Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
c. Timbangan Kontinu
Untuk menimbang secara kontinu bahan padat yang dapat ditabur (misalnya:
tepung, serbuk dan biji-bijian) dapat digunakan timbangan sabuk (Belt Conveyor).
Pada proses-proses penakaran (misalnya pengemasan) sering peralatan harus diisi
bahan secara kontinu, untuk itu digunakan timbang penakar (Fill
Weigher).Pengukuran berat secara kontinu juga dapat dilakukan dengan Screw
Conveyor, namun biasanya hasil pengukurannya kurang akurat dan tidak cocok untuk
bahan yang lembab. Screw Conveyor adalah suatu palung yang tertutup atau terbuka
yang akur (Darmawijaya, 1997).
1.1.4 Kalibrasi
Dalam teknik pengukuran, mengkalibrasi berarti menyetel alat ukur hingga
penunjukannya menyimpang sesedikit mungkin dari sebenarnya. Untuk
mengkalibrasi suatu alat digunakan alat kedua yang biasanya lebih teliti dari alat yang
dikalibrasi dengan komputer. Secara hukum mengkalibrasi berarti pengujian resmi
untuk menentukan bahwa alat ukur tersebut memenuhi syarat yang ditentukan
(misalnya : batas kesalahannya) (Darmawijaya, 1997).
1.2 Tujuan
Mempelajari cara mengkalibrasi, mengukur dan menentukan kesalahan
pengukuran pada pengukuran berat padatan yang berbeda jenis dan ukurannya.
BAB II
METODOLOGI PERCOBAAN
2.1 Alat
Alat yang digunakan dalam percobaan pengukuran berat adalah :
1. Timbangan Analitik
2. Timbangan Digital
3. Erlemeyer 250 ml
2.2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan pengukuran berat adalah pasir kapur
dan pasir kerikil.
3.2 Pembahasan
Praktikum pengukuran berat ini menggunakan bahan pasir kerikil dan pasir
kapur yang akan diisi kedalam erlemeyer 250 ml sebanyak 100 ml, 150 ml, 200 ml,
dan 250 ml. Selanjutnya ditimbang menggunakan timbangan digital dan timbangan
sorong. Pada tabel 3.1 dan 3.2 menunjukan data hasil pengukaran berat pada pasir
kerikil dan pasir kapur. Dari hasil pengukuran tersebut terdapat perbedaan nilai antara
pengukuran menggunakan timbangan sorong dengan menggunakan timbangan
analitik. Pada pengukuran berat sampel yang pertama ini, nilai yang didapat selalu
sedikit berbeda dan tidak pernah sama. Setiap hasil pengukuran selalu mengandung
persentase perbedaan, hal ini bisa disebabkan karena ketidak sempurnaan alat ukur
dan cara pengukuran, karena pengaruh lingkungan yang tidak dikehendaki, ataupun
karena kesalahan dalam kalibrasi alat sehingga mempengaruhi hasil yang didapatkan.
Persentase perbedaan terkecil pada sampel 1 yang didapat ialah volume 250 ml pada
erlemeyer 2 dengan 0,06%. Sedangkan persentase perbedaan terbesar yaitu pada
volume 100 erlemeyer 1 dengan 0,25 %. Persentase perbedaan terkecil pada sampel 2
yang didapat ialah volume 150 ml pada erlemeyer 2 dengan 0,01%. Sedangkan
persentase perbedaan terbesar yaitu pada volume 250 erlemeyer 2 dengan 0,22 %.
Hal ini bisa terjadi karena ketidak telitian praktikan dalam pembacaan nilai pada
timbangan analitik, berupa penyimpangan dari cara pengukuran yang telah
ditentukan, kurang cermat pada waktu membaca ataupun cara pengukuran yang
dipilih kurang tepat. Namun secara keseluruhan, persentase perbedaan pada
penimbangan sampel pertama lebih besar dibandingkan pada penimbangan sampel
kedua. Ini bisa jadi disebabkan karena pada pengambilan sampel pertama, praktikan
kurang teliti dan cermat dibandingkan pada pengambilan sampel kedua dan juga
bahan pada sampel pertama lebih berat dibandingkan pada sampel kedua.
LAMPIRAN A
PERHITUNGAN
= 0,63%
= 0,35 %
- Volume 100 pada erlenmeyer 1
% Perbedaan = x 100%
290,74290
= x 100%
290,74
= 0,25 %
- Volume 100 pada erlenmeyer 2
% Perbedaan = x 100%
268,4268
= x 100%
268,4
= 0,15 %
- Volume 150 pada erlenmeyer 1
% Perbedaan = x 100%
377,69377
= x 100% = 0,18 %
377,69
- Volume 150 pada erlenmeyer 2
% Perbedaan = x 100%
334,3334
= x 100%
334,3
= 0,09 %
- Volume 200 pada erlenmeyer 1
% Perbedaan = x 100%
444,29444
= x 100%
444,29
= 0,065 %
- Volume 200 pada erlenmeyer 2
% Perbedaan = x 100%
413,41413
= x 100%
413,41
= 0,099 %
- Volume 250 pada erlenmeyer 1
% Perbedaan = x 100%
504,96504
= x 100%
504,96
= 0,19 %
- Volume 250 pada erlenmeyer 2
% Perbedaan = x 100%
479,29479
= x 100%
479,29
= 0,06 %
Untuk perhitungan % perbedaan pasir kapur sama dengan pasir kerikil.
DAFTAR PUSTAKA
4.2 Saran
Praktikan diharuskan lebih teliti dalam melakukan pengukuran dengan
timbangan sorong. Timbangan digital harus diperbanyak diakrenakan banyak
praktikan yang menggunakan alat tersebut.
ABSTRAK
Pengukuran adalah pencatatan suatu besaran secara periodik atau kontinu, misalnya
jumlah bahan dalam satuan kg. Pengukuran merupakan dasar untuk tiap
pengendalian atau pengaturan proses-proses kimia dan fisika. Tujuan percobaan ini
adalah untuk mempelajari cara mengkalibrasi, mengukur dan menentukan kesalahan
pengukuran pada pengukuran berat padatan. Pada percobaan ini kami menggunakan
alat timbangan digital dan timbangan sorong serata bahan yang kami gunakan
adalah pasir kerikil dan pasir kapur. Percobaan dilakukan dengan mingisi sampel
tersebut ke dalam erlemeyer dengan volume 100, 150, 200 dan 250 ml. Kemudian
ditimbang dengan menggunakan timbangan digital dan timbangan sorong. Hasil
yang ditunjukan pada kedua alat tidak jauh berbeda sehingga menghasilkan
perbedaan. Adapun Persentase perbedaan terkecil pada sampel 1 yang didapat ialah
volume 250 ml pada erlemeyer 2 dengan 0,06%. Sedangkan persentase perbedaan
terbesar yaitu pada volume 100 erlemeyer 1 dengan 0,25 %. Persentase perbedaan
terkecil pada sampel 2 yang didapat ialah volume 150 ml pada erlemeyer 2 dengan
0,01%. Sedangkan persentase perbedaan terbesar yaitu pada volume 250 erlemeyer
2 dengan 0,22 %.
Kata Kunci : Pasir kerikil; pasir kapur; timbangan digital; timbangan sorong;
persentase perbedaan.
LAPORAN PRAKTIKUM
INSTRUMENTASI DAN KONTROL
PENGUKURAN BERAT
Disusun Oleh :
Kelompok : II (Dua)
Kelas :B
Nama Kelompok : 1. Alltop Amri Ya Habib (NIM : 1507037549)
2. Desti Arliyanis (NIM : 1507023607)
3. Prihalisa Ningendah (NIM : 1507037681)
4. Siti Nuraisyah S (NIM : 1507036651)