Вы находитесь на странице: 1из 22

Tanda dan Gejala:

1) Jika Na plasma turun 10 mEq/L dalam beberapa jam, pasien mungkin mual,
muntah, sakit kepala dan keram otot.
2) Jika Na plasma turun 10 mEq/L dalam satu jam, bisa terjadi sakit kepala hebat,
letargi, kejang, disorientasi dan koma.
3) Mungkin pasien memiliki tanda-tanda penyakit dasar (seperti gagal jantung,
penyakit Addison).
4) Jika hiponatremia terjadi sekunder akibat kehilangan cairan, mungkin ada tanda-
tanda syok seperti hipotensi dan takikardi.

MAKALAH
GANGGUAN KARENA KEKURANGAN
CAIRAN DAN ELEKTROLIT

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat TUHAN Yang Maha Esa, yang
telah melimpahkan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
makalah Mata Kuliah KETERAMPILAN DASAR KEBIDANAN Gangguan
karena kekurangan cairan dan elektrolit ini, dengan tepat waktu.
Penulis juga menyadari bahwa tugas makalah ini masih banyak kekurangan
baik dari segi isi, maupun dari segi penulisan, untuk itu kami mengharapkan
kritikan dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan tugas makalah
ini.
Akhirnya penulis hanya bisa berharap, bahwa dibalik ketidaksempurnaan
penulisan dan penyusunan makalah ini adalah ditemukan sesuatu yang dapat
memberikan manfaat atau bahkan hikmah bagi penulis dan pembaca.

Yogyakarta, 24 Oktober 2015


Penyusun
Ani Sulastri

PEMBAHASAN
A. Pengertian
Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh
tetap sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah merupakan
salah satu bagian dari fisiologi homeostatis. Keseimbangan cairan dan elektrolit
melibatkan komposisi dan perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh adalah
larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah
zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion
jika berada dalam larutan.
Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan
cairan intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh bagian tubuh. Keseimbangan
cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan
elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling
bergantung satu dengan yang lainnya jika salah satu terganggu maka akan
berpengaruh pada yang lainnya. Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar
yaitu: cairan intraseluler dan cairan ekstraseluler.
Cairan intraseluler adalah cairan yang berda di dalam sel di seluruh tubuh,
sedangkan cairan akstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan terdiri dari
tiga kelompok yaitu: cairan intravaskuler (plasma), cairan interstitial dan cairan
transeluler. Cairan intravaskuler (plasma) adalah cairan di dalam sistem vaskuler,
cairan intersitial adalah cairan yang terletak diantara sel, sedangkan cairan traseluler
adalah cairan sekresi khusus seperti cairan serebrospinal, cairan intraokuler, dan
sekresi saluran cerna.

B. Masalah-masalah yang sering terjadi pada cairan dan elektrolit


1. Abnormalitas cairan tubuh:
a. Ketidak seimbangan volume
b. Hipovolemik
c. Hipervolomik
2. Ketidakseimbangan elektrolit
a. Natrium : hiponatremia, hypernatremia
b. Kalium : hipokalemia, hyperkalemia
c. Magnesium : hipomagnesemia, hipermagnesemia, DLL
3. Ketidakseimbangan osmolalitas ggn asam basa
a. Asidosis
b. Alkalosis

C. Masalah gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh


1. Gangguan Keseimbangan Cairan dan eletrolit tubuh
a. Dehidrasi
b. Syok hipovolemik
2. Gangguan Keseimbangan Elektrolit
a. Hiponatremia
Definisi: kadar Na+ serum di bawah normal
Causa: CHF, gangguan ginjal dan sindroma nefrotik, hipotiroid, penyakit Addison

Tanda dan Gejala:


1) Jika Na plasma turun 10 mEq/L dalam beberapa jam, pasien mungkin mual,
muntah, sakit kepala dan keram otot.
2) Jika Na plasma turun 10 mEq/L dalam satu jam, bisa terjadi sakit kepala hebat,
letargi, kejang, disorientasi dan koma.
3) Mungkin pasien memiliki tanda-tanda penyakit dasar (seperti gagal jantung,
penyakit Addison).
4) Jika hiponatremia terjadi sekunder akibat kehilangan cairan, mungkin ada tanda-
tanda syok seperti hipotensi dan takikardi.

3. Hipernatremia
Definisi: Na+ serum di atas normal (>145 mEq/L)
Causa : Kehilangan Na+ melalui ginjal misalnya pada terapi diuretik, diuresis
osmotik, diabetes insipidus, sekrosis tubulus akut, uropati pasca obstruksi, nefropati
hiperkalsemik; atau karena hiperalimentasi dan pemberian cairan hipertonik lain.
Tanda dan Gejala: iritabilitas otot, bingung, ataksia, tremor, kejang dan koma yang
sekunder terhadap hipernatremia.

4. Hipokalemia
Definisi : kadar K+ serum di bawah normal Etiologi
a. Kehilangan K+ melalui saluran cerna (misalnya pada muntah-muntah, sedot
nasogastrik, diare, sindrom malabsorpsi, penyalahgunaan pencahar)
b. Diuretik
c. Asupan K+ yang tidak cukup dari diet
d. Ekskresi berlebihan melalui ginjal
e. Maldistribusi K+
f. Hiperaldosteron

Tanda dan Gejala:


Lemah (terutama otot-otot proksimal), mungkin arefleksia, hipotensi ortostatik,
penurunan motilitas saluran cerna yang menyebabkan ileus. Hiperpolarisasi
myokard terjadi pada hipokalemia dan dapat menyebabkan denyut ektopik
ventrikel, reentry phenomena, dan kelainan konduksi. EKG sering memperlihatkan
gelombang T datar, gelombang U, dan depresi segmen ST.

5. Hiperkalemia
Definisi: kadar K+ serum di atas normal (> 5,5 mEq/L)
Etiologi:
a. Ekskresi renal tidak adekuat; misalnya pada gagal ginjal akut atau kronik,
diuretik hemat kalium, penghambat ACE.
b. beban kalium dari nekrosis sel yang masif yang disebabkan trauma (crush injuries),
pembedahan mayor, luka bakar, emboli arteri akut, hemolisis, perdarahan saluran
cerna atau rhabdomyolisis. Sumber eksogen meliputi suplementasi kalium dan
pengganti garam, transfusi darah dan penisilin dosis tinggi juga harus dipikirkan.
c. Perpindahan dari intra ke ekstraseluler; misalnya pada asidosis, digitalisasi,
defisiensi insulin atau peningkatan cepat dari osmolalitas darah.
d. Insufisiensi adrenal
e. Pseudohiperkalemia. Sekunder terhadap hemolisis sampel darah atau pemasangan
torniket terlalu lama
f. Hipoaldosteron
Tanda dan Gejala:
Efek terpenting adalah perubahan eksitabilitas jantung. EKG memperlihatkan
perubahan-perubahan sekuensial seiring dengan peninggian kalium serum. Pada
permulaan, terlihat gelombang T runcing (K+ > 65 mEq/L). Ini disusul dengan
interval PR memanjang, amplitudo gelombang P mengecil, kompleks QRS melebar
(K+ = 7 sampai 8 mEq/L). Akhirnya interval QT memanjang dan menjurus ke pola
sine-wave. Fibrilasi ventrikel dan asistole cenderung terjadi pada K+ > 10 mEq/L.
Temuan-temuan lain meliputi parestesi, kelemahan, arefleksia dan paralisis
ascenden.

D. Penanganan Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit


1. Definisi
Terapi cairan adalah tindakan untuk memelihara, mengganti milieu interiur dalam
batas-batas fisiologis.
Indikasi, antara lain:
a. Kehilangan cairan tubuh akut
b. Kehilangan darah
c. Anoreksia
d. Kelainan saluran cerna

E. Penyebab, Gejala & Pengobatan Ketidakseimbangan Elektrolit


Mineral atau elektrolit seperti natrium, kalium, dan magnesium dibutuhkan oleh
tubuh agar sel dan organ bisa berfungsi normal.
Namun, terkadang tingkat elektrolit dalam tubuh meningkat atau menurun karena
berbagai penyebab.
Kondisi ini dikenal sebagai ketidakseimbangan elektrolit, ketidakseimbangan
garam tubuh atau ketidakseimbangan kimia tubuh.

1. Gejala Umum
Di bawah ini adalah gejala paling umum dari ketidakseimbangan elektrolit:
a. Kelelahan
b. Kram otot dan kejang
c. Mual
d. Pusing
e. Pingsan
f. Lekas marah
g. Muntah
h. Mulut kering
i. Denyut jantung lambat
j. Kejang
k. Palpitasi
l. Tekanan darah rendah
m. Kurangnya koordinasi
n. Sembelit
o. Kekakuan sendi

Dalam kasus ketidakseimbangan elektrolit yang parah (pada kasus


ekstrim), gejala berikut akan teramati:
a. Koma
b. Kejang
c. Perhentian jantung (cardiac arrest)
d. Kematian
Terdapat berbagai jenis ketidakseimbangan elektrolit yang bisa dibedakan
berdasarkan jenis mineral yang terlibat di dalamnya.
Kadar suatu mineral yang terlalu tinggi atau terlalu rendah sama-sama
menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit yang memicu berbagai gejala.
Berbagai jenis ketidakseimbangan elektrolit dan gejalanya disajikan sebagai
berikut.
2. Ketidakseimbangan Kalsium
a. Kalsium tinggi
Gejalanya:
1) Kelesuan
2) Muntah
3) Mual
4) Haus
5) Dehidrasi
6) Tekanan darah rendah
7) Kejang
8) Koma
b. Kalsium rendah
Gejalanya:
1) Kejang otot
2) Tekanan darah tinggi
3) Kesemutan dan mati rasa
4) Lekas marah
5) Kuku rapuh
6) Perubahan suasana hati
7) Kejang

3. Ketidakseimbangan Natrium
Natrium tinggi
Gejalanya:
1) Haus
2) Mulut kering
3) Pusing
4) Demam
5) Muntah
6) Diare
7) Kejang
8) Kematian
Natrium rendah
Gejalanya:
1) Kelemahan otot
2) Pembengkakan tubuh
3) Kesulitan bernafas
4) Sakit kepala
5) Mual
6) Kram perut
7) Kejang
8) Koma
4. Ketidakseimbangan Kalium
Kalium tinggi
Gejalanya:
1) Sakit perut
2) Kelemahan
3) Mual
4) Diare
5) Nyeri otot
6) Denyut jantung tidak teratur
7) Perhentian jantung
Kalium rendah
Gejalanya:
1) Kelelahan
2) Kelemahan
3) Nyeri otot
4) Kram otot
5) Retensi cairan
6) Tetani
7) Kelumpuhan
5. Ketidakseimbangan Magnesium
Magnesium tinggi
Gejalanya:
1) Kesulitan bernapas
2) Kelesuan
3) Keringat berlebihan
4) Denyut jantung menurun
5) Diare
6) Denyut jantung tidak teratur
7) Perhentian jantung

Magnesium rendah
Gejalanya:
1) Kelemahan otot
2) Denyut jantung tidak teratur
3) Mual
4) Kram di kaki
5) Muntah
6) Kejang
7) Tremor
Jika gejala-gejala diatas muncul, disarankan untuk mencari bantuan medis segera.
Ingat, dehidrasi dalam kasus yang parah dapat menyebabkan ketidaksadaran dan
bisa berakibat fatal.
F. Penyebab Ketidakseimbangan Elektrolit
Terdapat banyak penyebab yang memicu ketidakseimbangan elektrolit dengan
dehidrasi menjadi salah satu yang paling umum.
Dehidrasi, muntah berat, dan diare menyebabkan tubuh kehilangan cairan dengan
cepat.
Selain itu, mengasup makanan yang tidak tepat (tidak mengkonsumsi makanan
kaya mineral), atau malabsorpsi juga bisa menjadi penyebab ketidakseimbangan
elektrolit.
Ketidakseimbangan elektrolit juga menyertai beberapa penyakit dan gangguan
seperti penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), pneumonia, diare, muntah, gagal
ginjal, gangguan makan, alkoholisme, anoreksia nervosa, gangguan hormonal, dll.
Kadang-kadang, obat-obatan tertentu seperti diuretik, antibiotik, dan obat
kemoterapi juga dapat menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit.

G. Pengobatan Ketidakseimbangan Elektrolit


Penyebab ketidakseimbangan elektrolit perlu diidentifikasi terlebih dahulu
sebelum pengobatan bisa dilakukan.
Dokter akan menyarankan pasien melakukan tes darah, tes urine, dan pemindaian
X-ray untuk mendiagnosa kondisi.
Jika ketidakseimbangan disebabkan karena kondisi medis, prioritas pertama
dititikberatkan untuk mengatasi kondisi tersebut.
Dalam kasus ringan, membuat perubahan dalam diet dan memasukkan makanan
yang kaya mineral dapat mengobati ketidakseimbangan.
Mengasup minuman yang mengandung elektrolit juga dapat membantu mengobati
ketidakseimbangan.
Dalam kasus yang parah, cairan IV (intravena) umumnya digunakan untuk
mengembalikan elektrolit ke level normal. Jika gejala memburuk, rawat inap
mungkin diperlukan.

H. Contoh kekurangan cairan dan elektrolit


1. Hiponatremia (kadar natrium yang rendah)
a) Definisi
Hiponatremia (kadar natrium yang rendah) adalah Konsentrasi natrium yang lebih
kecil dari 136 mEq/L darah.
b) Penyebab
Hiponatremia terjadi ketika cairan tubuh mengandung natrium dalam jumlah yang
terlalu sedikit, misalnya akibat :
1) Muntah dan diare berat, dimana kehilangan cairan tubuh hanya digantikan oleh
air.
2) Beberapa gangguan yang membuat tubuh menahan cairan lebih banyak, misalnya
sirosis hati atau gagal jantung.
3) Minum air dengan jumlah yang sangat banyak, misalnya pada kelainan psikis
tertentu, atau pada orang-orang yang dirawat dirumah sakit, yang mendapatkan
sejumlah besar cairan melalui infus.
4) Penyakit addison, dimana natrium dikeluarkan dalam jumlah besar.
5) Produksi hormon antidiuretik yang berlebihan, misalnya pada tumor otak, kanker
paru atau pankreas, serta pemakaian obat-obat tertentu, misalnya chiorpropamide,
carbamazepine, atau vincristine.
c) Gejala
Beratnya gejala sebagian ditentukan oleh kecepatan penurunan kadar
natrium darah. Jika kadar natrium menurun secara perlahan, gejala cenderung
tidak berat dan tidak muncul sampai kadar natrium benar-benar rendah. Jika kadar
natrium menurun dengan cepat, gejala yang timbul lebih berat.
Otak sangat sensitif tehadap perubahan konsentrasi natrium darah. Karena itu
gejala awal dari hiponatremia adalah penurunan kesadaran, dimana penderitan
cenderung untuk terus tidur.

d) Diagnosa
Diagnosa ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan darah dan gejala-gejala
yang ada.
e) Pengobatan
Hiponatremia berat merupakan keadaan darurat yang memerlukan pengobatan
segera. Cairan infus diberikan untuk meningkatkan konsentrasi natrium darah
secara perlahan. Kenaikan konsentrasi yang terlalu cepat bisa mengakibatkan
kerusakan otak yang menetap. Oleh karena itu, asupan cairan harus diawasi dan
dibatasi oleh dokter, serta penyebab hiponatremia juga perlu diatasi.

2. Hipokalemia (kadar kalium yang rendah dalam darah)


a) Definisi
Hipokalemia (kadar kalium yang rendah dalam darah) adalah suatu keadaan
dimana konsentrasi kalium dalam darah kurang dari 3.8 mEq/L darah.
b) Penyebab
Ginjal yang normal dapat menahan kalium dengan baik. Jika konsentrasi kalium
darah terlalu rendah, biasanya disebabkan oleh ginjal yang tidak berfungsi secara
normal atau terlalu banyak kalium yang hilang melalui saluran pencernaan
(karena diare, muntah, penggunaan obat pencahar dalam waktu yang lama atau
polip usus besar). Hipokalemia jarang disebabkan oleh asupan yang kurang karena
kalium banyak ditemukan dalam makanan sehari-hari.
Kalium bisa hilang lewat air kemih karena beberapa alasan. Yang paling sering
adalah akibat penggunaan obat diuretik tertentu yang menyebabkan ginjal
membuang natrium, air dan kalium dalam jumlah yang berlebihan. Pada sindroma
Cushing, kelenjar adrenal menghasilkan sejumlah besar hormon kostikosteroid
termasuk aldosteron. Aldosteron adalah hormon yang menyebabkan ginjal
mengeluarkan kalium dalam jumlah besar.
Ginjal juga mengeluarkan kalium dalam jumlah yang banyak pada orang-orang
yang mengkonsumsi sejumlah besar kayu manis atau mengunyah tembakau
tertentu. Penderita sindroma Liddle, sindroma Bartter dan sindroma Fanconi
terlahir dengan penyakit ginjal bawaan dimana mekanisme ginjal untuk menahan
kalium terganggu.
Obat-obatan tertentu seperti insulin dan obat-obatan asma (albuterol, terbutalin
dan teofilin), meningkatkan perpindahan kalium ke dalam sel dan mengakibatkan
hipokalemia. Tetapi pemakaian obat-obatan ini jarang menjadi penyebab tunggal
terjadinya hipokalemia.
c) Gejala
Hipokalemia ringan biasanya tidak menyebabkan gejala sama sekali. Hipokalemia
yang lebih berat (kurang dari 3 mEq/L darah) bisa menyebabkan kelemahan otot,
kejang otot dan bahkan kelumpuhan. Irama jantung menjadi tidak normal,
terutama pada penderita penyakit jantung.
d) Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan darah dan gejala-gejalanya.
e) Pengobatan
Kalium biasanya dapat dengan mudah digantikan dengan mengkonsumsi
makanan yang banyak mengandung kalium atau dengan mengkonsumsi garam
kalium (kalium klorida) per-oral. Kalium dapat mengiritasi saluran pencernaan,
sehingga diberikan dalam dosis kecil, beberapa kali sehari.
Sebagian besar orang yang mengkonsumsi diuretik tidak memerlukan tambahan
kalium. Tetapi secara periodik dapat dilakukan pemeriksaan ulang dari
konsentrasi kalium darah sehingga sediaan obat dapat diubah bilamana perlu.
Pada hipokalemia berat, kalium bisa diberikan secara intravena. Hal ini dilakukan
dengan sangat hati-hati dan biasanya hanya dilakukan di rumah sakit, untuk
menghindari kenaikan kadar kalium yang terlalu tinggi.
3. Hipokalsemia (kadar kalsium darah yang rendah)
a) Pengertian
Hipokalsemia (kadar kalsium darah yang rendah) adalah suatu keadaan dimana
konsentrasi kalsium didalam darah kurang dari 8,8 mgr/dL darah.
b) Penyebab
1) Konsentrasi kalsium darah bisa menurun sebagai akibat dari berbagai masalah.
2) Hipokalsemia paling sering terjadi pada penyakit yang menyebabkan hilangnya
kalsium dalam jangka lama melalui air kemih atau kegagalan untuk memindahkan
kalsium dari tulang.
3) Sebagian besar kalsium dalam darah dibawa oleh protein albumin, karena itu jika
terlalu sedikit albumin dalam darah akan menyebabkan rendahnya konsentrasi
kalsium dalam darah.
Penyebab Hipokalsemia
Penyebab Keterangan
Biasanya terjadi setelah kerusakan kelanjar
paratiroid atau karena kelenjar paratiroid secara
Kadar hormon paratiroid rendah
tidak sengaja terangkat pada pembedahan untuk
mengangkat tiroid
Kekurangan kelenjar paratiroid Penyakit keturunan yg jarang atau merupakan
bawaan bagian dari sindroma DiGeorge
Pseudo Penyakit keturunan yg jarang;
hipoparatiroidisme kadar hormon paratiroid normal tetapi respon
tulang & ginjal terhadap hormon menurun
Biasanya disebabkan oleh asupan yg kurang,
kurang terpapar sinar matahari (pengaktivan
vitamin D terjadi jika kulit terpapar sinar matahari),
penyakit hati,
Kekurangan vitamin D
penyakit saluran pencernaan yg menghalangi
penyerapan vitamin D,
pemakaian barbiturat & fenitoin, yg mengurangi
efektivitas vitamin D
Kerusakan ginjal Mempengaruhi pengaktivan vitamin D di ginjal
Kadar magnesium Menyebabkan menurunnya kadar hormon
yg rendah paratiroid

Asupan yg kurang atau


Terjadi dengan atau tanpa kekurangan vitamin D
malabsorbsi
Terjadi jika kelebihan asam lemak dalam darah
Pankreatitis karena cedera pada pankreas, bergabung dengan
kalsium
Mengurangi jumlah kalsium yg terikat dengan
Kadar albumin yg rendah albumin tetapi biasanya tidak menyebabkan gejala,
karena jumlah kalsium bebas tetap normal

c) Gejala
1) Hipokalsemia bisa tidak menimbulkan gejala.
2) Seiring dengan berjalannya waktu, hipokalsemia dapat mempengaruhi otak dan menyebabkan
gejala-gejala neurologis seperti:
a. kebingungan
b. kehilangan ingatan (memori)
c. delirium (penurunan kesadaran)
d. depresi
e. halusinasi.
3) Gejala-gejala tersebut akan menghilang jika kadar kalsium kembali normal
4) Kadar kalsium yang sangat rendah (kurang dari 7 mgr/dL) dapat menyebabkan nyeri otot dan
kesemutan, yang seringkali dirasakan di bibir, lidah, jari-jari tangan dan kaki.
5) Pada kasus yang berat bisa terjadi kejang otot tenggorokan (menyebabkan sulit bernafas) dan
tetani (kejang otot keseluruhan).
6) Bisa terjadi perubahan pada sistem konduksi listrik jantung, yang dapat dilihat pada
pemeriksaan EKG.
d) Diagnosa

1) Konsentrasi kalsium abnormal biasanya pertama kali ditemukan pada saat pemeriksaan darah
rutin.
2) Karena itu hipokalsemia sering terdiagnosis sebelum gejala-gejalanya muncul.
3) Untuk menentukan penyebabnya, perlu diketahui riwayat lengkap dari keadaan kesehatan
penderita, pemeriksaan fisik yang lengkap dan pemeriksaan darah dan air kemih lainnya.
e) Pengobatan

1) Pengobatan hipokalsemia bervariasi tergantung kepada penyebabnya.


2) Kalsium dapat diberikan baik secara intravena maupun per-oral (ditelan).
3) Hipokalsemia menahun diperbaiki dengan mengkonsumsi tambahan kalsium per-oral.
4) Mengkonsumsi tambahan vitamin D dapat membantu meningkatkan penyerapan kalsium dari
saluran pencernaan.

4. Hipomagnesemia
a) Definisi
Hipomagnesemia (kadar magnesium yang rendah dalam darah) adalah suatu
keadaan dimana konsentrasi magnesium dalam darah kurang dari 1,6 mEq/L
darah.

b) penyebab
Penyakit dimana terjadi hipomagnesemia adalah kompleks dan biasanya
merupakan akibat dari gangguan nutrisi dan metabolisme.

Penyebab tersering dari hipomagnesemia adalah asupan yang kurang, yang


berhubungan dengan kelaparan atau kelainan penyerapan di usus dan pengeluaran
yang berlebihan oleh ginjal.

Hipomagnesemia juga sering terjadi pada orang-orang yang mengkonsumsi


alkohol dalam jumlah yang banyak atau yang mengalami diare terus menerus
dalam waktu yang lama.

Kadar aldosteron, hormon antidiuretik atau hormon tiroid yang tinggi dapat
menyebabkan hipomagnesemia karena terjadi pembuangan yang berlebihan oleh
ginjal.
Penggunaan diuretik, obat anti jamur amphotericin B atau obat anti kanker
cisplatin dapat juga dapat menyebabkan hipomagnesemia.

c) Gejala
Hipomagnesemia dapat menyebabkan:
- kehilangan nafsu makan
- mual
- muntah
- mengantuk
- kelemahan
- perubahan kepribadian
- kejang otot
- gemetar.

Jika hipomagnesemia terjadi bersamaan dengan hipokalsemia, keadaan


hipomagnesemia harus diobati terlebih dahulu sebelum mengobati hipokalsemia.

d) Diagnosa

Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan darah dan gejala-gejalanya.

e) pengobatan
Jika timbul gejala atau jika konsentrasi magnesium sangat rendah (kurang dari 1
mEq/L darah), diberikan magnesium per-oral maupun melalui suntikan di otot
(intramuskuler) atau pembuluh balik (intravena).

DAFTAR PUSTAKA

http://forbetterhealth.wordpress.com/2008/12/17/ffaktor-faktor-yang-
mempengaruhi-pergerakan-cairan-tubuh/
http://hermanbagus.blogspot.com/2012/06/makalah-cairan-dan-elekrolit-
by.html#ixzz2NEJlp7cP
Potter & Perry. 2006. Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC
Brooker, Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan. Jakarta: EGC
Sunarsih, Tri. 2009. KDPK Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika
Anonim. 2010. Cairan dan Elektrolit, dilihat pada 13 April
2011. http://id.shvoong.com
MAKALAH IKD 4
TENTANG
Kebutuhan cairan & Elektrolit

Di Susun Oleh
ARDYAN PRADANA
DARI SEMESTER 2-U (Keperawatan)

SEKOLAH TINGGI KESEHATAN MATARAM


(STIKES MATARAM)
2010/2011

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah swt,yang telah memberikan
rahmat,hidayah serta kesempatan kepada kelompok kami,sehingga kelompok kami
dapat menyelesaikan makalah Ilmu keperawatan dasar 4 kebutuhan cairan & elektrolit
ini tepat pada waktunya.
Tidak lupa pula kami menyampaikan banyak-banyak terimakasih kepada Dosen
pembimbing kami yaitu Ibu Nurul Ilmi,S.Kep.Ns , yang telah membimbing serta
mengajarkan kami,sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya.
Seperti kata pepatah Tiada gading yang Tak Retak,demikian pula dengan makalah
ini,tentu masih banyak kekurangan,maka dari pada itu,kami sangat mengharapkan kritik
dan saran dari pembaca demi penyempurnaan makalah ini.
Akhir kata kami sampaikan,semoga makalah ini dapat berguna dan membantu proses
pembelajaran bagi para siswa,terutama bagi kami sebagai penyusun.

MATARAM,03 Februari 2011

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata pengantar 1
Daftar isi 2
BAB.I PENDAHULUAN 3
A. Latar Belakang 4
B. Tujuan 5
BAB II LANDASAN MATERI 6
BAB III PENUTUP 12
A. Kesimpulan 12
B. Saran 13
DAFTAR PUSTAKA 14

Bab I
Pendahuluan

A. LATAR BELAKANG.
Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap sehat.
Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah merupakan salah satu bagian
dari fisiologi homeostatis. Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan
perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (
pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan
partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan dan
elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan intravena (IV)
dan didistribusi ke seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti
adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian
tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya;
jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya.

Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu : cairan intraseluler dan cairan
ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah cairan yang berda di dalam sel di seluruh tubuh,
sedangkan cairan akstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan terdiri dari tiga
kelompok yaitu : cairan intravaskuler (plasma), cairan interstitial dan cairan transeluler.
Cairan intravaskuler (plasma) adalah cairan di dalam sistem vaskuler, cairan intersitial
adalah cairan yang terletak diantara sel, sedangkan cairan traseluler adalah cairan
sekresi khusus seperti cairan serebrospinal, cairan intraokuler, dan sekresi saluran cerna.

B. TUJUAN.
Adapun tujaun dari pembuatan makalah ini yaitu:
1. sebagai sumber informasi untuk mahasiswa.
2. Agar dapat menambah pengetahuan dan pemahaman khusunya bagi mahasiswa S1
keperawatan mengenai kebutuhan cairan & elektrolit.
3. Agar mahasiswa tahu bagaimana proses keperawatan pada klien dengan masalah
keseimbangan cairan dan elektrolit.

C. RUMUSAN MASALAH.
1. Menguraikan keseimbangan intake & output?
2. Fisiologi keseimbangna cairan & elektrolit?
3. Nilai normal kebutuhan cairan pada berbagai umur perkembangan?
4. Gangguan pada keseimbangan cairan dan elektrolit?
5. Proses keperawatan pada klien dengan masalah keseimbangan & cairan elektrolit?

Bab 2
Landasan materi
1. Konsep Dasar.
Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu : cairan intraseluler dan cairan
ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah cairan yang berda di dalam sel di seluruh tubuh,
sedangkan cairan akstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan terdiri dari tiga
kelompok yaitu : cairan intravaskuler (plasma), cairan interstitial dan cairan transeluler.
Cairan intravaskuler (plasma) adalah cairan di dalam sistem vaskuler, cairan intersitial
adalah cairan yang terletak diantara sel, sedangkan cairan traseluler adalah cairan
sekresi khusus seperti cairan serebrospinal, cairan intraokuler, dan sekresi saluran cerna.
2. Keseimbangan intake & output.
Di dalam tubuh seorang yang sehat volume cairan tubuh dan komponen kimia dari
cairan tubuh selalu berada dalam kondisi dan batas yang nyaman. Dalam kondisi normal
intake cairan sesuai dengan kehilangan cairan tubuh yang terjadi. Kondisi sakit dapat
menyebabkan gangguan pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh. Dalam rangka
mempertahankan fungsi tubuh maka tubuh akan kehilanagn caiaran antara lain melalui
proses penguapan ekspirasi, penguapan kulit, ginjal (urine),ekresi pada proses
metabolisme.
a. Intake Cairan :
Selama aktifitas dan temperatur yang sedang seorang dewasa minum kira-lira 1500 ml
per hari, sedangkan kebutuhan cairan tubuh kira-kira 2500 ml per hari sehingga
kekurangan sekitar 1000 ml per hari diperoleh dari makanan, dan oksidasi selama proses
metabolisme.Berikut adalah kebutuhan intake cairan yang diperlukan berdasarkan umur
dan berat badan, perhatikan tabel di bawah ini :

No. Umur Berat Badan (kg) Kebutuhan Cairan (mL/24 Jam).


1. 3 hari 3,0 250-300
2 . 1 tahun 9,5 1150-1300
3. 2 tahun 11,8 1350-1500
4. 6 tahun 20,0 1800-2000
5. 10 tahun 28,7 2000-2500
6. 14 tahun 45,0 2200-2700
7. 18 tahun(adult) 54,0 2200-2700

Pengatur utama intake cairan adalah melalui mekanisme haus. Pusat haus dikendalikan
berada di otak Sedangakan rangsangan haus berasal dari kondisi dehidrasi intraseluler,
sekresi angiotensin II sebagai respon dari penurunan tekanan darah, perdarahan yang
mengakibatkan penurunan volume darah. Perasaan kering di mulut biasanya terjadi
bersama dengan sensasi haus walupun kadang terjadi secara sendiri. Sensasi haus akan
segera hilang setelah minum sebelum proses absorbsi oleh tractus gastrointestinal.
b.Output Cairan :
Kehilangan caiaran tubuh melalui empat rute (proses) yaitu :
a.Urine :
Proses pembentukan urine oleh ginjal dan ekresi melalui tractus urinarius merupakan
proses output cairan tubuh yang utama. Dalam kondisi normal output urine sekitar
1400-1500 ml per 24 jam, atau sekitar 30-50 ml per jam. Pada orang dewasa. Pada orang
yang sehat kemungkinan produksi urine bervariasi dalam setiap harinya, bila aktivitas
kelenjar keringat meningkat maka produksi urine akan menurun sebagai upaya tetap
mempertahankan keseimbangan dalam tubuh.

b.IWL (Insesible Water Loss) :


IWL terjadi melalui paru-paru dan kulit, Melalui kulit dengan mekanisme difusi. Pada
orang dewasa normal kehilangan cairan tubuh melalui proses ini adalah berkisar 300-
400 mL per hari, tapi bila proses respirasi atau suhu tubuh meningkat maka IWL dapat
meningkat.

c.Keringat :
Berkeringat terjadi sebagai respon terhadap kondisi tubuh yang panas, respon ini
berasal dari anterior hypotalamus, sedangkan impulsnya ditransfer melalui sumsum
tulang belakang yang dirangsang oleh susunan syaraf simpatis pada kulit.
d.Feces :
Pengeluaran air melalui feces berkisar antara 100-200 mL per hari, yang diatur melalui
mekanisme reabsorbsi di dalam mukosa usus besar (kolon).

3. Perpindahan Cairan dan Elektrolit Tubuh.

Perpindahan cairan dan elektrolit tubuh terjadi dalam tiga fase yaitu :
a.Fase I :
Plasma darah pindah dari seluruh tubuh ke dalam sistem sirkulasi, dan nutrisi dan
oksigen diambil dari paru-paru dan tractus gastrointestinal.

b.Fase II :
Cairan interstitial dengan komponennya pindah dari darah kapiler dan sel.

c.Fase III :
Cairan dan substansi yang ada di dalamnya berpindah dari cairan interstitial masuk ke
dalam sel.
Pembuluh darah kapiler dan membran sel yang merupakan membran semipermiabel
mampu memfilter tidak semua substansi dan komponen dalam cairan tubuh ikut
berpindah. Metode perpindahan dari cairan dan elektrolit tubuh dengan cara :
Diffusi
Filtrasi
Osmosis
Aktiv Transport

Diffusi dan osmosis adalah mekanisme transportasi pasif. Hampir semua zat berpindah
dengan mekanisme transportasi pasif. Diffusi sederhana adalah perpindahan partikel-
partikel dalam segala arah melalui larutan atau gas. Beberapa faktor yang
mempengaruhi mudah tidaknya difusi zat terlarut menembus membran kapiler dan sel
yaitu :
Permebelitas membran kapiler dan sel
Konsenterasi
Potensial listrik
Perbedaan tekanan.
Osmosis adalah proses difusi dari air yang disebabkan oleh perbedaan konsentrasi.
Difusi air terjadi pada daerah dengan konsenterasi zat terlarut yang rendah ke daerah
dengan konsenterasi zat terlarut yang tinggi.

Perpindahan zat terlarut melalui sebuah membrane sel yang melawan perbedaan
konsentrasi dan atau muatan listrik disebut transportasi aktif. Transportasi aktif berbeda
dengan transportasi pasif karena memerlukan energi dalam bentuk adenosin trifosfat
(ATP). Salah satu contonya adalah transportasi pompa kalium dan natrium.

Natrium tidak berperan penting dalam perpindahan air di dalam bagian plasma dan
bagian cairan interstisial karena konsentrasi natrium hampir sama pada kedua bagian
itu. Distribusi air dalam kedua bagian itu diatur oleh tekanan hidrostatik yang dihasilkan
oleh darah kapiler, terutama akibat oleh pemompaan oleh jantung dan tekanan osmotik
koloid yang terutama disebabkan oleh albumin serum. Proses perpindahan cairan dari
kapiler ke ruang interstisial disebut ultrafilterisasi. Contoh lain proses filterisasi adalah
pada glomerolus ginjal.

Meskipun keadaan di atas merupakan proses pertukaran dan pergantian yang terus
menerus namun komposisi dan volume cairan relatif stabil, suatu keadaan yang disebut
keseimbangan dinamis atau homeostatis.

1.6 Faktor yang Berpengaruh pada Keseimbangan Cairan dan Elektrolit


Faktor-faktor yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh antara
lain :
a.Umur :
Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia, karena usia akan berpengaruh
pada luas permukaan tubuh, metabolisme, dan berat badan. Infant dan anak-anak lebih
mudah mengalami gangguan keseimbangan cairan dibanding usia dewasa. Pada usia
lanjut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dikarenakan gangguan fungsi ginjal
atau jantung.

b.Iklim :
Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban udaranya rendah
memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan elektrolit melalui keringat.
Sedangkan seseorang yang beraktifitas di lingkungan yang panas dapat kehilangan
cairan sampai dengan 5 L per hari.
c.Diet :
Diet seseorag berpengaruh terhadap intake cairan dan elktrolit. Ketika intake nutrisi
tidak adekuat maka tubuh akan membakar protein dan lemak sehingga akan serum
albumin dan cadangan protein akan menurun padahal keduanya sangat diperlukan
dalam proses keseimbangan cairan sehingga hal ini akan menyebabkan edema.

d.Stress :
Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan pemecahan glykogen
otot. Mrekanisme ini dapat meningkatkan natrium dan retensi air sehingga bila
berkepanjangan dapat meningkatkan volume darah.
e.Kondisi Sakit :
Kondisi sakit sangat b3erpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan elektrolit
tubuh Misalnya :
- Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui IWL.
- Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses regulator
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
- Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami gangguan pemenuhan
intake
cairan karena kehilangan kemampuan untuk memenuhinya secara mandiri.

f.Tindakan Medis :
Banyak tindakan medis yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit
tubuh seperti : suction, nasogastric tube dan lain-lain.

g.Pengobatan :
Pengobatan seperti pemberian deuretik, laksative dapat berpengaruh pada kondisi
cairan dan elektrolit tubuh.
h.Pembedahan :
Pasien dengan tindakan pembedahan memiliki resiko tinggi mengalami gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh, dikarenakan kehilangan darah selama
pembedahan.

4. Proses Keperawatan .

1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan secara umum pada pasien dengan gangguan atau resiko
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit meliputi :
Kaji riwayat kesehatan dan kepearawatan untuk identifikasi penyebab gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit
Kaji manifestasi klinik melalui :
- Timbang berat badan klien setiap hari
- Monitor vital sign
- Kaji intake output
Lakukan pemeriksaan fisik meliputi :
- Kaji turgor kulit, hydration, temperatur tubuh dan neuromuskuler irritability.
- Auskultasi bunyi /suara nafas
- Kaji prilaku, tingkat energi, dan tingkat kesadaran
Review nilai pemeriksaan laboratorium : Berat jenis urine, PH serum, Analisa Gas
Darah, Elektrolit serum, Hematokrit, BUN, Kreatinin Urine.

2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan yang umum terjadi pada klien dengan resiko atau gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit adalah :
Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ansietas, gangguan mekanisme
pernafasan, abnormalitas nilai darah arteri
Penurunan kardiak output berhubungan dengan dysritmia kardio, ketidakseimbangan
elektrolit
Gangguan keseimbangan volume cairan : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan diare, kehilangan cairan lambung, diaphoresis, polyuria.
Gangguan keseimbangan cairan tubuh : berlebih bwerhubungan dengan anuria,
penurunan kardiak output, gangguan proses keseimbangan, Penumpukan cairan di
ekstraseluler.
Kerusakan membran mukosa mulut berhubungan dengan kekurangan volume cairan
Gangguan integritas kulit berhubungan dengan dehidrasi dan atau edema
Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan edema

3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan yang umum dilakukan pada pasien gangguan keseimbangan
cairan dan elektrolit adalah :
a. Atur intake cairan dan elektrolit
b. Berikan therapi intravena (IVFD) sesuai kondisi pasien dan intruksi dokter dengan
memperhatikan : jenis cairan, jumlah/dosis pemberian, komplikasi dari tindakan
c. Kolaborasi pemberian obat-obatan seperti :deuretik, kayexalate.
d. Provide care seperti : perawatan kulit, safe environment.

4. Evaluasi/Kreteria hasil :
Kreteria hasil meliputi :
Intake dan output dalam batas keseimbangan
Elektrolit serum dalam batas normal
Vital sign dalam batas normal.

BAB III
Penutup

A. Kesimpulan.

Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan 2 parameter penting, yaitu:


volume cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ekstrasel. Ginjal mengontrol volume
cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan garam dan mengontrol
osmolaritas ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan cairan. Ginjal
mempertahankan keseimbangan ini dengan mengatur keluaran garam dan air dalam
urine sesuai kebutuhan untuk mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal dari
air dan garam tersebut. Ginjal juga turut berperan dalam mempertahankan
keseimbangan asam-basa dengan mengatur keluaran ion hidrogen dan ion bikarbonat
dalam urine sesuai kebutuhan. Selain ginjal, yang turut berperan dalam keseimbangan
asam-basa adalah paru-paru dengan mengeksresikan ion hidrogen dan CO2 dan system
dapar (buffer) kimia dalam cairan tubuh.

B. Kritik & saran.

Guna peyempurnaan makalah ini,kami dari kelompok 1 sangat mengharapkan kritik


serta saran dari Dosen Pembimbing beserta teman-teman kelompok lain.

Daftar pustaka

Barbara Kozier, Fundamental Of Nursing Concept, Process and Practice, Fifth Edition,
Addison Wsley Nursing, California, 1995

Dolores F. Saxton, Comprehensive Review Of Nursing For NCLEK-RN, Sixteenth Edition,


Mosby, St. louis, Missouri, 1999.

Sylvia Anderson Price, Alih : Peter Anugerah, Pathofisiologi Konsep Klinis Proses-proses
Penyakit, Edisi kedua, EGC, Jakarta, 1995.

Вам также может понравиться