Вы находитесь на странице: 1из 10

NAMA : SITTI RAHMAH MUSTAKIN

NIM : PO.71.4.203.15.1.042
D-IV ANALIS KESEHATAN

1. REGULATOR PADA REAKSI SISTEM KOMPLEMEN

Sistem komplemen adalah protein dalam serum darah yang bereaksi berjenjang
sebagai enzim untuk membantu sistem kekebalan selular dan sistem kekebalan
humoral untuk melindungi tubuh dari infeksi. Protein komplemen tidak secara khusus
bereaksi terhadap antigen tertentu, dan segera teraktivasi pada proses infeksi awal dari
patogen. Oleh karena itu sistem komplemen dianggap merupakan bagian dari sistem imun
bawaan. Walaupun demikian, beberapa antibodi dapat memicu beberapa protein
komplemen, sehingga aktivasi sistem komplemen juga merupakan bagian dari sistem
kekebalan humoral.
Komplemen yang biasanya disingkat dengan C adalah suatu faktor berupa protein
yang terdapat di dalam serum. Seperti namanya, complement berarti tambahan. Faktor ini
perlu ditambahkan dalam reaksi antigen dan antibodi, agar terjadi lisis antigen. Sistem
komplemen adalah suatu sistem yang terdiri dari seperangkat kompleks protein yang satu
dengan lainnya sangat berbeda. Pada kedaan normal komplemen beredar di sirkulasi.
darah dalam keadaan tidak aktif, yang setiap saat dapat diaktifkan melalui dua jalur yang
tidak tergantung satu dengan yang lain, disebut jalur klasik dan jalur alternatif.
Aktivasi sistem komplemen menyebabkan interaksi berantai yang menghasilkan
berbagai substansi biologik aktif yang diakhiri dengan lisisnya membran sel antigen.
Aktivasi sistem komplemen tersebut selain bermanfaat bagi pertahanan tubuh, sebaliknya
juga dapat membahayakan bahkan mengakibatkan kematian, hingga efeknya disebut
seperti pisau bermata dua. Bila aktivasi komplemen akibat endapan kompleks antigen-
antibodi pada jaringan berlangsung terus-menerus, akan terjadi kerusakan jaringan dan
dapat menimbulkan penyakit.
Protein komplemen di dalam serum darah merupakan prekursor enzim yang
disebut zimogen. Zimogen pertama kali ditemukan pada saluran pencernaan, sebuah
protease yang disebut pepsinogen dan bersifat proteolitik. Pepsinogen dapat teriris sendiri
menjadi pepsin saat terstimulasi derajat keasaman pada lambung.

Komponen Komplemen : Unsur pokok sistem komplemen diwujudkan oleh


sekumpulan komponen protein yang terdapat di dalam serum. Protein-protein ini dapat
dibagi menjadi protein fungsional yang menggambarkan elemen dari berbagai jalur, dan
protein pengatur yang menunjukkan fungsi pengendalian.
Berbagai protein dalam sistem komplemen :

PROTEIN BERAT MOLEKUL KADAR DALAM PLASMA


Jalur klasik
C1q 400.000 65 mg/ml
C1r 190.000 50 mg/ml
C1s 88.000 40 mg/ml
C4 200.000 640 mg/ml
C2 117.000 25 mg/ml
C3 185.000 1400 mg/ml
Jalur alternatif
Faktor B 93.000 200 mg/ml
Faktor D 23.000 2 mg/ml
C3 185.000 1400 mg/ml
Jalur serangan membran
C5 200.000 80 mg/ml
C6 128.000 75 mg/ml
C7 121.000 55 mg/ml
C8 154.000 55 mg/ml
C9 79.000 60 mg/ml
Protein pengatur
C1 inhibitor 85.000 20 mg/ml
C4b pengikat protein 570.000 250 mg/ml
Karboksipeptidase N 310.000 50 mg/ml
Faktor H 150.000 500 mg/ml
Faktor I 80.000 35 mg/ml
Properdin 180.000 (heterogen) 25 mg/ml
Protein S 71.000 600 mg/ml
(Dikutip dari Bellanti, 1985)

Komplemen sebagian besar disintesis di dalam hepar oleh sel hepatosit, dan juga
oleh sel fagosit mononuklear yang berada dalam sirkulasi darah. Komplemen C l juga dapat
di sintesis oleh sel epitel lain diluar hepar. Komplemen yang dihasilkan oleh sel fagosit
mononuklear terutama akan disintesis ditempat dan waktu terjadinya aktivasi.

Sebagian dari komponen protein komplemen diberi nama dengan huruf C: Clq, Clr,
CIs, C2, C3, C4, C5, C6, C7, C8 dan C9 berurutan sesuai dengan urutan penemuan unit
tersebut, bukan menurut cara kerjanya.

Komponen C3 mempunyai fungsi sangat penting pada aktivasi komplemen, baik


melalui jalur klasik maupun jalur alternatif. Konsentrasi C3 jauh lebih besar dibandingkan
dengan fraksi lainnya, hal ini menempatkan C3 pada kedudukan yang penting dalam
pengukuran kadar komplemen di dalam serum. Penurunan kadar C3 di dalam serum dapat
dianggap menggambarkan keadaan konsentrasi komplemen yang menurun. Juga
penurunan kadar C3 saja dapat dipakai sebagai gambaran adanya aktivasi pada sistem
komplemen.

Aktivasi Komplemen : Sistem komplemen dapat diaktifkan melalui dua jalur, yaitu
jalur klasik dan jalur alternatif. Aktivasi tersebut melalui suatu proses enzimatik yang terjadi
secara berantai, berarti produk yang timbul pada satu reaksi akan merupakan enzim untuk
reaksi berikutnya. Caranya ialah dengan dilepaskannya sebagian atau mengubah bangunan
kompleks protein tersebut (pro enzim) yang tidak aktif menjadi bentuk aktif (enzim). Satu
molekul enzim yang aktif mampu mengakibatkan banyak molekul komplemen berikutnya.
Cara kerja semacam ini disebut the one hit theory.

Secara garis besar aktivasi komplemen baik melalui jalur klasik maupun jalur
alternatif terdiri atas tiga mekanisme, a) pengenalan dan pencetusan, b) penguatan
(amplifikasi), dan c) pengakhiran kerja berantai dan terjadinya lisis serta penghancuran
membran sel (mekanisme terakhir ini seringkali juga disebut kompleks serangan membran)

Aktivasi jalur klasik dicetuskan dengan berikatannya C1 dan kompleks antigen-


antibodi, sedangkan aktivasi jalur alternatif dimulai dengan adanya ikatan antara C3b
dengan berbagai zat aktivator seperti dinding sel bakteri. Kedua jalur bertemu dan memacu
terbentuknya jalur serangan membran yang akan mengkibatkan lisisinya dinding sel
antigen.

Aktivasi Komplemen Jalur Klasik

Seperti telah disebutkan di atas, aktivasi komplemen melalui jalur klasik atau disebut
pula jalur intrinsik, dibagi menjadi 3 tahap.

Tahap pengenalan dan pencetusan


Pada tahap ini terjadi aktivasi C1. Komponen C1 terdiri atas tiga subunit, C1q, C1r
dan C1s. Perubahan sterik antibodi oleh antigen memungkinkan C1q untuk melekat
pada fragmen Fc antibodi tersebut. Perlekatan ini membuat C1q menjadi aktif yang
selanjutnya merubah proenzim C1r menjadi enzim yang aktif. Enzim C1s dari bentuk
pro-esterase kemudian diaktifkan menjadi bentuk esterase yang aktif. C1q, C1r dan C1s
dalam bentuk aktif ini oleh pengaruh ion Ca++ akan bereaksi menjadi satu unit C1qrs.
Komponen C1q mempunyai afinitas untuk reseptor dua kelas antibodi, yaitu IgG
dan IgM. Kemampuan imunoglobulin untuk mengikat komplemen juga sangat
bervariasi, IgM akan mengikat komplemen secara lebih efektif daripada IgG karena
hanya diperlukan 1 molekul IgM dibandingkan dengan 2 molekul IgG.
Tahap penguatan (amplifikasi)
Tahap ini ditandai oleh aktivasi C4, C2, dan C3. Clqrs esterase mampu bereaksi dan
mengaktifkan dua komponen komplemen berikutnya, yaitu C4 dan C2. Produk yang
dihasilkan dari pemecahan komponen komplemen, yang lebih besar dan melekat pada
dinding sel diberi tanda b dan yang lebih kecil yang berada dalam sirkulasi diberi tanda
a. C1qrs mengaktivasi C4 dan menguraikan C4 menjadi fragmen C4a dan C4b. Fragmen
C4b yang aktif akan melekat pada reseptor yang ada pada permukaan membran sel yang
telah disensitisasi atau dilekati oleh antibodi, sedangkan fragmen C4a yang tidak aktif
bebas bergerak di sekeliling sel atau dalam larutan yang mengandung sel yang telah
disensitisasi tersebut. C4b akan berikatan dengan C2 membentuk C4b2, dan selanjutnya
Clqrs akan mengaktifkan C2 yang telah berikatan dalam bentuk C4b2 menjadi C4b2b dan
C2a. C4b2b bersama dengan ion Mg++ membentuk kompleks yang disebut C3 konvertase
(terdapat perubahan nomenklatur, pada kepustakaan lama C3 konvertase masih disebut
C4b2a). C3 konvertase akan memecah C3 menjadi C3a dan C3b. Fragmen C3b akan
melekat pada reseptor yang ada pada permukaan membran sel dan membentuk
fragmen C4b2b3b yang disebut C3 peptidase atau C5 konvertase, sedangkan C3a bebas
menrupakan fragmen yang mempunyai aktivitas biologik. C5 konvertase ini akan bekerja
mengaktifkan komplemen berikutnya.

Tahap serangan membran


Tahap ini merupakan pengakhiran kerja berantai dan terjadi lisis serta
penghancuran membran sel (aktivasi C5, C6, C7, C8 dan C9). C3 peptidase atau disebut
juga C5 konvertase (C4b2b3b), akan memecah C5 menjadi C5a dan C5b. Fragmen C5b
inilah yang merupakan titik tolak penghancuran serta lisis membran sel, sedangkan C5a
bersama dengan C4a dan C3a berada bebas di dalam serum. Fragmen C5b akan
mengaktivasi C6 dan C7 membentuk C567 yang kemudian melekat pada permukaan
membran sel. Tiap kompleks C567 akan mengikat l molekul C8, yang kemudian mengikat
lagi 6 molekul C9. Dengan melekatnya komponen-komponen tersebut pada permukaan
membran sel akan terbentuk saluran-saluran pada lapisan fosfolipid permukaan
membran sel sehingga terjadi lisis osmotik.

Aktivasi Komplemen Jalur Alternatif

Aktivasi jalur alternatif atau disebut pula jalur properdin, terjadi tanpa melalui tiga
reaksi pertama yang terdapat pada jalur klasik (C1 ,C4 dan C2) dan juga tidak memerlukan
antibodi IgG dan IgM.
Pada keadaan normal ikatan tioester pada C3 diaktifkan terus menerus dalam
jumlah yang sedikit baik melalui reaksi dengan H2O2 ataupun dengan sisa enzim proteolitik
yang terdapat sedikit di dalam plasma. Komplemen C3 dipecah menjadi frclgmen C3a dan
C3b. Fragmen C3b bersama dengan ion Mg++ dan faktor B membentuk C3bB. Fragmen
C3bB diaktifkan oleh faktor D menjadi C3bBb yang aktif (C3 konvertase) (Lihat Gambar 5-2).
Pada keadaan normal reaksi ini berjalan terus dalam jumlah kecil sehingga tidak terjadi
aktivasi komplemen selanjutnya. Lagi pula C3b dapat diinaktivasi oleh faktor H dan faktor I
menjadi iC3b, dan selanjutnya dengan pengaruh tripsin zat yang sudah tidak aktif ini dapat
dilarutkan dalam plasma (lihat Gambar 5-3 ).

Tetapi bila pada suatu saat ada bahan atau zat yang dapat mengikat dan melindurlgi
C3b dan menstabilkan C3bBb sehingga jumlahnya menjadi banyak, maka C3b yang
terbentuk dari pemecahan C3 menjadi banyak pula, dan terjadilah aktivasi komplemen
selanjutnya. Bahan atau zat tersebut dapat berupa mikroorganisme, polisakarida
(endotoksin, zimosan), dan bisa ular. Aktivasi komplemen melalui cara ini dinamakan
aktivasi jalur alternatif. Antibodi yang tidak dapat mengaktivasi jalur klasik misalnya IgG4,
IgA2 dan IgE juga dapat mengaktifkan komplemen melalui jalur alternatif.

Jalur alternatif mulai dapat diaktifkan bila molekul C3b menempel pada sel sasaran.
Dengan menempelnya C3b pada permukaan sel sasaran tersebut, maka aktivasi jalur
alternatif dimulai; enzim pada permukaan C3Bb akan lebih diaktifkan, untuk selanjutnya
akan mengaktifkan C3 dalam jumlah yang besar dan akan menghasilkan C3a dan C3b dalam
jumlah yang besar pula. Pada reaksi awal ini suatu protein lain, properdin dapat ikut
beraksi menstabilkan C3Bb; oleh karena itu seringkali jalur ini juga disebut sebagai jalur
properdin. Juga oleh proses aktivasi ini C3b akan terlindungi dari proses penghancuran oleh
faktor H dan faktor I.

Tahap akhir jalur alternatif adalah aktivasi yang terjadi setelah lingkaran aktivasi C3.
C3b yang dihasilkan dalam jumlah besar akan berikatan pada permukaan membran sel.
Komplemen C5 akan berikatan dengan C3b yang berada pada permukaan membran sel dan
selanjutnya oleh fragmen C3bBb yang aktif akan dipecah menjadi C5a dan C5b. Reaksi
selanjutnya seperti yang terjadi pada jalur altematif (kompleks serangan membran).

Reseptor Fragmen Komplemen

Banyak aktivitas dari sistem komplemen yang diperantarai dengan terikatnya


fragmen komplemen pada reseptor spesifik yang terdapat pada permukaan beberapa jenis
sel. Reseptor spesifik ini dapat dibagi dalam 3 jenis fungsi, (a) reseptor untuk fragmen C3
pada permukaan membran sel saat terjadi proses aktivasi, (b) reseptor untuk fragmen C3a
dan C5a (anafilatoksin), yang menyebabkan reaksi inflamasi pada aktivitas komplemen, (c)
reseptor yang meregulasi aktivasi komplemen dengan berikatan pada fragmen komplemen
sehingga menghambat fungsinya.

Reseptor komplemen tipe 1 (CR1, reseptor C3b)


Reseptor ini mempunyai daya afinitas yang sangat kuat dengan fragmen
komplemen C3b dan C4b. Reseptor ini terdapat pada berbagai sel terutama pada
eritrosit, neutrofil, makrofag, eosinofil, sel T, sel B, dan sel dendrit folikular. CRl
sedikitnya mempunyai 3 fungsi penting, 1) regulator untuk aktivasi komplemen dengan
cara menghambat aktivasi C3 konvertase, 2) reseptor opsonin, meningkatkan fungsi
fagositosis leukosit untuk menghancurkan mikroorganisme yang ditempel C3b atau C4b,
3) pembersihan kompleks imun dari sirkulasi darah.

Reseptor komplemen tipe 2 (CR2)


Reseptor ini terdapat pada membran limfosit B, sel dendrit folikular, dan sel epitel.
Reseptor CR2 pada sel dendrit folikular berfungsi menarik kompleks antigen-antibodi ke
daerahgerminal centers juga merupakan reseptor permukaan untuk virus Epstein-Barr.

Reseptor komplemen tipe 3 (CR3, reseptor iC3b)


Reseptor ini spesifik untuk iC3b. Reseptor CR3 terdapat pada berbagai permukaan
membran sel antara lain neutrofil, fagosit mononuklear, sel mast dan sel NK. CR3
penting untuk fagositosis mikroorganisme atau partikel yang diselubungi oleh iC3b.

Reseptor komplemen tipe 4 (CR4)


Fungsi reseptor ini sama dengan reseptor CR3.

2. HIPERSENSITIVITAS TIPE I

Reaksi Alergi (Reaksi Hipersensitivitas) adalah reaksi-reaksi dari sistem kekebalan


yang terjadi ketika jaringan tubuh yang normal mengalami cedera/terluka. Mekanisme
dimana sistem kekebalan melindungi tubuh dan mekanisme dimana reaksi hipersensitivitas
bisa melukai tubuh adalah sama. Karena itu reaksi alergi juga melibatkan antibodi, limfosit
dan sel-sel lainnya yang merupakan komponen dalam system imun yang berfungsi sebagai
pelindung yang normal pada sistem kekebalan. Reaksi ini terbagi menjadi empat kelas (tipe
I IV) berdasarkan mekanisme yang ikut serta dan lama waktu reaksi hipersensitif.
Hipersensitivitas Tipe I, sebagai reaksi segera atau anafilaksis sering berhubungan
dengan alergi. Gejala dapat bervariasi dari ketidaknyamanan sampai kematian.
Hipersensitivitas tipe I ditengahi oleh IgE yang dikeluarkan dari sel mast dan basofil.
Hipersensitivitas Tipe II, muncul ketika antibodi melilit pada antigen sel pasien,
menandai mereka untuk penghancuran. Hal ini juga disebut hipersensitivitas sitotoksik,
dan ditengahi oleh antibodi IgG dan IgM.
Hipersensitivitas Tipe III, Kompleks imun (kesatuan antigen, protein komplemen dan
antibodi IgG dan IgM) ditemukan pada berbagai jaringan yang menjalankan reaksi
hipersensitivitas tipe III.
Hipersensitivitas Tipe IV, (juga diketahui sebagai selular) biasanya membutuhkan waktu
antara dua dan tiga hari untuk berkembang. Reaksi tipe IV ikut serta dalam berbagai
autoimun dan penyakit infeksi, tetapi juga dalam ikut serta dalam contact dermatitis.
Reaksi tersebut ditengahi oleh sel T, monosit dan makrofag.

Reaksi alergi bisa bersifat ringan atau berat. Kebanyakan reaksi terdiri dari mata
berair,mata terasa gatal dan kadang bersin. Pada reaksi yang esktrim bisa terjadi gangguan
pernafasan, kelainan fungsi jantung dan tekanan darah yang sangat rendah, yang
menyebabkan syok. Reaksi jenis ini disebut anafilaksis, yang bisa terjadi pada orang-orang
yang sangat sensitif, misalnya segera setelah makan makanan atau obatobatan
tertentu atau setelah disengat lebah, dengan segera menimbulkan gejala.

Alergi atau hipersensitivitas tipe I adalah kegagalan kekebalan tubuh di mana tubuh
seseorang menjadi hipersensitif dalam bereaksi secara imunologi terhadap bahan-bahan
yang umumnya imunogenik (antigenik)atau dikatakan orang yang bersangkutan bersifat
atopik. Dengan kata lain, tubuh manusia berkasi berlebihan terhadap lingkungan atau
bahan-bahan yang oleh tubuh dianggap asing dan berbahaya, padahal sebenarnya tidak
untuk orang-orang yang tidak bersifat atopik. Bahan-bahan yang menyebabkan
hipersensitivitas tersebut disebut alergen. Terdapat 2 kemungkinan yang terjadi pada
mekanisme reaksi alergi tipe I, yaitu :
Gambar 2 A : Alergen langsung melekat/terikat pada Ig E yang berada di permukaan
sel mast atau basofil, dimana sebelumnya penderita telah terpapar allergen sebelumnya,
sehingga Ig E telah terbentuk. Ikatan antara allergen dengan Ig E akan menyebabkan
keluarnya mediator-mediator kimia seperti histamine dan leukotrine.
Gambar 2 B : Respons ini dapat terjadi jika tubuh belum pernah terpapar dengan
allergen penyebab sebelumnya. Alergen yang masuk ke dalam tubuh akan berikatan
dengan sel B, sehingga menyebabkan sel B berubah menjadi sel plasma dan memproduksi
Ig E. Ig E kemudian melekat pada permukaan sel mast dan akan mengikat allergen. Ikatan
sel mast, Ig E dan allergen akan menyebabkan pecahnya sel mast dan mengeluarkan
mediator kimia. Efek mediator kimia ini menyebabkan terjadinya vasodilatasi, hipersekresi,
oedem, spasme pada otot polos. Oleh karena itu gejala klinis yang dapat ditemukan pada
alergi tipe ini antara lain : rinitis (bersin-bersin, pilek) ; sesak nafas (hipersekresi sekret),
oedem dan kemerahan (menyebabkan inflamasi) ; kejang (spasme otot polos yang
ditemukan pada anafilaktic shock).

Gambar 2. Mekanisme Reaksi Alergi Tipe 16


Keterangan : Alergen/eksogen nonspesifik seperti asap, sulfurdioksida, obat yang
masuk melalui jalan nafas akan menyebabkan saluran bronkus yang sebelumnya masih baik
menjadi meradang. Alergen diikat Ig E pada sel mast dan menyebabkan sel yang berada di
bronkus mengeluarkan mediator kimia (sitokin) sebagai respons terhadap alegen. Sitokin
ini mengakibatkan sekresi mukus, sehingga sesak nafas.
Adapun penyakit-penyakit yang disebabkan oleh reaksi alergi tipe I adalah :
Konjungtivitis
Asma
Rinitis
Anafilaktic shock

3. PENYEBAB DEMAM

Tanpa memandang etiologinya, jalur akhir penyebab demam yang paling sering
adalah adanya pirogen, yang kemudian secara langsung mengubah set-point di
hipotalamus, menghasilkan pembentukan panas dan konversi panas.
Pirogen berasal dari kata pyro yang artinya keadaan yang berhubungan dengan
panas, dan kata Gen yang artinya membentuk atau menghasilkan. Pirogen adalah suatu zat
yang menyebabkan demam, terdapat 2 jenis pirogen yaitu pirogen eksogen dan pirogen
endogen. Pirogen secara garis besar dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu pirogen
endogen, dan pirogen eksogen.
Pirogen endogen, adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam tubuh kita sendiri
sebagai reaksi kekebalan melawan kuman penyakit yang masuk ke tubuh. Misalnya
interleukin-1 (IL-1), interleukin-6 (IL-6), alpha-interferon, dan tumor necrosis factor
(TNF)
Pirogen eksogen, adalah faktor eksternal tubuh yang menyebabkan gangguan pada
fungsi tubuh manusia. Misalnya bagian dari sel bakteri dan virus. Selain itu, bisa juga
berupa zat racun (toksin) yang dihasilkan oleh bakteri atau virus tertentu.

Suatu pirogen apabila masuk ke dalam tubuh maka pirogen menjadi suatu benda
asing yang dapat menimbulkan respon imun berupa demam. Proses terjadinya demam
dimulai dari terpaparnya tubuh manusia terhadap pirogen eksogen yang kemudian akan
mengakibatkan terstimulasinya pirogen endogen untuk melindungi tubuh dan menciptakan
kekebalan melawan pirogen eksogen tersebut.
Pusat pengaturan suhu manusia (termoregulator) terletak di bagian otak yang
bernama hipotalamus dan batang otak. Termoregulator ini berfungsi untuk mengatur
produksi, konservasi, dan pengeluaran panas tubuh yang pada akhirnya akan menjaga
kestabilan suhu inti tubuh. Selama proses demam, suhu inti tubuh menjadi naik, akibatnya
termoregulator akan beradaptasi dengan cara membentuk setting point (titik pengaturan)
tersendiri yang lebih tinggi dari suhu normal. Dengan kata lain demam itu bertujuan untuk
menjaga agar proses termoregulasi tubuh tetap berjalan normal.
Mekanisme Pengaruh Pirogen Pada Timbulnya Demam : Seperti yang telah
diungkapkan sebelumnya, demam dapat timbul dari terpaparnya tubuh manusia terhadap
pirogen eksogen yang kemudian akan mengakibatkan terstimulasinya pirogen endogen
untuk melindungi tubuh dan menciptakan kekebalan melawan pirogen eksogen tersebut,
atau disebabkan pengaruh pirogen endogen itu sendiri. Contoh pirogen endogen yanga ada
dalam tubuh adalah interleukin-1 (IL-1), -interferon, dan tumor necrosis factor (TNF). IL-1
berperan penting dalam mekanisme pertahanan tubuh yaitu antara lain dapat
menstimulasi limfosit T dan B, mengaktivasi netrofil, merangsang sekresi reaktan
(Creactive protein, haptoglobin, fibrinogen) dari hepar, mempengaruhi kadar besi dan
seng plasma dan meningkatkan katabolisme otot. IL-1 bereaksi sebagai pirogen yaitu
dengan merangsang sintesis prostagalndin E2 di hipotalamus, yang kemudian bekerja pada
pusat vasomotor sehingga meningkatkan produksi panas sekaligus menahan pelepasan
panas, sehingga menyebabkan demam. TNF (cachectin) juga mempunyai efek metabolisme
dan berperan juga pada penurunan berat badan yang kadang-kadang diderita setelah
seseorang menderita infeksi. TNF bersifat pirogen melalui dua cara, yaitu efek langsung
dengan melepaskan prostaglandin E2 dari hipotalamus atau dengan merangsang
perlepasan IL-1. Sedangkan, alpha-interferon (IFN-) adalah hasil produksi sel sebagai
respons terhadap infeksi virus.
Prostaglandin yang dihasilkan pirogen-pirogen itu kemudian mensensitisasi reseptor
dan diteruskan oleh resptor sampai hypotalamus yang akan menyebabkan peningkatan
derajat standart panas hypotalamus (Hypotalamic Termostat). Peningkatan derajat
standart panas hypotalamus inilah yang akan memicu sistem pengaturan suhu tubuh
(termoregulation) untuk meningkatkan suhu, maka terjadilah demam.
Pada saat kita demam, sebenarnya tubuh juga mengeluarkan zat-zat tertentu untuk
membantu menurunkan demam. Misalnya arginine vasopressin (AVP), melanocyte-
stimulating hormone (MSH), dan corticotropin-releasing factor. Efek anti demam ini yang
menyebabkan terjadinya fluktuasi suhu tubuh selama kondisi demam. Untuk pengatasan
demam, penggunaan obat-obatan penurun panas harus dipertimbangkan sebaik-baiknya.
Beberapa prosedur menganjurkan menggunakan obat hanya pada saat demam mencapai
suhu yang sangat tinggi ataupun memberikan efek samping yang berbahaya, seperti
kerusakan sel-sel saraf atau kejang. Jadi tidak selalu proses demam membutuhkan
pengobatan dengan obat-obatan, namun bisa juga dengan hanya melakukan kompres
terhadap pasien. Kompres dengan menggunakan air hangat jauh lebih efektif dalam
menurunkan panas dibandingkan dengan kompres menggunakan air dingin ataupun
alkohol. Anak-anak lebih rentan terhadap terjadinya demam, karena respon tubuh
terhadap terjadinya infeksi masih belum sempurna. Dengan adanya infeksi ringan saja,
respon tubuh anak akan menimbulkan demam yang cukup tinggi. Lain halnya dengan orang
yang sudah lanjut usia, respon tubuh terhadap terjadinya infeksi sudah menurun, oleh
sebab itu, kemungkinan untuk menderita sakit maupun kematian akibat penyakit infeksi
menjadi meningkat pada orang tua. Prinsip kerja obat penurun panas umumnya yaitu
dengan menghambat biosintesis atau pembentukan prostaglandin. Contoh obatnya adalah
Parasetamol, Aspirin, dll.

Вам также может понравиться

  • Tugas Kelompok Fiqih
    Tugas Kelompok Fiqih
    Документ6 страниц
    Tugas Kelompok Fiqih
    Sitti Rahmah Mustakin
    Оценок пока нет
  • AMALIAH RAMADHAN
    AMALIAH RAMADHAN
    Документ2 страницы
    AMALIAH RAMADHAN
    Sitti Rahmah Mustakin
    Оценок пока нет
  • Mikrobiologi Molekuler
    Mikrobiologi Molekuler
    Документ13 страниц
    Mikrobiologi Molekuler
    Sitti Rahmah Mustakin
    Оценок пока нет
  • Mikologi Khusus
    Mikologi Khusus
    Документ7 страниц
    Mikologi Khusus
    Sitti Rahmah Mustakin
    Оценок пока нет
  • Membrane Transport
    Membrane Transport
    Документ13 страниц
    Membrane Transport
    Sitti Rahmah Mustakin
    Оценок пока нет
  • Jurnal Biosel Cakaran
    Jurnal Biosel Cakaran
    Документ19 страниц
    Jurnal Biosel Cakaran
    Sitti Rahmah Mustakin
    Оценок пока нет
  • Cakaran Biostatistika Judul
    Cakaran Biostatistika Judul
    Документ2 страницы
    Cakaran Biostatistika Judul
    Sitti Rahmah Mustakin
    Оценок пока нет
  • Uji Normalitas Dan Homogenitas Data
    Uji Normalitas Dan Homogenitas Data
    Документ28 страниц
    Uji Normalitas Dan Homogenitas Data
    Salman Alfarisi
    Оценок пока нет
  • Soal Osn
    Soal Osn
    Документ13 страниц
    Soal Osn
    Sitti Rahmah Mustakin
    Оценок пока нет
  • AMALIAH RAMADHAN
    AMALIAH RAMADHAN
    Документ2 страницы
    AMALIAH RAMADHAN
    Sitti Rahmah Mustakin
    Оценок пока нет
  • Pajangan
    Pajangan
    Документ5 страниц
    Pajangan
    Sitti Rahmah Mustakin
    Оценок пока нет
  • Cakaran Biostatistika Judul
    Cakaran Biostatistika Judul
    Документ2 страницы
    Cakaran Biostatistika Judul
    Sitti Rahmah Mustakin
    Оценок пока нет
  • Pajangan
    Pajangan
    Документ5 страниц
    Pajangan
    Sitti Rahmah Mustakin
    Оценок пока нет
  • Uji Normalitas Dan Homogenitas Data
    Uji Normalitas Dan Homogenitas Data
    Документ28 страниц
    Uji Normalitas Dan Homogenitas Data
    Salman Alfarisi
    Оценок пока нет
  • Ayo Menulis
    Ayo Menulis
    Документ3 страницы
    Ayo Menulis
    Sitti Rahmah Mustakin
    Оценок пока нет
  • Format Surat Izinnn
    Format Surat Izinnn
    Документ1 страница
    Format Surat Izinnn
    Sitti Rahmah Mustakin
    Оценок пока нет
  • Cakaran Mikosis Sistemik
    Cakaran Mikosis Sistemik
    Документ5 страниц
    Cakaran Mikosis Sistemik
    Sitti Rahmah Mustakin
    Оценок пока нет
  • Uji Kolmogorov
    Uji Kolmogorov
    Документ15 страниц
    Uji Kolmogorov
    Vanquish Vein
    Оценок пока нет
  • Refarat Mikosis Sistemik
    Refarat Mikosis Sistemik
    Документ13 страниц
    Refarat Mikosis Sistemik
    Sitti Rahmah Mustakin
    Оценок пока нет
  • Uji Kolmogorov Smirnov
    Uji Kolmogorov Smirnov
    Документ21 страница
    Uji Kolmogorov Smirnov
    SP SD
    Оценок пока нет
  • Cakaran Mikosis Sistemik
    Cakaran Mikosis Sistemik
    Документ5 страниц
    Cakaran Mikosis Sistemik
    Sitti Rahmah Mustakin
    Оценок пока нет
  • Format Surat Izinnn
    Format Surat Izinnn
    Документ1 страница
    Format Surat Izinnn
    Sitti Rahmah Mustakin
    Оценок пока нет
  • Kapita Selekta Mikrobiologi: Peranan Mikroorganisme Dalam Kehidupan Manusia
    Kapita Selekta Mikrobiologi: Peranan Mikroorganisme Dalam Kehidupan Manusia
    Документ5 страниц
    Kapita Selekta Mikrobiologi: Peranan Mikroorganisme Dalam Kehidupan Manusia
    Sitti Rahmah Mustakin
    Оценок пока нет
  • 01 Format Surat Izin Mengikuti Seleksi
    01 Format Surat Izin Mengikuti Seleksi
    Документ1 страница
    01 Format Surat Izin Mengikuti Seleksi
    Sitti Rahmah Mustakin
    Оценок пока нет
  • Ipa Vii.7
    Ipa Vii.7
    Документ3 страницы
    Ipa Vii.7
    Sitti Rahmah Mustakin
    Оценок пока нет
  • Cakaran Imunitas Alami
    Cakaran Imunitas Alami
    Документ4 страницы
    Cakaran Imunitas Alami
    Sitti Rahmah Mustakin
    Оценок пока нет
  • Tumor Marker at A Glance
    Tumor Marker at A Glance
    Документ38 страниц
    Tumor Marker at A Glance
    Sitti Rahmah Mustakin
    Оценок пока нет
  • Aqiqah
    Aqiqah
    Документ2 страницы
    Aqiqah
    Sitti Rahmah Mustakin
    Оценок пока нет
  • Aqiqah
    Aqiqah
    Документ2 страницы
    Aqiqah
    Sitti Rahmah Mustakin
    Оценок пока нет
  • DP
    DP
    Документ2 страницы
    DP
    Sitti Rahmah Mustakin
    Оценок пока нет