Вы находитесь на странице: 1из 62

HISTOLOGI HASIL ULAS VAGINA DAN WAKTU SIKLUS ESTRUS

MENCIT (Mus musculus, L.) SETELAH PEMBERIAN MONOSODIUM


GLUTAMAT (MSG)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana (S-1)

Oleh :

EMMY NURUL SUCI


F1D1 11 080

PROGRAM STUDI BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
OKTOBER 2015
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat

dan limpahan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan

skripsi dengan judul Histologi Hasil Ulas Vagina dan Waktu Siklus Estrus

Mencit (Mus musculus, L.) Setelah Pemberian Monosodium Glutamat

(MSG) dalam rangka memenuhi sebagian persyaratan untuk mencapai derajat

Sarjana Strata Satu (S1) pada Program Studi Biologi Fakultas Matematika dan

Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Halu Oleo Kendari.

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan hidayah-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Teristimewa

kepada Ayahanda tercinta Abd. Gafar Rasade dan Ibunda tersayang Bahria,

penulis ucapkan terimakasih tak terhingga atas segala bentuk pengorbanan, dan

kasih sayang dari Ayah dan bunda berikan kepada penulis sungguh ikhlas dan

mulia.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyelesaian skripsi ini,

dihadapkan dengan berbagai macam hambatan dan kendala, namun dengan

bantuan berbagai pihak akhirnya penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh

karena itu, penulis mengucapakan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-

tingginya kepada Ibu Wa Ode Harlis, S.Si., M.Si selaku pembimbing I dan Ibu

Dr. Hj. Sitti Wirdhana Ahmad, S.Si., M.Si selaku pembimbing II yang dengan

penuh keikhlasan dan kesungguhan telah meluangkan waktu, memberikan


v
bimbingan, dan arahan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penyusunan

skripsi ini.

Ucapan jazakumullah khoiron dan terimakasih pula penulis sampaikan

kepada :

1. Rektor Universitas Halu Oleo Kendari

2. Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Halu

Oleo Kendari

3. Ketua Jurusan Biologi Beserta seluruh Dosen dan Staf Jurusan Biologi

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan ALam Universitas Halu Oleo.

4. Bapak Dr. Amirullah, M.Si., dan bapak Drs. Nasaruddin, M.Si., beserta

Ibu Dr. Suriana, M.Si., selaku dewan penguji yang telah banyak

memberikan ide dan saran yang bersifat membangun

5. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Biologi serta segenap Staf Administrasi

di Lingkungan FMIPA Universitas Halu Oleo

6. Ibu Dr. Suriana, M.Si., selaku penasehat akademik yang telah memberikan

pengarahan bimbingan dalam memprogramkan mata kuliah.

7. Seseorang yang kusayangi Adhy Kusuma Wardhany, ST., terima kasih atas

segala dukungan dan bantuannya selama ini.

8. Sahabat sepenelitian: Marwati, Nelpiani, S.Si., Nurmini, S.Si, Sri Astuti,

S.Si dan Nurdayati yang selalu membantu dalam suka maupun duka selama

dalam penelitian

9. Kepada rekan-rekan seangkatan yang tak terlupakan kebaikannya Afrida,

Derlianto terima kasih atas kesabaran dan keikhlasannya telah banyak

vi
membantu selama penelitian, LD. Abd. Fajar Hasidu, S,Si., WD.

Rafiuddarajat, Bai Sarmiati, Fatma Cahya Putri, Ika Rizkianty, Wd.

Harmiawati, Ritnawati, Indayani, Niar Satrini, Ranti Melkaresi, Eka

Wahyuni, Kadriah, Ratna Munawar, Ratih Cahyati, Arta Rini

Octavianti, S.Si., Rahmatan Juhaepa, S.Si, Hasanah, S.Si, Rasno Jaya

Saputra, Rasyid Ridho, Muh. Sugiarto, Nurhidayah, Ratnaeni, S.Si,

Nurmila, Demis, Mustang, Haryono, Komang Wardhana, Ade Marsal,

dan teman-teman lainnya yang tidak disebutkan namanya, terima kasih

semoga kesuksesan selalu menjadi pengiring karir kita semua.

10. Senior angkatan 2009-2010 Pardin, Taufik Walhidaayah, S.Si, La Ode Adi

Parman Rudia S.Si., dan Muhlis S.Si terimakasih atas bantuan selama

penelitian berlangsung.

11. Junior-juniorku di program studi Biologi angkatan 2012 serta juniorku

angkatan 2013-2015 yang penulis tidak bisa sebutkan satu persatu, tetap

semangat untuk meraih kesuksesan.

Semoga tulisan ini bermanfaat bagi semua pihak utamanya bagi penulis

pribadi. Wassalam`alaikum Wr. Wb.

Kendari, 26 Oktober 2015

Penulis

vii
DAFTAR ISI

Hal
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN ii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP iii
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT iv
KATA PENGANTAR v
DAFTAR ISI vi
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR TABEL viii
DAFTAR LAMPIRAN ix
ABSTRAK x
ABSTRACT xi

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 3
C. Tujuan Penelitian 3
D. Manfaat Penelitian 3

II. TINJAUAN PUSTAKA


A. Monosodium Glutamat (MSG) 4
B. Mencit (Mus musculus, L.) 7
C. Kontrol Hormonal 15
D. Hipotesis Penelitian 29

III. METODE PENELITIAN


A. Waktu dan Tempat Penelitian 21
B. Alat dan Bahan Penelitian 21
C. Variabel, Definisi, dan Indikator Penelitian 22
D. Sampel Penelitian 23
E. Metode dan Desain Penelitian 24
F. Prosedur Penelitian 24

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Analisis Rata-rata Siklus Estrus 28
B. Hasil Ulas Vagina Dan Waktu Siklus Estrus 29
1. Fase Proestrus 29
2. Fase Estrus 34

viii
V. PENUTUP
A. Simpulan 39
B. Saran 39

DAFTAR PUSTAKA 41

LAMPIRAN 44

1. Hasil analisis Rata-rata Siklus Estrus 44


2. Data hasil analisis uji statisitika analisis varian (ANAVA)
pada taraf kepercayaan 95 % 46
3. Data hasil analisis statistika uji lanjut BNT (Beda Nyata Terkecil)
pada taraf kepercayaan 95% 47
4. Dokumentasi 48

ix
DAFTAR TABEL

Nomor Teks Halaman

1. Gambaran Sel Epitel Vagina Selama Siklus Estrus 14


2. Alat yang Digunakan dalam Penelitian 21
3. Bahan Yang Digunakan dalam Penelitian 22
4. Pola Pengelompokkan Hewan Uji 24
5. Perbandingan Diameter Sel Epitel Hasil Ulas Vagina antara
Kontrol dan Perlakuan Fase Proestrus 28

6. Perbandingan Diameter Sel Epitel Hasil Ulas Vagina antara


Kontrol dan Perlakuan Fase Estrus 28

7. Perbandingan Diameter Sel Epitel Hasil Ulas Vagina Antara


Kontrol dan Perlakuan Fase Proestrus 30

8. Perbandingan Diameter Sel Epitel Hasil Ulas Vagina Antara


Kontrol dan Perlakuan Fase Estrus 35

x
DAFTAR GAMBAR

Nomor Teks Halaman

1. Rumus Bangun Monosodium Glutamat (MSG) 5


2. Gambaran Organ Reproduksi Mencit 10
3. Gambaran Struktur LapisanVagina Mencit 11
4. Gambaran Sel Epitel Vagina Selama Siklus Estrus 15
5. Mekanisme Umpan Balik Hormon Reproduksi 16
6. Profil Hormonal Pituitari dan Hormon Ovarium Sepanjang
Siklus Estrus 16

7. Perbandingan Struktur Histologi Ulas Vagina antara


Kontrol dan Perlakuan Fase Proestrus 29

8. Perbandingan Rata-rata Lama Waktu Siklus Estrus Fase


Proestrus Mencit Setelah Perlakuan Monosodium
Glutamat (MSG) 31

9. PerbandinganStruktur Histologi Ulas Vagina antara Kontrol dan


Perlakuan Fase Estrus 34

10. Perbandingan Rata-rata Lama Waktu Siklus Estrus Fase


Estrus Mencit Setelah Perlakuan Monosodium Glutamat (MSG) 36

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Teks Halaman

1. Data Hasil Analisis Rata-rata Fase Proestrus dan Estrus 41

2. Data Hasil Analisis Uji Statistika Analisis Varian (ANAVA)


pada Taraf Kepercayaan 95% 43

3. Data Hasil Analisis Uji Lanjut BNT (Beda Nyata Terkecil)


pada Taraf Kepercayaan 95% 45

4. Dokumentasi Penelitian. 47

xii
HISTOLOGI HASIL ULAS VAGINA DAN WAKTU SIKLUS ESTRUS
MENCIT (Mus musculus, L.) SETELAH PEMBERIAN MONOSODIUM
GLUTAMAT (MSG)

Oleh :

Emmy Nurul suci


F1D1 11 080

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui histologi hasil ulas vagina dan
waktu siklus estrus mencit (Mus musculus, L) setelah pemberian monosodium
glutamat (MSG). Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dan
menggunakan rancangan acak lengkap (RAL). Sebanyak 16 ekor mencit betina
yang berusia 2 bulan dibagi menjadi 4 perlakuan yaitu A0 (Kontrol), A1(0,012
ml/gr BB), A2(0,015 ml/gr BB), dan A3 (0,018 ml/gr BB). Pemberian MSG
dilakukan selama 14 hari. Pada hari ke 15 dilakukan pengambilan cairan epitel
vagina dan dibuat preparat dengan metode ulas. Pengamatan dilakukan selama 4
hari setiap 4 jam sekali hari dengan mengamati gambaran histologi hasil ulas
vagina dan lama waktu siklus estrus tahap proestrus dan estrus. Data diuji dengan
ANAVA dan dilanjutkan uji BNT (=0,05%). Hasil penelitian menunjukan bahwa
pemberian MSG pada semua dosis perlakuan menyebabkan pengurangan diameter
sel epitel kornifikasi fase proestrus dan estrus. Pemberian MSG juga
menyebabkan penambahan diameter epitel berinti fase proestrus serta
memperpanjang waktu siklus estrus mencit fase proestrus yaitu A0=5 jam, A1=6
jam, A2=8 jam, A3=12 jam dan fase estrus yaitu A0=11 jam, A1=11 jam, A2=11
jam, dan A3=18 jam).

Kata Kunci : Monosodium Glutamat, Siklus Estrus, Ulas Vagina, Mencit (Mus
musculus, L.)

xiii
RESULTS HISTOLOGY ULAS VAGINA AND TIME ESTRUS CYCLE
MICE ( Mus musculus, L. ) AFTER GIVING MONOSODIUM
GLUTAMATE
( MSG )

Oleh :

Emmy Nurul suci


F1D1 11 080

ABSTRACT

This study aims to determine the histology results pillowcase vagina and
time estrous cycle in mice ( Mus musculus , L ) after administration of
monosodium glutamate ( MSG). This study is an experimental laboratory and
using a completely randomized design (CRD). A total of 16 female mice aged 2-3
months were divided into 4 treatment that A0 (control) , A1 (0,012 ml/gr BB), A2
(0,015 ml/gr BB) , and A3 (0,018 ml/gr BB). Giving MSG conducted for 14 days.
On day 15 done taking vaginal epithelial fluid and made preparations with a
pillowcase method. Observations were made for 4 days every 4 hours once a day
by observing histological review the vagina and the duration of the estrous cycle
stage of proestrus and estrus. Data were tested with ANOVA and continued LSD (
= 0,05 % ). The results showed that administration of doses of MSG in the
treatment caused a reduction in the diameter of the epithelial cell cornification
proestrus phase and estrus phase. Giving MSG also causes additional diameter
nucleated epithelial proestrus phase as well as extend the proestrus phase of the
estrous cycle in mice of A0=5 hours, A1=6 hours, A2=8 hours ,A3=12 hours and
estrus phase of A0=11 hours, A1= 11 hours, A2=11 hours ,A3=18 hours.

Keywords : Monosodium Glutamate , Estrus Cycle, Pillowcase Vagina, Mice


(Mus mus culus, L.)

xiv
1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemajuan ilmu dan teknologi berkembang dengan pesat diberbagai

bidang dan membawa dampak terhadap perubahan gaya hidup masyarakat.

Salah satunya adalah perubahan pola konsumsi makanan yang lebih banyak

mengkonsumsi jenis makanan cepat saji, makanan kemasan dan awetan yang

belakangan ini semakin banyak dijual di pasar tradisional dan swalayan.

Dampak dari kemajuan teknologi tersebut ternyata cukup besar bagi

kesehatan konsumen dengan adanya penggunaan zat aditif yang berbahaya.

Penggunaan zat aditif berbahaya salah satunya adalah Monosodium

Glutamat (MSG). Monosodium Glutamat merupakan gabungan dari beberapa

asam amino dengan sejumlah kecil peptida yang dihasilkan melalui proses

hidrolisa protein (hydrolized vegetable protein/HVP) (Septadina, 2014).

Berbagai merek dagang MSG dengan berbagai sebutan diantaranya adalah

Ajinomoto, Mi-won, Masako dan Roico.

Penelitian mengenai efek toksik dari MSG ini menunjukan hasil yang

mengejutkan. Dari berbagai macam penelitian yang umumnya dilakukan pada

hewan percobaan dalam periode neonatal atau infant dengan pemberian MSG

dosis tinggi melalui penyuntikan, telah ditemukan beberapa bukti bahwa MSG

dapat menyebabkan nekrosis pada neuron hipotalamus, kemandulan,

berkurangnya berat hipofisis, anterior, adrenal, tiroid, uterus, ovarium, dan

testis, kerusakan fungsi reproduksi, dan berkurangnya jumlah anak (Wakidi,

2012 dalam Rangkuti 2012).

1
2

Menurut Rodreguez-Sierra dkk, (2004), dalam Megawati, (2005), MSG

juga dapat merusak nukleus arkuata hipotalamus sehingga terjadi penurunan

sekresi GnRH (Gonadotrophin-releasing hormone), FSH (Folikel Stimulating

Hormone) dan LH (Luteinizing Hormone) yang berdampak pada penurunan

kadar hormon progesteron pada tikus betina. Kerusakan yang terjadi akibat

pemakaian monosodium glutamat dalam jumlah yang berlebihan berhubungan

erat dengan poros hipotalamus, hipofisis dan gonad dalam mempertahankan

fungsi normalnya pada proses reproduksi betina misalnya pada proses siklus

estrus (Pizzi, 1997).

Siklus estrus merupakan siklus reproduksi dari hewan mamalia betina

dewasa. Penentuan fase estrus dilakukan melalui pemantauan siklus estrus

yang dapat dilakukan dengan pembuatan ulas vagina (Nadjamudin dkk, 2010).

Metode ulas vagina atau vaginal smear merupakan cara kualitatif yang dapat

memantau siklus estrus melalui sel epithelium skuamosa yang diambil dari

vagina hewan seperti sel epitel dan sel lukosit sebagai bahan identifikasi. Sel

epitel merupakan sel yang terletak di permukan vagina, sehingga apabila

terjadi perubahan kadar estrogen maka sel epitel merupakan sel yang paling

awal terkena akibat dari perubahan tersebut (Nalbandov, 1990).

Teknik preparat apus vagina ternyata bermanfaat terutama pada spesies

yang memiliki siklus estrus pendek (mencit dan tikus), karena pada spesies

ini, histologi vagina dapat menunjukan kejadian-kejadian pada ovarium paling

tepat (Nalbandov, 1990).


3

Vaginal smear sangat penting dipelajari karena sangat diperlukan dalam

observasi perbandingan yang membutuhkan pemahaman lebih mendalam

khususnya masalah pada organ reproduksi (Bagnara, 1988 dalam Megawati

2005). Melihat luas dan bebasnya penggunaan MSG dalam kehidupan sehari-

hari sebagai bahan penyedap makanan serta berbagai penelitian yang

menunjukan dampaknya terhadap fungsi reproduksi, maka dilakukan

penelitian yang berjudul Histologi Hasil Ulas Vagina dan Waktu Siklus

Estrus Mencit (Mus Musculus, L.) Setelah Pemberian Monosodium

Glutamat (MSG).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, dapat dikemukakan permasalahan yaitu

bagaimana histologi hasil ulas vagina dan waktu siklus estrus mencit (Mus

Musculus, L.) setelah pemberian monosodium glutamat (MSG)?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui histologi hasil ulas

vagina dan waktu siklus estrus mencit (Mus musculus, L.) setelah pemberian

monosodium glutamat (MSG).

D. Manfaat

Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai :

1. Untuk memberikan pengetahuan kepada masyarakat mengenai dampak

yang ditimbulkan akibat penggunaan monosodium glutamat (MSG).

2. Sebagai bahan pembanding bagi penelitian yang releven dengan penelitian

ini.
4

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Monosodium Glutamat (MSG)

Monosodium Glutamat (MSG) ditemukan pertama kali oleh dr.

Kikunae Ikeda seorang ahli kimia Jepang pada tahun 1909, mengisolasi asam

glutamat tersebut dari rumput laut kombu yang biasa digunakan dalam

masakan Jepang. Kemudian dia menemukan rasa lezat dan gurih dari MSG

yang berbeda dengan rasa yang pernah dikenalnya, oleh karena itu dia

menyebut rasa itu dengan sebutan umami yang berasal dari bahasa Jepang

umai yang berarti enak dan lezat (Wakidi, dalam Riska 2012).

Rasa umami ini dapat bertahan lama, karena di dalamnya terdapat suatu

komponen L-glutamat dan 5- ribonukleotida. Rangsangan selera dari makanan

yang diberi MSG disebabkan oleh kombinasi rasa yang khas dari efek sinergis

MSG dengan komponen 5- ribonukleotida yang terdapat di dalam makanan,

yang bekerja pada membran sel reseptor kecap atau lidah (Wakidi, dalam

Riska 2012).

1. Sifat Kimia dan Metabolisme MSG

Monosodium glutamat merupakan asam amino yang terdapat pada

semua buah-buahan, sayuran dan daging. Glutamat secara alami dapat

ditemukan pada jaringan tanaman dan hewan, seperti tomat, brokoli, jamur,

kacang polong, keju, daging, ikan, bahkan pada susu ibu 20 kali lebih besar

dari pada susu sapi (Riska, 2012). Monosodium glutamat juga dapat diperoleh

4
5

dengan 3 metode yaitu: (1) hidrolisis protein seperti gluten atau protein yang

terdapat pada hasil samping gula bit, (2) sintesis, 3) fermentasi mikrobia.

Asam glutamat dan monosodium glutamat (MSG) mempunyai sifat

kimia yang sama, yaitu berbentuk tepung kristal berwarna putih yang mudah

larut dalam air dan tidak berbau. MSG mempunyai rumus kimia

C5H8O4NNaH2O (Gambar 1) dengan presentase unsur pokok yang terkandung

dalam MSG diantaranya glutamat 78,2%, Na 12,2%, H2O 9,6%. Di dalam 1

gram glutamat mengandung 1,27 gram MSG, dan didalam 1 gram MSG

mengandung 0,122 Na (Lolinger, 2000).

Gambar 1. Rumus Bangun Monosodium Glutamat (MSG).

2. Efek Biologi MSG

Banyak efek yang ditimbulkan oleh monosodium glutamat (MSG),

diantaranya Chinese restaurant Syndrome, meliputi rasa terbakar di dada,

bagian belakang leher, dan lengan bawah, kebas-kebas pada bagian belakang

leher yang menjalar ke lengan dan punggung, kemudian perasaan geli, hangat

dan kelemahan di wajah, punggung atas, leher dan lengan, sakit kepala, mual,
6

jantung berdebar-debar, sulit bernapas, mengantuk (Gold,1995 dalam Suparni,

2009).

Nagasawa dkk, (1998) dalam Megawati (2005) menemukan bahwa

MSG menyebabkan terjadinya obesitas dan gangguan pertumbuhan serta

perkembangan tubuh pada tikus neonatal. Fahim dkk (1999) dalam Megawati

(2005) menyatakan bahwa MSG menyebabkan penurunan kandungan

histamin yang berarti dalam sistem saraf pusat. Olney dkk (1970) dalam

Suparni (2009) mengatakan MSG juga menyebabkan kerusakan pada otak.

Selain itu beberapa peneliti lain mengatakan bahwa MSG dapat menyebabkan

gangguan endokrinal melalui mekanisme hipotalamus-hipofisis.

Monosodium Glutamat juga berpengaruh terhadap fertilitas pada

hewan coba, baik jantan maupun betina. Pada jantan, MSG terbukti

menginduksi penurunan berat prostat, menurunkan berat kelenjar hipofisis,

kelenjar thyroid, kelenjar adrenal, MSG juga menginduksi peningkatan

Luteneizing Hormone (France dkk, 2006 dalam Megawati 2005).

Pemberian MSG secara suntikan subkutan pada mencit baru lahir

dapat menimbulkan terjadinya nekrosis neuron akut pada otak termasuk

hipotalamus obesitas dan sterilitas pada betina (Olney,1969 dalam Suparni,

2009). Menurut Pizzi, dkk., (1997) pada mencit baru lahir (usia 2 sampai 11

hari) yang disuntikkan MSG 4 mg/gr berat badan secara subkutan

menimbulkan terjadinya disfungsi sistem reproduksi jantan dan betina yang

manifestasinya akan muncul pada usia dewasa, misalnya mencit betina


7

menimbulkan kebuntingan yang lebih sedikit dan lebih kecil sedangkan pada

mencit jantan menimbulkan penurunan berat testis.

Hal tersebut juga dilakukan terhadap tikus Wistar jantan dewasa yang

diberikan MSG dengan dosis 4 gr/gr berat secara intraperitonial badan selama

15 hari dan selama 30 hari, memperlihatkan berkurangnya berat testis dan

meningkatnya abnormalitas jumlah sperma (Nayatara, dkk., 2008).

B. Mencit (Mus musculus, L.)

1. Gambaran Umum Hewan Uji

Mencit (Mus musculus, L.) memiliki ciri-ciri berupa bentuk tubuh kecil,

berwarna putih, memiliki siklus estrus teratur yaitu 4-5 hari. Kondisi ruang

untuk pemeliharaan mencit (Mus musculus, L.) harus senantiasa bersih, kering

dan jauh dari kebisingan. Suhu ruang pemeliharaan juga harus dijaga

kisarannya antara 18-19 C serta kelembaban udara antara 30-70%. Mencit

betina dewasa dengan umur 35-60 hari memiliki berat badan 18-35 g (Akbar,

2010).

Lama hidupnya 1-2 tahun, dapat mencapai 3 tahun. Masa reproduksi

mencit betina berlangsung 1,5 tahun. Mencit betina ataupun jantan dapat

dikawinkan pada umur 8 minggu. Lama kebuntingan 19-20 hari. Jumlah anak

mencit rata-rata 6-15 ekor dengan berat lahir antara 0,5-1,5 g (Akbar, 2010).

2. Klasifikasi Mencit

Mencit (Mus musculus, L.) termasuk mamalia pengerat (rodensia) yang

cepat berkembang biak, mudah dipelihara dalam jumlah banyak, variasi


8

genetiknya cukup besar serta sifat anatomisnya dan fisiologisnya

terkarakteristik dengan baik. Adapun klasifikasinya adalah sebagai berikut :

Dunia : Animalia

Filum : Chordata

Sub Filum : Vertebrata

Kelas : Mammalia

Sub Kelas : Theria

Ordo : Rodentiaa

Sub Ordo : Myomorpha

Famili : Muridae

Sub Famili : Murinae

Genus : Mus

Spesies : Mus musculus, L (Priyambodo, 1995).

3. Sistem Reproduksi Mencit

A. Ovarium

Ovarium adalah kelenjar berbentuk biji, terletak di kanan dan kiri uterus

di bawah tuba uterin dan terikat di sebelah belakang oleh mesovarium.

Ovarium merupakan pabrik penghasil telur dan hormon kelamin yaitu

estrogen dan progesteron. Ovarium tempat berkembangnya folikel telur, yaitu

folikel primer, folikel sekunder, folikel tersier, folikel de graaf, korpus rubrum,

korpus luteum dan korpus albikan. Folikel telur adalah sel telur yang

dilingkupi oleh sel-sel granulosa (sel folikel) dengan ketebalan lapisan yang

bervariasi, sesuai dengan tingkat perkembangannya (Akbar, 2010).


9

B. Oviduk

Saluran ini terdapat sepasang dan merupakan penghubung antara

ovarium dengan uterus. Oviduk terdiri dari bagian interstisialis, bagian ismika,

bagian ampularis dan infundibulum yang berfimbrae. Oviduk berfungsi pada

saat ovulasi, ovum disapu ke dalam ujung oviduk yang berfimbrae. Fungsi

lain dari oviduk adalah kapasitasi sperma, fertilisasi, dan pembelahan embrio

yang terjadi dibagian ampula. Pengangkutan sperma ke tempat fertilisasi dan

pengangkutan ovum ke uterus diatur oleh kontraksi muskuler yang dikoordinir

oleh hormon ovarial, estrogen dan progesterone (Akbar, 2010).

C. Uterus

Uterus adalah suatu struktur saluran muskuler yang diperlukan untuk

penerimaan ovum yang dibuahi, penyediaan nutrisi dan perlindungan fetus,

serta stadium permulaan ekspulsi fetus pada waktu kelahiran. Dinding uterus

terdiri dari 3 lapisan yaitu membran serosa (Perimetrium), merupakan lapisan

terluar yang membungkus uterus yang terdiri dari jaringan ikat. Miometrium

merupakan lapisan ke dua yang terdiri dari otot polos yang mengandung

pembuluh darah dan limpa. Sedangkan lapisan ketiga adalah endometrium

merupakan tempat nidasi atau implantasi serta perkembangan embrio (Rugh,

1998 dalam Muchsin, 2009).

Uterus mencit (Mus musculus, L.) mempunyai bentuk yang berbeda

dengan uterus manusia. Uterus mencit mempunyai dua buah tanduk dan satu

bagian ekor. Bentuk uterus menyerupai huruf Y dengan tangkai sangat

pendek. Bagian terbesar pada bagian ini merupakan sebuah otot, dengan
10

dinding terluar berbentuk longitudinal dan disusul oleh serat otot polos

sedangkan dinding sebelah dalam berbentuk sirkular dan disusul oleh serat

dalam otot polos (Rugh, 1998 dalam Muchsin 2009).

D. Vagina

Menurut (Akbar, 2010) vagina merupakan saluran panjang yang

terletak dorsal terhadap urethra dan ventral terhadap rektum, sebagai tempat

penumpahan semen dari individu jantan. Vagina terbagi menjadi dua bagian

yaitu vertibulum (bagian luar vagina) dan vagina posterior (dari muara uterus

sampai serviks). Dinding vagina terdiri dari mukosa, muscularis dan serosa.

Lapisan mukosa terdiri dari sel-sel epitel squamosa, perubahan pada mukosa

memperlihatkan berbagai keadaan yang fungsional tergantung pada fase dari

siklus birahi hewan tersebut. Pada betina yang memiliki siklus normal, sel-sel

epithelium yang membatasi vagina mengalami perubahan secara periodik yang

dikontrol oleh hormon yang disekresikan oleh ovarium.

Secara umum gambaran organ reproduksi mencit dan lapisan vagina

mencit dapat dilihat pada gambar 2 dan 3 berikut :

Gambar 2. Organ Reproduksi Mencit


(Sumber : Partodihardjo, 1992)
11

A B

C D

Gambar 3. Gambaran Struktur LapisanVagina Mencit


Keterangan : 1. Lumen vagina, 2. Mukosa, 3. Epitel berlapis pipih, 4.Lapisan
muscularis.
(Sumber : Purnamasari, dkk., 2012)

4. Siklus Estrus Mencit

Akbar (2010) menyebutkan bahwa siklus estrus merupakan siklus

reproduksi dari hewan mamalia betina dewasa, pada primata dan manusia

siklus ini disebut siklus menstruasi. Pada siklus estrus dan menstruasi, ovulasi

terjadi setelah endometrium mulai menebal dan dialiri banyak darah karena

menyiapkan uterus untuk kemungkinan implantasi embrio. Siklus estrus ini

juga merupakan cerminan dari berbagai aktivitas yang saling berkaitan antara

hipotalamus, hipofisis, dan ovarium. Selama siklus estrus terjadi berbagai

perubahan baik pada organ reproduksi maupun pada perubahan tingkah laku

seksual. Mencit termasuk hewan poliestrus, artinya dalam periode satu tahun

terjadi siklus reproduksi yang berulang-ulang.


12

Siklus estrus mencit berlangsung 4-5 hari. Meskipun pemilihan waktu

siklus dapat dipengaruhi oleh faktor- faktor eksteroseptif seperti cahaya, suhu,

status nutrisi dan hubungan sosial. Setiap fase dari daur estrus dapat dikenali

melalui pemeriksaan apus vagina. Apus vagina merupakan cara yang sampai

kini dianggap relatif paling mudah dan murah untuk mempelajari kegiatan

fungsional ovarium (Nadjamudin dkk, 2010). Melalui apus vagina dapat

dipelajari berbagai tingkat diferensiasi sel epitel vagina yang secara tidak

langsung mencerminkan perubahan fungsional ovarium. Siklus estrus pada

mencit terdiri dari 4 fase utama, yaitu proestrus, estrus, metestrus dan diestrus

(Taylor, 1994 dalam Sitasiwi, 2008).

Proestrus adalah fase sebelum estrus yaitu periode dimana folikel

ovarium tumbuh menjadi folikel de graaf dibawah pengaruh FSH. Fase ini

berlangsung 12 jam. Setiap folikel mengalami pertumbuhan yang cepat selama

2-3 hari sebelum estrus. Sistem reproduksi memulai persiapan-persiapan

untuk pelepasan ovum dari ovarium yang membuat sekresi estrogen dalam

darah semakin meningkat sehingga akan menimbulkan perubahan-perubahan

fisiologis dan saraf, disertai kelakuan birahi pada hewan-hewan betina

peliharaan.

Perubahan fisiologis tersebut meliputi pertumbuhan folikel,

meningkatnya pertumbuhan endometrium, uteri dan serviks serta peningkatan

vaskularisasi dan keratinisasi epitel vagina pada beberapa spesies. Preparat

apus vagina pada fase proestrus ditandai akan tampak jumlah sel epitel berinti
13

dan sel darah putih berkurang, digantikan dengan sel epitel bertanduk atau

kornifikasi.

Estrus adalah fase yang ditandai oleh penerimaan pejantan oleh hewan

betina untuk berkopulasi, fase ini berlangsung selama 12 jam. Folikel de graaf

membesar dan menjadi matang serta ovum mengalami perubahan-perubahan

kearah pematangan. Pada fase ini pengaruh kadar estrogen meningkat

sehingga aktivitas hewan menjadi tinggi, telinganya selalu bergerak-gerak dan

punggung lordosis. Ovulasi hanya terjadi pada fase ini dan terjadi menjelang

akhir siklus estrus. Pada preparat apus vagina ditandai dengan menghilangnya

leukosit dan epitel berinti, yang ada hanya epitel bertanduk dengan bentuk

tidak beraturan dan berukuran besar.

Metestrus adalah periode segera sesudah estrus. Saat fase ini corpus

luteum tumbuh lebih cepat dari sel granulosa folikel yang telah pecah di

bawah pengaruh LH dan adenohypophysa. Metestrus sebagian besar berada di

bawah pengaruh progesteron yang dihasilkan oleh corpus luteum. Progesteron

menghambat sekresi FSH oleh adenohypophysa sehingga menghambat

pembentukan folikel de graaf yang lain dan mencegah terjadinya estrus.

Selama metestrus uterus mengadakan persiapan-persiapan seperlunya

untuk menerima dan memberi makan pada embrio. Menjelang pertengahan

sampai akhir metestrus, uterus menjadi agak lunak karena pengendoran otot

uterus. Fase ini berlangsung selama 21 jam. Pada preparat apus vagina ciri

yang tampak yaitu epitel berinti dan leukosit terlihat lagi dan jumlah epitel

menanduk makin lama makin sedikit.


14

Diestrus adalah periode terakhir dan terlama siklus birahi pada ternak-

ternak dan mamalia. Fase ini berlangsung selama 48 jam. Serviks menutup

dan lendir vagina mulai kabur dan lengket. Selaput mukosa vagina pucat dan

otot uterus mengendor. Pada akhir periode ini corpus luteum memperlihatkan

perubahan-perubahan retrogresif dan vakualisasi secara gradual. Endometrium

dan kelenjar-kelenjarnya berubah keukuran semula. Mulai terjadi

perkembangan folikel-folikel primer dan sekunder dan akhirnya kembali ke

proestrus. Pada preparat apus vagina dijumpai banyak sel darah putih dan

epitel berinti yang letaknya tersebar dan homogen (Karlina, 2003).

Setiap fase umunya akan terlihat perubahan dengan ciri-ciri yang

berbeda antara fase proestrus, estrus, metestrus dan diestrus. Gambaran apus

vagina akan menunjukkan setiap fase dari siklus estrus pada mencit (Mus

musculus L.). Perubahan yang terjadi pada saluran reproduksi betina selama

siklus estrus dapat terlihat gambaran perubahan epitel vagina seperti yang

disajikan pada Tabel 1 dan Gambar 4 berikut.

Tabel 1. Gambaran Sel Epitel Vagina Selama Siklus Estrus


No. Fase Sel Epitel Bentuk Sel Leukosit

1. Proestrus Sel intermediet Bulat, terdapat inti dan Tidak


berbentuk oval dan berada ada
di tengah sel.
2. Estrus Sel superficial Poligonal, pipih, Tidak
sitoplasma luas, tidak ada
berinti, pinggiran sel
melipat.
3. Metestrus Sel parabasal Bulat, berinti Ada

4. Diestrus Sel parabasal Sel kecil, berinti Ada

(Sumber : Nadjamuddin, dkk, 2011)


15

Gambar 4. Gambaran Sel Epitel Vagina Selam Siklus Estrus


Keterangan : A= Proestrus, B= Estrus, C= Metestrus, D= Diestrus, = Epitel
Kornifikasi, = Epitel berinti, O= Leukosit.
(Sumber : Nadjamuddin, dkk, 2011)

C. Kontrol Hormonal

1. Pusat Hormonal

Hipotalamus dan hipofisa adalah dua organ penting yang terletak di

otak dan merupakan pusat segala kegiatan hormonal dan ativitas reproduksi

diatur oleh suatu yang disebut Gonadtropin Releasing Hormone (GnRH).

Gonadtropin Releasing Hormone yang dihasilkan melalui saraf neuroendokrin

akan merangsang hipofisa bagaian anterior untuk memproduksi hormon

gonadtropin yaitu FSH dan LH. Lebih lanjut hormon-hormon akan

mempengaruhi pemasakan sel telur pada wanita atau hewan betina (Johnson

dan Everitt, 1988 dalam Garusu, 2010).


16

Kondisi siklus estrus, terjadi mekanisme umpan balik negatif maupun

positif. Mekanisme tersebut melibatkan lima macam hormon, yaitu hormon

pelepas gonadotropin, (GnRH) yang disekresikan oleh hipotalamus, hormon

perangsang folikel (FSH) dan hormon luteinisasi (LH) yang dihasilkan

pituitari anterior, serta hormon estrogen dan progestron yang disekresikan oleh

ovarium seperti gambar 5 (Chambel, dkk, 2004). Mekanisme tersebut

mempengaruhi kadar hormon pituitari dan hormon ovarium sepanjang siklus

estrus yang dapat dilihat pada Gambar 6 berikut.

Gambar 5. Mekanisme Umpan Balik Hormon Reproduksi


(Sumber : Chambel, dkk, 2004)

Gambar 6. Profil Hormon Pituitari dan Hormon Ovarium Sepanjang Siklus


Estrus
(Sumber : Emmanuele, dkk., 2002).
17

Hormon Gonadotropin berfungsi mangaktifkan pertumbuhan

praovulasi yang selanjutnya akan menghasilkan sekresi estrogen dan

progesterone. Sekresi estrogen dan progesteron memilki mekanisme umpan

balik terhadap hipotalamus. Umumnya pada hewan betina hipotalamus

mendapat rangsangan dari luar. Pada hewan jantan rangsangan itu berasal dari

pusat susunan saraf untuk dapat mensekresi faktor pembebas. Atas pengaruh

faktor pembebas tersebut maka adenohipofisa menghasilkan gonadtropin yaitu

FSH dan LH, serta prolaktin sedangkan neurohipofisa menghasilkan oksitosin.

FSH yang dihasilkan oleh sel basofil dan pada hewan betina akan

merangsang pertumbuhan dan perkembangan folikel dalam ovarium. FSH

akan menimbulkan perubahan biokimia dalam tubuh karena ovarium akan

meningkatkankan pengambilan Oksigen dan sintesis protein. LH bersama

dengan FSH menyebabkan terjadinya pemasakan folikel ovarium untuk

kemudian dapat diovulasikan. Sisa folikel de graaf atas pengaruh LH akan

berkembang menjadi korpus luteum (Sugianto, 1996).

2. Pengaturan Hormonal pada Siklus Estrus

Pengaturan estrus dipengaruhi oleh hormon gonadotropin yang

kemudian mempengaruhi produksi hormon estrogen dan progesteron

berdasarkan aktifitas ovarium. Efek estrogen pada poros hipotalamus-hipofisa

dalam ketidakhadiran progesterone meningkatkan sekresi LH ke dalam

peredaran darah menyebabkan ovulasi (Gordon, 1994).

GnRH (Gonadotropin Releasing Hormone) merupakan hormon yang

disintesis di hipotalamus dan disekresikan ke hipofisis anterior melalui vena


18

porta hipotalamo-hipofisis. Hipofisis anterior tidak mempunyai serabut saraf.

Untuk pelepasan hormon-hormonnya dirangsang oleh faktor-faktor hormonal

melalui pembuluh darah. GnRH ini akan mempengaruhi sekresi FSH (Follicle

Stimulating Hormone) dan LH (Luitinizing Hormone) dari hipofisis anterior.

FSH dan LH akan merangsang ovarium untuk mensekresikan hormon

estrogen dan progesteron yang akan mempengaruhi siklus estrus (Gordon,

1994).

Fase proestrus folikel-folikel ovarium masih dalam ukuran kecil.

Adanya FSH yang disintesis di hipofisa anterior menyebabkan sel-sel

granulosa yang terdapat didalam folikel akan cepat menjadi banyak.

Kemudian akan terbentuk ruangan dalam folikel. Folikel ini disebut folikel de

graaf. Pada sel-sel granulosa di dalam folikel de graaf akan dihasilkan

estrogen (Akbar, 2010).

Estrogen berperan untuk merangsang pertumbuhan epitel vagina dan

folikel ovarium sehingga menjadi matang dan siap untuk ovulasi. Folikel yang

matang akan terus memproduksi estrogen, akibatnya estrogen dalam darah

menjadi tinggi. Kadar estrogen yang tinggi dalam darah menandakan mencit

sedang dalam fase estrus dan estrogen ini akan merangsang GnRH untuk

memproduksi LH. Pada tahap berikutnya akibat terus dihasilkannya LH akan

terjadi lonjakan LH yang penting untuk terjadinya ovulasi setelah oosit II ke

luar, maka folikel berubah menjadi korpus luteum yang mampu menghasilkan

progesterone (Akbar, 1998).


19

Progesteron menyebabkan perubahan-perubahan endometrium berupa

perubahan lapisan endometrium. Lapisan endometrium ini dipersiapkan untuk

terjadinya implantasi. Fase pembentukkan lapisan ini terjadi pada fase

metestrus. Pada fase berikutnya yaitu diestrus, jika terjadi implantasi

peningkatan kadar progesteron penting untuk pertumbuhan plasenta. Plasenta

dapat membentuk gonadotropin yang pada manusia disebut hCG (Human

Chorionic Gonadothropine) untuk mempertahankan korpus luteum.

Korpus luteum akan mampu memproduksi estrogen dan progesteron

sendiri. Jika tidak terjadi implantasi maka tidak terbentuk plasenta sehingga

kadar estrogen dan progesteron akan menurun. Menurunnya kadar progesteron

menyebabkan terjadinya pengelupasan lapisan endometrium (Akbar, 2010).

Hormon progestron mulai meningkat setelah ovulasi dengan

terbentuknya corpus luteum (CL), dimana hal tersebut menandakan bahwa

hewan berada dalam fase luteal. Fluktuasi hormon akan berpengaruh terhadap

gambaran sel epitel vagina. Pada fase luteal (pengaruh hormon progesteron),

hewan tidak estrus terdapat sel parabasal, sedangkan memasuki fase estrus

(pengaruh hormon estrogen) sel epitel berubah menjadi sel superfisial dan

kornifikasi yang menandakan hewan dalam keadaan puncak estrus.

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disusun hipotesis yaitu

Monosodium Glutamat (MSG) mempengaruhi siklus estrus mencit (Mus

musculus, L).
20

Ho : j = 0 Artinya, tidak ada pengaruh pemberian monosodium glutamat

(MSG) terhadap histologi ulas vagina dan waktu siklus masa subur

mencit betina (Mus musculus, L).

H1 : j 0 Artinya, Ada pengaruh pemberian monosodium glutamat (MSG)

terhadap histologi ulas vagina dan waktu siklus masa subur

mencit betina (Mus musculus, L).


21

III. METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2015 sampai dengan Juni

2015, bertempat di Laboratorium Biologi Unit Zoologi, Fakultas Matematika

dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Halu Oleo, Kendari.

B. Alat dan Bahan

1. Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini di lihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Alat yang Digunakan Serta Fungsinya


No Nama Alat Satuan Fungsi

1 Mikroskop cahaya - Mengamati preparat apusan vagina


2 Mikroskop elektron - Memfoto dan mengukur diameter
epitel
3 Kaca objek - Tempat preparat apusan vagina

4 Kaca penutup - Menutup preparat apusan vagina


5 Pipet - Mengambil larutan
6 Spatula - Mengaduk bahan uji
7 Dispossible syringe - Memasukan bahan uji ke lambung
jarum gavages 0, 5 mencit (Mus musculus L.)
ml
8 Timbangan analitik mg Menimbang bahan uji
9 Thermometer C Mengukur suhu kandang
10 Higrometer % Mengukur kelembaban udara
11 Gelas ukur 100 ml ml Tempat mengukur bahan uji
12 Kandang mencit cm Tempat memelihara mencit
13 Rang - Sebagai penutup kandang mencit
14 Botol minum - Tempat minum mencit
15 Mangkuk - Tempat makan mencit
16 Kamera digital - Sebagai alat dokumentasi
17 Alat tulis - Mencatat hasil pengamatan

21
22

2. Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini disajikan dalam Tabel 3.

Tabel 3. Bahan Penelitian dan Fungsinya


No Bahan Fungsi
1. Mencit (Mus musculus, L.) Hewan uji
umur 2Bulan
2. Monosodium Glutamat Sebagai bahan pengujian
(MSG).
3. Alcohol 70% Mensterilkan alat yang digunakan
4. Aquadest Membersihkan alat
5. Giemsa 3% Memperjelas warna cairan
6. NaCl Fisilogis 0,9% Mempermudah mengambil cairan
vagina
7. Tissue Membersihkan alat dari aquadest pada
saat dibersihkan
8. Cotton bud Mengambil cairan vagina
11. Kertas label Menandai sampel
12. Pakan Mencit Makanan Mencit (Mus musculus, L.)
13. Air PAM Minuman mencit (Mus musculus, L.)
14. Koran bekas Alas kandang mencit (Mus musculus,
L.)

C. Variabel, Definisi Operasional dan Indikator Penelitian

1. Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel,

yaitu :

a. Variabel bebas yaitu monosodium glutamat (MSG) dengan berbagai

konsentrasi dosis.

b. Variabel terikat yaitu gambaran histologi ulas vagina dan waktu siklus

masa subur mencit betina (Mus musculus, L).


23

2. Definisi Operasional

Untuk menghindari kekeliruan dalam penafsiran maka

dikemukakan definisi operasional sebagai berikut :

a. MSG merupakan bubuk kristal berwarna putih yang berasal dari

gabungan beberapa asam amino dengan sejumlah kecil peptida yang

dihasilkan dari proses hirolisa protein (hydrolized vegetable

protein/HVP). MSG yang digunakan dalam penelitian ini dengan merek

dagang Ajinomoto.

b. Histologi ulas vagina merupakan cara yang digunakan untuk mengetahui

berbagai tingkat diferensiasi sel epitel vagina yang mencerminkan

perubahan fungsional ovarium.

c. Waktu siklus estrus merupakan lama waktu siklus estrus yang dihitung

mulai dari munculnya fase estrus sampai munculnya fase estrus lagi

pada periode berikutnya.

3. Indikator Penelitian

Adapun indikator penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Gambaran sel epitel ulas vagina (fase proestrus dan estrus).

b. Waktu siklus estrus (fase proestrus dan estrus).

D. Sampel Penelitian

Sampel penelitian terdiri dari 16 ekor mencit (Mus musculus, L) betina

yang dibagi kedalam 4 kelompok yaitu 1 kelompok untuk kontrol dan 3

kelompok untuk perlakuan dengan konsentrasi yang berbeda-beda.


24

E. Metode dan Desain Penelitian

Metode yang digunakan adalah metode penelitian eksperimental dengan

Rancangan Acak Lengkap (RAL) terdiri 4 perlakuan dan 4 ulangan. Pola

pengelompokkan hewan uji dapat dilihat pada Tabel 3 berikut.

Tabel 4. Pola Pengelompokkan Hewan Uji


A B C D Keterangan :
A-D = Kelompok
A1 B2 A3 B1
A = Kontrol
B1 D2 C1 D3 B = Perlakuan dosis 0,013
C = Perlakuan dosis 0,015
C4 A2 B3 A4 D = Perlakuan dosis 0,018
1-4 = Ulangan perlakuan
D1 C2 D4 C3

F. Prosedur Penelitian

1. Persiapan dan Pemeliharaan Hewan Uji

Mencit (Mus musculus, L.) yang digunakan dalam penelitian ini

diperoleh dari Pasar Baru Kendari, dibawa ke Laboratorium FMIPA lama

UHO untuk dikembangbiakkan dan diambil keturunannnya, hewan uji yang

akan digunakan diaklimatisasi selama 1 minggu dalam kandang dan diberi

makanan asupan platelled commercial (konsentrat jagung, dedak, ampas

tahu dan tepung ikan) dan diberi minum secara ad libitum. Alas kandang

dari serbuk gergaji yang diganti dua hari sekali.

Sebelum diberikan perlakuan, mencit (Mus musculus, L.) dipuasakan

selama 1 hari untuk memperoleh kondisi fisiologis yang sama, dengan

pencahayaan ruangan 12 jam gelap (18.00 - 06.00) WITA dan 12 jam terang
25

(06.00 - 18.00) WITA. Dengan suhu ruangan berkisar antara 230C - 270C,

dan kelembaban udara berkisar 83%. Selanjutnya mencit ditimbang dan

diberi label sesuai perlakuan. Mencit yang digunakan dalam penelitian ini

adalah mencit yang berumur 2 bulan dengan berat badan rata-rata 20-30

gr.

2. Pembuatan Dosis

Dosis yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan dosis

maksimal yang digunakan oleh manusia. Dosis maksimal MSG yang

digunakan manusia adalah 6 mg/hari. Menurut (Laurance dan Bachtiar

dalam Donatus, 1991) penentuan dosis angka konversi dari manusia (70

kg) ke tikus (200 gr) adalah 0,018 mg kemudian dari tikus dikonversi ke

mencit (20 gr) adalah 0,14 mg. Berdasarkan angka konversi tersebut maka

diperoleh dosis dari manusia ke tikus sebesar 0,018 mg x 6 mg = 0,108

mg/200 gr bb tikus, kemudian dari tikus dikonversi ke mencit sebesar 0,108

mg x 0,14 mg = 0,015 mg/gr bb mencit. Dalam penelitian ini peneliti

menggunakan 3 peringkat dosis yaitu, 0,012 mg, 0,015 mg, dan 0,018 mg

yang masing dilarutkan dalam 0,5 ml aquadest.

3. Pemberian Larutan

Larutan monosodium Glutamat (MSG) diberikan pada mencit

betina sesuai dengan unit perlakuan yang telah ditentukan, kontrol hanya

diberi air tanpa campuran bahan uji. Pada kelompok perlakuan diberikan

monosodium glutamat (MSG) berdasarkan dosis 0,012 mg, 0,015 mg dan

0, 018 mg yang masing-masing dilarutkan dalam 0,5 ml air. Pemberian


26

monosodium glutamat (MSG) pada hewan uji dilakukan dengan

menggunakan spoit secara oral selama 14 hari (2 kali ulangan siklus

estrus).

4. Pembuatan Preparat Ulas Vagina

Pembuatan preparat apusan vagina dilakukan dengan cara

mengambil cairan vagina pada lokasi kira-kira 5 cm dari vulva

menggunakan cotton bud steril yang dibasahi dengan NaCl fisiologis

0,9%. Hasil usapan dioleskan pada gelas objek dan preparat difiksasi

dengan alkohol 70% selama 5 menit, diwarnai dengan Giemsa 3 % dan

dibiarkan selama dua menit. Preparat selanjutnya dicuci dengan aquades

dan dibiarkan kering. Pengamatan dilakukan menggunakan mikroskop

cahaya dengan pembesaran lensa objektif 40x (Harlis, 2011).

5. Pengamatan

Pengamatan dilakukan pada hari ke 15 sampai 18 dengan

pengambilan sampel epitel vagina setiap 4 jam sekali. Parameter yang

diamati adalah bentuk sel epitel fase proestrus dan estrus serta lama waktu

(panjang) siklus estrus fase proestrus dan estrus mencit. Fase proestrus

ditandai dengan adanya sel epitel kornifikasi dan dan epitel berinti pada

preparat histologi, sedangkan fase estrus ditandai dengan adanya sel-sel

epitel kornifikasi.
27

6. Analisis Data

Penelitian tentang Histologi Ulas Vagina dan Waktu Siklus Estrus

Mencit (Mus musculus, L.) Setelah Pemberian Monosodium Glutamat

(MSG) digunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Data yang

dikumpulkan bersifat kualitatif dan kuantintatif. Kualitatif berupa

gambaran histologi struktur ulas vagina fase proestrus dan estrus yang

disajikan dalam bentuk mikrofoto sedangkan data pengamatan kuantitatif

berupa periode waktu siklus estrus fase proestrus dan estrus yang disajikan

dalam bentuk tabel dan histogram, dianalisis dengan Analysis of Variance

(ANOVA, = 0,05) dilanjutkan uji BNT ( = 0,05).


28

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Analisis Rata-rata Siklus Estrus

Waktu siklus estrus mencit fase proestrus dan estrus setelah pemberian

monosodium glutamat (MSG) dapat dilihat pada Tabel 5 dan 6 berikut.

Tabel 5. Waktu siklus estrus mencit fase proestrus


Perlakuan Hari (Jam) Rata- Standar
(Dosis) 1 2 3 4 rata deviasi
A0 Kontrol 4 0 0 6 5 1,41
A1 0,012 mg 8 0 0 4 6 2,83
A2 0,015 mg 0 4 0 12 8 5,66
A3 0,018 mg 8 12 8 20 12 5,66

Tabel 6. Waktu siklus estrus mencit fase estrus


Perlakuan Hari (Jam) Rata- Standar
(Dosis) 1 2 3 4 rata deviasi
A0 Kontrol 12 0 10 0 11 1,41
A1 0,012 mg 12 8 14 0 11 3,06
A2 0,015 mg 12 0 10 10 11 1
A3 0,018 mg 16 12 24 20 18 5,16

Berdasarkan Tabel 5 dan 6 diatas waktu siklus estrus mencit antara hari

pertama sampai hari keempat terlihat terlihat adanya perbedaan, perbedaan

tertinggi terlihat pada perlakuan A3 baik pada fase proestrus maupun fase

estrus. Perbedaan yang terjadi pada siklus estrus setiap harinya termasuk tiap

kelompok dipengaruhi oleh kondisi siklus estrus yang tidak bersamaan setiap

mencit.

28
29

B. Hasil Ulas Vagina dan Waktu Siklus Estrus

1. Fase Proestrus

Fase proestrus merupakan fase dimana folikel ovarium tumbuh

menjadi folikel de graaf dibawah pengaruh Follicle Stimulating Hormone

(FSH). Pada fase ini ditandai dengan keberadaan epitel berinti dan epitel

kornifikasi. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan struktur histologi hasil

ulas vagina mencit fase proestrus antara kontrol dan perlakuan tidak

menunjukkan perbedaan, diketahui adanya sel epitel kornifikasi dan epitel

berinti. Hal tersebut dapat dilihat secara jelas pada Gambar 7 berikut.

A0 A1

A2 A3

Gambar 7. Perbandingan Struktur Histologi Ulas Vagina antara Kontrol dan


Perlakuan Fase Proestrus
Keterangan :1. Epitel kornifikasi, 2. Epitel Berinti, 3. Inti, P = Panjang, L =
Lebar. (Perbesaran 40x)n
30

Keberadaan epitel kornifikasi dan sel-sel epitel berinti diakibatkan

adanya aktivitas estrogen yang menyebabkan proliferasi sel-sel epitel vagina.

Pada tahap ini sel-sel epitel berperan penting pada saat kopulasi karena sel-sel

ini membuat vagina pada mencit betina tahan terhadap gesekan pada saat

kopulasi (Kusdiantoro dkk, 2005 dalam Busman, 2013).

Hasil penelitian lebih lanjut, didapatkan bahwa struktur histologi hasil

ulas vagina mencit fase proestrus antara kontrol dan perlakuan terjadi

pengurangan diameter pada epitel kornifikasi sedangkan pada epitel berinti

terjadi penambahan diameter. Hal tersebut dapat dilihat secara jelas pada

Tabel 7 berikut.

Tabel 7. Perbandingan Diameter Sel Epitel Hasil Ulas Vagina antara Kontrol
dan Perlakuan Fase Proestrus
Diameter Sel Epitel
Kelompok
Epitel Kornifikasi Epitel Berinti
Perlakuan
P (m) L (m) P (m) L (m)
A0 200,54 198,86 91,73 108,75

A1 175,59 144,62 104,17 146,04

A2 172,50 164,79 116,59 167,79

A3 141,47 206,63 206,63 139,83

Pengurangan diameter epitel kornifikasi dari panjang 200,54 m (A0)

menjadi 141,47 m (A3) dan penambahan diameter epitel berinti dari panjang

91,73 m (A0) menjadi 206,63 m (A3) diduga karena sifat exitoxin yang

ada dalam monosodium glutamat dapat merusak kerja hipotalamus yang

menyebabkan terjadinya penurunan kadar estrogen dalam darah sehingga

dapat menghambat hipofisis dalam mensekresikan hormon gonadotropin (FSH


31

dan LH) melalui umpan balik negatif (Kusdiantoro dkk, 2005 dalam Busman

2013).

Pengurangan diameter epitel kornifikasi dan penambahan diameter

epitel berinti secara umum tidak terlalu mempengaruhi siklus estrus pada

mencit, hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Busman (2013)

bahwa gambaran epitel umumnya hanya digunakan untuk mencerminkan

kejadian-kejadian ovarium melalui siklus estrus. Untuk melihat lebih jauh efek

dari monosodium glutamat dilakukan perhitungan rata-rata lama waktu siklus

estrus yang disajikan dalam bentuk histogram berikut :

16 5,66
14
12
Rata-rata Fase Proestrus

5,66
10
1,41 2,83 12
8
6 8
(Jam)

4 6
2 5
a ab bc d
0
A0 Kontrol A1 0,012 mg A2 0,015 mg A3 0,018 mg
Dosis Perlakuan

Gambar 8. Perbandingan Rata-rata Lama Waktu Siklus Estrus Fase Proestrus


Mencit Setelah Perlakuan Monosodium Glutamat (MSG).
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang tidak sama menunjukkan
berbeda nyata pada taraf 0,05 % uji BNT.

Berdasarkan histogram diatas diketahui bahwa lama waktu fase

proestrus menjadi semakin panjang jika dibandingkan dengan kontrol. Rata-

rata lama waktu fase proestrus yang paling panjang terjadi pada perlakuan

0,018 mg (12 jam), paling pendek terdapat pada perlakuan kontrol (5 jam).
32

Menurut Akbar (2010) lama waktu proestrus berlangsung selama 12 jam,

namun pada penelitian ini, tidak semua mencit (Mus musculus, L) mengalami

fase proestrus, hal ini dikarenakan siklus estrus mencit yang tidak bersamaan

sehingga berdasarkan penelitian yang telah dilakukan fase proestrus

mengalami perpanjangan waktu.

Hasil analisis ANAVA dengan taraf kepercayaan 95% pada lampiran 2

menunjukkan ada perbedaan nyata yang signifikan antara kelompok kontrol

dan kelompok perlakuan (P<0,05). Uji lanjut dengan BNT dengan taraf

kepercayaan 95% pada lampiran 3 antara kontrol dengan kelompok perlakuan

0,018 mg menunjukkan beda nyata, sedangkan perbandingan nilai tengah

antara kontrol dengan perlakuan 0,012 mg dan 0,015 mg tidak berbeda nyata.

Saat fase proestrus, estrogen diproduksi seiring dengan perkembangan

folikel di ovarium. Aktivitas estrogen ini menyebabkan proliferasi sel-sel

epitel vagina. Dari hasil tersebut diketahui Monosodium glutamat

mempengaruhi hipotalamus dengan menekan LH. Penekanan LH

mengakibatkan waktu untuk mencapai ovulasi lebih lama karena LH

merupakan salah satu hormon yang menginduksi terjadinya ovulasi. Adanya

perpanjangan waktu untuk mencapai ovulasi inilah yang menyebabkan fase

proestrus juga ikut mengalami perpanjang fase.

Hasil tersebut didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh

(Camihotr dkk., dalam Maidawilis 2010) yang menyatakan bahwa

terganggunya fungsi hipotalamus akan mengakibatkan gangguan fungsi

endokrin termasuk fungsi gonad. Dengan menurunnya kadar LH


33

menyebabkan terganggunya ovulasi, sedangkan menurunnya FSH akan

menghambat perkembangan folikel dalam ovarium dan meningkatkan atresia

ovarium yang mengakibatkan gangguan pada produksi hormone estrogen.

Nagasawa dkk, (2000) dalam Megawati, (2005) menyatakan bahwa

pemberian MSG secara terus menerus dapat menyebabkan gejala degenerasi

struktural organ-organ endokrinal hewan uji. Selain itu, dari penelitian yang

dilakukan oleh (Vitt dkk, 2000 dalam Megawati 2005) diketahui bahwa

pemberian MSG pada tikus betina dapat menghambat peningkatan konsentrasi

FSH dalam serum.

Lebih lanjut, hal ini akan menyebabkan perkembangan folikel ovarium

menjadi terhambat karena pengaruh hormon FSH mutlak diperlukan dalam

proses ini. Masa pertumbuhan folikel hingga mencapai perkembangan

maksimal merupakan fase proestrus pada tikus. Hormon FSH menginisiasi

perkembangan folikel ovarium serta meningkatkan jumlah sel granulosa,

disamping itu peningkatan jumlah sel teka dipengaruhi oleh LH yang

selanjutnya dapat meningkatkan produksi estrogen dan sintesis progesteron

(Brook dan Marshall, 1995 dalam Megawati, 2005).


34

2. Fase Estrus

Fase estrus merupakan fase yang ditandai oleh penerimaan pejantan

oleh hewan betina untuk berkopulasi. Pada fase ini folikel de graaf membesar

dan menjadi matang. Fase estrus ditandai dengan keberadaan epitel

kornifikasi. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan struktur histologi hasil

ulas vagina mencit fase estrus antara kontrol dan perlakuan tidak

menunjukkan perbedaan, diketahui adanya sel epitel kornifikasi. Hal tersebut

dapat dilihat secara jelas pada Gambar 9 berikut.

A0 A1

A2 A3

Gambar 9. Perbandingan Struktur Histologi Ulas Vagina antara Kontrol dan


Perlakuan Fase Proestrus
Keterangan : 1. Epitel kornifikasi, P = Panjang, L = Lebar. (Perbesaran 40x)
35

Keberadaan epitel kornifikasi karena adanya konsentrasi estrogen yang

tinggi pada saat estrus sehingga mengakibatkan penebalan dinding vagina dan

mengakibatkan sel-sel epitel mengalami pertandukan dan terlepas dari dinding

epitel vagina (Kumar dkk, 2005 dalam Busman 2013). Hasil penelitian lebih

lanjut, didapatkan bahwa struktur histologi hasil ulas vagina mencit fase

proestrus antara kontrol dan perlakuan terjadi pengurangan diameter pada

epitel kornifikasi sedangkan pada epitel berinti terjadi penambahan diameter.

Hal tersebut dapat dilihat secara jelas pada Tabel 8 berikut.

Tabel 8. Perbandingan Diameter Sel Epitel Hasil Ulas Vagina antara Kontrol
dan Perlakuan Fase Estrus
Diameter Sel Epitel
Kelompok
Perlakuan Epitel Kornifikasi
P (m) L (m)
A0 264,69 172,45

A1 239,40 187,48

A2 236,30 191,10

A3 175,69 128,96

Pengurangan ukuran diameter sel epitel kornifikasi dari panjang

264,69 m (A0) menjadi 175,69 m (A3) diduga akibat kandungan sifat

exitoxin yang ada dalam monosodium glutamat (MSG) dapat merusak kerja

hipotalamus yang menyebabkan terhambatnya ovulasi, sehingga terjadi

perubahan ukuran sel epitel vagina mencit pada perlakuan. Untuk melihat

lebih jauh efek dari monosodium glutamat (MSG) dilakukan perhitungan rata-
36

rata lama waktu siklus estrus yang disajikan dalam bentuk histogram sebagai

berikut :

25
Rata-rata Fase Estrus (Jam)

5,16
20
1,41 3,46 1
15 18
10
11 11 11
5
a ab bc d
0
A0 Kontrol A1 0,012 mg A2 0,015 mg A3 0,018 mg
Dosis Perlakuan
Gambar 10. Perbandingan Rata-rata Lama Waktu Siklus Estrus Fase Estrus
Mencit Setelah Perlakuan Monosodium Glutamat (MSG).
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang tidak sama menunjukkan
berbeda nyata pada taraf 0,05 % uji BNT.

Berdasarkan histogram di atas diketahui bahwa waktu siklus estrus

pada perlakuan menjadi semakin panjang jika dibandingkan dengan kontrol.

Rata-rata lama waktu fase estrus yang paling panjang terjadi pada perlakuan

0,018 mg (18 jam), paling pendek terdapat pada kontrol (11 jam).

Hasil analisis ANAVA dengan taraf kepercayaan 95% pada lampiran 2

menunjukkan ada perbedaan nyata yang signifikan antara kelompok kontrol

dan kelompok perlakuan (P<0,05). Uji lanjut dengan BNT dengan taraf

kepercayaan 95% pada lampiran 3 antara kontrol dengan kelompok perlakuan

0,018 mg menunjukkan beda nyata, sedangkan perbandingan nilai tengah

antara kontrol dengan perlakuan 0,012 mg dan 0,015 mg tidak berbeda nyata.
37

Perkembangan dan kemampuan ovarium untuk menghasilkan hormon

estrogen dapat dilihat secara tidak langsung melalui efek estrogen yang

dihasilkan terhadap perubahan sitologi epitel vagina. Pada hasil penelitian,

lama waktu siklus estrus mencit menjadi lebih panjang dibandingkan dengan

kontrol. Hal ini diduga karena efek antiestrogen yang dikandung oleh MSG

menghambat ovarium untuk memproduksi estrogen lebih banyak.

Siklus estrus ini dikendalikan oleh Lutheinizing Hormone (LH),

Folicle Stimulating Hormone (FSH), estrogen dan progesteron. Secara umum

MSG mempengaruhi FSH dan LH. Pada siklus estrus seharusnya produksi

FSH dan LH saling bekerja sama dalam mengendalikan siklus estrus yaitu

produksi FSH ditekan dan LH meningkat sehingga terjadi ovulasi. Namun

MSG mempengaruhi sekresi FSH dengan meningkatkan sekresi FSH dan

menekan LH. Hal ini menyebabkan ovulasi menjadi terhambat sehingga

membuat siklus estrus menjadi terganggu (Astirin dkk, 2002).

Hasil perpanjangan fase dalam satu siklus ini sesuai dengan teori yang

dikemukakan oleh Nalbandov (1990), menyatakan bahwa panjang pendek

suatu siklus estrus dikendalikan oleh sistem hormonal reproduksi melalui

poros hipotalamus-hipofisis-ovarium. Jika terjadi perubahan pada lama siklus

estrus, maka perubahan tersebut menunjukkan telah terjadi gangguan pada

mekanisme pengendalian poros hipotalamus tersebut.

Hasil tersebut juga didukung dengan teori yang dikemukakan oleh

Rusmiati (2010) bahwa kurangnya kadar estrogen dalam darah dapat

menghambat hipofisis dalam mensekresikan hormon gonadotropin (FSH)


38

melalui umpan balik negatif. Konsentrasi FSH yang rendah ini tidak cukup

untuk merangsang pertumbuhan folikel muda, sehingga tidak terjadi

pematangan folikel de graaf sehingga tidak terjadi ovulasi.


39

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan

bahwa pemberian monosodium glutamat (MSG) dapat menyebabkan

gangguan struktur histologi hasil ulas vagina berupa pengurangan diameter sel

epitel kornifikasi fase proestrus dan estrus. Pemberian MSG juga menyebakan

penambahan diameter epitel berinti fase proestrus serta memperpanjang waktu

siklus estrus mencit fase proestrus yaitu A0=5 jam, A1=6 jam, A2=8 jam,

A3=12 jam dan fase estrus yaitu A0=11 jam, A1=11 jam, A2=11 jam, dan

A3=18 jam.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, maka saran yang dapat diajukan adalah :

1. Perlu mempertimbangkan penggunaan Monosodim Glutamat (MSG) dalam

penggunaannya sebagai penyedap makanan sehari-hari mengingat dampak

yang ditimbulkan khususnya pada sistem reproduksi.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai struktur mikroskopis

vagina mencit (Mus musculus, L) yang berguna untuk mengetahui lapisan-

lapisan penyusun vagina mencit setiap tahapan siklus estrus dan kerusakan

yang terjadi akibat penggunaan monosodium glutamat (MSG).

39
40

3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai ekspresi gen terhadap

mekanisme hormon reproduksi mencit (Mus musculus, L) setelah

penggunaan monosodium glutamat (MSG).


41

DAFTAR PUSTAKA

Akbar, B., 2010, Tumbuhan dengan Kandungan Senyawa Aktif Yang Berpotensi
Sebagai Bahan Antifertilitas, Adabia Press, Jakarta.

...., 1998, Pengaruh Mangostin Terhadap Fertilitas Tikus Wistar Betina,


Tesis Magister Program Pasca Sarjana, ITB, Bandung.

Astirin, OP dan Mutmainah, 2002, Struktur histologi ovarium Tikus( Rattus


novergicus) Gravid setelah pemberian ekstrak Momordica charantina
L.Pharmacon, J. Sains, 1 (2) :26-31.

Busman, H., 2013, Histologi Ulas Vagina dan Waktu Siklus Estrus Masa Subur
Mencit Betina Setelah Pemberian Ekstrak Rimpang Rumput Teki,
Prosiding Semirata, FMIPA Universitas Lampung, 08 April 2013.

Champbell., A.N., Reece, J.B., dan Mitchell, L.G., 2004, Biologi edisi ke-5, Jilid
3, Erlangga, Jakarta.

Megawati,D., Sutarno, Shanti L., 2005, Siklus Estrus dan Struktur Histologis
Ovarium Tikus Putih (Rattus norvegicus, L.) Setelah Pemberian
Monosodium Glutamat (MSG) Secara Oral, J. B i o S MART, 7(I) : 47-52.

Donatus, C.A., 1991, Petunjuk Praktikum Toksikologi Laboratorium Farmakologi


dan Toksikologi, Fakultas Farmasi UGM, Yogyakarta.

Emmanuele, M.A.F., dan Wazemen., 2002, Alcohols Effecton Femeale Reproductive


Function, J. National Institute on Alcohol Abuse and Alcoholism 26(4) : 271-
281.

Rangkuti R. H., Suwarso E dan Anjelisa P., 2012, Pengaruh Pemberian


Monosodium Glutamat (Msg) Pada Pembentukan Mikronukleus Sel
Darah Merah Mencit, J. Pharmaceutics And Pharmacology, 2012, 1(1):
29-36

Garusu, E.H., 2010, Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Api-Api (Avicennia alba
Blume) Terhadap Kebuntingan Mencit (Mus musculus, L) Tahap
Praimplantasi, Skripsi, Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Haluoleo.

Gordon, I., 1994, Laboratory Production of Cattle Embryos, Biotechnology In


Agriculture Series, Dublin-Ireland.

Harlis, W.O., 2014, Penuntun Praktikum Fisiologi Reproduksi Hewan, Jurusan Biologi,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Halu Oleo,
Kendari.

41
42

Septadina, I.S., 2014, Pengaruh Monosodium Glutamate Terhadap Sistem Reproduksi,


Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya, Palembang, 16 Januari 2014.

Sitasiwi, A.J., 2008, Hubungan Kadar Hormon Estradiol 17-_Dan Tebal


Endometrium Uterus Mencit (Mus Musculus L.) Selama Satu Siklus
Estrus, J. Laboratorium Biologi Struktur Dan Fungsi Hewan Jurusan
Biologi Fmipa Undip, 38 (45) : 20-24

Karlina, Y., 2003, Siklus Estrus Dan Struktur Histologi Ovarium Tikus Putih
(Rattus Norvegicus) Setelah Pemberian Alprazolam, Tesis, Fakultas
Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sebelas Maret,
Surakarta.

Loliger, J., 2000, Function and Importance For Savory Of Foods, J. Nutrition,
130 : 915-920.

Maidawilis, 2010, Pengaruh Pemberian Monosodium Glutamat Terhadap Kadar


Follicle Stimulating Hormon dan LuteinizingHormon Mencit (Mus
musculus, L.) Betina Strain Jepang, Tesis, Universitas Andalas, Padang.

Muchsin, R., 2009, Pengaruh Pemberian Monosodium Glutamat Terhadap


Histologi Endometrium Mencit (Mus musculus, L.), Tesis Sekolah Pasca
Sarjana, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Nadjamudin, Rusdin, Sriyanto, Amrozi, S., Agungpriyono, dan T.L., Yusuf, 2010,
Penentuan Siklus Estrus Pada Kancil (Tragulus Javanicus) Berdasarkan
Berdasarkan Sitologi Vagina, J. Veteriner, 11: 81-86.

Nalbandov, A.V., 1990, Fisiologi Reproduksi Pada Mamalia dan Unggas,


Penerbit Universitas Indonesia (UI Press), Jakarta.

Nayanatara, A., dan Vinodini, N., (2008), Role Of Ascorbic Acid In Monosodium
Glutamat Mediated Effect On Testicular Weight, Sperm Morphology And
Sperm Count, In Rat Testis. J. Chinese Clinical Medicine, 3: 1-5.

Partodihardjo, S., 1995, Ilmu Reproduksi Hewan, Mutiara Sumber Widya, Jakarta.

Pizzi, W.J., Barnhart, J.E., dan Fanslow, D.J., (1997). Monosodium Glutamat
Administration To The Newborn Reduces Reproductive Ability In Female
And Male Mice. J. Science. 196: 452-454.

Priyambodo, S., 1995, Pengendalian Hama Tikus Terpadu, Penebar Swadaya,


Jakarta.
43

Rusmiati. 2010, Pengaruh Ekstrak Metanol Kulit Kayu Durian (Durio zibethinus
Murr) Pada Struktur Mikroanatomi Ovarium dan Uterus Mencit (Mus
Musculus L ) Betina, J, Sains dan Terapan Kimia, 4(1) : 15-18 Sugianto,
1996, Perkembangan Hewan, Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan,
Direktoral Jendral Pendidikan Tinggi, Jakarta.

Sugianto, 1996, Perkembangan Hewan, Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan,


Direktoral Jendral Pendidikan Tinggi, Jakarta.

Suparni, 2009, Pengaruh Pemberian Vitamin C Terhadap Jumlah Sperma dan


Morfologi Sperma Mencit Jantan Dewasa Yang dipaparkan Monosodium
Glutamat (MSG). Tesis Pascasarjana. Universitas Sumatra Utara.

Wakidi R.F., 2012, Pengaruh Pemberian Monosodium Glutamat (MSG) Pada


Pembentukan Mikronukleus Sel Darah Merah Mencit. J. Pharmaceutics
and Pharmacology. 1 (1): 29-36.
44

Lampiran 1. Hasil analisis Rata-rata Siklus Estrus

1.1 Fase proestrus mencit (Mus musculus)

Perlakuan Fase Proestrus (mg) Rata- Standar


(Dosis) 1 2 3 4 rata deviasi
A0 Kontrol 4 0 0 6 5 1,41
A1 0,012 mg 8 0 0 4 6 2,83
A2 0,015 mg 0 4 0 12 8 5,66
A3 0,018 mg 8 12 8 20 12 5,66

16
Rata-rata Fase Proestrus (mg)

14
12
10
8
6
4
2
0
A0 Kontrol A1 0,012 mg A2 0,015 mg A3 0,018 mg
Perlakuan

A0 A1
45

1.2 Fase estrus mencit (Mus musculus)


Perlakuan Fase Estrus (mg) Rata- Standar
(Dosis) 1 2 3 4 rata deviasi
A0 Kontrol 12 0 10 0 11 1,41
A1 0,012 mg 12 8 14 0 11 3,06
A2 0,015 mg 12 0 10 10 11 1
A3 0,018 mg 16 12 24 20 18 5,16

25
Rerata Fase Estrus (mg)

20

15

10

0
A0 Kontrol A1 0,012 mg A2 0,015 mg A3 0,018 mg
Perlakuan

A1
46

Lampiran 2. Data hasil analisis uji statisitika analisis varian (ANAVA) pada taraf
kepercayaan 95 %

2.1 Pengaruh pemberian Monosodium Glutamat (MSG) terhadap fase


proestrus mencit (Mus musculus)

Sumber derajat Jumlah Kuadrat


Keragaman bebas Kuadrat Tengah F-Hitung Nilai-P
(SK) (db) (JK) (KT)

Perlakuan 3 238,750 79,583 3,631 0,045

Galat 12 263,000 21,917

Total 15 501,750

Keterangan : Nilai-P< 0,05 (berpengaruh signifikan)

Nilai-P > 0,05 (tidak berpengaruh signifikan)

2.2 Pengaruh pemberian Monosodium Glutamat (MSG) terhadap fase


estrus mencit (Mus musculus)
Sumber derajat Jumlah Kuadrat
Keragaman bebas Kuadrat Tengah F-Hitung Nilai-P
(SK) (db) (JK) (KT)

Perlakuan 3 362,000 120,667 3,567 0,047

Galat 12 406,000 33,833

Total 15 768,000

Keterangan : Nilai-P< 0,05 (berpengaruh signifikan)

Nilai-P > 0,05 (tidak berpengaruh signifikan)


47

Lampiran 3. Data hasil analisis statistika uji lanjut BNT (Beda Nyata Terkecil)
pada taraf kepercayaan 95%

3.1 Pengaruh pemberian Monosodium Glutamat (MSG) terhadap fase


proestrus mencit (Mus musculus)
Perlakuan
Rerata Notasi BNT
(Dosis)

A0 Kontrol 5 A

A1 0,012 mg 6 B

A2 0,015 mg 8 C

A3 0,018 mg 11 d*

BNT 0,05(p,12) 1,243

3.2 Pengaruh pemberian Monosodium Glutamat (MSG) terhadap fase estrus


mencit (Mus musculus)
Perlakuan
Rerata Notasi BNT
(Dosis)

A0 Kontrol 11 a

A1 0,012 mg 11 a

A2 0,015 mg 11 a

A3 0,018 mg 18 b*

BNT 0,05(p,12) 1,243


48

Lampiran 4. Dokumentasi

Penimbangan Dosis Penyuntikan secara oral

Pengambilan sampel cairan vagina Pemberian Alkohol

Pewarnaan Pengamatan

Вам также может понравиться

  • Pap
    Pap
    Документ6 страниц
    Pap
    Fitri yanti
    Оценок пока нет
  • Survei TBC UNSRI
    Survei TBC UNSRI
    Документ14 страниц
    Survei TBC UNSRI
    Minarti Riska
    Оценок пока нет
  • Ulkus Dekubitus
    Ulkus Dekubitus
    Документ19 страниц
    Ulkus Dekubitus
    Fitri yanti
    0% (1)
  • LP DM
    LP DM
    Документ33 страницы
    LP DM
    Fitri yanti
    Оценок пока нет
  • LP Gastritis
    LP Gastritis
    Документ2 страницы
    LP Gastritis
    Fitri yanti
    Оценок пока нет
  • 3.bab I
    3.bab I
    Документ7 страниц
    3.bab I
    andaanda466
    Оценок пока нет
  • LP DM
    LP DM
    Документ20 страниц
    LP DM
    debonz_medic
    67% (3)
  • Skep Diabetes 1
    Skep Diabetes 1
    Документ20 страниц
    Skep Diabetes 1
    Fitri yanti
    Оценок пока нет
  • Pathway
    Pathway
    Документ3 страницы
    Pathway
    Fitri yanti
    Оценок пока нет
  • Asuhan Keperawatan Jiwa Dengan Gangguan Citra Tubuh
    Asuhan Keperawatan Jiwa Dengan Gangguan Citra Tubuh
    Документ18 страниц
    Asuhan Keperawatan Jiwa Dengan Gangguan Citra Tubuh
    Mohammad Kholil Sidik
    50% (2)
  • LP Gastritis
    LP Gastritis
    Документ2 страницы
    LP Gastritis
    Fitri yanti
    Оценок пока нет
  • Sustri Maylani
    Sustri Maylani
    Документ29 страниц
    Sustri Maylani
    Fitri yanti
    Оценок пока нет
  • Bumbu Tumis Jangek
    Bumbu Tumis Jangek
    Документ3 страницы
    Bumbu Tumis Jangek
    Fitri yanti
    Оценок пока нет
  • Daftar Tilik APn
    Daftar Tilik APn
    Документ9 страниц
    Daftar Tilik APn
    Fitri yanti
    Оценок пока нет
  • Asuhan Keperawatan Jiwa Dengan Gangguan Citra Tubuh
    Asuhan Keperawatan Jiwa Dengan Gangguan Citra Tubuh
    Документ18 страниц
    Asuhan Keperawatan Jiwa Dengan Gangguan Citra Tubuh
    Mohammad Kholil Sidik
    50% (2)
  • Tugas Buk Amel Sist, Muskolo
    Tugas Buk Amel Sist, Muskolo
    Документ38 страниц
    Tugas Buk Amel Sist, Muskolo
    Fitri yanti
    Оценок пока нет
  • Askep Pada Anak Dengan Thalasemia
    Askep Pada Anak Dengan Thalasemia
    Документ13 страниц
    Askep Pada Anak Dengan Thalasemia
    Gilank Prasetya
    67% (3)
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Документ25 страниц
    Bab Ii
    yaya
    Оценок пока нет
  • Makalah Trombosis
    Makalah Trombosis
    Документ13 страниц
    Makalah Trombosis
    Sodiqa Strida SaSi Twinz
    Оценок пока нет
  • Talasemia Anak
    Talasemia Anak
    Документ14 страниц
    Talasemia Anak
    Fitri yanti
    Оценок пока нет
  • An Sietas
    An Sietas
    Документ13 страниц
    An Sietas
    Fitri yanti
    Оценок пока нет
  • Hemostasis 1
    Hemostasis 1
    Документ16 страниц
    Hemostasis 1
    citra
    Оценок пока нет
  • Dislokasi Buk Amel
    Dislokasi Buk Amel
    Документ29 страниц
    Dislokasi Buk Amel
    Fitri yanti
    Оценок пока нет
  • Sustri Maylani
    Sustri Maylani
    Документ29 страниц
    Sustri Maylani
    Fitri yanti
    Оценок пока нет
  • Dislokasi Buk Amel
    Dislokasi Buk Amel
    Документ29 страниц
    Dislokasi Buk Amel
    Fitri yanti
    Оценок пока нет
  • Tugas Buk Amel Sist, Muskolo
    Tugas Buk Amel Sist, Muskolo
    Документ38 страниц
    Tugas Buk Amel Sist, Muskolo
    Fitri yanti
    Оценок пока нет
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Документ1 страница
    Daftar Isi
    Fitri yanti
    Оценок пока нет
  • Referat Genodermatosis
    Referat Genodermatosis
    Документ30 страниц
    Referat Genodermatosis
    Fitri yanti
    Оценок пока нет
  • Hemostasis 1
    Hemostasis 1
    Документ16 страниц
    Hemostasis 1
    citra
    Оценок пока нет
  • 5547 10764 2 PB PDF
    5547 10764 2 PB PDF
    Документ8 страниц
    5547 10764 2 PB PDF
    Grace Frechessa
    Оценок пока нет