Вы находитесь на странице: 1из 7

EFEKTIVITAS PEMBERIAN JUS SIRSAK TERHADAP KADAR ASAM

URAT PADA LANSIA DIPANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI MULIA


1 CIPAYUNG JAKARTA TIMUR

Skripsi Keperawatan ini diajukan sebagai salah satu syarat


Untuk memperoleh gelar
Sarjana Keperawatan

OLEH:
MURTI ANGGRAENI
11141082

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERTAMEDIKA
JAKARTA
2017
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia termasuk negara yang memasuki era penduduk berstruktur lanjut
usia (aging structured population) karena jumlah penduduk yang berusia 60
tahun ke atas sekitar 7,18%. Jumlah penduduk lansia di Indonesia pada tahun
2006 sebesar kurang lebih dari 19 juta, dengan usia harapan hidup 66,2 tahun.
Pada tahun 2010 jumlah lansia sebanyak 14,439.967 jiwa (7,18%) dan pada
tahun 2010 mengalami peningkatan menjadi 23.992.553 jiwa (9,77%).
Sementara pada tahun 2011 jumlah lansia sebesar 20 juta jiwa (9,51%),
dengan usia harapan hidup 67,4 tahun dan pada tahun 2020 diperkirakan
sebesar 28,8 juta (11,34%), dengan usia harapan hidup 71,1 tahun (Depkes,
2012). Lanjut Usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas,
berdasarkan Undang Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan
Lanjut Usia (Info DATIN,2016)

Proses penuaan adalah siklus kehidupan yang ditandai dengan tahapantahapan


menurunnya berbagai fungsi organ tubuh, yang ditandai dengan semakin
rentannya tubuh terhadap berbagai serangan penyakit yang dapat
menyebabkan kematian misalnya pada sistem kardiovaskuler dan pembuluh
darah, pernafasan, pencernaan, endokrin dan lain sebagainya. Hal tersebut
disebabkan seiring meningkatnya usia sehingga terjadi perubahan dalam
struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ. Perubahan tersebut pada
umumnya mengaruh pada kemunduran kesehatan fisik dan psikis yang pada
akhirnya akan berpengaruh pada ekonomi dan sosial lansia. Sehingga secara
umum akan berpengaruh pada activity of daily living (Fatmah, 2010).
Berdasarkan defenisi secara umum, seseorang dikatakan lanjut usia (lansia)
apabila usianya 65 tahun ke atas. Lansia bukan suatu penyakit, namun
merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan
penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan.
Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk
mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis. Kegagalan
ini berkaitan dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup serta
peningkatan kepekaan secara individual (Efendi, 2009).

Menurut World Health Organisation (WHO) lansia adalah seseorang yang


telah memasuki usia 60 tahun keatas. Lansia merupakan kelompok umur pada
manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya.
Kelompok yang dikategorikan lansia ini akan terjadi suatu proses yang
disebut Aging Process atau proses penuaan.

Usia lanjut adalah fase menurunnya kemampuan akal dan fisik, yang di mulai
dengan adanya beberapa perubahan dalam hidup. Sebagai mana di ketahui,
ketika manusia mencapai usia dewasa, ia mempunyai kemampuan reproduksi
dan melahirkan anak. Ketika kondisi hidup berubah, seseorang akan
kehilangan tugas dan fungsi ini, dan memasuki selanjutnya, yaitu usia lanjut,
kemudian mati. Bagi manusia yang normal, siapa orangnya, tentu telah siap
menerima keadaan baru dalam setiap fase hidupnya dan mencoba
menyesuaikan diri dengan kondisi lingkunganya (Darmojo, 2004).

Usia lanjut adalah sesuatu yang harus diterima sebagai suatu kenyataan dan
fenomena biologis. Kehidupan itu akan diakhiri dengan proses penuaan dan
diakhiri dengan kematian (Hutapea, 2005)

Secara kognitif, individu lansia mengalami kemunduran dalam proses


penalarannya, namun dapat mencari strategi untuk menyesuaikan diri terhadap
perubahan tersebut. Secara psikososial, individu lansia menyesuaikan diri
dalam menghadapi perubahan yang terjadi di lingkungannya, seperti
kematian orang yang dikasihinya dan waktunya untuk pensiun dari
pekerjaannya (Feldman, 2012).

Penyakit-penyakit pada lansia diantaranya adalah, Diabetes Melitus,


Hipertensi, Gagal Jantung, Osteoartritis (Asam Urat dan Rematik),
Osteoporosis, dan PPOK (mafiadoc.com)

Asam urat adalah asam yang berbentuk kristal-kristal yang merupakan hasil
akhir dari metabolisme purin (bentuk turunan nukleoprotein), yaitu salah satu
komponen asam nukleat yang terdapat pada inti sel-sel tubuh. Secara alamiah,
purin terdapat dalam tubuh kita dan dijumpai pada semua makanan dari sel
hidup, yakni makanan dari tanaman (sayur, buah, kacang-kacangan) atau pun
hewan (daging, jeroan, ikan sarden). Jadi asam urat merupakan hasil
metabolisme di dalam tubuh, yang kadarnya tidak boleh berlebih. (Aminudin
Harahap, 2013)

Penderita asam urat pada tahun 2007 diperkirakan mencapai 230 juta dan
angka tersebut diperkirakan akan meningkat tajampada tahun 2020 (World
Health Organization WHO) .Jumlah penderita asam urat bertambah banyak
dari tahun 2004 dan menyerang pada usia pertengahan 40-59 tahun. Penyakit
asam urat yang terus meningkat prevalensinya, baik di negara maju maupun
berkembang dan hanya sedikit penderita asam urat yang terkontrol
denganbaik. Di Amerika angka kejadian asam urat mencapai 2-13%
sedangkan di Jawa Tengah adalah sebesar 24,3% pada laki-laki dan 11,7%
pada perempuan. (Achmad,2008).

Pakar Penyakit Rematik mengatakan bahwa arthritis gout (asam urat) adalah
salah satu dari 110 jenis penyakit rematik. (Darmawan ,2008) Berdasarkan
survey, Indonesia merupakan negara terbesar ke empat di dunia yang
penduduknya menderita asam urat. Pada umumnya penderita akan menderita
seumur hidup, sebagian tidak kambuh, dan sebagian beberapa kecil
mengalami kekambuhannya (World Health Organization).

Asam urat merupakan hasil metabolisme purin di dalam tubuh. Sebenarnya


asam urat merupakan zat yang wajar di dalam tubuh namun menjadi tidak
wajar ketika asam urat menjadi naik dan melebihi batas normal. Asam urat
yang berlebihan tidak akan tertampung dan termetabolisme seluruhnya oleh
tubuh, maka akan terjadi peningkatan kadar asam urat dalam darah yang
disebut sebagai hiperurisemia. Faktor yang menyebabkan penyakit asam urat
yaitu faktor pola makan, faktor kegemukan, faktor usia, dan lain-lain.
Diagnosis penyakit asam urat dapat ditegakkan berdasarkan gejala yang khas
dan ditemukannya kadar asam urat yang tinggi di dalam darah (Sibella, 2010).

Gout artritis dipengaruhi oleh makanan tinggi purin, alkohol, usia, gender,
genetis, obesitas, aktivitas tubuh yang berat, perokok, gaya hidup yang salah
dan kekurangan enzim hipoksantine guanine phosphoribosyl ransferase
(HGPRT) (Aminah, 2012).

Beberapa kelompok obat untuk terapi penyakit gout artritis adalah Obat
Urikosurik, Inhibitor Xanthine Oxsidase, anti inflamasi nonsteroid yang dapat
menimbulkan efek samping yang sering terjadi seperti gangguan ginjal dan
gangguan saluran cerna (Hawkins & Rahn, 2005). Dengan demikian
diperlukan alternatif selain obat yang memiliki efektivitas dan keamanan yang
lebih tinggi. Asam urat tinggi dapat dicegah dengan gaya hidup sehat seperti :
menghindari makanan dengan kandungan purin tinggi (diet purin),
berolahraga secara teratur, minum air putih yang cukup, kurangi makanan
berlemak (Sutanto, 2013). Sedangkan buah sirsak juga dapat dimanfaatkan
sebagai solusi selain obat untuk menurunkan asam urat berlebih pada tubuh
dikarenakan kandungan vitamin, protein, mineral dan karbohidrat (Prihatno,
2011). Vitamin yang paling dominan pada buah sirsak adalah vitamin C, yaitu
sekitar 20mg/100gr daging buah (Lalage, 2013). Kandungan vitamin C dalam
jus sirsak berfungsi sebagai antioksidan dan memiliki kemampuan untuk
menghambat produksi enzim xantin oksidase. Oleh karena itu, jus sirsak dapat
menghambat proses pembentukan asam urat dalam tubuh (Lalage, 2013) dan
vitamin C juga dapat membantu meningkatkan ekskresi (pembuangan) asam
urat melalui urin. Dengan kemampuan ini, kadar asam urat dalam tubuh dapat
berkurang (Sutanto, 2013).

Вам также может понравиться