Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
INTERNASIOANL &PERUSAHAAN
MULTINASIONAL
1. Pengertian Perusahaan Multinasional
Menurut kamus ekonomi,perusahaan multinasional adalah sebuah
perusahaan yang wilayah operasinya meliputi sejumlah negara dan memiliki
fasilitas produksi dan pelayanan diluar negaranya sendiri (Rusmadi 2001). Ekspor-
impor dalam perdagangan internasional biasanya merupakan tahap awal dari
operasi internasional sebuah perusahaan. Perdagangan ini lalu di ikuti oleh para
perusahaan internasional lainnya seperti usaha patungan,penanaman modal asing
dan sistem lisensi. Pola bisnis demikian (usaha patungan, penanaman modal asing,
dan sistem lisensi) merupakan bentuk kegiatan dari perusahaan multinasional atau
multinational corporation(MNC).
Beberapa perusahaan-perusahaan besar yang mengembangkan bisnisnya ke
negara-negara lain, seperti ; Dow Chemical, IBM, Nike, dan banyak perusahaan-
perusahaan lain yang memiliki lebih dari setengah asetnya di luar negeri. Beberapa
bisnis lainya juga seperti ; Exxon Mobil, Fortune Brands, dan Colgate-Palmolive,
biasanya perusahaan menghasilkan lebih dari setengah dari hasil penjualan di luar
negeri.
2. Tujuan Perusahaan Multinasional
Tujuan atau motivasi perusahaan untuk bisa go internasional atau menjadi
perusahaan multinasional sebagai berikut:
1. Memperluas pasar
2. Penggunaan bahan baku dari negara asing,
3. Untuk mempertahankan kelangsungan suplai bahan baku dari berbagai Negara,
4. Penggunaan teknologi asing
5. Peningkatan efisiensi produksi
6. Menghindari hambatan politik dan peraturan pemerintah
7. Fluktuisasi foreign exchange market
8. Diversifikasi international
3. Manajemen Keuangan Perusahaan Multinasional dengan Perusahaan
Domestik
Perbedaan manajemen keuangan multinasional dengan manajemen
keuangan domestik terletak pada skup bisnis yang dilaksanakan. Perbedaan
tersebut menjadi inti munculnya kondisi-kondisi yang tidak terdapat pada
manajemen keuangan domestik seperti:
1. Perbedaan denominasi mata uang. Aliran kas dari anak perusahaan di berbagai
negara terdiri atas mata uang yang berbeda. Dengan demikian analisis nilai tukar
dan pengaruh perubahan nilai mata uang harus diperhatikan
2. Ramifikasi legal dan ekonomi, setiap negara dimana perusahan beroperasi
mempunyai institusi ekonomi dan politik yang berbeda, dan perbedaan ini
menimbulkan masalah yang serius bagi holding company.
3. Perbedaan bahasa, kemampuan berbahasa yang baik memungkinkan untuk
melakukan penetrasi pasar dengan mudah
4. Perbedaan budaya, perusahaan multinasional harus mempertimbangkan faktor
budaya terutama dalam penentuan tujuan, ketenaga kerjaan, dan kemampuannya
untuk memperoleh profit yang wajar.
5. Peranan pemerintah, memilki peran dalam menciptakan aturan dasar dan
partisipasi yang minim. Kondisi seperti ini mudah dijumpai di beberapa negara
maju, tetapi dibanyak negara berkembang peran pemerintah begitu besar dalam
transaksi international.
6. Risiko politik, adalah kumungkinan bahwa perusahaan multinasional diambil
alih oleh negara dimana perusahaan itu berada.
5. Ketentuan pembayaraan
Perusahaan induk kadang kala memaksa perusahaan anak untuk
mengirimkan dana dalam persentase tetap ( dihitung dari pendapatannya ).
Tindakan ini akan memperumit peramalan jumlah dana yang harus dikirimkan ke
perusahaan induk.
6. Nilai sisa
Besaranya nilai sisa ( salvage value ) proyek MNC memberikan pengaruh
yang signifikan terhadap NPV proyek. Apabila salvage value tidak tentu, maka
MNC tidak akan mengetahui dengan pasti nilai salvage value yang akan dipakai
dalam menghitung NPV perusahaan dan harus mengestimasikan ulang NPV
didasarkan pada perubahan salvage value tersebut.
7. Insentif pemerintahan negara asal
Proyek baru MNC diluar negeri dapat memberikan dampak yang
menguntungkan bagi kondisi perekonomian negara asal. Karena itu, investasi
berupa pendirian perusahaan anak di luar negeri sangat didukung oleh pemerintah
negara asal. Berbagai insentif ditawarkan oleh pemerintah negara asal, antara lain
berupa pinjaman dengan bunga rendah dan pengurangan tingkat pajak. Hal ini
mempengaruhi analisis pengangaran modal.
8. Biaya sosial
Suatu proyek perlu memasukkan biaya sosisl dalam perhitungan pengeluaran
operasional normal. Biaya sosial ini dapat berupa penyediaan tempat tinggal,
pendidikan, dan perawatan kesehatan bagi pekerja. Biaya-biaya ini dapat
diperhitungkan secara langsung dalam estimasi aliran kas periodik. Pengabaian
biaya sosial akan menghasilkan Keputusan penganggaran modal yang keliru.
9. Pengambilan oleh pemerintahan negara tuan rumah
Salah satu bentuk risiko bentuk negara yang akan dihadapi MNC adalah
diambilalihnya perusahaan anak oleh pemerintah setempat. Risiko seperti ini akan
mempengaruhi NPV. Karena itu perusahaan perlu memperkirakan NPV proyek,
sbelum diambil alih.
c. Kendala Etika
Tidak ada standar etika bisnis yang seragam dan berlaku bagi semua negara.
Suatu praktek bisnis yang dianggap tidak etis di suatu negara bisa saja dianggap
etis di negara lain.
Perusahaan yang sudah bertaraf internasional tentu tidak hanya terfokus pada
bisnis domestik saja. Pada dasarnya tidak ada perusahaan yang tidak terkait dengan
pasar internasional, kecuali negara tertutup yang tidak terkena dampak dari
aktivitas negara lain.
Sisi kanan neraca merupakan tugas dari seorang manajer keuangan dalam hal
mencari dana yang kemudian di investasikan pada neraca sisi kiri. Tujuan dari
pendanaan tersebut adalah memperoleh dana dengan biaya yang paling rendah.
Jadi tujuan dari seorang manajemen keuangan adalah memaksimalkan nilai
perusahaan.
NIM : 1400861201462
Akan tetapi, dari kedua sistem tersebut dapat dibagi-bagi lagi menjadi:
Sejarah sistem moneter internasional dimulai pada periode standar emas pada
tahun 1870 1914. Standar emas ini pertama kali diperkenalkan di negara Inggris
pada tahun 1870. Pada standar ini, setiap negara mengikatkan mata uangnya
dengan emas. Sistem nilai tukar yang dipakai adalah sistem kurs tetap ( fixed
exchange rate ). Pada periode ini, perdagangan relatif bebas, pergerakan modal
internasional tidak terhambat.
Oleh karena semua negara mengikatkan mata uangnya terhadap emas, cadangan
internasional yang harus dimiliki setiap bank sentral juga berupa emas. Peraturan
standar emas juga mengharuskan setiap negara untuk membebaskan ekspor dan
impor emas melewati tapal batas wilayahnya. Dengan adanya pengaturan ini,
dalam standar emas, seperti halnya dalam sistem mata uang cadangan, kurs semua
mata uang menjadi baku. Sebagai contoh, jika harga emas dari dollar ditetapkan
pada tingkat $35 per satu ons emas oleh Federal Reserve, sedangkan harga puond
ditetapkan 14,58 per satu ons oleh Bank of England, maka kurs dollar/pound pasti
konstan di tingkat ($35 per ons) : (14,58 per ons) = $2,40 per pound.
Periode antar perang (1918 1939) dimulai dengan adanya Perang Dunia I,
kemudian disusul dengan terjadinya The Great Depression di Amerika Serikat
pada tahun 1925 1931. Pada periode ini terjadinya fluktuasi nilai tukar dari
hampir setiap mata uang. Kemudian volume perdagangan dunia mengalami
kemerosotan.
Sistem Bretton Woods (1944 1971) dibentuk pada Konferensi di Bretton Woods,
New Hampshire pada tahun 1944. Tujuan Konferensi ini adalah reformasi sistem
moneter internasional. Pada tahun yang sama dibentuk Badan Moneter
Internasional ( International Monetary Fund, IMF). IMF merupakan sebuah
lembaga yang khusus didirikan untuk memantau dan menjaga beroperasinya sistem
moneter internasional yang diciptakan seusai Perang Dunia Kedua, dan sekaligus
berfungsi sebagai lembaga penyedia kredit bagi negara-negara yang tengah
menghadapi kesulitan jangka pendek pada neraca pembayaran mereka. Sistem
moneter yang digunakan adalah the adjustable peg exchange rate system , yaitu
sistem kurs tetap yang dapat disesuaikan. Akan tetapi sistem kurs tetap ini
memerlukan cadangan moneter internasional yang cukup besar.
Sistem Bretton Woods telah membuka peluang bagi dilakukannya perubahan nilai
tukar melampaui patokannya dalam skala cukup besar secara permanen bagi
negara-negara yang mengalami ketidakseimbangan fundamental. Namun
demikian, pada kenyataannya negara-negara industri enggan mengubah nilai
patokan mereka. Keenganan ini mengakibatkan ketidakseimbangan fundamental
dan sejumlah dampak sampingan; seperti mengacaukan fleksibilitas dalam
melakukan penyesuaian atas terjadinya ketidakseimbangan neraca pembayaran.
Sejak Maret 1973 neraca pembayaran Amerika Serikat mengalami defisit yang
cukup besar, sehingga sistem kurs tetap dibiarkan menjadi managed floating
exchange rate system . Lima tahun kemudian, April 1978, terdapat kesepakatan
Jamaika ( Jamaica Accord ) mengakui tatanan sistem nilai tukar mengambang.
Pembagian alokasi SDR ( Special Drawing Rate ) yang baru menetapkan
peningkatan kuota negara-negara di IMF.
1. Nilai asset negara lain yang berada di Amerika Serikat yang bernilai di atas
AS$ 3 milliar dijamin dalam obligasi US Treasury yang diperdagangkan
setiap hari di pasar internasional. Nilai asset tersebut memiliki tingkat
perubahan yang konstan tidak seperti di negara berkembang.
2. Asset negara lain di Amerika Serikat dinilai berdasarkan nilai buku sehingga
nilai perkiraannya dapat mencapai di atas AS$ 100 milliar. Nilai buku
berdasarkan nilai saat dilakukan pembelian dan dilakukan depresiasi sesuai
usia asset.
3. Asset Amerika Serikat di negara lain dilaporkan menghasilkan banyak
keuntungan misalnya dari bunga dividen investasi dollar.
4. Total utang Amerika Serikat sebesar 6% dari GDP Amerika Serikat.
Sedangkan biaya jasa untuk utang per tahunnya tidak mencapai 1 persen dari
niali ekspor barang dan jasa Amerika Serikat.
Utang luar negeri Amerika Serikat dalam bentuk AS$, sehingga untuk melunasi
utang tersebut Amerika Serikat dapat mencetak obligasi sejumlah yang diperlukan.
Negara berkembang yang utangnya tidak dengan mata uang sendiri tidak dapat
melakukan seperti Amerika Serikat.
Dalam prakteknya tidak semua mata uang dapat dengan mudah ditukarkan di pasar
dunia. Oleh karena itu konsep konvertibilitas berkaitan erat dengan perbedaan
antara hard and soft currencies.
Soft currency adalah mata uang yang tidak secara luas diterima sebagai media
dalam transaksi keuangan internasional. biasanya mata uang semacam ini ini tidak
memiliki pasar bebas atau valuta asing yang memperdagangkan.
Pasar gelap (black market) sering muncul dan beroprasi di luar kontror pemerintah.
Pada dasaranya pasar gelap adalah suatau pasar bebas yang berdampingan dengan
pasar resmi dan menawarkan konversi penuh dalam mata uang lokal kendati
ditambah premi yang cukup substantial diatas resmi.
Inggris telah menetapkan standar emas sepanjang abad ke-19, namun pada tahun
1870-an standar emas secara luas ditiru oleh Negara lain.
Nonsistem
Begitu dahsatnya perang dunia 1 pada tahun 1914 terbukti ikut menggoncangkan
stabilitas standar emas. Begitu perang tersebut berakhir, SMI dalam kondisi
berantakan. Sebagian besar mengalami fuktuasi yang tajam dan ekonomi Negara-
negara eropa rusak berat akibat perang
Apa yang terjadi ternyata adalah kekacauan moneter, maka muncullanlah sistem
kurs dirty float(mengambang dengan capur tangan pemerintah), runtuhnya blok-
blok mata uang, dan sistim yang disepakati pun hancur berantakan. Ini diperparah
dengan menjamurnya pengawasan devisa, tariff dan restriksi perdagangan lainnya.
Fenomena yang terakhir inilah yang dinamakan nonsistem dalam SMI, dimana
nilai mata uang ditentukan secara arbitrer oleh penguasa dan mekanisme pasar.
Devaluasi sterling di ikuti oleh 25 Negara yang mendevaluasi mata uangnya untuk
mempertahankan daya saing produk perdagangannya.
Untuk mencega kebijakan ekonomi yang destruktif dimasa mendatang, pada bulan
juli 1944 diadakan konferensi moneter international di Bretton Woods, new
hamphire. Konferensi ini dihadiri 44 negara dan berhasil menciptakan dua lembaga
baru yaitu Dana Moneter Internasional (IMF) dan bank dunia (IBRD), yang
bertugas melaksanakan SMI baru yang dikenal dengan nama Bretton Woods. Peran
kunci emas dalam sistem Bretton Woods sering dikaitkan dengan konvertibilitas
dolar AS terhadap emas pada harga yang konstan.
Kelemahan dari dua sistem ini adalah menyebarnya dampak kebijakan moneter AS
ke Negara lain, bila AS menjalankan kebijakan ekspansi moneter, Negara lain mau
tidak mau harus melakukan kontraksi moneter agar dapat mempertahankan kurs
parinya.
Sistem Bretton Woods runtuh akibat adanya dilemma trifin. Dolar tidak dapat
dipertahankan sebagai komponen persetujuan Bretton Woods dan pensuplai
likuiditas yang diperlukan SMI karena defisit neraca pembayaran AS membengkak
dan krisis kepercayaan terhadap dolar sebagao mata uang cadangan.
Dunia berlalih mengatur kurs mengambang pada tahun 1973. Transisi menuju
sistem kurs mengambang (floating exchange rates) tidak melalui peretujuan
normalseperti saat sistem kurs tetap ala Bretton woods dicanangkan. Sistem ini
terjadi karena sistem sebelumnya telah runtuh dan tidak ada persetujuan normal
formal untuk menggantikan sistem lama.
Dalam sistem ini, suatu Negara mengaitkan nilai mata uangnya dengan suatu mata
uang lain atau sekelompok mata uang, yang biasanya merupakan mata uang
partner dagang yang utama.
Dalam sistem ini, suatu Negara melakukan sedikit perubahan dalam nilai mata
uang secara periodikdengan tujuan untuk bergerak menuju suatu nilai tertentu pada
retang waktu tertentu.
Dalam sistem ini suatu Negara mengumumkan suatu kurs tertentu atas mata
uangnya dan menjaga kurs ini dengan menyetujui untuk membeli atau menjual
valas dalam jumlah tidak terbatas pada kur tersebut. Kurs biasanya tetap atau
diperbolekan berfluktuasi dalam batas yang sangat sempit. Saat ini boleh dikatakan
tidak ada Negara yang masih menerapkan sistem kurs yang kaku semacam ini.