ASPEK KEPERILAKUAN PADA PENGAMBILAN KEPUTUSAN DAN PARA
PENGAMBIL KEPUTUSAN
Pengambilan keputusan dapat diartikan sebagai proses memikirkan, mengelola,
ataupun memecahkan masalah. Dalam organisasi, pengambilan keputusan merupakan sebuah proses dalam memilih berbagai alternatif tindakan yang akan berdampak di masa depan. Pengambilan keputusan dilakukan melalui beberapa tahapan dimulai dari pengumpulan data dan informasi, analisa hingga pada tahapan decision making guna mencapai keputusan yang optimal sesuai dengan tujuan perusahaan. Namun, dalam pengambilan keputusan diperlukan adanya kesadaran karena setiap pengambilan keputusan perlu adanya pemikiran yang kompleks untuk memecahkan sebuah masalah. Model-model dalam pengambilan keputusan juga telah disediakan untuk mengidentifikasi motif dari seorang pengambil keputusan yang diantaranya yaitu model ekonomi, model sosial, dan model kepuasan simon. Suatu perusahaan dapat dikatakan sebagai unit pengambilan keputusan karena masalah yang dihadapi di dalamnya sangat kompleks. Permasalahan ini tidak hanya melibatkan pada satu departemen saja akan tetapi berhubungan dengan departemen lainnya. Untuk mengatasi hal ini, perusahaan dapat menggunakan kebijakan atau standar dalam menyelesaikan permasalahan yang berulang-ulang. Cybert dan March menggambarkan empat konsep dasar relasional sebagai inti dari pengambilan keputusan bisnis, yaitu resolusi semu dari konflik, penghindaran ketidakpastian, pencarian masalah dan pembelajaran organisasional. Namun, perlu diketahui bahwa manusia merupakan hal yang paling utama bukan organisasi, karena manusia lah yang mendefinisikan masalah atau peluang dan mencari tindakan alternatif. Manusia merupakan makhluk yang rasional karena mereka memiliki kapasitas untuk berpikir, memilih dan belajar. Akan tetapi, rasionalitas manusia sangat terbatas, sehingga terdapat pula batasan dalam pengambilan keputusan seperti lingkup pengetahuan, gaya, struktur dan tendensi khas mereka sendiri. Lalu, mengapa dalam pengambilan keputusan begitu popular dengan berkelompok? Kelompok dianggap sebagai faktor yang menyebabkan ide-ide diinvestigasi dengan lebih teliti dan meningkatkan kemungkinan bahwa keputusan akan dapat diterapkan dengan efektif. Namun, kemampuan kelompok dalam menganalisis suatu alternatif untuk mencapai keputusan yang valid dapat diperlemah dengan adanya fenomena perbedaan pemikiran dalam kelompok di mana minoritas mendapat tekanan dari mayoritas dan fenomena pergeseran yang beresiko. Kesatuan kelompok di mana anggota-anggota kelompok memiliki tujuan yang sama, namun pada umumnya kesatuan kelompok akan menurun jika ukuran kelompok meningkat. Pengambilan keputusan menggunakan konsesus juga baik dilakukan karena adanya pertimbangan matang dan evaluasi namun cara ini membutuhkan lebih banyak waktu dan kurang sesuai diterapkan jika waktu kritis. Sehingga, aturan mayoritas merupakan pilihan yang harus diterima. Dalam pengambilan keputusan ini pula dapat terjadi kontroversi yang disebabkan atasan-bawahan, pengaruh kekuasaan dan dampak dari tekanan waktu. Proses pengambilan keputusan lebih lanjut lagi dipengaruhi oleh tingkat pengalaman sebelumnya dari individu-individu yang terlibat. Jika dibandingkan dalam pengambilan keputusan oleh seorang pendatang baru dan sorang pakar akan berbeda, seorang pakar akan lebih memperhatikan tingkat pengalamannya daripada seorang pendatang baru. Untuk menggambarkan perbedaan dalam penggunaan data dibagi ke dalam tiga komponen, yaitu pengujian informasi, integrasi pengamatan dan temuan serta adanya pertimbangan. Perbedaan psikologis individu dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu kepribadian dan gaya kognitif. Kepribadian mengacu pada sikap atau keyakinan individu, sedangkan gaya kognitif lebih mengacu pada cara atau metode dengan mana seseorang menerima, menyimpan, memproses, serta meneruskan informasi. Tiap individu dengan jenis kepribadian yang sama dapat memiliki gaya kognitif yang berbeda, begitu juga sebaliknya. Akuntansi dapat berfungsi sebagai stimuli dalam pengenalan masalah melalui pelaporan deviasi kinerja aktual dari sasaran standar. Tingkat stimuli bergantung pada kapabilitas manajemen untuk mengelola serta menggunakan informasi akuntansi dan pada preferensi pribadi mereka untuk informasi kualitatif dan kuantitatif. Yang sama pentingnya adalah ukuran perusahaan dan tingkat desentralisasinya. Pada organisasi yang sangat terdesentralisasi, dampak stimuli sangat bergantung pada sistem evaluasi kinerja yang digunakan. Perbedaan antara manajemen puncak yang dapat memengaruhi informasi akuntansi dan pengambil keputusan internal lainnya yang tidak dapat melakukan hal tersebut adalah paling penting ketika informasi akuntansi dipandang sebagai tujuan. Fungsi pengambilan keputusan untuk manajemen puncak dapat mengharuskan dibuatnya pilihan penting antara keputusan operasi dan keputusan untuk mengubah metode dengan mana informasi akuntansi disusun. Terdapat studi yang mengkonfirmasi pernyataan bahwa penggunaan eksternal atas informasi akuntansi yang dilaporkan dapat memengaruhi pengambilan keputusan manajerial internal. Peniliti yang lain juga mempelajari pertanyaan-pertanyaan mengenai bagaimana para pengambil keputusan menyesuaikan terhadap perubahan dalam metode dan terminologi akuntansi. Mereka menemukan bahwa ada dua faktor yang menentukan tingkat penyesuaian, yaitu umpan balik dan fiksasi fungsional. Menurut kelompok kami, individu memiliki karakteristik yang berbeda- beda antara satu dengan yang lainnya, yang dipengaruhi faktor kemampuan, kebutuhan, pemikiran tentang masa depan dan pengalaman masa lalu. Kemampuan individu dalam melaksanakan decision making sangat dipengaruhi oleh perilaku yang dimiliki masing- masing individu. Hal ini dipengaruhi oleh aktivitas inteligensi, aktivitas desain, dan aktivitas memilih. Penempatan individu pada perusahaan harus memperhatikan perilaku individu yang dimiliki oleh masing-masing karyawan sehingga dapat terwujud the right men in the right jobs and in the right place. Sebagai contoh, sistem biaya tradisional memiliki potensi untuk meningkatkan motivasi, menaikkan kemungkinan perilaku disfungsional dari orang-orang dan memiliki kecenderungan yang memaksa. Namun, melalui pendekatan-pendekatan keperilakuan, pemanfaatan sistem biaya langsung dapat meminimalkan atau menghilangkan perilaku-perilaku disfungsional dari pihak-pihak yang terkait. Kelompok 2: Bobby Riezka (11) Fadiah Khairina (16); Fenty Adisurya (17); Saarah Dhia M (28)