Вы находитесь на странице: 1из 12

PERENCANAAN DAN ANALISA PENGUAT BERTINGKAT DENGAN KOPLING GALVANIS

Oleh: Drs. Herry Sudjendro, M.T


Widyaiswara PPPPTK BOE Malang

ABSTRAK

Penguat bertingkat dengan kopling lansung adalah model penguat bertingkat dengan hubungan langsung
antara masing-masing tingkat. Hal ini berakibat akan mengganggu titik kerja masing-masing tingkat.
Untuk mengatasi hal tersebut, maka harus dilakukan perencanaan berupa penetapan seting tegangan dan
arus DC yang dimulai dari sisi output dengan terlebih dahulu menetapkan optimalisasi tegangan searah
output sebesar separuh dari regangan sumber (Uo = UB). Akhirnya harus dilakukan perhitungan untuk
mendapatkan nilai-nilai semua resistor yang dipasang pada rangkaian tersebut.

Kata kunci: penguat bertingkat, kopling galvanis

1. Pendahuluan

Penguat bertingkat merupakan deretan dua atau lebih penguat tunggal untuk mendapatkan penguatan
tanpa cacat, bila penguat satu tingkat tidak mencapai harga yang dikehendaki.

Besarnya penguatan dari penguatan bertingkat adalah penguatan keseluruhan dari masing-masing penguat
tunggal. Dengan demikian besar penguatan penguat bertingkat:

V total = V1 x V2 x V3 x .. Vn.

Penghubung antar penguat disebut dengan kopling yang berfungsi mentransformasikan


sinyal dari satu tingkat ke tingkat yang lainnya tanpa cacat.

Ada tiga macam kopling:

Kopling galvanis atau kopling searah.

Kopling kapasitif.
Kopling induktif.

2. Perencanaan Penguat Bertingkat dengan Kopling Galvanis

Pada kopling galvanis, tegangan searah dan tegangan bolak-balik ditransformasikan dari tingkat satu ke
tingkat yang lainnya, sehingga penguatan memiliki respons yang lebar (bisa mencapai frekuensi bawah 0
Hz dan frekuensi batas atas yang sangat tinggi, tergantung dari jenis transistornya).

Namun muncul permasalahan pada seting tegangan searah pada titik kerja transistor. Untuk itu perlu
direncanakan titik kerja transistor dengan menetapkan nilai tahanan-tahanan biasnya. Penentuan nilai
tahanan-tahanan bias menacu pada optimalisasi output Uo = UB. Kemudian ditenukan dimensi
tegangan bias DC pada titik-tik penting dimulai dari arah output ke input. Dengan menerapkan hokum
Ohm, maka bisa dihitung nilai tahanan-tahanan bias yang diperlukan dengan mengingat bahwa transistor-
transistor TR1 dan TR2 bekerja pada daerah kelas A. (gambar 3).
Kopling langsung akan mengakibatkan keterkaitan tegangan bias pada stu titik ke titik berikutnya
karena tersambung langsung. Seperti gambar 3, mengakibatkan UCE1 hanya sebesar 1,4Vdc. Sedangkan
UCE2 tercukupu tegangan UCE = 5Vdc.
Untuk mempertahankan agar UCE1 tetap pada kondisi kelas A sekitar 5Vdc, pada tegangan sumber
terpasang UB = 12Vdc, maka perlu dipasang pembagi tegangan sebagai kopling galvanis (gabar.4),
sehingga rangkaiannya menjadi seperti gambar.5.
Bentuk lain dari penguat bertingkat dengan kolping galvanis bisa dirancang seperti gambar 6
berupa penguat bertingkat yang terdiri dari hubungan transistor NPN dan PNP.

3. Analisa penetapan tahanan bias pada penguat bertingkat dengan kopling langsung.

Untuk menganalisa rangkaian penguat bertingkat secara DC, maka dilakukan seting
tegangan DC dimulai dari tingkat output. Sebagai contoh sebuah penguat bertingkat dengan
tegangan sumber UB sebesar 12 Volt. Transistor yang digunakan adalah Q1 = Q2 =BC549. Dari
datasheet, arus emitor untuk transistor kedua adalah IC = 2mA, UCE = 5Volt. Seandainya
penguatan arus B = 250, maka nilai resistor-resistor bisa dihitung sebagai berikut :
Tegangan output Uo didekatkan dengan nilai tegangan setengah dari tegangan sumber.

Uo = xUB = x 12V = 6V

Uo = URE2 + UCE2

Bila dianjurkan dalam datasheet UCE = 5 Volt, maka

URE2 = Uo UCE2

URE2 = 6 Volt 5 Volt = 1 Volt

Arus kolector Ic = dianjurkan dalam datasheet 2 mA, maka


Karena tegangan pada kolektor transistor Q1 terhadap ground UC1 = 1,7 V, maka ditentikan
UCE1 =1V. Sehingga besarnya tahanan RE1 bisa dicari sebagai berikut:

Hasil penetapan tegangan DC pada penguat bertingkat tersebut di atas menhasilkan tegangan
kolektor-emitor transistor UCE1 yang relatif sangat kecil sebesar 1 Volt. Agar bisa didapatkan
tegangan UCE1 sesuai dengan tegangan yang disarankan yaitu sebesar UCE1 = 5 Volt, maka
dipasang tahanan sebagai kopling arus searah R3 seperti gambar 1.5 di bawah ini:
Maka analisa penetapan tahanan-tahanan biasnya bisa dihitung sebagai berikut:

Tegangan output Uo didekatkan dengan nilai tegangan setengah dari tegangan sumber.

Uo = xUB = x 12V = 6V

Uo = URE2 + UCE2

Bila dianjurkan dalam datasheet UCE = 5 Volt, maka

URE2 = Uo UCE2

URE2 = 6 Volt 5 Volt = 1 Volt

Arus kolector Ic = dianjurkan dalam datasheet 2 mA, maka


Bila ditetapkan tegangan kolektor terhadap ground pada transistor Q1, UCE1 sebesar setengah
dari tegangan sumber (agar sinyal output optimal),maka
Agar didapatkan penguatan sinyal yang lebih besar, maka ditambahkan kapasitor bypass pada
RE2 sebagai berikut :
Bentuk lain konfigurasi penguat bertingkat Common Emitor-Common Collector bisa dianalisa
seperti di bawah ini:
Gambar 10 Kopling arus searah dengan tahanan pembagi tegangan

Kesimpulan:

1. Penguat bertingkat dengan kopling lansung adalah model penguat bertingkat dengan hubungan
langsung antara masing-masing tingkat.
2. Gangguan titik kerja masing-masing tingkat diatasi dengan melakukan perencanaan berupa
penetapan seting tegangan dan arus DC yang dimulai dari sisi output dengan terlebih dahulu
menetapkan optimalisasi tegangan searah output sebesar separuh dari regangan sumber (Uo = UB).
3. Perhitungan untuk mendapatkan nilai-nilai semua resistor yang dipasang pada rangkaian tersebut
dengan menerapkan hukum Ohm..

Daftar Pustaka

1. Allen Mottershead; Electronic Device and Circuits; Prentice - Hall of India; New Delhi, 1982
2. Electronicc Circuits Experimental Manual With ED 2100, ED Laboratory
3. Lehrer Mappe ; Analogtechnik ; 1984.
4. Malvino Hanafi Gunawan ; Prinsip - prinsip Elektronika ; Edisi kedua ; Erlangga ; Jakarta ;
1984.

Вам также может понравиться