Вы находитесь на странице: 1из 15

TUGAS SBK

SEJARAH BEBERAPA TARIAN DAERAH DI


INDONESIA

Nama :

Kelas : IV

No. Absen :

MI DARUL ULUM

TAHUN PELAJARAN 2016-2017


1. Tari Saman dari Aceh

Mengapa tarian ini dinamakan tari Saman? Tarian ini di namakan Saman karena
diciptakan oleh seorang Ulama Gayo bernama Syekh Saman pada sekitar abad XIV Masehi,
dari dataran tinggi Gayo. Awalnya, tarian ini hanyalah berupa permainan rakyat yang
dinamakan Pok Ane. Namun, kemudian ditambahkan iringan syair-syair yang berisi puji-
pujian kepada Allah SWT, serta diiringi pula oleh kombinasi tepukan-tepukan para penari. Saat
itu, tari saman menjadi salah satu media dakwah.

Pada mulanya, tari saman hanya ditampilkan untuk even-even tertentu, khususnya pada
saat merayakan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Biasanya, tari saman ditampilkan
di bawah kolong Meunasah (sejenis surau panggung). Namun seiring perkembangan zaman,
tari Saman pun ikut berkembang hingga penggunaannya menjadi semakin sering dilakukan.
Tari Saman biasanya ditampilkan dipandu oleh seorang pemimpin yang lazimnya disebut
Syekh. Penari Saman dan Syekh harus bisa bekerja sama dengan baik agar tercipta gerakan
yang kompak dan harmonis. Sebelum Saman dimulai, tampil pemuka adat untuk mewakili
masyarakat setempat. Pemuka adat memberikan nasehat-nasehat yang berguna kepada para
pemain dan penonton. Syair-syair yang dilantunkan dalam tari Saman juga berisi petuah-petuah
dan dakwah. Kini, tari saman dapat digolongkan sebagai tari hiburan/pertunjukan karena
penampilan tari tidak terikat dengan waktu, peristiwa atau upacara tertentu. Tari Saman dapat
ditampilkan pada setiap kesempatan yang bersifat keramaian dan kegembiraan, seperti pesta
ulang tahun, pesta pernikahan, atau perayaan-perayaan lainnya. Untuk tempatnya, tari Saman
biasa dilakukan di rumah, lapangan, dan ada juga yang menggunakan panggung.
2. Tari Ajat Temuai Datai dari Kalimantan

"Ajat Temuai Datai" diangkat dari bahasa Dayak Mualang (Ibanic Group), yang tidak
dapat diartikan secara langsung, karna terdapat kejanggalan jika di diartikan kata per kata.
Tetapi maksudnya adalah Tari menyambut tamu, bertujuan untuk penyambutan tamu yang
datang atau tamu agung (diagungkan). Awal lahirnya kesenian ini yakni dari masa pengayauan
/ masa lampau, diantara kelompok-kelompok suku Dayak. Mengayau, berasal dari kata me
ngayau, yang berarti musuh (bahasa Dayak Iban). Tetapi jika mengayau mengandung
pengertian khusus yakni suatu tindakan yang mencari kelompok lainnya (musuh) dengan cara
menyerang dan memenggal kepala lawannya. Pada masyarakat Dayak Mualang dimasa lampau
para pahlawan yang pulang dari pengayauan dan menang dan membawa bukti perang berupa
kepala manusia, merupakan tamu yang agung serta dianggap sebagai seorang yang mampu
menjadi pahlawan bagi kelompoknya. Oleh sebab itu diadakanlah upacara Ajat Temuai
Datai. Masyarakat Dayak percaya bahwa pada kepala seseorang menyimpan suatu semangat
ataupun kekuatan jiwa yang dapat melindungi si empunya dan sukunya. Menurut J, U. Lontaan
(Hukum Adat dan Adat Istiadat Kalimantan Barat 1974), ada empat tujuan dalam mengayau
yakni: untuk melindungi pertanian, untuk mendapatkan tambahan daya jiwa, untuk balas
dendam, dan sebagai daya tahan berdirinya suatu bangunan. Setelah mendapatkan hasil dari
mengayau, para pahlawan tidak boleh memasuki wilayah kampungnya, tetapi dengan cara
memberikan tanda dalam bahasa Dayak Mualang disebut Nyelaing (teriakan khas Dayak) yang
berbunyi Heeih !, sebanyak tujuh kali yang berarti pahlawan pulang dan menang dalam
pengayauan dan memperoleh kepala lawan yang masih segar. Jika teriakan tersebut hanya tiga
kali berarti para pahlawan menang dalam berperang atau mengayau tetapi jatuh korban
dipihaknya. Jika hanya sekali berarti para pahlawan tidak mendapatkan apa-apa dan tidak
diadakan penyambutan khusus. Setelah memberikan tanda nyelaing, para pengayau
mengirimkan utusan untuk menemui pimpinan ataupun kepala sukunya agar mempersiapkan
acara penyambutan. Proses penyambutan ini, melalui tiga babak yakni: Ngiring Temuai
(mengiringi tamu ataupun memandu tamu) sampai kedepan Rumah Panjai (rumah panggung
yang panjang) proses ngiring temuai ini dilakukan dengan cara menari dan tarian ini dinamakan
tari Ajat (penyambutan). Kemudian kepala suku mengunsai beras kuning (menghamburkan
beras yang dicampur kunir / beras kuning) dan membacakan pesan atau mantera sebagai syarat
mengundang Senggalang burong (burung keramat / burung petuah penyampai pesan kepada
Petara atau Tuhannya). Babak yang kedua yakni mancung buloh (menebaskan mandau atau
parang guna memutuskan bambu), berarti bambu sengaja dibentangkan menutupi jalan masuk
ke rumah panjai dan para tamu harus menebaskan mandaunya untuk memutuskan bambu
tersebut sebagai simbol bebas dari rintangan yang menghalangi perjalanan tamu itu. Babak
yang ketiga adalah Nijak batu (menginjakkan tumitnya menyentuh sebuah batu yang direndam
didalam air yang telah dipersiapkan), sebagai simbol kuatnya tekad dan tinginya martabat tamu
itu sebagai seorang pahlawan yang disegani. Air pada rendaman batu tersebut diteteskan pada
kepala tamu itu sebagai simbol keras dan kuatnya semangat dari batu itu diteladani oleh
pahlawan atau tamu yang disambut. Babak keempat yakni Tama Bilik (memasuki rumah
panjai), setelah melalui prosesi babak diatas, maka tamu diijinkan naik ke rumah panjang
dengan maksud menyucikan diri dalam upacara yang disebut Mulai Burung (mengembalikan
semangat perang / mengusir roh jahat).

3. Tari Remo dari Jawa Timur

Tari Remo (atau terkadang disebut juga Remong) adalah sebuah tarian yang lahir dari
kawasan budaya Arek, di bagian pusat Jawa Timur. Dalam sejarahnya, Tari Remo ini
diciptakan oleh orang-orang yang berprofesi sebagai penari keliling (tledhek) di Desa Ceweng,
Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang. Pada perkembangan selanjutnya, seiring
berkembangnya kesenian Ludruk di tengah masyarakat sekitar abad ke 19, Tari Remo
digunakan menjadi tarian pembuka dari pentas pertunjukan Ludruk. Sebelum seorang pemain
Ludruk membawakan kidungan dan parikan, Tari Remo ditampilkan sebagai pembuka dan
ucapan selamat datang bagi para hadirin yang menyaksikan. Begitu lekatnya Ludruk dengan
Tari Remo, sehingga kedua produk seni tersebut menyatu menjadi sebuah paket pertunjukan
yang masing-masing tidak bisa dipisahkan. Setelah Indonesia merdeka, lambat laun fungsi dan
posisi Tari Remo semakin berkembang. Tari Remo kini sering digunakan sebagai tarian
penyambutan tamu-tamu istimewa, seperti pejabat, delegasi asing, dan lain sebagainya.
Awalnya, Tari Remo adalah tarian yang khusus dibawakan oleh kaum pria. Hal ini
berkaitan dengan cerita atau tema dari Tari Remo itu sendiri. Tari Remo bercerita tentang
kepahlawanan seorang pangeran yang berjuang dalam medan pertempuran. Untuk itu, sisi
maskulin dalam Tari Remo sangat ditonjolkan. Namun dalam perkembangannya, banyak kaum
perempuan yang tertarik untuk belajar dan membawakan Tari Remo, bahkan kini Tari Remo
banyak ditarikan oleh perempuan. Walaupun demikian, busana ala pria yang digunakan sebagai
kostum Tari Remo tidak banyak diubah, meski yang menarikannya seorang perempuan.

4. Tari Gandrung dari Banyuwangi

Gandrung Banyuwangi berasal dari kata Gandrung, yang berarti tergila-gila atau cinta
habis-habisan Menurut catatan sejarah, gandrung pertama kalinya ditarikan oleh para lelaki
yang didandani seperti perempuan dan menurut laporan Scholte (1927) instrumen utama
yang mengiringi tarian gandrung lanang ini adalah kendang. Namun demikian, gandrung
laki-laki ini lambat laun lenyap dari Banyuwangi sekitar tahun 1890-an, yang dimungkinkan
karena ajaran Islam melarang segala bentuk travesty atau berdandan seperti perempuan.
Namun, tari gandrung laki-laki baru benar-benar lenyap pada tahun 1914, setelah kematian
penari terakhirnya, yakni Marsan. Sedangkan Gandrung wanita pertama yang dikenal dalam
sejarah adalah gandrung Semi, seorang anak kecil yang waktu itu masih berusia sepuluh
tahun pada tahun 1895.

Menurut cerita yang dipercaya, waktu itu Semi menderita penyakit yang cukup parah.
Segala cara sudah dilakukan hingga ke dukun, namun Semi tak juga kunjung sembuh.
Sehingga ibu Semi (Mak Midhah) bernazar seperti Kadhung sira waras, sun dhadekaken
Seblang, kadhung sing yo sing (Bila kamu sembuh, saya jadikan kamu Seblang, kalau tidak
ya tidak jadi). Ternyata, akhirnya Semi sembuh dan dijadikan Seblang sekaligus memulai
babak baru dengan ditarikannya Gandrung oleh wanita. Tradisi Gandrung yang dilakukan
Semi ini kemudian diikuti oleh adik-adik perempuannya dengan menggunakan nama depan
Gandrung sebagai nama panggungnya. Kesenian ini kemudian terus berkembang di seantero
Banyuwangi dan menjadi ikon khas setempat.

Pada mulanya Gandrung hanya boleh ditarikan oleh para keturunan penari gandrung
sebelumnya, namun sejak tahun 1970an mulai banyak gadis-gadis muda yang bukan
keturunan gandrung, yang mempelajari tarian ini dan menjadikannya sebagai sumber mata
pencaharian disamping mempertahankan eksistensinya yang makin terdesak oleh era
globalisasi. Namun menurut sumber yang berbeda, tari gandrung konon lahir pada zaman
Kerajaan Airlangga di Jawa Timur. Dalam suasana bersukaria, para prajurit keraton ada
yang menabuh gamelan, ada yang menari. Mereka menari secara bergantian setelah penari
sebelumnya menyentuh penonton yang berdiri di tepi arena. Perkembangan berikutnya,
penari utamanya adalah perempuan (gandrung) yang pada awal penampilannya
menyatakan tiang lanang (saya lelaki) kemudian menari sambil bernyanyi (basandaran atau
bedede).

5. Tari Reog dari Ponorogo

Tari Reog berasal dari Ponorogo. Seni reog ponorogo diiringi oleh beberapa gamelan
seperti kempul, ketuk, kenong, genggam, ketipung, angklung dan lain sebagainya. Didalam
reog ponorogo juga ada warok tua, sejumlah warok muda, pembarong dan penari Bujang
Ganong dan Prabu Kelono Suwandono. Jumlah anggota grup reog ponorogo sekitar 20-30an,
sedangkan peran utama ada di warok dan pembarongnya. Reog dimanfaatkan sebagai sarana
mengumpulkan massa dan merupakan saluran komunikasi yang efektif bagi penguasa pada
waktu itu. Ki Ageng Mirah kemudian membuat cerita legendaris mengenai Kerajaan
Bantaranangin yang oleh sebagian besar masyarakat Ponorogo dipercaya sebagai sejarah.
Adipati Batorokatong yang beragama Islam juga memanfaatkan barongan ini untuk
menyebarkan agama Islam. Nama Singa Barongan kemudian diubah menjadi Reog, yang
berasal dari kata Riyoqun, yang berarti khusnul khatimah yang bermakna walaupun
sepanjang hidupnya bergelimang dosa, namun bila akhirnya sadar dan bertaqwa kepada
Allah, maka surga jaminannya. Selanjutnya kesenian reog terus berkembang seiring dengan
perkembangan zaman. Kisah reog terus menyadur cerita ciptaan Ki Ageng Mirah yang
diteruskan mulut ke mulut, dari generasi ke generasi.
Menurut legenda Reog atau Barongan bermula dari kisah Demang Ki Ageng Kutu
Suryonggalan yang ingin menyindir Raja Majapahit, Prabu Brawijaya V. Sang Prabu pada
waktu itu sering tidak memenuhi kewajibannya karena terlalu dipengaruhi dan dikendalikan
oleh sang permaisuri. Oleh karena itu dibuatlah barongan yang terbuat dari kulit macan
gembong (harimau Jawa) yang ditunggangi burung merak. Sang prabu dilambangkan sebagai
harimau sedangkan merak yang menungganginya melambangkan sang permaisuri. Selain itu
agar sindirannya tersebut aman, Ki Ageng melindunginya dengan pasukan terlatih yang
diperkuat dengan jajaran para warok yang sakti mandraguna. Di masa kekuasaan Adipati
Batorokatong yang memerintah Ponorogo sekitar 500 tahun lalu, reog mulai berkembang
menjadi kesenian rakyat. Pendamping Adipati yang bernama Ki Ageng Mirah menggunakan
reog untuk mengembangkan kekuasaannya.
6. Tari Jaipong dari Jawa Barat

Karya Jaipongan pertama yang mulai dikenal oleh masyarakat adalah tari Daun Pulus
Keser Bojong dan Rendeng Bojong yang keduanya merupakan jenis tari putri dan tari
berpasangan (putra dan putri). Awal kemunculan tarian tersebut semula dianggap sebagai
gerakan yang erotis dan vulgar, namun semakin lama tari ini semakin popular dan mulai
meningkat frekuensi pertunjukkannya baik di media televisi, hajatan, maupun perayaan-
perayaan yang disenggelarakan oleh pemerintah atau oleh pihak swasta. Dari tari Jaipong ini
mulai lahir beberapa penari Jaipongan yang handal seperti Tati Saleh, Yeti Mamat, Eli Somali,
dan Pepen Dedi Kirniadi. Kehadiran tari Jaipongan memberikan kontribusi yang cukup besar
terhadap para pencinta seni tari untuk lebih aktif lagi menggali jenis tarian rakyat yang
sebelumnya kurang di perhatikan. Dengan munculnya tari Jaipongan ini mulai banyak yang
membuat kursus-kursus tari Jaipongan, dan banyak dimanfaatkan oleh para pengusaha untuk
pemikat tamu undangan.
Di Subang Jaipongan gaya Kaleran memiliki ciri khas yakni keceriaan, erotis,
humoris, semangat, spontanitas, dan kesederhanaan. Hal itu tercermin dalam pola penyajian
tari pada pertunjukannya, ada yang diberi pola (Ibing Pola) seperti pada seni Jaipongan yang
ada di Bandung, juga ada pula tarian yang tidak dipola (Ibing Saka), misalnya pada seni
Jaipongan Subang dan Karawang. Istilah ini dapat kita temui pada Jaipongan gaya kaleran,
terutama di daerah Subang. Tari Jaipongan pada saat ini bisa disebut sebagai salah satu tarian
khas Jawa Barat, terlihat pada acara-acara penting kedatangan tamu-tamu dari Negara asing
yang datang ke Jawa Barat, selalu di sambut dengan pertunjukkan tari Jaipongan. Tari
Jaipongan ini banyak mempengaruhi pada kesenian-kesenian lainnya yang ada di Jawa Barat,
baik pada seni pertunjukkan wayang, degung, genjring dan lainnya yang bahkan telah
dikolaborasikan dengan Dangdut Modern oleh Mr. Nur dan Leni hingga menjadi kesenian
Pong-Dut.
7. Tari Topeng dari Cirebon

Jauh sebelum kesenian tradisional ini dikenal oleh masyarakat Cirebon terlebih dahulu
masyarakat Jawa Timur mengenal jenis tarian ini. Menurut beberapa seniman, pada masa
penyebaran agama islam tarian ini diyakini mulai muncul dan dikenalkan oleh Sunan Gunung
Jati sebagai salah satu media dakwah. Properti utama yang dikenakan oleh penari adalah
topeng, karena ini pula maka masyarakat memberi nama tarian ini dengan sebutan tari topeng.
Keunikan dan unsur-unsur seni sekaligus makna yang terkandung dalam pementasan
tari topeng membuat jenis tari tradisional ini kerap dipertunjukkan baik sebagai sarana
komunikasi dalam berdakwah maupun sebagai media hiburan semata. Dalam
perkembangannya, tarian ini kemudian dikenal oleh masyarakat Jawa Barat mulai dari Garut,
Bandung, Cimahi, Tasikmalaya, Sumedang, Ciamis, dan Ciancur hingga saat ini.

8. Tari Tor-Tor dari Batak

Nama tor tor diyakini oleh para seniman berasal dari hentakan kaki para penari yang
bersuara tor tor karena menghentakkan kakinya pada lantai rumah. Sebagaimana yang
kita ketahui bersama rumah adat masyarakat Batak merupakan sebuah rumah dengan lantai
dasar papan kayu. Terlepas dari asal usul nama tor tor itu sendiri kemunculan gerak ritmis
berirama ini telah dikenal oleh masyarakat Batak Toba sejak masa pra sejarah. Karena itu
pula sebagian orang menyebut bahwa tarian tor tor merupakan sebuah tari purba. Meskipun
tidak ada yang tahu dengan pasti kapan dan siapa pencipta tarian ini namun para seniman
sepakat bahwa tarian yang dikenal serta berkembang di daerah Batak Sumatera Utara ini
pada awalnya menjadi sebuah ritual adat dalam berbagai macam acara seperti upacara
kematian, kesembuha, dan lain sebagainya. Singkatnya, pada masa silam tarian dari daerah
Batak Sumatera Utara ini menjadi sebuah ritual yang disajikan dalam gerakan. Tarian yang
menjadi sebuah ekspresi gerakan estetis serta artistik ini dapat dipertunjukan secara
perorangan maupun kelompok dengan diiringi sebuah alat musik yang disebut dengan
gondang". Gondang merupakan salah satu alat musik tradisional yang dikenal oleh
masyarakat Batak.

Pada masa kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia tari tor tor sedikit banyak juga
mendapatkan pengaruh. Hal ini dapat dilihat dari makana yang terkandung dalam setiap
gerakan tarian tersebut.
Dalam perkembangannya tarian yang identik dengan gerakan menolak bala dan menjunjung
beringin ini secara signifikan menyebar ke seluruh wilayah Batak Sumatera Utara bahkan
saat ini dikenal baik oleh masyarakarat Indonesia secara luas. Selain itu fungsi dari tarian
sakral yang dulunya dilakukan sebagai upacara adat oleh orang-orang Batak ini perlahan
bergeser mengarah sebagai hiburan baik dalam acara resmi pemeritahan, maupun acara-acara
perkawainan.

9. Tari Golek Menak dari Yogyakarta

Tari Golek Menak merupakan salah satu jenis tari klasik gaya Yogyakarta yang
diciptakan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX. Penciptaan tari Golek Menak berawal dari
ide sultan setelah menyaksikan pertunjukkan Wayang Golek Menak yang dipentaskan oleh
seorang dalang dari daerah Kedu pada tahun 1941. Disebut juga Beksa Golek Menak, atau
Beksan Menak. Mengandung arti menarikan wayang Golek Menak. Karena sangat mencintai
budaya Wayang Orang maka Sri Sultan merencanakan ingin membuat suatu pagelaran yaitu
menampilkan tarian wayang orang. Untuk melaksanakan ide itu Sultan pada tahun 1941
memanggil para pakar tari yang dipimpin oleh K.R.T. Purbaningrat, dibantu oleh K.R.T.
Brongtodiningrat, Pangeran Suryobrongto, K.R.T. Madukusumo, K.R.T. Wiradipraja,
K.R.T.Mertodipuro, RW Hendramardawa, RB Kuswaraga dan RW Larassumbaga. Proses
penciptaan dan latihan untuk melaksanakan ide itu memakan waktu cukup lama. Pagelaran
perdana dilaksanakan di Kraton pada tahun 1943 untuk memperingati hari ulang tahun sultan.
Bentuknya masih belum sempurna, karena tata busana masih dalam bentuk gladi resik.
Melalui pertemuan-pertemuan, dialog dan sarasehan antara sultan dengan para seniman
dan seniwati, maka sultan Hamengku Buwana IX membentuk suatu tim penyempurna tari
Golek Menak gaya Yogyakarta. Tim tersebut terdiri dari enam lembaga, yaitu : Siswo Among
Beksa, Pusat Latihan Tari Bagong Kussudiardja, Sekolah Menengah Karawitan Indonesia
(SMKI), Mardawa Budaya, Paguyuban Surya Kencana dan Institut Seni Indonesia (ISI).
Keenam lembaga ini setelah menyatakan kesanggupannya untuk menyempurnakan tari Golek
Menak (1 Juni 1988), kemudian menyelenggarakan lokakarya dimasing-masing lembaga,
dengan menampilkan hasil garapannya. Giliran pertama jatuh pada siswa Among Beksa pada
tanggal 2 Juli 1988.

10. Tari Kecak dari Bali

Tari kecak merupakan tarian yang dicetuskan dan diciptakan oleh seniman asal Bali
yakni Wayan Limbak dan seorang sahabatnya dari Jerman. Pada awal kemunculan nya jenis
tari ini tercipta secara tidak sengaja yang diambil dari sebuah tarian adat pemujaan yang dikenal
dengan sebutan Shangyang. Sanghyang adalah jenis tarian tradisional Bali yang dilakukan
dalam upacara religi seperti menolak bala serta mengusir suatu wabah penyakit. Dari sebuah
pementasan Sanghyang inilah kemudian Wayang Limbak bersama Walter Spies berinovasi
menciptakan sebuah gerakan tari sebagai salah satu wujud kecintaan mereka terhadap budaya
dan kesenian Bali. Salah satu jenis kesenian tari ini disajikan oleh para penari yang duduk
melingkar serta mengucapkan kata cak-cak-cak-cak secara serentak, karena ini pula tarian
ini diberi nama dengan sebutan tari kecak. Gerakan tangan yang disajikan dalam pertunjukan
sebenarnya mengisahkan sebuah cerita Ramayana yakni pada peristiwa Dewi Shinta diculik
oleh Rahwana. Hingga akhir pertunjukan biasanya tari ini menyajikan kisah pembebasan Dewi
Sintha.
Guna mendukung cerita yang disajikan maka dalam pertunjukan tari tradisional Bali
juga harus terdapat beberapa tokoh yang memerankan peran utama sebagai Hanoman, Sugriwa,
Dewi Shinta, Rhama, dan Rahwana. Pada tahun 70-an Wayang Limbak bekerja keras guna
mempromosikan dan mengenalkan tari kecak hingga ke mancanegara. Selain mengenalkan
keunikan dalam pementasan tarian ini tentu saja daerah asal kesenian ini ikut melambung di
dunia Internasional yang kemudian menarik para wisatawan mancanegara untuk berkunjung
ke Bali. Dalam perkembangannya pertunjukan tari yang juga menceritakan kisah pewayangan
ini dimainkan oleh laki-laki yang berjumlah tak terbatas. Ada kalanya disajikan oleh puluhan
orang namun dalam acara tertentu ada pula yang dipertunjukkan secara massal oleh ribuan
penari. Perkembangan tari kecak dari awal terciptanya hingga kini memang bisa dikatakan
cukup membanggakan. Selain antusias masyarakat Bali terhadap seni garapan Wayan Limbak
ternyata para wisatawan yang berkunjung ke Bali juga sangat tertarik dalam menyaksikan
sebuah pertunjukan gerak seni ini. Tak heran jika pemerintah daerah setempat menjadikan tari
Kecak sebagai salah satu kebudayaan daerah. The Monkey Dance juga diberikan sebagai
sebutan tari tradisional Bali yang satu ini. Hal ini diberikan karena salah satu adegan dalam
pertunjukan tari tersebut menggunakan properti api serta tokoh utama yang berperan sebagai
kera/ Hanoman.

11. Tari Lilin dari Sumatera Barat

Berbicara mengenai sejarah tarian tradisional masyarakat Sumatera Barat yang satu ini
tidak dapat kita lepaskan dari masa kerajaan pada masa lalu. Beberapa sumber menyatakan jika
tari lilin telah ada sejak masa kejayaan kerajaan Pagaruyung sekitar abad ke-13. Di lain sisi
terdapat cerita rakyat yang dikaitkan dengan sejarah tari lilin sumatera barat.

Dalam cerita rakyat disebutkan bahwa pada masa lalu terdapat kisah asmara antara dua
sejoli di sebuah pedesaan di wilayah Sumatera Barat. Untuk membuktikan niatannya sang pria
meminang kekasihnya dengan sebuah cincin berlian. Singkatnya guna mewujudkan rumah
tangga yang mereka idamkan rupanya si pria belum cukup modal untuk menggelar sebuah
pesta perkawinan. Oleh sebab itu sang pria pun memilih untuk mencari harga guna menikahi
sang pujaan hati dengan berdagang ke tanah rantau. Sementara itu si wanita yang tinggal di
desa mengalami musibah yang tak pernah terbayangkan sebelumnya yakni cincin bukti suci
cinta sang kekasih raib dari jari mainsnya. Kesedihan yang mendalam membuat si wanita
berusaha sekuat tenaga mencari cicin tunangan tersebut dengan menggunakan nyala lilin yang
ditempatkan di sebuah piring. Hingga larut malam sang wanita tidak berhenti mencari
perhiasan yang sangat berharga bagi hubungannya dengan kekasihnya tersebut. Berbagai usaha
mulai dari memutar di sekeliling pekarangan hingga terkadang harus merunduk dan untuk
menerangi tanah di sekitarnya. Sejak itulah diyakini sebuah tarian dengan properti utama
berupa piring dan lilin tercipta.

12. Tari Pendet dari Bali

Lahirnya tari pendet berawal dari ritual sakral Odalan di pura yang disebut dengan
mamendet atau mendet. Mendet dimulai detelah pendeta mengumandangkan mantra dan
setelah pementasan topeng sidakarya. Tari ini dipentaskan secara berpasangan atau secara
masal dengan membawa perlengkapan sesajen dan bunga. Pendet disepakati lahir pada tahun
1950. Tarian Pendet ini masih tetap mangandung aura sakral-religius meskipun dipentaskan
di sebuah acara non-keagamaan. Pada tahun 1961, I Wayan Beratha memodifikasi Tari
Pendet hingga menjadi Tari Pendet yang sering kita saksikan sekarang. Beliau juga
menambah penari Pendet menjadi 5 orang. Setahun kemudian, 1962 I Wayan Beratha dan
kawan-kawan menyajikan Tarian Pendet Masal yang ditarikan oleh 800 orang penari untuk
ditampilkan di Jakarta dalam acara pembukaan Asian Games. Kemudian pada tahun 1967,
Koreografer Tari Pendet Modern I Wayan Rindi mengajarkan dan melestarikan tarian pendet
kepada generasi-generasi penerusnya, selain Pendet, beliau juga mengajarkan dan
melestarikan tari bali lainnya kepada keluarganya maupun lingkungan diluar keluarganya.
Tari pendet menceritakan tetang dewi-dewi kahyangan yang turun ke Bumi. Biasanya
Taro Pendet ini dibawakan secara berkelompok atau berpasangan oleh remaja putri.
Para penari Pendet berbusana layaknya penari Upacara keagamaan. Masing-masing penari
akan membawa sesaji berupa sangku/bokor (wadah yang didalamnya terdapat bunga warna-
warni) yang nantinya diakhir tarian akan di taburkan ke tamu undangan sebagai sebuah
simbol penyambutan.
13. Tari Sekapur Sirih dari Jambi

Pencipta sekaligus orang pertama kali yang memperkenalkan gerakan sekapur sirih ialah
Firdaus Chatab. Pada tahun 1962 beliau mulai memperkenalkan keunikan tarian ciptaannya
pada khalayak umum. Firdaus Chatab memang terkenal sebagi seorang seniman multi talenta
yang juga terkenal dengan lagu ciptaannya yang berjudul Rang Kayo Hitam.
Pada lima tahun berikutnya tepatnya 1967 Piters dan Hundryck secara estafet menata ulang
gerakan dalam tarian khas dari Jambi ini dengan mengkolaborasikan gera tari dengan iringan
musik dan lagu. Kelembutan gerakan yang dikolaborasikan dengan iringan musik dan lagu
membuat tarian ini cukup menarik bagi kalangan masyarakat, tak heran jika tari ini juga
dijadikan andalan bagi beberapa daerah lain seperti Provinsi Riau. Bahkan ketenaran tarian ini
sampai dikenal di Negara Malaysia sebagai tari ucapan selamat datang terhadap tamu-tamu
kenegaraan. Tarian yang mengkolaborasikan gerakan dengan lantunan musik tradisional
tersebut menggambarkan ungkapan rasa putih hati masyarakat dalam menyambut tamu.
Sekapur Sirih biasanya ditarikan oleh 9 orang penari perempuan, dan 3 orang penari laki-laki,
1 orang yang bertugas membawa payung dan 2 orang pengawal.
14. Tari Piring
15. Tari Perang dari Papua Barat

Konon Tari Perang dulunya dilakukan oleh masyarakat Papua barat, khususnya para
prajurit sebelum menuju medan perang. Menurut catatan sejarah yang ada, di Papua pada
zaman dahulu sering terjadi peperangan antar suku, salah satunya adalah perang suku di
Sentani. Tarian ini kemudian dilakukan setiap suku untuk memberikan semangat dan
membangkitkan keberanian para pasukan yang akan bertempur. Namun, seiring dengan sudah
tidak adanya perang antar suku, tarian ini kemudian difungsikan sebagai tarian pertunjukan
atau tarian penyambutan.

Вам также может понравиться

  • Praktikum Fisika Dasar Osiloskop
    Praktikum Fisika Dasar Osiloskop
    Документ20 страниц
    Praktikum Fisika Dasar Osiloskop
    Famanil Yulyentri
    Оценок пока нет
  • Fister 10
    Fister 10
    Документ2 страницы
    Fister 10
    Alfi Nur Albab
    Оценок пока нет
  • Mikroskop
    Mikroskop
    Документ3 страницы
    Mikroskop
    Alfi Nur Albab
    Оценок пока нет
  • Terminologi Dasar Dan Fundamental
    Terminologi Dasar Dan Fundamental
    Документ1 страница
    Terminologi Dasar Dan Fundamental
    Alfi Nur Albab
    Оценок пока нет
  • Terminologi Dasar Dan Fundamental
    Terminologi Dasar Dan Fundamental
    Документ1 страница
    Terminologi Dasar Dan Fundamental
    Alfi Nur Albab
    Оценок пока нет
  • Akulturasi
    Akulturasi
    Документ4 страницы
    Akulturasi
    Alfi Nur Albab
    Оценок пока нет
  • Pedoman Penelitian Mahasiswa 2018
    Pedoman Penelitian Mahasiswa 2018
    Документ27 страниц
    Pedoman Penelitian Mahasiswa 2018
    kharisma masitha
    Оценок пока нет
  • Fister 9
    Fister 9
    Документ2 страницы
    Fister 9
    Alfi Nur Albab
    Оценок пока нет
  • Fister 6
    Fister 6
    Документ1 страница
    Fister 6
    Alfi Nur Albab
    Оценок пока нет
  • Momentum Anguler
    Momentum Anguler
    Документ7 страниц
    Momentum Anguler
    Alfi Nur Albab
    100% (1)
  • Fister 7
    Fister 7
    Документ2 страницы
    Fister 7
    Alfi Nur Albab
    Оценок пока нет
  • Teredam Kritis Dan Lemah PDF
    Teredam Kritis Dan Lemah PDF
    Документ13 страниц
    Teredam Kritis Dan Lemah PDF
    Dawam Raharjo
    Оценок пока нет
  • Tugas Individu
    Tugas Individu
    Документ3 страницы
    Tugas Individu
    Alfi Nur Albab
    Оценок пока нет
  • Jadwal KRI Nasional 2k17
    Jadwal KRI Nasional 2k17
    Документ7 страниц
    Jadwal KRI Nasional 2k17
    Alfi Nur Albab
    Оценок пока нет
  • 11.1 Komposisi Nuklir
    11.1 Komposisi Nuklir
    Документ6 страниц
    11.1 Komposisi Nuklir
    Alfi Nur Albab
    Оценок пока нет
  • Stat11
    Stat11
    Документ6 страниц
    Stat11
    Alfi Nur Albab
    Оценок пока нет
  • Revisi Fister 1
    Revisi Fister 1
    Документ2 страницы
    Revisi Fister 1
    Alfi Nur Albab
    Оценок пока нет
  • Bernoulli Dalam Parfum
    Bernoulli Dalam Parfum
    Документ2 страницы
    Bernoulli Dalam Parfum
    Alfi Nur Albab
    0% (1)
  • Fister5
    Fister5
    Документ2 страницы
    Fister5
    Alfi Nur Albab
    Оценок пока нет
  • Radioaktivitas PDF
    Radioaktivitas PDF
    Документ11 страниц
    Radioaktivitas PDF
    Diah Rahma S
    Оценок пока нет
  • Selelektrolisis
    Selelektrolisis
    Документ7 страниц
    Selelektrolisis
    Wahyu Defa
    Оценок пока нет
  • IPA Dan Masa Depan
    IPA Dan Masa Depan
    Документ1 страница
    IPA Dan Masa Depan
    Alfi Nur Albab
    Оценок пока нет
  • Komputasi Matlab 4
    Komputasi Matlab 4
    Документ277 страниц
    Komputasi Matlab 4
    farhan syawali
    Оценок пока нет
  • Laporan Titrasi Asam Dan Basa
    Laporan Titrasi Asam Dan Basa
    Документ16 страниц
    Laporan Titrasi Asam Dan Basa
    Alfi Nur Albab
    Оценок пока нет
  • Hasil Suntingan
    Hasil Suntingan
    Документ2 страницы
    Hasil Suntingan
    Alfi Nur Albab
    Оценок пока нет
  • Transit Venus 6 Juni 2012
    Transit Venus 6 Juni 2012
    Документ3 страницы
    Transit Venus 6 Juni 2012
    Eyes Glow Khumairo'
    Оценок пока нет
  • Fisdas 1 Prof. Mikrajuddin
    Fisdas 1 Prof. Mikrajuddin
    Документ385 страниц
    Fisdas 1 Prof. Mikrajuddin
    Safrudin Kiayi
    100% (7)
  • Grafin-Material Masa Depan
    Grafin-Material Masa Depan
    Документ8 страниц
    Grafin-Material Masa Depan
    Alfi Nur Albab
    Оценок пока нет