Вы находитесь на странице: 1из 11

Yuni Anjarwati

04011181520039

Analisis masalah
1. bagaimana mekanisme lupa ?
Ny. Y hipertensi dan DM Atherosklerosis dan penurunan NO Vasokontriksi
hipoperfusi hipoksia infark jaringan otak infark lakunar lobus temporalis
gangguan pusat memori lupa

Hipertensi merupakan faktor risiko mayor/utama/potensial. Hipertensi


dapat mengakibatkan pecahnya maupun menyempitnya pembuluh darah otak.
Pecahnya pembuluh darah otak akan menimbulkan perdarahan, dan ini sangat
fatal karena akan terjadi interupsi aliran darah ke bagian distal disamping itu
darah ekstravasal akan tertimbun sehingga akan menimbulkan tekanan intra
kranial yang meningkat sedangkan menyempitnya pembuluh darah otak akan
menimbulkan terganggunya aliran darah ke otak dan sel-sel otak akan
mengalami kematian

Diabetes Mellitus akan berakibat menebalkan pembuluh darah otak


yang berukuran besar. Penebalan ini akan berakibat terjadinya penyempitan
lumen pembuluh darah sehingga akan mengganggu aliran darah serebral
dengan akibat terjadinya iskemia dan infark.

Penurunan fungsi kognitif pada pasien post stroke dapat muncul dalam
bentuk yang ringan sepertimild cognitive impairment sampai dengan kepada
yang berat seperti demensia. Tipe dan keparahan gangguan kognitif yang
muncul bermacam-macam tergantung dengan lokasi otak yang terkena dan
seberapa parah jaringan otak yang rusak. Akumulasi infark-infarklakunar, lesi-
lesi iskemik dan hipoperfusi serebral merupakan penyebab utama gangguan
kognitif/demensia post stroke. Tipe stroke yang terjadi umumnya melibatkan
koneksi-koneksi antara area-area pada korteks yang mengasosiasikan berbagai
macam informasi,sehingga disrupsi pada bagian itu akan menyebabkan
gangguan kognisi. Secara kuantitatif, volume stroke/lesi stroke sebesar 10 ml
sampai dengan 50 ml (1% - 4%volume otak) sudah cukup untuk menimbulkan
gangguan kognitif atau demensia.Gangguan kognitif atau demensia juga dapat
terjadi pada volume lesi yang lebih kecil jika terjadi pada area hipotalamus,
talamus, batang otak atau hipokampus.
Secara umum apabila terjadi gangguan pada otak, maka seseorang
akan mengalami gejala yang berbeda, sesuai dengan yang terganggu yaitu
(Stuart and Sundeen, 1995):

a. Gangguan pada lobus frontalis, akan ditemukan gejala-gejala


kemampuan memecahkan masalah berkurang, hilang rasa sosial dan
moral, impilsif, regresi.

b. Gangguan pada lobus temporalis akan ditemukan gejala amnesia dan


demensia.

c. Gangguan pada lobus parietalis dan oksipitalis akan ditemukan gejala


yang hampir sama, tapi secara umum akan terjadi disorientasi.

d. Gangguan pada sistim limbik akan menimbulkan gejala yang bervariasi


seperti gangguan daya ingat, memori, dan disorientasi.

Bila kerusakan telah terjadi pada lobus frontal, mempelajari kapasitas,


memori, atau fungsi intelektual kortikal yang lebih tinggi mungkin rusak.
Disfungsi ini dapat ditunjukkan dalam lapang perhatian terbatas, kesulitan
dalam pemahaman, lupa, dan kurang motivasi, yang menyebabkan pasien ini
menghadapi masalah frustasi dalam program rehabilitasi mereka. Depresi
umum terjadi dan mungkin diperberat oleh respons alamiah pasien terhadap
penyakit katastrofik ini. Masalah psikologik lain juga umum terjadi dan
dimanifestasikan oleh labilitas emosional, bermusuhan, frustasi, dendam, dan
kurang kerja sama.

2. Bagaimana hubungan riwayat penyakit penyakit Ny. Y Dengan penyakit yang


dialami sekarang

Penurunan fungsi kognitif dan demensia lebih sering ditemui pada pasien yang
memiliki riwayat hipertensi kronik. Hipertensi dapat menyebabkan demensia
karena, peningkatan tekanan darah pada penderita hipertensi akan menyebabkan
perburukan kemampuan autoregulasi otak karena peningkatan tekanan sistolik
dan diastolik mempengaruhi pembuluh darah di otak. Selain itu, hipertensi juga
menurunkan vasoreaktif pembuluh darah di otak. Jadi, hipertensi pada pembuluh
darah yang besar menyebabkan aterosklerotik, sedangkan pada pembuluh darah
yang kecil menyebabkan interna vaskular remodeling. Penyempitan dan
sklerosis di arteri kecil menyebabkan hipoperfusi , kehilangan autoregulasi,
penurunan sawar otak, pada akhirnya terjadi proses demyelinisasi whitematter
subcortical, mikroinfark, dan penurunan kognitif.

Pada diabetes melitus juga terjadi gangguan mikrovaskular dan jika terjadinya
diotak dapat menyebabkan hipoperfusi sehingga terjadi infark. Akibatnya
terjadi gangguan fungsi kognitif.

Pada DM biasanya diikuti adanya kerusakan pada fungsi endotel dan


permeabilitas dan sawar darah otak yang akan mengakibatkan terjadinya
gangguan sirkulasi serta metabolisme pada otak.

Pada pasien dengan DM tipe 2 sangat berhubungan dengan penyakit


mikrovaskuler yang bermanisfestasi sebagai hiperintensitas dari area putih dan
aliran darah di otak yang mengalami disregulasi. Serta diperlihatkan adanya
bagian sel neuron yang hilang terutama pada area frontal dan temporal. Pasien
DM mempunyai area putih dan abu-abu yang mengecil.
Hipertensi

Tekanan darah Perubahan vasoreaktif


terus menerus pembuluh darah otak
tinggi

Gangguan Endotelin 1 Endothelial Nitrit


autoregulasi meningkat Oxide Syntase
(eNOS menurun)

Pembuluh darah
otak terganggu Nitrit Oxide
menurun

Tunica intima
dan media Vasokonstriksi
menebal

Arterosklerosis

Hipoperfusi

Infark otak

Gangguan fungsi
kognisi / fungsi luhur
(Demensia vaskular)
Hiperglikemia

Diasilgliserol (DAG) Glukosa punya


intrasel dan PKC gugus aldehid
(PKC) meningkat

Berikatan kovalen
Memperngaruhi kovalen dengan
endotel protein

Perubahan
vasoreaktif Terbentuk AGEs

Arterosklerosis
Endothelial Nitrit Endotelin 1
Oxide Syntase meningkat
(eNOS menurun)

Vasokonstriksi

Sirkulasi darah otak terganggu

Gangguan fungsi kognitif


(demensia vaskular)

STROKE GANGGUAN KOGNITIF

Otak bekerja secara keseluruhannya dengan menggunakan fungsi dari


seluruh bagian. Proses mental manusia merupakan sistem fungsional komplek dan
tidak dapat dialokasikan secara sempit menurut bagian otak terbatas, tetapi
berlangsung melalui partisipasi semua struktur otak. Sehingga kerusakan pada sel
otak yang diakibatkan oleh suatu keadaan atau penyakit dapat mengakibatkan
gangguan pada proses mental tersebut.
Baik stroke iskemik maupun hemoragik dapat mengakibatkan kerusakan
bahkan sampai kematian sel otak. Akibat dari keadaan tersebut dapat timbul suatu
kelainan klinis sebagai akibat dari kerusakan sel otak pada bagian tertentu tetapi
juga dapat berakibat terganggunya proses aktivitas mental atau fungsi kortikal luhur
termasuk fungsi kognitif.
Fungsi kognitif yang terganggu akibat penyakit vaskular disebut Rockwood
(1997) sebagai gangguan kognitif vaskular yang dipengaruhi oleh faktor risiko
vaskular. Gangguan kognitif ini dapat menjadi awal dari terjadinya demensia
vaskular, sehingga dapat dicegah dari kemunduran lebih lanjut. Demensia vaskular
termasuk demensia yang dapat dicegah, sehingga sangat penting mengetahui faktor
risiko dan faktor-faktor lain yang mempengaruhinya.
Banyak penelitian yang telah dilakukan mengenai gangguan kognitif dan
demensia pasca stroke. Zhu dkk (1998) dalam penelitiannya mengatakan bahwa
stroke selain berhubungan dengan disability (ketidakmampuan) juga berhubungan
dengan perkembangan demensia. Tipe stroke silent merupakan faktor risiko penting
untuk terjadinya gangguan kognitif. Dari hasil penelitiannya dikatakan bahwa stroke
juga berhubungan dengan terjadinya gangguan kognitif tanpa adanya demensia.
Pasien stroke iskemik yang dirawat mempunyai risiko paling sedikit lima kali untuk
terjadinya demensia. Mekanisme yang mendasari hubungan tersebut ada beberapa.
Pertama stroke secara langsung atau sebagian penyebab utama demensia, ang
secara umum diklasifikasikan sebagai demensia multi infark atau demensia vaskular.
Kedua adanya stroke memacu onset terjadinya demensia Alzheimers. Lesi vaskular
pada otak termasuk perubahan pada substansi alba, lesi degenerasi Alzheimers dan
usia sendiri berpengaruh pada perkembangan dari demensia.
Kuller dkk (1998) mengatakan bahwa hubungan antara penyakit vaskular dan
demensia telah berkembang dengan peningkatan penggunaan MRI dan CT, yang
menunjukkan bahwa patologi vaskular subklinik di otak seperti infark silent dan
perubahan substansia alba adalah kemungkinan penyebab vaskular yang
dihubungkan dengan penurunan kognitif dan demensia.
Pohjasvaara dkk (1998) mengatakan bahwa faktor risiko demensia yang
dihubungkan dengan stroke belum diketahui secara lengkap, berbagai faktor
gambaran stroke (dysphasia, sindrom stroke dominan), karakteristik penderita
(tingkat pendidikan) dan penyakit kardiovaskular yang mendahului berperan
terhadap risiko tersebut. Pohjasvaara dkk (1998) dalam penelitian lainnya
mengatakan bahwa penurunan kognitif dan demensia sering terjadi pada pasien
stroke iskemik, dan frekuensinya meningkat dengan meningkatnya usia.
Hasil penelitian Pohjasvaara didapatkan penurunan fungsi kognitif yang
terjadi tiga bulan pasca stroke adalah 56,7% untuk paling sedikit 1 kategori, 31,8%
untuk penurunan 2 atau 3 kategori, dan penurunan lebih dari 4 kategori ada 26,8%.
Gangguan kognitif vaskular dipengaruhi oleh faktor risiko vaskular, sehingga
memungkinkan untuk dilakukan pencegahan. Dari penelitian Desmond dkk (1993)
dikatakan bahwa faktor risiko spesifik penyakit serebrovaskular berhubungan
dengan disfungsi kognitif. Dari analisa regresi logistik didapatkan antara lain bahwa
diabetes berhubungan dengan visuospasial, sedangkan hiperkolesterolemi
berhubungan kuat dengan disfungsi memori.
Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa stroke menimbulkan gangguan
fungsi kognitif dari yang sangat ringan sampai dengan yang berat, atau sampai
keadaan demensia. Untuk melihat adanya gangguan fungsi kognitif dapat diperiksa
dengan Tes Mini Mental (TMM) atau MMSE (Mini-Mental State Examination), di
mana dapat ditemukan skor yang menurun pada satu dominan atau lebih. Sedang
untuk keadaan demensia, harus ditegakkan dengan kriteria demensia dari DSM IV
(Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders IV) dari American Psychiatric
Association tahun 1994.

3. Interpretasi pemeriksan fisik?

GCS : 15 Compos mentis


Skor 14-15 : compos mentis
Skor 12-13 : apatis
Skor 11-12 : somnolen
Skor 8-10 : stupor
TD : 170/100 Hipertensi stage 2
Sistolik Diastolik
Kategori
(mmHg) (mmHg)
Normal < 130 < 85
Normal
130 139 85 89
Tinggi
Hipertensi
Derajat 1 140 159 90 99
Derajat 2 160 179 100 109
Derajat 3 180 209 110 119
Derajat 4 > 210 > 120
NADI : 80x/menit Normal (60-100)
RR : 20Xmenit Normal
Temperatur : 37,2 Normal (36,5-37,2)

LI
1. DD
1. Penyakit Alzheimer

Biasanya demensia vaskular telah dibedakan dari demensia tipe


Alzheimer denganpemburukan yang mungkin menyertai penyakit
serebrovaskular selama satu periode waktu. Walaupun pemburukan yang jelas
dan bertahap mungkin tidak ditemukan pada semua kasus, gejala neurologis
fokal adalah lebih sering pada demensia vaskular dibandingkan pada demensia
tipe Alzheimer, demikian juga faktor risiko standar untuk penyakit
serebrovaskular.3

Berikut adalah perbandingan antara demensia vaskular dan penyakit Alzheimer.

Gejala klinik Demensia vaskular Penyakit Alzheimer


Riwayat penyakit TIA, stroke, faktor resiko Kurang
atherosklerosis aterosklerosis seperti
Diabetes melitus, hipertensi

Onset Mandadak atau bertahap Bertahap


Progresivitas Perlahan atau bertahap Penurunan perlahan dan
seperti tangga progresif
Pemeriksaan Defisit neurologi Normal
neurologi
Langkah Selalu terganggu Biasanya normal
Memori Kemunduran ringan pada fase Prominen pada fase awal
awal
Fungsi eksekutif Dini dan kemunduran yang Kemunduran lambat
nyata
Skor iskemik 7 4
Hachinski
Neuroimaging Infark atau lesi substansia Normal atau atrofi
alba hipokampus

1. Penurunan kognitif akibat usia


Apabila usia meningkat, terjadi kemunduran memori yang ringan. Volume otak
akan berkurang dan beberapa sel saraf atau neurons akan hilang.

2. Depresi
Biasanya orang yang depresi akan pasif dan tidak berespon. Kadang-kadang
keliru dan pelupa.

3. Delirium
Adanya kekeliruan dan perubahan status mental yang cepat. Individu ini
disorientasi, pusing, inkoheren. Delirium disebabkan keracunan atau infeksi yang
dapat diobati. Biasanya sembuh sempurna setelah penyebab yang mendasari
diatasi

4. Kehilangan memori
Antara penyebab kehilangan memori yang lain adalah:
Malnutrisi
Dehidrasi
Fatigue
Depresi
Efek samping obat
Gangguan metabolik
Trauma kepala
Tumor otak jinak
Infeksi bakteri atau virus
Parkinson

Dimensia pada Dimensia vascular Dimensia pada


penyakit alzheimer penyakit pick
Gejala dimensia + + + progresif
Onset Biasanya sulit Suatu onset -
ditentukan waktunya mendadak atau
yang persis deteriorasi yang
bertahap
Gangguan kognitif + + +
Faktor risiko stroke - + -
Atrofi lobus frontalis - ? +
Predisposisi + + ?
hipertensi
Adanya badan pick - - +

2. Diagnosis kerja
Ny. Y usia 66 tahun diduga menderita demensia vaskular karena stroke, DM, dan
hipertensi

Aksis I : Demensia Vaskular


Aksis II : tidak ada diagnosis
Aksis III : penyakit sistem sirkulasi: stroke, hipertensi,DM
Aksis IV : Tidak ada stressor
Aksis V : GAF Scale 50-41: gejala berat, disabilitas berat

3. Definisi

Demensia menurut WHO adalah sindrom neurodegeneratif yang timbul


karena adanya kelainan yang bersifat kronis dan progesifitas disertai dengan
gangguan fungsi luhur multiple seperti kalkulasi, kapasitas belajar, bahasa, dan
mengambil keputusan. Kesadaran pada demensia tidak terganggu. Gangguan fungsi
kognitif biasanya disertai dengan perburukan kontrol emosi, perilaku, dan motivasi.

Demensia vaskular adalah penurunan kognitif dan kemunduran fungsional


yang disebabkan oleh penyakit serebrovaskuler, biasanya stroke hemoragik dan
iskemik, juga disebabkan oleh penyakit substansia alba iskemik atau sekuale dari
hipotensi atau hipoksia.

4. Pencegahan dan edukasi


Hal yang dapat kita lakukan untuk menurunkan resiko terjadinya demensia
diantaranya adalah menjaga ketajaman daya ingat dan senantiasa mengoptimalkan
fungsi otak, seperti :
1. Mencegah masuknya zat-zat yang dapat merusak sel-sel otak seperti alkohol dan
zat adiktif yang berlebihan
2. Membaca buku yang merangsang otak untuk berpikir hendaknya dilakukan
setiap hari.
3. Melakukan kegiatan yang dapat membuat mental kita sehat dan aktif
4. Kegiatan rohani & memperdalam ilmu agama.
5. Tetap berinteraksi dengan lingkungan, berkumpul dengan teman yang memiliki
persamaan minat atau hobi
6. Mengurangi stress dalam pekerjaan dan berusaha untuk tetap relaks dalam
kehidupan sehari-hari dapat membuat otak kita tetap sehat.
EDUKASI
1. Pelajari lebih dalam tentang demensia.
2. Curahkan kasih sayang dan berusaha untuk tenang dan sabar dalammenghadapi
penderita
3. Berusaha memahami apa yang dirasakan penderita.
4. Perlakukan penderita demensia sebagaimana biasa, tetap hormati danusahakan untuk
tidak berdebat dengan penderita.
5. Bantu penderita dalam melakukan aktivitas sehari-hari yang lambat laun akan
mengalami penurunan.
6. Menjalani kegiatan mandi, makan, tidur dan aktivitas lainnya secara rutin, bisa
memberikan rasa keteraturankepada penderita.
7. Mempertahankan lingkungan yang familiar akan membantu penderita
tetapmemiliki orientasi.
8. Kalender yang besar, cahaya yang terang, jamdinding dengan angka-angka yang besar
atau radio juga bisa membantu penderita tetap memiliki orientasi.
9. Menyembunyikan kunci mobil dan memasang detektor pada pintu bisamembantu
mencegah terjadinya kecelekaan pada penderita yang senang berjalan-jalan
5. Prognosis
Vitam Fungsionam Dubia Ad Malam

1. Prognosis demensia vaskular lebih bervariasi dari penyakit Alzheimer


2. Beberapa pasien dapat mengalami beberapa siri stroke dan kemudian bebas
stroke selama beberapa tahun jika diterapi untuk modifikasi faktor resiko dari
stroke.
3. Berdasarkan beberapa penelitian, demensia vaskular dapat memperpendek

jangka hayat sebanyak 50% pada lelaki, individu dengan tingkat edukasi yang
rendah dan pada individu dengan hasil uji neurologi yang memburuk
4. Penyebab kematian adalah komplikasi dari demensia, penyakit kardiovaskular

dan berbagai lagi faktor seperti keganasan.


6. Skdi
Demensia vaskuler
2 Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan pemeriksaan tambahan yang diminta oleh dokter (misalnya : pemeriksa
anlaboratorium sederhana atau X-ray). Dokter mampu merujuk pasien secepatnya
kespesialis yang relevan dan mampu menindaklanjuti sesudahnya

Вам также может понравиться