tertentu dan meluncurkan

kearah bagian tubuh yang lain. Teknik bekam ini biasanya untuk

pemanasan pasien, fungsinya melancarkan peredaran darah,

pelemasan otot dan menyehatkan kulit.

3) Bekam Tarik

Melakukan bekam ini dengan cara ditarik-tarik. Dibekam hanya

beberapa detik kemudian ditarik dan ditempelkan lagi hingga kult


28

yang dibekam menjadi merah.

4) Bekam Basah (Hijamah Rothbah)

Yaitu pertama kita melakukan bekam kering, kemudian kita melukai

permukaan kulit dengan jarum tajam (lancet), lalu disekitarnya

dihisap dengan alat cupping set dan hand pump untuk mengeluarkan

darah kotor dari dalam tubuh. Lamanya melakukan hisapan

maksimal 9 menit. Jarak waktu pengulangan bekam ini 4 minggu.

Bekam basah berkhasiat untuk berbagai penyakit, terutama penyakit-

penyakit yang lebih berat, seperti darah tinggi, asam urat, kolesterol.

c. Manfaat Bekam

Pengobatan dengan cara bekam memberi banyak manfaat kebaikan

kepada manusia yang melakukannya di antaranya adalah menjaga

kesehatan tubuh, menghilankan letih, lesu, lelah, meningkatkan daya

tahan tubuh, sakit bahu, alergi, perut kembung, mati rasa, asam urat dan

kolesterol, jantung, migren, hipertensi, strok, dan 72 macam penyakit

(Salamah, 2009). Ada juga beberapa manfaat yang diperoleh menurut

Fatahillah (2006), diantaranya:

1) Membersihkan darah dari racun-racun sisa makanan dan dapat

meningkatkan aktifitas saraf tulang belakang.

2) Mengatasi gangguan tekanan darah yang tidak normal dan

pengapuran pada pembuluh darah.

3) Menghilangkan rasa pusing, kejang-kejang dan keram yang terjadi

pada otot.
29

4) Sangat bermanfaat bagi penderita asma, pneumonia, dan angina

pectoris.

5) Menghilangkan sakit bahu, dada dan punggung.

6) Dapat menyembuhkan penyakit encok dan reumatik.

7) Dapat mengatasi gangguan kulit, radang selaput jantung dan radang

ginjal.

8) Mengatasi keracunan dan luka bernanah serta bisul.

9) Meringankan rasa sakit dan masalah masuk angin.

d. Alat-Alat untuk Bekam

Berbagai macam alat-alat yang diperlukan untuk melakukan

pengobatan terapi bekam. Menurut Ridho (2012), alat-alat yang

digunakan yaitu:

1) Cupping set

2) Lancing device (untuk memasang jarum)

3) Lancet / jarum steril steril

4) Sarung tangan dan masker

5) Tensi meter dan stetoskop

6) Kassa steril dan kapas

7) Baskom

8) Alkohol

9) Bak sampah medis


30

Cara sterilisasi alat-alat bekam, yaitu:

1) Kop yang habis dipakai danterkena darah, bersihkan dengan

menyemprotkan alkohol 70% ke dalam gelas kop dengan alat

semprot.

2) Setelah bersih rendamlah pada baskom yang sudah berisi air yang

dicampuri dengan cairan clorin. Perbandingan air dan clorin adalah

9:1.

3) Rendam selama 10 menit.

4) Angkat dan bersihkan dengan sabun atau pembersih yang lain.

5) Cuci di bawah air mengalir.

6) Keringkan dalam rak yang telah disediakan.

7) Masukkan dalam sterilisator ozon.

8) Bisa juga menggunakan desinfektan tingkat tinggi

e. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam Bekam

Menurut Ridho (2012) banyak hal-hal yang harus diperhatikan

ketika ingin dilakukan pengobatan bekam. Berikut ini adalah hal-hal

tersebut:

a) Daerah anggota tubuh yang dilarang untuk dibekam:

1) Lubang alamiah (mata, telinga, hidung, mulut, putting susu,

alat kelamin, dubur).

2) Area tubuh yang banyak simpul limpa (kelenjar limfe).

3) Area tubuh yang dekat pembuluh besar.


31

4) Bagian tubuh yang ada varises, tumor, retak tulang, jaringan

luka.

b) Kondisi pasien yang tidak boleh dibekam:

1) Terkena infeksi terbuka dan cacar air.

2) Penderita diabetes mellitus.

3) Penderita kelainan darah (hemophilia).

4) Penderita penyakit anememia dan penderita hipotensi.

5) Penderita kanker darah.

6) Anak-anak penderita dehidrasi.

7) Pada wanita hamil dan wanita sering keguguran.

c) Waktu yang dianjurkan untuk bekam:

Ibnu Sina di dalam kitabnya Al-Qanun fii Thibb

membahas mengenai waktu yang paling baik untuk bekam yaitu

pada waktu tengah hari (jam 2-3 sore) karena pada saat itu saluran

darah sedang mengembang dan darah-darah yang mengandung

toxin sangat sesuai untuk dikeluarkan (Salamah, 2009).

Diriwayatkan dari Abu Hurairah, Nabi SAW bersabda: Barang

siapa berbekam pada tanggal tujuh belas, sembilan belas, dan dua

puluh satu, maka ia akan menyembuhkan semua penyakit.

Dari Anas bin Malik, dia bercerita: Rasulullah SAW biasa

berbekam dibagian urat meriih dan punggung, beliau biasa

berbekam pada hari ketujuh belas, kesembilan belas dan kedua

puluh satu. (H.R Tarmidzi)


32

f. Titik-titik Bekam

Menurut Santoso (2012) di bawah ini adalah gambaran titik-titik

bekam berdasarkan jenis penyakitnya:

1) Ummu Mughits (puncak kepala)

Titik tersebut berada di ubun-ubun dan bermanfaat untuk mengatasi

penyakit vertigo, migrain, sakit kepala menahun.

Dari Ibnu Umar, bercerita bahwa:

Nabi Muhammad SAW pernah berbekam dikepalanya dan

menyebutnya dengan Ummu Mughits.

2) Al-Akhdaain (dua urat leher)

Titik ini adalah dua urat di samping kiri dan kanan leher. Posisinya:

Di bawah garis batas rambut kepala belakang, sejajar tulang cervical

3-7. Manfaatnya untuk mengatasi hipertensi, stroke, sakit bagian

kepala dan wajah.

3) Al-Kaahil (punduk)

Titik ini berada di ujung atas tulang belakang, bermanfaat untuk

masalah penyakit sekitar kepala dan saraf serta 72 penyakit.

4) Al-Katifain (bahu kiri dan kanan)

Titik ini berada pundak atau bahu kiri dan kanan, bermanfaat untuk

penyakit hipertensi, nyeri bahu, stroke, sakit leher.

5) Dua jari di bawah punduk

Bermanfaat untuk penyakit bronkhitis, batuk, sesak napas, asi

kurang, asma, stroke.

6) Belikat kiri dan kanan


33

Bermanfaat untuk gangguan paru-paru, gangguan jantung, saluran

pernapasan, stroke, masuk angin.

7) Ala-Warik (pinggang)

Posisinya: pertemuan otot gluteus maximus dengan gluteus medius

bawah, kiri dan kanan. Titik ini bermanfaat untuk masalah gangguan

ginjal, sakit pingggang, haid tidak lancar, susah buang air kecil.

8) Ala Dzohril Qadami (betis)

Titik ini berada dibetis kiri dan kanan. Mengatasi gangguan asam

urat, kesemutan, pegal-pegal, stroke.

2.1 Gambar titik-titik bekam

g. Hubungan Terapi Bekam dengan Penyakit Hipertensi

Suatu penelitian membuktikan bahwa apabila dilakukan

pembekaman pada satu poin maka kulit (kutis), jaringan bawah kulit (sub
34

kutis), fasia dan otot akan terjadi kerusakan dari mast cell atau lain-lain.

Akibat kerusakan ini akan dilepaskan beberapa zat seperti serotonin,

histamine, bradikinin, slowreaching substance (SRS) serta zat lain yang

belum diketahui. Zat-zat ini menyebabkan terjadinya pelebaran kapiler

dan arteriol serta flare reaction pada daerah yang dibekam. Dilatasi

kapiler juga dapat terjadi ditempat yang jauh dari tempat pembekaman

ini menyebabkan terjadinya perbaikan mikrosirkulasi pembuluh darah.

Akibatnya timbul efek relaksasi (pelemasan) otot-otot yang kaku serta

akibat vasodilatasi umum akan menurunkan tekanan darah secara stabil

(Kusyati, 2012). Mekanisme penyembuhan bekam pada hipertensi

didasarkan atas teori aktivasi organ, dimana bekam akan mengaktivasi

organ yang mengatur aliran darah seperti hati, ginjal dan jantung agar

organ-organ ini tetap aktif dalam mengatur peredaran darah sehingga

tekanan darah tetap terjaga. Selain itu bekam juga berusaha

menyeimbangkan secara alamiah bila ada tekanan darah yang meningkat.

Dengan memilih titik yang tepat, maka bekam bisa membantu

penanganan hipertensi (Umar, 2008).

Bekam yang sudah dipakai di masyarakat sejak ribuan tahun lalu

juga sering dipakai untuk menangani hipertensi. Secara khusus,

pembekaman pada titik yang tepat dapat menurunkan tekanan darah

dengan segera (Umar, 2008). Efek terapi bekam terhadap hipertensi

diantaranya: bekam berperan menenangkan sistem saraf simpatik

(simpatic nervous system). Pergolakan pada sistem saraf simpatik ini

menstimulasi sekresi enzim yang berperan sebagai sistem angiotensin


35

rennin. Setelah sistem ini tenang dan aktivitasnya berkurang tekanan

darah akan turun. Bekam berperan menurunkan volume darah yang

mengalir di pembuluh darah sehingga mengurangi tekanan darah (Sharaf,

2012). Bekam mengendalikan tekanan hormone aldosterone sehingga

mengendalikan tekanan darah. Bekam berperan menstimulasi reseptor-

reseptor khusus yang terkait dengan penciutan dan peregangan pembuluh

darah (baroreseptor) sehingga pembuluh darah bisa merespon berbagai

stimulus dan meningkatkan kepekaannya terhadap faktor-faktor

penyebab hipertensi (Sharaf, 2012).


36

B. Kerangka Teori

Faktor-faktor penyebab
Hipertensi Pengobatan
hipertensi:
1. Usia hipertensi
2. Kelamin
3. Genetik Farmakologis Nonfarmakologis Komplementer
4. Pola hidup
5. Stres Bekam basah
6. Penyakit
7. Obat (intervensi)

Bekam basah: Penghisapan kulit Perlukaan kulit


Penghisapan setelah luka
sebelum luka
Darah keluar Mediator inflamasi
Relaksasi otot

Pompa otot skeletal Penurunan volume Vasodilator


darah pembuluh darah

Penurunan aliran Tahanan perifer


balik vena total

Penurunan isi
sekuncup

Curah jantung

Tekanan darah
menurun

2.2 Bagan: Kerangka Teori (Corwin: 2009, Sharaf: 2012, Tambayong: 2000, In

Health Gazette: 2013, Widyatuti: 2008, Umar: 2012).


BAB III

KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep satu

dengan konsep lainnya dari masalah yang ingin diteliti (Setiadi, 2007). Kerangka

konsep dalam penelitian ini variabel yang di teliti adalah tekanan darah sebelum

intervensi (variabel independen pretest), intervensinya adalah bekam, tekanan

darah sesudah intervensi (variabel dependen postest).

Pretest Posttest
Intervensi Tekanan darah
Tekanan darah
(sistol dan diastol) (sistol dan diastol)
Terapi pada pasien
pada pasien
Bekam hipertensi
hipertensi

Bagan 3.1: Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan kerangka konsep diatas, peneliti bertujuan untuk

mengidentifikasi apakah terapi bekam berpengaruh terhadap penurunan tekanan

darah pada penderita hipertensi di Klinik Bekam Abu Zaky Mubarak wilayah

Bogor.

Kerangka konsep diatas, memberikan gambaran bahwa peneliti ini akan

melakukan intervensi berupa terapi bekam terhadap pasien hipertensi. Setelah

intervensi dilakukan apakah terjadi perubahan tekanan darah pada pasien

hipertensi tersebut.

37
38

B. Hipotesis

Hipotesis dari penelitian ini yang diajukan berdasarkan tinjauan pustaka,

kerangka teori dan kerangka konsep, dapat dirumuskan sebagai berikut:

Terdapat pengaruh terapi bekam terhadap penurunan tekanan darah pada pasien

hipertensi di Klinik Bekam Abu Zaky Mubarak wilayah Bogor.

H : Terdapat pengaruh terapi bekam terhadap penurunan tekanan darah pada

pasien hipertensi.

H : Tidak adanya pengaruh terhadap penurunan tekanan darah pada pasien

hipertensi setelah dilakukan intervensi terapi bekam.


39

C. Definisi Operasional

Tabel 3.1: Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional Cara Ukur dan Hasil Ukur Skala


Penelitian Alat Ukur
Independen Sebuah pengobatan Melakukan 1. Terapi Nominal
Terapi yang disyariatkan Allah pembekaman bekam

Bekam SWT melalui dengan sesuai dikatakan


sesuai dan
Rasulullah SAW prosedur
tepat apabila
tindakannya penelitian dan
dilaksanakan
mengeluarkan darah mengukur
sesuai
kotor dari dalam tubuh tekanan darah
prosedur
melalui permukaan pada lengan pelaksanaan
kulit dengan cara kanan atau kiri tindakan.
ditusuk atau disayat lalu sesudah dibekam. 2. Terapi
dihisap kemudian Sphygmomanomet bekam
ditampung dalam cup er dan stetoskop dikatakan
(gelas), tentunya harus serta set alat tidak sesuai

dilandasi dengan bekam. apabila tidak


dilaksanakan
diagnosa yang tepat
sesuai
dalam tindakan serta
prosedur
menentukan titik-titik
tindakan.
bekam dengan sesuai.

Dependen Tekananan yang terjadi Memberikan Pasien penderita Nominal


Tekanan pada pembuluh darah posisi yang hipertensi

Darah arteri ketika darah di nyaman kepada setelah


dilakukan terapi
pompa oleh jantung pasien setelah
bekam
untuk dialirkan ke dilakukan bekam,
mengalami
seluruh anggota tubuh. pengukuran
perubahan
Terdiri dari tekanan tekanan darah
tekanan darah
40

sistolik dan tekanan dilakukan setelah sistolik dan


diastolik memiliki nilai 5-10 menit diastolik.

normal biasanya sesudah dibekam. 1. Normal

120/80. Lakukan 120/80

pengukuran 2. Pre-

dengan benar hipertensi

dengan 120/80

memasangkan 139/89

manset pada 3. Stage 1

lengan kanan atau hipertensi

kiri dan 140/90

pasangkan 159/99

stetoskop tepat di 4. Stage 2

atas arteri hipertensi

brakialis.
Menggunakan
Sphygmomanomet
er dan stetoskop.
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, menggunakan quasi

experimental design dengan one group pretest-posttest design. Penelitian ini

dilakukan dengan cara memberikan pretest (pengamatan awal) terlebih dahulu

sebelum diberikan intervensi, setelah itu diberikan intervensi, kemudian dilakukan

kembali posttest (pengamatan akhir) (Hidayat, 2008). Rancangan ini juga tidak

ada kelompok pembanding (kontrol), tetapi paling tidak sudah dilakukan

observasi pertama (pretest) yang memungkinkan menguji suatu perubahan-

perubahan yang terjadi setelah terjadinya eksperimen (Notoatmodjo, 2010).

Setelah dilakukan intervensi diharapkan terjadi perubahan atau pengaruh

dengan cara membandingkan antara tekanan darah pretest dengan posttest.

Bentuk rancangan metode ini sebagai berikut:

Pretest Perlakukan Posttest

01 X 02

Pengukuran Terapi bekam Pengukuran


Tekanan Darah basah 1 kali Tekanan Darah
intervensi

Bagan 4.1: Desain Penelitian

41
42

Keterangan:

O1 : Pengukuran Tekanan Darah (pretest)

X : Terapi bekam basah (1 kali perlakuan)

O2 : Pengukuran Tekanan Darah (posttest)

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2010).

Populasi merupakan seluruh subjek atau objek dengan karakteristik tertentu

yang akan diteliti. Bukan hanya objek atau subjek yang dipelajari saja tetapi

seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki subjek atau objek tersebut

(Hidayat, 2007). Populasi dalam penelitian ini adalah pasien hipertensi yang

berbekam di Klinik Bekam Abu Zaky Mubarak.

2. Sampel

Sampel merupakan bagian atau wakil populasi yang diteliti.

Dinamakan penelitian sampel apabila peneliti bermaksud menggeneraliskan

hasil penelitian sampel. Mengeneraliskan diartikan mengangkat kesimpulan

penelitian sebagai suatu yang berlaku bagi populasi (Arikunto, 2010).

Menurut hidayat (2007) sampel merupakan bagian dari karakteristik yang

dimiliki oleh populasi. Pengambilan sampel penelitian dilakukan dengan cara

purposive sampling. Pengambilan sampel secara purposive sampling

didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri

berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya

(Notoatmodjo, 2010). Pada penelitian ini diperlukan adanya kriteria sampel,


43

dengan tujuan untuk mengurangi bias dari hasil penelitian. Adapun kriteria

sampel dibagi menjadi dua yaitu inklusi dan ekslusi. Inklusi adalah

karakteristik umum subjek penelitian dari populasi target yang terjangkau dan

akan diteliti. Sedangkan ekslusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan

subjek yang memenuhi kriteria inklusi dari penelitian karena berbagai sebab

misalnya subjek menolak berpartisipasi (Nursalam, 2008).

a. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1) Bersedia sebagai responden.

2) Dapat berkomunikasi dengan baik.

3) Dapat mengikuti prosedur penelitian sampai selesai.

4) Terdiagnosa sebagai penderita hipertensi (tekanan darah 140

mmHg). Hipertensi adalah tekanan darah di atas 140/90 mmHg

(Sherwood, 2011).

5) Pasien laki-laki maupun perempuan.

6) Berada di tempat penelitian pada saat pengambilan data.

b. Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

A. Tidak mengkonsumsi obat anti hipertensi.

B. Tidak sedang menjalani terapi komplementer lain atau sejenisnya.

Pada penelitian ini pengambilan sampel dilakukan dengan cara

purposive sampling sampel dipilih berdasarkan kriteria yang ditentukan

berdasarkan pertimbangan tertentu yang dipilih oleh peneliti berdasarkan ciri

dan sifat populasi. Penelitian ini menggunakan sampel 25 responden, menurut


44

Gay dan Diehl (1992) berpendapat bahwa sampel haruslah sebesar-besarnya,

bahwa semakin banyak sampel yang diambil maka akan semakin

representative dan hasilnya dapat digenelisir. Namun ukuran sampel yang

diterima akan sangat bergantung pada jenis penelitiannya, apabila penelitian

eksperimental sampel minimumnya adalah 15 subjek.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Klinik Bekam Abu Zaky Mubarak wilayah

Bogor, Jawa Barat. Alasan pemilihan tempat dikarenakan di klinik tersebut belum

pernah diadakan penelitian serta menurut Depkes (2012) Jawa Barat termasuk

wilayah penderita hipertensi tertinggi.

Waktu penelitian dilakukan mulai tahap penyusunan proposal pada bulan

Oktober 2014 sampai Januari 2015 dan dilanjutkan pada tahap pengumpulan data

pada bulan Februari Mei 2015.

D. Alat Pengumpulan Data dan Prosedur Penelitian

1. Alat Pengumpulan Data

a) Sphygmomanometer dan Stetoskop

Alat ukur tekanan darah ini digunakan sebagai alat untuk mengukur

tekanan darah agar dapat mengetahui tensi pasien hipertensi saat dilakukan

pemeriksaan sebelum dan sesudah melakukan terapi bekam.


45

b) Lembar Penilaian

Lembar penilaian digunakan untuk mencatat karakteristik responden

mencakup nama, tempat tanggal lahir, usia, jenis kelamin, tekanan darah

sebelum dibekam, tekanan darah sesudah diberikan terapi bekam pertama

dan kedua. Pendokumentasian hasil dari terapi bekam yaitu tekanan darah

sebelum dibekam dan tekanan darah sesudah dibekam. Sebelum tindakan

dilakukan, peneliti menjelaskan tentang pelaksanaan terapi bekam dan

menanyakan kesediaan pasien menjadi responden dalam penelitian

(informed consent).

2. Prosedur Penelitian

a. Peneliti diawali dengan membuat susunan proposal skripsi.

b. Peneliti diawali dengan memberikan surat izin pengambilan data awal dari

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

kepada klinik bekam Abu Zaky Mubarak.

c. Selanjutnya melakukan pengambilan data awal untuk mengetahui populasi

dan sampel penelitian

d. Peneliti menemui beberapa orang yang membekam di klinik bekam Abu

zaky mubarak untuk mempersamakan persepsi mendapatkan data yang

mendukung dan memaparkan tentang penelitian, tujuan dan langkah-

langkah penelitian.

e. Melakukan pengambilan sampel atau responden yaitu dengan kriteria yang

sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi sebanyak 25 responden yang


46

ditentukan peneliti di klinik Abu Zaky Mubarak dan dibantu dengan

asisten peneliti sarjana keperawatan yang berpengalaman.

f. Sebelum melakukan penelitian, peneliti menjelaskan tujuan dan manfaat

penelitian kepada responden, serta menjaga kerahasiaan data yang

diberikan. Responden berhak untuk menerima dan menolak untuk menjadi

responden dalam penelitian. Bila calon responden menyetujui menjadi

responden, maka peneliti meminta responden untuk menandatangani

informed consent.

g. Melakukan pengukuran tekanan darah (pretest) setelah responden

beristirahat dan duduk dengan tenang selama 25-30 menit lalu mengukur

tekanan darah dengan cara double cross check (dengan asisten)

menggunakan sphygmomanometer dan stetoschope. dan data dicatat dalam

lembar penilaian.

h. Melakukan terapi bekam basah dengan alat yang telah disediakan sesuai

dengan Satuan Operasional Prosedur pada titik-titik penyakit hipertensi

dengan lama setiap hisapan 5 menit.

i. Responden diberikan terapi bekam basah 1 kali, karena sesuai standar

prosedur bekam 3-4 minggu sekali. Pembekaman dilakukan oleh tenaga

ahli dari klinik bekam Abu Zaky Mubarak.

j. Setelah dilakukan terapi bekam basah responden beristirahat terlebih

dahulu 10-15 menit lalu akan dilakukan pengukuran tekanan darah setelah

intervensi (posttest) dan pengukuran ulang dengan selang waktu 5-10

menit oleh asisten penelitian. Setelah itu hasil tekanan darahnya dicatat

dalam lembar penilaian.


47

E. Pengolahan Data

Pengolahan data dalam penelitian merupakan hal yang sangat penting

karena data yang didapat dari hasil penelitian masih mentah dan belum bisa

memberikan informasi sehingga belum bisa disajikan (Notoatdmojo, 2010).

Tahap dalam pengolahan data antara lain:

a) Editing

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang

diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap

pengumpulan data atau setelah data terkumpul (Hidayat, 2008). Kegiatan

editing meliputi, pemeriksaan kelengkapan data, apakah jawaban atau

tulisan bisa terbaca atau cukup jelas, apakah jawaban relevan dengan

pertanyaan dan jawaban yang konsisten (Notoatdmodjo, 2010).

b) Coding

Coding merupakan kegiatan memberikan kode numerik (angka)

terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini

sangat penting bila pengolahan dan analisis data menggunakan komputer

(Hidayat, 2008). Sebagai usaha menyederhanakan data, yaitu untuk

kategori usia memberi tanda angka 1 untuk umur (26-35 tahun), angka 2

umur (36-45), angka 3 untuk umur (46-55), dan angka 4 untuk umur (56-

65), untuk kategori jenis kelamin memberi tanda angka 1 (laki-laki) dan

angka 2 (perempuan), dan untuk kategori tekanan darah memberi angka 1

(sebelum intervensi), lalu angka 2 (sesudah diberikan intervensi).


48

c) Entry data

Data entri adalah kegiatan memasukan data yang telah dikumpulkan

kedalam master tabel atau database komputer, kemudian membuat

distribusi frekuensi sederhana atau bisa juga dengan membuat table

kontigensi (Hidayat, 2008).

d) Cleaning Data

Cleaning data merupakan tahap pemeriksaan kembali terhadap

data-data yang sudah dimasukan untuk melihat kemungkinan-

kemungkinan adanya kesalahan kode, kemudian dilakukan pembenaran

atau koreksi kembali (Notoatmodjo, 2010).

e) Melakukan Teknis Analisis

Dalam melakukan analisis, khususnya terhadap data penelitian akan

menggunakan ilmu statistik terapan yang disesuaikan dengan tujuan yang

akan dianalisis. Tehnik analisa yang digunakan adalah penghitungan

statistika inferensial, yaitu statistika yang digunakan untuk menyimpulkan

parameter (populasi) berdasarkan statistik (sampel) atau lebih dikenal

dengan proses generalisasi dan inferensial.

F. Analisa Data

Penelitian ini mempunyai tujuan ingin mengetahui apakah ada pengaruh

terapi bekam terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi.

a) Analisa univariat

Analisa univariat mempunyai tujuan untuk mendeskripsikan dari

masing-masing variabel yang diteliti untuk data numerik dengan


49

menghitung mean, median, simpangan baku (SD), nilai minimal dan

maksimal. Untuk data kategorik dengan menilai keadaan tekanan darah.

Pengujian masing-masing variabel dengan menggunakan tabel dan

diinterpretasikan berdasarkan hasil yang diperoleh. Analisa univariat pada

penelitian ini menjelaskan atau mendeskripsikan keadaan tekanan darah

sebelum dan sesudah intervensi.

b) Analisa bivariat

Anilasa bivariat mempunyai tujuan untuk menganalisis hubungan

dan variabel. Analisis bivariat dalam penelitian ini digunakan untuk

melihat perbedaan yang bermakna antara dua kelompok data (komparatif)

yaitu variabel dependen (tekanan darah) sebelum terapi bekam dan

variabel dependen (tekanan darah) setelah terapi bekam. Peneliti

menggunakan uji normalitas yaitu dengan uji Shapiro-wilk karena uji ini

lebih tepat dengan alasan data kurang dari 50 (n=25) (Dahlan, 2012).

G. Etika Penelitian

Peneliti dalam melakukan penelitian hendaknya memegang teguh sikap

ilmiah (scientific attitude). Dalam melaksanakan sebuah penelitian ada empat

prinsip yang harus dipegang teguh pada etika penelitian, meskipun penilitian

dilakukan tidak merugikan atau membahayakan bagi subjek penelitian

(Notoatmodjo, 2010). Dalam melaksanakan sebuah penelitian ada empat prinsip

yang harus dipegang teguh (Milton, 1999 dalam Notoatmodjo, 2010), yakni:
50

a) Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity)

Peneliti mempertimbangkan hak-hak subjek penelitian untuk mendapatkan

informasi tentang tujuan penelitian melakukan penelitian tersebut. Peneliti

juga memberikan kebebasan kepada subjek untuk memberikan informasi atau

tidak memberikan informasi (berpartisipasi). Sebagai ungkapan, peneliti

mempersiapkan formulir persetujuan subjek (inform concent) yang

mencakup:

1. Penjelasan manfaat penelitian.

2. Penjelasan kemungkinan risiko dan ketidaknyamanan yang ditimbulkan.

3. Penjelasan manfaat yang didapatkan.

4. Persetujuan peneliti dapat menjawab setiap pertanyaan yang diajukan

subjek berkaitan dengan prosedur penelitian.

5. Persetujuan subjek dapat mengundurkan diri sebagai objek penelitian

kapan saja.

6. Jaminan anatomis dan kerahasiaan terhadap identitas dan informasi yang

diberikan oleh responden.

b) Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek penelitian (respect for

privacy and confidentiality)

Setiap orang mempunyai hak-hak dasar individu termasuk privasi dan

kebebasan individu dalam memberikan informasi. Oleh sebab itu, peneliti

cukup menggunakan coding sebagai pengganti identitas responden.


51

c) Keadilan dan inklusifitas atau keterbukaan (respect for justice and

inclusiveness)

Prinsip keterbukaan dan adil perlu dijaga oleh peneliti dengan kejujuran,

keterbukaan, dan kehati-hatian.

d) Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing

harms and benefits)

Peneliti hendaknya memperoleh manfaat semaksimal mungkin bagi

masyarakat pada umumnya, dan subjek penelitian pada khususnya. Peneliti

juga hendaknya berusaha meminimalis dampak yang merugikan bagi subjek.


BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Klinik Bekam Abu Zaky Mubarak wilayah Bogor,

Jawa Barat pada hari sabtu tanggal 28 Maret 2015 dengan jumlah responden 25.

Penelitian dilakukan pada satu waktu dari jam 09.00 WIB sampai 15.00 WIB.

Responden diberikan intervensi pengobatan terapi bekam.

Klinik Bekam Abu Zaky Mubarak terletak disamping jalan tepatnya jalan

raya kedung halang 01/03 no 24 Bogor. Klinik ini memiliki izin mendirikan

praktisi penyembuhan alamiah, izin: 502/08/DINKES/VII/05.

B. Hasil Analisa Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk menganalisis variabel-variabel

karakteristik individu yang ada secara deskriptif dengan menggunakan distribusi

frekuensi dan proporsi. Analisis univariat pada penelitian ini menggambarkan

tentang gambaran usia, jenis kelamin, tekanan darah sistol sebelum dan sesudah,

dan tekanan darah diastol sebelum dan sesudah.

Tabel 5.1 Karakteristik Responden


Karakteristik Kategori N Mean Maximum Minimum Std.
Deviation
Jenis kelamin Laki-laki 15 0,60 1 0 0,500
Perempuan 10
Usia
Dewasa awal 26-35 2 49,24 65 34 8,960
Dewasa akhir 36-45 7
Lansia awal 46-55 9
Lansia akhir 56-65 8

52
53

Berdasarkan hasil analisis pada tabel 1 dan 2 menunjukkan bahwa dari 25

responden, usia berdasarkan katagori umur paling rendah adalah 34 tahun dan usia

paling tinggi adalah 65 tahun mendapatkan mean 48,84 dengan standar deviasi

9,164. Kategori umur terbanyak terdapat dilansia awal (46-55). Distribusi jenis

kelamin maximum adalah responden laki-laki dengan kode 1 dan responden

minimum adalah perempuan dengan kode 0 mendapatkan mean 0,40 dengan

standar deviasi 0,500. Namun untuk jumlah jenis kelamin terbanyak adalah laki-

laki berjumlah 15 orang (60%) dan untuk jenis kelamin perempuan berjumlah 10

orang (40%) dari jumlah responden 25 orang.

Tabel 5.3 Tekanan Darah Responden Sebelum Bekam

Variabel N Minimum Maximum Mean Std.


Deviation
Sistol 25 140 220 168,80 19,647
Diastol 25 90 120 100,80 9,092
Valid N (listwise) 25

Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat tekanan darah responden sebelum

diberikan terapi bekam dengan sistol maximum 220 mmHg dan minimum 140

mmHg mendapatkan mean 168,80 dengan standar deviasi 19,647, sedangkan

untuk diastol maximum 120 mmHg dan minimum 90 mmHg mendapatkan mean

100,80 dengan standar deviasi 9,092. Hasil diatas selanjutnya dibandingkan

dengan tabel setelah bekam dengan cara dibandingkan, apakah ada terjadi

perubahan nilai mean dan standar deviasi.


54

Tabel 5.4 Tekanan Darah Responden Setelah Bekam

Variabel N Minimum Maximum Mean Std.


Deviation
Sistol 25 120 200 153,20 19,142
Diastol 25 80 110 91,40 9,412

Berdasarkan tabel 4 dapat dilihat tekanan darah responden setelah

diberikan terapi bekam dengan sistol maximum 200 mmHg dan minimum 120

mmHg mendapatkan mean 153,20 dengan standar deviasi 19,142, sedangkan

untuk diastol maximum 110 mmHg dan minimum 80 mmHg mendapatkan mean

91,40 dengan standar deviasi 9,412. Dari hasil tabel 3 dan tabel 4 mendapatkan

hasil bahwasannya terjadi perubahan terhadap tekanan darah ketika diberikan

intervensi pengobatan terapi bekam dengan melihat nilai mean dan standar devisi.

C. Hasil Analisa Bivariat

Analisa bivariat dilakukan untuk menguji hipotesis penelitian mengenai

pengaruh terapi bekam terhadap tekanan darah pada pasien hipertensi.

Tabel 5.5 Distribusi Hasil Normalitas Terapi Bekam Terhadap

Tekanan Darah

Variabel Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig.
Sistol sebelum 0,907 25 0,026
Diastol sebelum 0,859 25 0,003
Sistol setelah 0,912 25 0,034
Diastol setelah 0,889 25 0,011
55

Uji normalitas pada tabel 5 di atas menggunakan uji shapiro-wilk karena

uji ini lebih tepat karena data kurang dari 50 (n=25) (Dahlan, 2012). Berdasarkan

data di atas mendapatkan nilai signifikan shapiro-wilk variabel sistol sebelum

(0,026), diastol sebelum (0,003), sistol setelah (0,034), dan diastol setelah (0,011).

Berdasarkan keterangan di atas maka dapat disimpulkan data sebelum dan

sesudah diberikan intervensi terapi bekam merupakan distribusi data dikatakan

tidak normal yaitu nilai p < 0,05 sedangkan data normal memiliki nilai p > 0,05.

Kesimpulan di atas menunjukan bahwa penelitian ini dapat menggunakan uji

Wilcoxon. Penggunaan uji wilcoxon dipakai dengan syarat data berpasangan yang

berarti peneliti mengumpulkan data dari responden yang sama dan dilakukan

pengukuran sebelum dan sesudah melakukan perlakuan (Dahlan, 2012).

Tabel 5.6 Analisa Bivariat Terapi Bekam Terhadap Tekanan Darah

Variabel N Mean Maximum Minimum Std. P


Deviation
Sistol sebelum 25 168,80 220 140 19,647 < 0,001
Sistol sesudah 25 153,20 200 120 19,142
Diastol sebelum 25 100,80 120 90 9,092 < 0,001
Diastol sesudah 25 91,40 110 80 9,412

Berdasarkan tabel 5 yang menggunakan uji wilcoxon menunjukan bahwa

terdapat perbedaan tekanan darah (sistol dan diastol) sebelum dan sesudah di

berikan intervensi terapi bekam. Nilai mean sistol sebelum dan sesudah (168,80-

153,20) dan untuk nilai standar deviasi sistol sebelum dan sesudah (19,647-

19,142). Nilai mean diastol sebelum dan sesudah (100,80-91,40) dan untuk nilai

standar deviasi diastol sebelum dan sesudah (9,092-9,412). Hasil analisa bivariat
56

menggunakan uji wilcoxon pada sistol dan diastol menunjukan nilai p = < 0,001

yang berarti nilai p < 0,05, maka hipotesis sesuai dengan yang ada di bab III yaitu

H0 ditolak adanya pengaruh terhadap penurunan tekanan darah pada pasien

hipertensi setelah dilakukan intervensi terapi bekam.


BAB VI

PEMBAHASAN

Bekam merupakan metode pengobatan dengan cara mengeluarkan darah

yang terkontaminasi toksin atau oksidan dari dalam tubuh melalui permukaan

kulit. Dalam istilah medis dikenal dengan istilah Oxidant Release Therapy atau

Oxidant Drainage Therapy atau istilah yang lebih populer adalah detoksifikasi

(Kasmui, 2006). Pada bab ini akan dijelaskan mengenai hasil penelitian tentang

pengaruh terapi bekam terhadap tekanan darah pada pasien hipertensi. Hasil

penelitian ini akan dibandingkan dengan teori dan hasil penelitian sebelumnya

serta memaparkan kekurangan atau keterbatasan dalam penelitian.

A. Pembahasan Hasil Uji Penelitian

1. Karakteristik Responden Penelitian

Responden pada penelitian ini adalah laki-laki dan perempuan yang

memiliki penyakit hipertensi. Untuk jumlah responden terdapat pada usia

yang dikategorikan Departemen kesehatan RI (2009) yaitu dewasa awal 26-

35 tahun, 7 responden terdapat pada usia dewasa akhir 36-45 tahun, lansia

awal 9 responden terdapat pada usia 46-55 tahun dan 8 responden di usia

lansia akhir 56-65 tahun. Hasil analisis mendapatkan faktor umur mempunyai

risiko terhadap hipertensi. Semakin meningkat umur responden semakin

tinggi risiko hipertensi. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian lainnya yaitu,

penelitian Zamhir (2006), yang menemukan bahwa prevalensi hipertensi

makin meningkat seiring dengan bertambahnya umur. Pada umur 25-44 tahun

prevalensi hipertensi sebesar 29%, pada umur 45-64 tahun sebesar 51%.

57
58

Tingginya hipertensi sejalan dengan bertambahnya umur, disebabkan oleh

perubahan struktur pada pembuluh darah besar, sehingga lumen menjadi lebih

sempit dan dinding pembuluh darah menjadi kaku, sebagai akibat adalah

meningkatnya tekanan darah sistolik (Williams & Wilkins, 2002). Hal ini

terjadi juga karena insiden hipertensi meningkat dengan bertambahnya usia

yang disebabkan oleh perubahan alamiah dalam tubuh yang mempengaruhi

jantung, pembuluh darah dan hormon. Perubahan struktural dan fungsional

pada sistem pembuluh darah perifer bertanggung jawab pada perubahan

tekanan darah yang terjadi pada lanjut usia. Perubahan tersebut meliputi

aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat, dan penurunan dalam

relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan

kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya,

aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi

volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup), mengakibatkan

penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan perifer (Smeltzer & Bare,

2002).

Bertambahnya usia menjadi salah satu penyebab terjadinya penyakit

hipertensi dengan pembuktian mendapatkan hasil responden terbanyak pada

lansia awal, karena perubahan alamiah yang terjadi pada tubuh manusia yaitu

perubahan struktural dan fungsional pada sistem tekanan darah manusia.

Berdasarkan hasil jenis kelamin responden didapatkan 15 laki-laki dan

10 perempuan, dengan hasil tersebut bahwa jenis kelamin laki-laki lebih

banyak yang terkena penyakit hipertensi. Wanita umumnya terlindung dari

penyakit kardiovaskuler sebelum menopause dikarenakan dilindungi oleh


59

hormon estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar High Density

Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol HDL yang tinggi merupakan faktor

pelindung dalam mencegah terjadinya proses aterosklerosis (Widyaningrum,

2012). Sampai usia 45, pria memiliki tekanan darah lebih tinggi dari pada

wanita. Hal ini menjadi lebih umum bagi pria dan wanita dengan

bertambahnya usia mereka, dan wanita lebih banyak mengalami hipertensi

pada saat mereka mencapasi usia 65 tahun (Medicine, 2011). Penelitian ini

sejalan dengan penelitian Rahajeng dan Tuminah (2009) pada penelitiannya

juga didapatkan berdasarkan jenis kelamin, proporsi laki-laki pada kelompok

hipertensi 1,25 kali lebih tinggi dari pada perempuan. Tingginya risiko pria

untuk mengalami hipertensi sebagaimana yang ditemukan dari hasil analisis

ini, sejalan dengan temuan Zamhir Setiawan (2006) pria lebih banyak

mengalami kemungkinan hipertensi dari pada wanita, seringkali dipicu oleh

perilaku tidak sehat (merokok dan konsumsi alkohol), depresi dan rendahnya

status pekerjaan, perasaan kurang nyaman terhadap pekerjaan dan

pengangguran.

Hasil ini menunjukan pria lebih banyak yang terkena penyakit

hipertensi dikarenakan bertambahnya usia, pola hidup dan perilaku yang tidak

sehat, namun wanita dikarenakan umumnya terlindung dari penyakit

kardiovaskuler sebelum menopause yang dilindungi oleh hormon estrogen

yang berperan dalam meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL).


60

2. Hasil Perubahan Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Bekam

Hasil analisa univariat mengenai perubahan tekanan darah sistol dan

diastol sebelum diberikannya intervensi bekam yaitu sistol 168,80 dengan

standar deviasi 19,647. Hasil ini hampir sejalan dengan penelitian yang

dilaksanakan Kusyati (2014) mengenai pengaruh arah putaran jarum bekam

basah terhadap tekanan darah penderita hipertensi yaitu 165 dengan standar

deviasi 13,542 pada arah putaran jarum kanan dengan 10 responden.

Penelitian serupa juga diteliti oleh Susiana Jansen di Kota Pekanbaru dengan

15 responden dengan memiliki mean 166,0 dengan standar deviasi 12,984.

Tekanan darah sistol setelah diberikan intervensi bekam menjadi 153,20

dengan standar deviasi 19,142. Terjadi penurunan sistol dari 168,80 menjadi

153,20 terjadi selisih 15,60. Penelitian ini serupa dengan efektivitas

pemberian terapi bekam dan terapi pijat refleksi terhadap tekanan darah pada

penderita hipertensi dilaksanakan Rohatami di Sragen terjadi perubahan

tekanan darah 168,87 menjadi 152,97, terjadi selisih 15,90 berarti menjadi

penurunan sebesar 9,42%.

Tekanan darah diastol sebelum diberikan intervensi bekam 100,80

dengan standar deviasi 9,092. Hasil penelitian hampir sejalan dengan The

efficacy of wet cupping on blood pressure among hypertension patients in

Jeddah, Saudi Arabia: a randomized controlled trial pilot studydengan hasil

diastol 94 dengan standar deviasi 10,6 dengan jumlah responden 18 (Aleyeidi

et al, 2014). Pada penelitian Akbar di Semarang 2013 dengan nilai 93,63 dan

standar deviasi 5,55 menggunakan uji statistik non parametrik Friedman.


61

Tekanan darah diastol sesudah diberikan intervensi bekam menjadi

91,40 dengan standar deviasi 9,412. Terjadi penurunan dari nilai mean 100,80

menjadi 91,40 dengan selisih 9,40. Penelitian lainnya yang hampir sejalan

yaitu The efficacy of wet cupping in the treatment of hypertension dengan

hasil diastol setelah diberikan intervensi bekam 92,7 4,3 (Zarei et al, 2012).

Hasil yang serupa dengan nilai 88,75 dengan standar deviasi 4,77 (Akbar,

2013).

Hasil pembahasan menunjukan sejalan dengan penelitian lainnya bahwa

dengan diberikan intervensi bekam satu kali menimbulkan adanya perubahan

yaitu penurunan tekanan darah sistol 168,80 menjadi 153,20 dan diastol

100,80 menjadi 91,40.

Hasil analisa bivariat dengan mengunakan uji normalitas mengunakan

uji shapiro-wilk mendapatkan nilai signifikan shapiro-wilk variabel sistol

sebelum (0,026), diastol sebelum (0,003), sistol setelah (0,034), dan diastol

setelah (0,011). Berdasarkan keterangan di atas maka dapat disimpulkan data

sebelum dan sesudah diberikan intervensi terapi bekam merupakan distribusi

data dikatakan tidak normal yaitu nilai p < 0,05 sedangkan data normal

memiliki nilai p > 0,05. Lalu dilanjutkan dengan uji menggunakan uji

wilcoxon pada sistol dan diastol menunjukan nilai p = < 0,001 yang berarti

nilai p < 0,05, maka hipotesa nol ditolak yaitu ada pengaruh terapi bekam

terhadap perubahan tekanan darah setelah dilakukan bekam. Hal serupa juga

didapatkan pada penelitian lain yaitu Effects of wet-cupping on blood

pressure in hypertensive patients: a randomized controlled trial pada tekanan

darah sistol dengan nilai p = 0,043 dan diastol p = 0,044 yang berarti nilai p <
62

0,05 (Aleyeidi et al, 2015). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang

dilakukan oleh Fera (2012) bahwa terjadi penurunan tekanan darah rata-rata

pada 20 responden hipertensi sebelum dan sesudah terapi bekam dengan nilai

p value sistol = 0,000 dan p value diastol = 0,003 dimana p < 0,05 yang

menunjukkan bahwa terapi bekam dapat menurunkan tekanan darah pada

penderita hipertensi. Penelitian lainnya tentang terapi bekam tentang

pengaruh arah putaran jarum bekam basah terhadap tekanan darah penderita

hipertensi di Kedung Mundu Semarang mendapatkan nilai p value arah

putaran jarum kiri sistol dan diastol = 0,000 dan 0,000, sedangkan nilai p

value arah putaran jarum kanan sistol dan diastol = 0,009 dan 0,000. Dapat

disimpulkan ada pengaruh arah putaran jarum bekam terhadap tekanan darah

pada pasien hipertensi (Kusyati, dkk, 2014).

Penelitian yang lain dengan menggunakan intervensi bekam juga

mengalami perubahan setelah dilakukan bekam yaitu penelitian penurunan

kadar kolesterol total pada pasien hipertensi yang mendapat terapi bekam di

Klinik An-nahl Purwokerto, sebelum dilakukan bekam memiliki mean kadar

kolesterol total 204,93 dan setelah diberikan intervensi bekam menjadi

187,53. Perbedaan yang ditunjukkan dengan penurunan kadar kolesterol total

antara sebelum dan sesudah pemberian terapi bekam ini ditunjukkan dengan

nilai beda mean sebesar 17,4. Sedangkan jika dilihat dari nilai signifikansi (p

= 0,0001), maka nilainya kurang dari = 0.05. Hal tersebut dapat dijelaskan

bahwa upaya penurunan kadar kolesterol darah dapat dilakukan dengan terapi

bekam (Saryono, 2010).


63

Hasil analisa menunjukan bahwa ada pengaruh terapi bekam terhadap

tekanan darah yaitu terjadinya penurunan tekanan darah sistol dan diastol.

Menurut Kusyati (2012) mengatakan hasil penelitian membuktikan bahwa

apabila dilakukan pembekaman pada satu poin maka kulit (kutis), jaringan

bawah kulit (subkutis), fasia, dan otot akan terjadi kerusakan dari mast cell

atau lain-lain. Akibat kerusakan ini akan dilepaskan beberapa zat seperti

serotonin, histamine, bradikinin, slowreacting substance (SRS) serta zat lain

yang belum diketahui. Zat-zat ini menyebabkan terjadinya dilatasi kapiler dan

arteriol serta flare reaction pada daerah yang dibekam. Dilatasi kapiler juga

dapat terjadi ditempat yang jauh dari tempat pembekaman ini menyebabkan

terjadinya perbaikan mikrosirkulasi pembuluh darah. Akibatnya timbul efek

relaksasi (pelemasan) otot-otot yang kaku serta akibat vasodilatasi umum

akan menurunkan tekanan darah secara stabil.

Efek bekam terhadap hipertensi diantaranya: Bekam berperan

menenangkan sistem saraf simpatik (simpatic nerveous system). Pergolakan

pada sistem saraf simpatik ini menstimulasi sekresi enzim yang berperan

sebagai sistem angiotensin renin. Setelah sistem ini tenang dan aktivitasnya

berkurang tekanan darah akan turun. Bekam berperan menurunkan volume

darah yang mengalirkan darah di pembuluh darah sehingga mengurangi

tekanan darah (Sharaf, 2012). Bekam mengendalikan kadar hormon

aldosteron sehingga mengendalikan tekanan darah pula. Zat nitrat oksida

(NO) berperan dalam vasodilatasi sehingga menyebabkan turunnya tekanan

darah. Kadar sodium didapati menjadi proporsional setelah dilakukan bekam

sehingga menurunkan tekanan darah. Bekam melalui zat nitrat oksida


64

berperan meningkatkan suplai nutrisi dan darah yang dibutuhkan oleh sel-sel

dan lapisan-lapisan pembuluh darah arteri maupun vena, sehingga

menjadikannya lebih kuat dan elastis serta mengurangi tekanan darah. Bekam

berperan menstimulasi reseptorreseptor khusus yang terkait dengan

penciutan dan peregangan pembuluh darah (baroreseptor) sehingga pembuluh

darah bisa merespon stimulus dan meningkatkan kepekaannya terhadap

faktorfaktor penyebab hipertensi (Sharaf, 2012). Sesuai dengan manfaat

bekam yaitu mengatasi gangguan tekanan darah yang tidak normal

(Fatahillah, 2006). Bekam juga berusaha menyeimbangkan secara alamiah

bila ada tekanan darah yang meningkat, dengan memilih titik yang tepat maka

bekam bisa membantu penanganan hipertensi (Umar, 2008).

Penelitian ini mendapatkan hasil bahwasannya terapi bekam yang

diberikan kepada pasien hipertensi mengalami adanya perubahan yaitu

penurunan tekanan darah pada sistol dan diastol. Bekam bisa dijadikan

pengobatan alternatif bagi masyarakat yang memiliki penyakit hipertensi

untuk menggunakan pengobatan terapi bekam dengan rutin.

B. Keterbatasan Penelitian

Peneliti menyadari adanya keterbatasan dalam pelaksanaan penelitian ini.

Keterbatasan penelitian antara lain sebagai berikut:

1. Kurangnya waktu dalam memberikan intervensi selanjutnya supaya dapat

terkontrol perubahan yang lebih efektif.

2. Masih sedikit jumlah responden yang digunakan peneliti dalam karya tulis

ilmiah ini dan sedikit referensi yang digunakan dikarenakan minimnya


65

buku dan jurnal yang sesuai dengan tujuan penelitian.

3. Kurangnya tenaga yang membantu dan dana dalam pelaksanaan penelitian

ini dan masih banyak karakteristik responden yang belum terkaji pada

penelitian.

4. Beberapa faktor confounding tidak dapat dikontrol secara sempurna karena

keterbatasan wewenang peneliti di tempat melaksanakan penelitian.


BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Penelitian tentang pengaruh terapi bekam terhadap tekanan darah pada

pasien hipertensi di klinik bekam Abu Zaky Mubarak yang berdasarkan uraian

pembahasan penelitian, maka mendapatkan beberapa kesimpulan:

1. Gambaran usia yang mengalami penyakit hipertensi yang mengikuti terapi

bekam yaitu usia paling rendah adalah 34 tahun dan usia paling tinggi adalah

65 tahun. Jumlah responden 25 pasien dengan umur 26-35 tahun (2

responden), 36-45 tahun (7 responden), 46-55 tahun (9 responden), 56-65

tahun (8 responden). Umur 46-55 adalah responden yang terbanyak.

2. Distribusi jenis kelamin 15 responden laki-laki (60%) dan 10 responden

perempuan (40%) dari jumlah 25 responden.

3. Persentase terjadinya perubahan tekanan darah sebelum dan sesudah untuk

sistol 168,80 menjadi 153,20 sedangkan untuk diastol 100,80-91,40. Terjadi

perubahan pada tekanan darah yaitu penurunan tekanan darah.

4. Ada pengaruh terapi bekam terhadap tekanan darah setelah dilakukan bekam

dengan menggunakan uji wilcoxon pada sistol dan diastol menunjukan nilai p

value 0,000 yang berarti nilai p < 0,05, menunjukan terjadi pengaruh terhadap

perubahan tekanan darah setelah diberikan intervensi bekam.

66
67

B. Saran

Berdasarkan beberapa kesimpulan diatas, peneliti memiliki beberapa saran

untuk pengembangan penelitian dari hasil yang didapatkan.tentang pemberian

terapi bekam terhadap pasien hipertensi.

1. Bagi klinik bekam Abu Zaky Mubarak

Hasil penelitian ini dapat dijadikan pengetahuan untuk pasien yang

berobat di klinik bekam Abu Zaky Mubarak bahwasannya terdapat manfaat

terapi bekam untuk pasien hipertensi. Saran untuk klinik bekam Abu Zaky

Mubarak selalu menjaga kesterilan terhadap pelaksanaan pengobatan bekam.

2. Bagi institusi pendidikan keperawatan

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan perkuliahan bahwasannya

masih banyak lagi manfaat yang bisa didapatkan pada terapi bekam jadi

mahasiswa bisa mempelajari cara melakukan pengobatan terapi bekam.

3. Bagi pelayanan kesehatan keperawatan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai intervensi pada asuhan

keperawatan pada masalah penyakit hipertensi. Penelitian ini bisa dijadikan

pengobatan alternatif untuk pasien hipertensi.

4. Bagi peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai tambahan informasi untuk

mengembangkan penelitian ini lebih lanjut agar dapat lebih membuktikan

terapi bekam dengan lebih lama waktu pada penelitian, lebih banyak

memberikan intervensi, dan jumlah responden yang lebih banyak serta teknik

penelitian yang lebih baik. Penelitian bekam ini juga masih bisa diperluas lagi

tentang manfaatnya bekam untuk mengobati penyakit lainnya.


DAFTAR PUSTAKA

Akbar, Noor & Mahati. Pengaruh Bekam Basah Terhadap Kolesterol dan
Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi Di Semarang. Universitas
Diponogoro : Semarang. 2013
Aleyeidi, Nouran et.al. The Efficacy of Wet Cupping on Blood Pressure among
Hypertension Patients in Jeddah, Saudi Arabia: A Randomized
Controlled Trial Pilot Study. Integ Med : Saudi Arabia. 2014
Arikunto, Suharsimi. Manajemen Penelitian. PT Rineka Cipta : Jakarta. 2010

Baradero, Mary. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Kardiovaskuler. EGC :


Jakarta. 2008

Brooker, Christine. Kamus Saku Keperawatan. Edisi 31. EGC : Jakarta. 2001

Corwin, Elizabeth. Buku Saku Patofisiologi. Edisi 3. EGC : Jakarta. 2009

Doengoes, Marilyn E. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. EGC : Jakarta.


2000

Dalimartha, S, Basuri T. P, Nora, S, Mahendra & Rahmat, D. Care Your Self


Hipertensi. Plus : Jakarta. 2008

Depkes RI. Profil Kesehatan Indonesia. Depertemen Republik Indonesia : Jakarta.


2009

Fatahillah, Ahmad. Keampuhan Bekam, Pencegahan dan Penyembuhan Penyakit


Warisan Rasulullah. Qultum Media : Jakarta. 2006

Fera. Pengaruh terapi bekam terhadap tekanan darah pada pasien hipertensi di
klinik bekam De Besh Centre Arrahmah dan Rumah Sakit Sabbihisma
Kota Padang. Jurnal Keperawatan Universitas Andalas : Padang. 2012

Gay, L.R dan Diehl, P.L. Research Methods for Business and Management.
MacMillan Publishing Company : New York, 1992.
Hasmi, Lajnah Ilmiah. Warisan Nabi Dalam Pengobatan : Mengungkapkan
Keajaiban Metode Bekam dan Habbatus Sauda. LBKI : Bogor. 2012

Hidayat, Aziz Alimul. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Penerbit
Salemba Medika : Jakarta. 2007

Hidayat, Aziz Alimul. Metode Penelitian Keperawatan dan Tehnik Analisis Data.
Penerbit Salemba Medika : Jakarta. 2008

Jansen, Susiana dkk. Efektivitas Terapi Bekam Terhadap Penurunan Tekanan


Darah Pada Penderita Hipertensi Primer. Universitas Riau : Pekanbaru.
2014

Kasmui. Bekam Pengobatan Menurut Sunnah Nabi. ISYFI : Semarang. 2006

Kusyati, Eni dkk. Pengaruh Arah Putaran Jarum Bekam Basah Terhadap
Tekanan Darah Penderita Hipertensi Di Kedung Mundu Semarang.
PPNI Jawa Tengah : Semarang. 2014

Kusyati, E. Bekam Sebagai Terapi Komplementer keperawatan. Popup Design :


Yogyakarta. 2012

Mansjoer, Arif. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 1. Media Aesculapius : Jakarta.


2001

Muttaqin, Arif. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem


Kardiovaskular. Salemba Medika : Jakarta. 2009

Notoatmodjo, Soekidjo. Ilmu Perilaku Kesehatan. Renika Cipta : Jakarta. 2010

Notoatmodjo, Soekidjo. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta : Jakarta.


2010

Nursalam. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.


Edisi 2. Penerbit Salemba Medika : Jakarta. 2008

Palmer, A. & William. Tekanan Darah Tinggi. Erlangga : Jakarta. 2007


Pradono, Julianty dkk. Permasalahan dan Faktor Risiko yang Berhubungan
Dengan Terjadinya Hipertensi Di Kabupaten Bogor Prov. Jawa Barat.
Pusat Teknologi Intervensi Kesehatan Masyarakat Badan Litbangkes :
Bogor. 2013

Price, Sylvia Anderson. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.


Edisi 6. Vol 1. EGC : Jakarta. 2005

Rahajeng, Ekowati & Tuminah. Prevelensi Hipertensi dan Determinannya Di


Indonesia. Depkes : Jakarta. 2009

Ridho, Achmad Ali. Bekam Sinergi : Rahasia Sinergi Pengobatan Nabi, Medis
Modern, dan Traditional Chinese Medicine. Aqwamedika : Solo. 2012

Rohatami, Oktarani. Efektivitas Pemberian Terapi Bekam dan Terapi Pijat


Refleksi Terhadap Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi. UMS :
Surakarta. 2015

Salamah, Ummu. Imunisasi dampak, Konspirasi dan Solusi Sehat ala Rasulullah
SAW. Nabawiyah Press : Tangerang. 2009

Sani, Aulia. Diagnosa dan Tatalaksana Hipertensi. Medya Crea : Jakarta. 2008

Santoso, Ody. Pelatihan Bekam atau Hijamah. Yayasan Amal Media Suara Islam
: Jakarta. 2012

Saryono. Penurunan Kadar Kolesterol Total Pada Pasien Hipertensi yang


Mendapat Terapi Bekam Di Klinik An-Nahl Purwokerto. Jurnal
Keperawatan Soedirman : Purwokerto. 2010

Setiawan, Zamhir. Karakteristik sosiodemografi sebagai faktor resiko hipertensi


studi ekologi di pulau Jawa tahun 2004 [Tesis]. Jakarta: Program Studi
Epidemiologi Program Pasca Sarjana FKM-UI; 2006.

Sharaf, A.R. Penyakit dan Terapi Bekamnya Dasar-Dasar Ilmiah Terapi Bekam.
Thibbia : Surakarta. 2012
Sherwood, Lauralee. Fisiologi Manusia: dari Sel ke Sistem. Edisi 6. EGC :
Jakarta. 2011

Smeltzer, Suzanne C. Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8.


Vol 2. EGC : Jakarta. 2001

Smeltzer, S. C & Bare, B. G. Buku ajar keperawatan medikal-bedah. Edisi 8.


EGC : Jakarta. 2002

Sudoyo, Aru W. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 5. Jilid 2. Interna
Publishing : Jakarta. 2010

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta : Bandung.


2009

Tambayong, Jon. Patofisiologi untuk Keperawatan. EGC : Jakarta. 2000

Tjokroprawiro, Askandar. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Airlangga University


Press : Surabaya. 2007

Umar, Wadda. A. Sembuh dengan Satu Titik. Al-Qowam Publishing : Solo. 2008

Widyaningrum, siti. Hubungan Antara Konsumsi Makanan Dengan Kejadian


Hipertensi Pada Lansia. Universitas Jember : Jember. 2012

Williams & Wilkins. Kaplan NM. Clinical hypertension. 8th ed. Lippincott: 2002.

Zarei, Mohammad et.al. The efficacy of wet cupping in the treatment of


hypertension. ARYA Atherosclerosis Journal : Iran. 2012

http://inhcms.azurewebsites.net/uploads/FA_InHealth_Gazette_01_April2013_fin
al_Web.pdf.

http://www.medicinenet.com/high_blood_pressure_pictures_slideshow/article.htm
2011
Lampiran 1

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth,

Bapak/Ibu

Di

Tempat

Dengan Hormat,

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Muhammad Alfian Rahman

NIM : 1111104000011

Status : Mahasiswa Ilmu Keperawatan

Dengnan ini memohon kepada bapak/ibu untuk bersedia menjadi responden pada

penelitian yang saya lakukan yang berjudul Pengaruh Terapi Bekam

Terhadap Tekan Darah Pada Pasien Hipertensi Di Klinik Bekam Abu Zaky

Mubarak. Pada penelitian ini identitas bapak/ibu akan dirahasiakan dan

informasi yang diberikan digunakan untuk kepentingan penelitian.

Demikian Saya sampaikan, atas perhatian dan kesediaannya saya haturkan terima

kasih.

Hormat Saya,

Muhammad Alfian Rahman


Lampiran 2
LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN

Judul Penelitian : PENGARUH TERAPI BEKAM TERHADAP


TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI DI
KLINIK BEKAM ABU ZAKY MUBARAK
Peneliti : Muhammad Alfian Rahman No.Hp: 081213198148

Pembimbing :

1. Jamaludin, S.Kep, M.Kep

2. Ns. Kustati Budi L, M.Kep, Sp.Kep.An

Saya telah memahami tujuan, manfaat, prosedur, gambaran risiko dan

ketidaknyamanan yang mungkin terjadi, serta penjaminan kerahasiaan

identitas pada penelitian ini. Tanpa adanya unsur paksaan dan secara sukarela

saya bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.

Ciputat, 22 Februari 2015

Tanda Tangan Responden Tanda Tangan Peneliti

( ) Muhammad Alfian Rahman


Lampiran 3

LEMBAR OBSERVASI

NAMA :

Tempat, Tanggal Lahir :

USIA :

JENIS KELAMIN :

No Hari Tekanan Darah Tekanan Darah

Tanggal Sebelum di Bekam Sesudah di Bekam

10
Lampiran 4
Analisa Data

Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

sistol_sblm_bkm .196 25 .015 .907 25 .026


diastol_sblm_bkm .255 25 .000 .859 25 .003
sistol_stlh_bkm .183 25 .031 .912 25 .034
diastol_stlh_bkm .199 25 .012 .889 25 .011

a. Lilliefors Significance Correction

Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks

N Mean Rank Sum of


Ranks
a
Negative Ranks 25 13.00 325.00
b
sistol_stlh_bkm - Positive Ranks 0 .00 .00
c
sistol_sblm_bkm Ties 0

Total 25
d
Negative Ranks 25 13.00 325.00
e
diastol_stlh_bkm - Positive Ranks 0 .00 .00
f
diastol_sblm_bkm Ties 0

Total 25

a. sistol_stlh_bkm < sistol_sblm_bkm


b. sistol_stlh_bkm > sistol_sblm_bkm
c. sistol_stlh_bkm = sistol_sblm_bkm
d. diastol_stlh_bkm < diastol_sblm_bkm
e. diastol_stlh_bkm > diastol_sblm_bkm
f. diastol_stlh_bkm = diastol_sblm_bkm
a
Test Statistics

sistol_stlh_ diastol_stlh
bkm - _bkm -
sistol_sblm diastol_sbl
_bkm m_bkm
b b
Z -4.446 -4.772
Asymp. Sig. (2- .000 .000
tailed)

a. Wilcoxon Signed Ranks Test


b. Based on positive ranks.

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std.


Deviation

Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic

sistol_sblm_bkm 25 140 220 168.80 3.929 19.647


diastol_sblm_bkm 25 90 120 100.80 1.818 9.092
sistol_stlh_bkm 25 120 200 153.20 3.828 19.142
diastol_stlh_bkm 25 80 110 91.40 1.882 9.412
Valid N (listwise) 25
usia * jenis_kelamin Crosstabulation
Count

jenis_kelamin Total

perempuan laki-laki

34 0 1 1

35 0 1 1

39 0 1 1

40 1 1 2

42 0 1 1

43 1 1 2

45 0 1 1

46 0 1 1

47 1 1 2
usia
48 1 0 1

49 0 2 2

51 1 0 1

54 1 0 1

55 1 1 2

58 0 2 2

60 1 0 1

64 2 0 2

65 0 1 1
Total 10 15 25

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std.


Deviation

usia 25 34 65 49.24 8.960


jenis_kelamin 25 0 1 .60 .500
Valid N (listwise) 25
Lampiran 5

STUDI PENDAHULUAN
DAFTAR PASEIN KLINIK
BEKAM KEDUNG
HALANG DESEMBER 2014 PASEN HIPERTENSI
TANGGA
L HARI laki-laki perempuan jumlah
1 SENIN 6 5 11
2 SELASA 8 5 13
3 RABU 8 6 14
4 KAMIS 6 3 9
JUMAT
5 (LIBUR) 0
6 SABTU 8 9 17
7 MINGGU 8 7 15
8 SENIN 5 7 12
9 SELASA 10 4 14
10 RABU 4 6 10
11 KAMIS 5 7 12
JUMAT
12 (LIBUR) 0
13 SABTU 10 12 22
14 MINGGU 4 9 13
15 SENIN 9 3 12
16 SELASA 8 4 12
17 RABU 8 6 14
18 KAMIS 3 2 5
JUMAT
19 (LIBUR) 0
20 SABTU 7 5 12
21 MINGGU 7 3 10
22 SENIN 3 2 5
23 SELASA 6 4 10
24 RABU 5 2 7
25 KAMIS 3 3 6
JUMAT
26 (LIBUR) 0
27 SABTU 6 5 11
28 MINGGU 4 3 7
29 SENIN 2 5 7
30 SELASA 3 3 6
31 RABU 4 2 6

Вам также может понравиться