Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Definisi
Ulkus diabetika adalah salah satu bentuk komplikasi kronik Diabetes mellitus berupa
luka terbuka pada permukaan kulit yang dapat disertai adanya kematian jaringan setempat
(Frykberb Robert G, 2002).
Ulkus diabetika merupakan luka terbuka pada permukaan kulit karena adanya
komplikasi makro angiopati sehingga terjadi vaskuler insusifiensi dan neuropati, yang lebih
lanjut terdapat luka pada penderita yang sering tidak dirasakan, dan dapat berkembang
menjadi infeksi disebabkan oleh bakteri aerob maupun anaerob (Misnadiarly, 2006).
Dari beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli dapat disimpulkan diabetic
foot atau ulkus kaki diabetes adalah suatu bentuk komplikasi kronik dari diabetes melitus
dimana terjadi luka terbuka pada permukaan kulit dan biasanya luka tersebut tidak dirasakan
oleh penderita karena adanya komplikasi makro angiopati sehingga terjadi vaskuler
insufisiensi.
B. Etiologi
Faktor penyebab terjadi ulkus diabetika pada penderita Diabetes mellitus menurut Lipsky
dengan modifikasi dikutip oleh Riyanto dkk. terdiri atas (RiyantoB, 2007; Djokomoeljanto,
1997; Subekti I, 2006):
1. Faktor penyebab yang tidak dapat dimodifikasi
a) Umur 60 tahun.
Umur, menurut penelitian di Swiss dikutip oleh Suwondo
bahwa penderita ulkus diabetika 6% pada usia < 55 tahun dan 74%
pada usia 60 tahun42. Penelitian kasus oleh Robert menunjukkan bahwa
umur penderita ulkus diabetika pada usia tua 60 tahun 3 kali lebih banyak
dari usia muda < 55 tahun (Frykberb RobertG, 2002).
Umur 60 tahun berkaitan dengan terjadinya ulkus diabetika
karena pada usia tua, fungsi tubuh secara fisiologis menurun karena proses
aging terjadi penurunan sekresi atau resistensi insulin sehingga kemampuan
fungsi tubuh terhadap pengendalian glukosa darah yang tinggi kurang
optimal. Penelitian di Amerika Serikat dikutip oleh Rochmah W
menunjukkan bahwa dari tahun 1996-1997 pada lansia umur > 60 tahun,
didapatkan hanya 12% saja pada usia tua dengan DM yang kadar glukosa
darah terkendali, 8% kadar kolesterol normal, hipertensi 40%, dan 50%
mengalami gangguan pada aterosklerosis, makroangiopati.
b) Lama DM 10 tahun.
Penelitian di USA oleh Boyko pada 749 penderita Diabetes mellitus
dengan hasil bahwa lama menderita DM 10 tahun merupakan faktor
risiko terjadinya ulkus diabetika dengan RR-nya sebesar 3 (95 % CI :1,2-
6,9). Ulkus diabetika terutama terjadi pada penderita Diabetes Mellitus
yang telah menderita 10 tahun atau lebih, apabila kadar glukosa darah tidak
terkendali, karena akan muncul komplikasi yang berhubungan
dengan vaskuler sehingga mengalami makroangiopati yang akan terjadi
vaskulopati dan neuropati yang mengakibatkan menurunnya sirkulasi darah
dan adanya robekan/luka pada kaki.
2. Faktor penyebab yang dapat diubah atau dimodifikasi : (termasuk kebiasaan
dan gaya hidup)
a) Hipertensi
(TD > 130/80 mm Hg) pada penderita Diabetes mellitus karena
adanya viskositas darah yang tinggi akan berakibat menurunnya aliran
darah sehingga terjadi defesiensi vaskuler, selain itu hipertensi yang
tekanan darah lebih dari 130/80 mm Hg dapat merusak atau
mengakibatkan lesi pada endotel. Kerusakan pada endotel akan
berpengaruh terhadap mikroangiopati melalui proses adhesi dan agregasi
trombosit yang berakibat vaskuler defisiensi sehingga dapat terjadi hipoksia
pada jaringan yang akan mengakibatkan terjadinya ulkus (Misnadiarly,
2006). Penelitian studi kasus kontrol oleh Robert diIowa menghasilkan
bahwa riwayat hipertensi akan lebih besar 4 X terjadi ulkus diabetika
dengan tanpa hipertensi pada DM (Frykberb Robert G, 2002).
b) Glikolisasi Hemoglobin (HbA1C) dan kadar glukosa darah tidak
terkendali
Glikosilasi Hemoglobin adalah terikatnya glukosa yang masuk dalam
sirkulasi sistemik dengan protein plasma termasuk hemoglobin
dalam sel darah merah. Apabila Glikosilasi Hemoglobin (HbA1c)
6,5 % akan menurunkan kemampuan pengikatan oksigen oleh sel
darah merah yang mengakibatkan hipoksia jaringan yang selanjutnya terjadi
proliferasi pada dinding sel otot polos subendotel (Misnadiarly, 2006).
Kadar glukosa darah tidak terkontrol ( GDP > 100mg/dl dan
GD2JPP > 144 mg/dl) akan mengakibatkan komplikasi kronik jangka
panjang, baik makrovaskuler maupun mikrovaskuler salah satunya
yaitu ulkus diabetika (Waspadji S, 2006). Penelitiaan Case Control di USA
oleh Pract, ulkus diabetika terjadi lebih banyak pada kadar glukosa
darah yang tidak terkontrol dengan OR sebesar 7 (95 %CI : 3,6-9,4).
c) Kolesterol Total, HDL, Trigliserida tidak terkendali
Pada penderita Diabetes mellitus sering dijumpai adanya
peningkatan kadar trigliserida dan kolesterol plasma, sedangkan konsentrasi
HDL (high-density-lipoprotein) sebagai pembersih plak biasanya rendah
( 45 mg/dl). Kadar trigliserida 150 mg/dl , kolesterol total 200 mg/dl
dan HDL 45 mg/dl akan mengakibatkan buruknya sirkulasi ke sebagian
besar jaringan dan menyebabkan hipoksia serta cedera jaringan,
merangsang reaksi peradangan dan terjadinya aterosklerosis. Konsekuensi
adanya aterosklerosis adalah penyempitan lumen pembuluh darah yang
akan menyebabkan gangguan sirkulasi jaringan sehingga suplai darah ke
pembuluh darah menurun ditandai dengan hilang atau berkurangnya denyut
nadi pada arteridorsalis pedis, tibialis dan poplitea, kaki menjadi atrofi,
dingin dan kuku menebal.
Kelainan selanjutnya terjadi nekrosis jaringan sehingga timbul ulkus
yang biasanya dimulai dari ujung kaki atau tungkai (Misnadiarly,2006;
Djokomoeljanto, 1997; Reynold FJ, 2007).Penelitian kasus kontrol
oleh Pract, pada penderita DM dengan kolesterol, HDL, trigliserida tidak
terkontrol mempunyai risiko ulkus diabetika 3 kali lebih tinggi
dari pada kadar kolesterol, trigliserida normal (Pract, 2000).
Penelitian cross sectional di RS Dr. Kariadi oleh Yudha dkk.
Menunjukkan bahwa penderita ulkus diabetika 84,62% pada penderita DM
terdapat dislipidemia, kejadian ulkus diabetika pada penderita DM tipe 2 de
ngan dislipidemia lebih tinggi dibandingkan tanpa dislipidemia, dan kadar
kolesterol (p=0,045) dan trigliserida (p=0,002) lebih tinggi secara
bermakna pada penderita ulkus diabetika dengan dyslipidemia (Yudha,
Suhartono T, 2005). Penelitian pada tahun 2002 oleh Waspadji
menghasilkan bahwa kadar trigliserida merupakan faktor terjadi penyakit
pembuluh darah perifer yang dapat mengakibatkan terjadinya ulkus
diabetika (Waspadji S, 2006).
d) Kebiasaan merokok
Penelitian case control di California oleh Casanno dikutip oleh WHO
pada penderita Diabetes mellitus yang merokok 12 batang per hari
mempunyai risiko 3 X untuk menjadi ulkus diabetika dibandingkan dengan
penderita DM yang tidak merokok. Kebiasaan merokok akibat dari nikotin
yang terkandung di dalam rokok akan dapat menyebabkan kerusakan
endotel kemudian terjadi penempelan dan agregasi trombosit. Selanjutnya
akan terjadi kebocoran sehingga lipoprotein lipase akan memperlambat
clearance lemak darah dan mempermudah timbulnya aterosklerosis.
Aterosklerosis berakibat insufisiensi vaskuler sehinggaaliran darah ke
arteri dorsalis pedis, poplitea, dan tibialis juga akan menurun.
e) Kurangnya aktivitas Fisik
Aktivitas fisik (olah raga) sangat bermanfaat untuk meningkatkan
sirkulasi darah, menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitivitas
terhadap insulin, sehingga akan memperbaiki kadar glukosa darah. Dengan
kadar glukosa darah terkendali maka akan mencegah komplikasi kronik
Diabetes mellitus (Yunir EM, 2006). Olah raga rutin (lebih 3 kali dalam
seminggu selama 30 menit) akan memperbaiki metabolisme karbohidrat,
berpengaruh positif terhadap metabolisme lipid dan sumbangan terhadap
penurunan berat badan. Salah satu penelitian tentang efek olah raga pada
penderita DM menunjukkan bahwa olah raga akan menurunkan
kadar trigliserida.Penelitian di Swiss oleh Rocher dikutip oleh Wibisono
pada penderitaDM dengan neuropati, hasil penelitian olah raga tidak teratur
akanterjadi Ulkus diabetika lebih tinggi 4 kali dibandingkan dengan
olahraga yang teratur.
f) Pengobatan tidak teratur.
Pengobatan rutin pada penderita Diabetes mellitus tipe I, menurut
hasil penelitian di Amerika Serikat dikutip oleh Minadiarly didapatkan
bahwa pengobatan intensif akan dapat mencegah dan menghambat
timbulnya komplikasi kronik, seperti ulkus diabetika (Misnadiarly,2006).
g) Perawatan kaki tidak teratur
Perawatan kaki diabetisi yang teratur akan mencegah atau
mengurangi terjadinya komplikasi kronik pada kaki (PERKENI, 2006).
Penelitian di Spain yang dilakukan oleh Calle dkk. pada 318 diabetis
dengan neuropati dilakukan edukasi perawatan kaki kemudian diikuti
selama 3-6 tahun dihasilkan pada kelompok I (223 responden)
melaksanakan perawatan kaki teratur dan kelompok II (95 responden) tidak
melaksanakan perawatan kaki, pada kelompok I terjadi ulkus sejumlah 7
responden dan kelompok II terjadi ulkus sejumlah 30 responden.
Kelompok I dilakukan tindakan amputasi sejumlah 1 responden dan
kelompok II sejumlah 19 responden. Hasil penelitian pada diabetes dengan
neuropati yaitu kelompok yang tidak melakukan perawatan kaki 13 kali
risiko terjadi ulkus diabetika dibandingkan kelompok yang melakukan
perawatan kaki secara teratur.
h) Penggunaan alas kaki tidak tepat
Seseorang yang mengalami diabetes tidak boleh berjalan tanpa alas
kaki karena tanpa menggunakan alas kaki yang tepat memudahkan
terjadi trauma yang mengakibatkan ulkus diabetika, terutama apabila terjadi
neuropati yang mengakibatkan sensasi rasa berkurang atau hilang.
Penelitian eksperimental oleh Gayle tentang tekanan pada kaki karena
penggunaan alas kaki yang tidak tepat dengan kejadian ulkus diabetika,
menghasilkan bahwa penggunaan alas kaki tidak tepat menyebabkan
tekanan yang tinggi pada kaki sehingga risiko terjadi ulkus diabetika
3 kali dibandingkan dengan penggunaan alas kaki yang tepat
D. Klasifikasi
Suatu klasifikasi lain juga yang sangat praktis dan sangat erat dengan pengelolaan
adalah klasifikasi yang berdasar pada perjalanan alamiah kaki diabetes :
Stage 1: Normal Foot
Stage 2: High Risk Foot
Stage 3: Ulcerated Foot
Stage 4 : Infected Foot
Stage 5: Necrotic Foot
Stage 6 : Unsalvable Foot
E. Patofisiologi
Terjadinya masalah pada kaki diawali adanya hiperglikemia pada penyandang DM yang
menyebabkan kelainan neuropati dan kelainan pada pembuluh darah. Diabetes seringkali
menyebabkan penyakit vaskular perifer yang menghambat sirkulasi darah. Dalam kondisi ini,
terjadi penyempitan di sekitar arteri yang sering menyebabkan penurunan sirkulasi yang
signifikan di bagian bawah tungkai dan kaki. Sirkulasi yang buruk ikut berperan terhadap
timbulnya kaki diabetik dengan menurunkan jumlah oksigen dan nutrisi yang disuplai ke
kulit maupun jaringan lain, akibatnya, perfusi jaringan bagian distal dari tungkai menjadi
kurang baik dan timbul ulkus yang kemudian dapat berkembang menjadi nekrosi/gangren
yang sangat sulit diatasi dan tidak jarang memerlukan tindakan amputasi.
Angiopati diabetes disebabkan oleh beberapa faktor yaitu genetik, metabolik dan faktor
risiko yang lain. Kadar glukosa yang tinggi (hiperglikemia) ternyata mempunyai dampak
negatif yang luas bukan hanya terhadap metabolisme karbohidrat, tetapi juga terhadap
metabolisme protein dan lemak yang dapat menimbulkan pengapuran dan penyempitan
pembuluh darah (aterosklerosis), akibatnya terjadi gaangguan peredaran pembuluh darah
besar dan kecil., yang mengakibatkan sirkulasi darah yang kurang baik, pemberian makanan
dan oksigenasi kurang dan mudah terjadi penyumbatan aliran darah terutama derah kaki.
Neuropati diabetik dapat menyebabkan insensitivitas atau hilangnya kemampuan untuk
merasakan nyeri, panas, dan dingin. Diabetes yang menderita neuropati dapat berkembang
menjadi luka, parut, lepuh, atau luka karena tekanan yang tidak disadari akibat adanya
insensitivitas. Apabila cedera kecil ini tidak ditangani, maka akibatnya dapat terjadi
komplikasi dan menyebabkan ulserasi dan bahkan amputasi.
Berkurangnya daya tahan tubuh terhadap infeksi. Secara umum penderita diabetes lebih
rentan terhadap infeksi. Hal ini dikarenakan kemampuan sel darah putih memakan dan
membunuh kuman berkurang pada kondisi kadar gula darah (KGD) diatas 200 mg%. Karena
kekurangan suplai oksigen, bakteri-bakteri yang akan tumbuh subur terutama bakteri anaerob.
Hal ini karena plasma darah penderita diabetes yang tidak terkontrol baik mempunyai
kekentalan (viskositas) yang tinggi. Sehingga aliran darah menjadi melambat. Akibatnya,
nutrisi dan oksigen jaringan tidak cukup. Ini menyebabkan luka sukar sembuh dan kuman
anaerob berkembang biak. (Djokomoeljanto. 1997)
F. Manifestasi Klinis
G. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium dibutuhkan untuk mengetahui status klinis pasien,
yaitu : pemeriksaan glukosa darah baik glukosa darah puasa atau sewaktu,
glycohemoglobin (HbA1c), Complete blood Count (CBC), urinalisis, dan lain- lain.
b. Pemeriksaan Penunjang
- Pemeriksaan X-ray untuk mengetahui ada tidaknya osteomyelitis.
- Kultur dan resistensi untuk mengetahui jenis mikroorganisme yang menginfeksi luka
sehingga dapat memilih obat antibiotik yang tepat.
- Tes lain yang dapat dilakukan adalah: sensasi pada getaran, merasakan sentuhan
ringan, kepekaan terhadap suhu.
H. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis
a. Tindakan Bedah sesuai Klasifikasi Wagner
Menurut Wagner kaki diabetik dibagi menjadi :
Derajat 0 : tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh disertai dengan pembentukan
kalus claw
Derajat I : ulkus superfisial terbatas pada kulit
Derajat II : ulkus dalam dan menembus tendon dan tulang
Derajat III : abses dalam, dengan atau tanpa osteomielitis
Derajat IV : gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan atau tanpa selullitis
Derajat V : gangren seluruh kaki atau sebagian tungkai bawah
I. Komplikasi
Ulkus Diabetes jika dibiarkan akan menjadi gangren, kalus, kulit melepuh, kuku kaki yang
tumbuh kedalam, pembengkakan ibu jari, plantas warts, jari kaki bengkok (Dr. Nabil RA).
J. Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Diabetic foot
1. Pengkajian
a. Identitas Pasien
Identitas yang ditanyakan atau dicari data nya meliputi nama, umur, jenis kelamin,
pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, agama, suku bangsa, alamat, tanggal
masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, sumber informasi, dan diagnosa pada saat
masuk.
b. Penanggung Jawab
- Nama : tanyakan nama
- Hubungannya dengan pasien : tanyakan penanggung jawab hubungannya
dengan pasien
c. Riwayat Keluarga
- Genogram dan keterangan genogram
Genogram membantu untuk mengetahui asal atau riwayat penyakit berasal, karena
bisa saja penyakit bersifat genetik yang berasal dari keluarga
d. Status Kesehatan
Status Kesehatan Saat Ini
- Keluhan utama (saat MRS dan saat ini)
- Alasan masuk Rumah Sakit dan perjalanan Penyakit saat ini
- Upaya yang dilkakukan untuk mengatasinya
e. Status Kesehatan Masa Lalu
- Penyakit yang pernah dialami
Tanyakan kepada pasien atau keluarga penyakit yang pernah dialami yang
berhubungan dengan penyakit yang dialami sekarang
- Pernah dirawat
Tanyakan kepada pasien dan keluarga apakah pernah dirawat sebelumnya, jika
pernah tanyakan dikarenakan oleh apa (diagnosa masuk), kemudian kapan pasien
pernah dirawat sebelumnya.
- Riwayat alergi
Tanyakan apakah pasien memiliki riwayat alergi baik itu makanan, atau obat-obatan.
- Riwayat tranfusi
Tanyakan pada pasien dan keluarga apakah pasien pernah melakukan tranfusi, jika
pernah jenis tranfusi apa yang dilakukan
- Kebiasaan
Kaji apakah pasien memiliki kebiasaan merokok, minum kopi, mengkonsumsi
alkohol atau hal lainnya, jika iya tanyakan sejak kapan memulai kebiasaan tersebut,
jumlah yang dikonsumsi setiap hari nya.
- Riwayat Penyakit Keluarga
Kaji apakah dari pihak keluarga memiliki penyakit yang berkaitan dengan yang
dialami pasien sekarang seperti riwayat Diabetes Melitus
- Diagnosa Medis dan therapy
f. Pengkajian Fisik
- Pada pasien dengan gangguan pernapasan seperti diabetik foot atau ulkus kaki
pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan cara inspeksi, palpasi, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan lab, pemeriksaan penunjang.
Daftar Pustaka
Brunner dan suddarth. 2002. Buku ajar keperawatan Medikal Bedah edisi 8. Jakarta: EGC
Doctherman, J.M. and Gloria, N.B. 2008. Nursing Interventtions Classification (NIC), Fifth
Edition.USA : Mosby Elsevier
Djokomoeljanto. 1997. Tinjauan Umum tentang Kaki Diabetes. Dalam: Djokomoeljanto dkk,
editor, Kaki Diabetik Patogenesis dan Penatalaksanaannya, Badan Penerbit Universitas
Diponegoro Semarang.
Frykberg. (2006). Diabetic Foot Disorders a Clinical Practice Guidelines. The Journal of
Foot and Ankle Surgery .
Herdman, T.H. 2012. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi (NANDA) 2012-2014.
Jakarta: EGC
International Working Group on the Diabetic Foot, 2003. Epidemiology of diabetic foot
infections in a populationbased cohort. Paper presented at: International Consensus on
the Diabetic Foot; May 22-24, 2003; Noordwijkerhout, the Netherlands
Moorhead, Sue, et.al. 2008. Nursing Outcomes Classification (NOC), Fourth Edition. St.
Louis Missouri : Mosby Elsevier
Manjoer, A., dkk (2007). Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid Pertama. Jakarta;
Media Aesculpius FKUI
Misnadiarly. (2006). Diabetes Melitus : Ulcer, Infeksi, Ganggren. Jakarta : Penerbit Populer
Obor
Riyanto B. 2007. Infeksi pada Kaki Diabetik. Dalam : Darmono, dkk, editors. Naskah
Lengkap Diabetes Mellitus Ditinjau dari Berbagai Aspek Penyakit dalam dalam rangka
Purna Tugas Prof Dr.dr.RJ Djokomoeljanto. Semarang: Badan Penerbit Universitas
Diponegoro,. p.15-30.
Subekti I. 2006. Neuropati Diabetik Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III. Edisi keempat. Penerbit
FK UI. Jakarta.
Waspadji, S. (2006). Komplikasi Kronik Diabetes : Mekanisme Terjadinya Diagnosis dan
Strategi Pengelolaan. In d. Aru W, Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Ed 4. Jakarta: FKUI.