Вы находитесь на странице: 1из 8

Definition

of Transfer Pricing
Di dalam bab II OECD Transfer Pricing Guidelines for Multinational Enterprises and Tax
Administrations (TPG) berbicara mengenai 5 metode transfer pricing yang bias diterapkan
dalam kondisi terkontrol dimana terdapat transaksi yang sesuai dengan hukum arm-length.
Transfer pricing adalah suatu kebijakan perusahaan dalam menentukan harga transfer
suatu transaksi baik itu barang, jasa, harta tak berwujud, atau pun transaksi finansial yang
dilakukan oleh perusahaan (inter-company atau intra-company) domestik maupun
internasional. Menurut Charles T. Hongren dan Gary L. Sundem Transfer Pricing adalah
usaha perusahaan multinasional untuk mengurangi pajak penghasilan dengan cara
pengalokasian laba perusahaan keanak perusahaan yang memiliki beban pajak yang lebih
rendah.. Sedangkan definisi arm-length adalah



Hubungan Istimewa adalah hubungan antara Wajib Pajak dengan pihak yang
mempunyai hubungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (4) Undang-Undang PPh ,
yaitu:
1. WP yang mempunyai penyertaan modal langsung atau tidak langsungg paling rendah
25% pada WP lain atau hubungan antar WP lain atau hubungan diatanra 2 WP atau
lebih.
2. WP yang menguasai WP lainnya dua atau lebih, secara langsung dan tidak langsung
3. Terdapat hubungan keluarga atau hubungan istimewa sedarah maupun semenda
dalam garis keturunan lurus dan/atau kesamping.
Penentu Harga Transfer Pricing adalah entitas yang terlibat dalam hubungan istimewa
Tujuan Menggunakan TP
1. Memaksimalkan penghasilan global setelah dikurangi pajak.
2. Mengamankan posisi kompetitif.
3. Evaluasi kinerja anak/cabang perusahaan mancanegara.
4. Mengurangi risiko moneter.
5. Mengatur cash flow anak/cabang perusahaan yang memadai.
6. Mengurangi beban pengenaan pajak, dan bea masuk.
7. Mengurangi risiko pengambilalihan pemerintah.

Macam-Macam Transfer Pricing Method


Traditional transaction methods:
1. CUP method
2. Resale price method
3. Cost plus method
Transactional profit methods:
4. Transactional net margin method (TNMM)
5. Transactional profit split method.

Metode yang digunakan untuk menghitung harga TP diatur dalam PER no.32/PJ/2011
tentang Penerapan Prinsip Kewajaran Dan Kelaziman Usaha Dalam Transaksi Antara Wajib
Pajak Dengan Pihak Yang Mempunyai Hubungan Istimewa, pada pasal 18 ayat 1 bahwa
Metode Penentuan Harga Transfer dapat diterapkan adalah :

1. Metode Perbandingan Harga antara Pihak yang tidak mempunyai Hubungan
Istimewa (Comparable Uncontrolled Price/CUP);
Metode ini membandingkan harga transaksi dari pihak yang ada hubungan istimewa
tersebut dengan harga transaksi barang sejenis dengan pihak yang tidak mempunyai
hubungan istimewa (pembanding independen), baik itu internal CUP maupun
eksternal CUP. Metode ini sebenarnya merupakan metode yang paling akurat, tetapi
yang sering menjadi permasalahan adalah mencari barang yang benar-benar sejenis.


ilustrasi:
PT ABC menyerahkan penjualan barang X kepada afiliasinya PT Y dengan harga
franko
tujuan Rp10.000.000. Di saat yang sama PT ABC juga menjual barang X kepada pihak
ketiga PT KLM dengan harga franko pabrik Rp10.000.000 dan biaya pengangkutan dan
asuransi Rp500.000. Dengan metode CUP harga jual wajar barang X dari PT ABC
kepada PT Y adalah Rp10.000.000 + Rp500.000 = Rp10.500.000.

2. Metode Harga Penjualan Kembali (Resale Price Method/RPM);
Metode ini digunakan dalam hal Wajib Pajak bergerak dalam bidang usaha
perdagangan, di mana produk yang telah dibeli dari pihak yang mempunyai hubungan
istimewa dijual kembali (resale) kepada pihak lainnya (yang tidak mempunyai
hubungan istimewa). Harga yang terjadi pada penjualan kembali tersebut dikurangi
dengan gross profit (mark up) wajar sehingga diperoleh harga beli wajar dari pihak
yang mempunyai hubungan istimewa.

Contoh Metode Resale Price:


Ilustrasi:
PT A menyerahkan barang kepada afiliasinya PT B dengan harga Rp10.000.000.
PT B kemudian menyerahkan barang tersebut kepada pihak ketiga PT C (independen)
dengan harga Rp20.000.000. Diketahui ternyata ada transaksi antara pihak
independen, yaitu PT Z yang juga menyerahkan produk yang sejenis kepada PT Y
dengan kenaikan harga jual (mark up) 20%. Dengan demikian, harga jual yang wajar
dari PT A kepada PT B adalah Rp20.000.000 - (20% x Rp20.000.000) = Rp16.000.000.

3. Metode Biaya-Plus (Cost Plus Method);
Metode ini dilakukan dengan menambahkan tingkat gross profit yang wajar yang
diperoleh perusahaan yang sama, dari transaksi dengan pihak yang tidak mempunyai
Hubungan Istimewa. Atau tingkat gross profit yang wajar yang diperoleh perusahaan
lain dari transaksi sebanding dengan pihak yang tidak mempunyai Hubungan
Istimewa. Umumnya digunakan pada usaha pabrikasi. Metode ini berguna ketika:
1. Transaksi kontrol adalah provisi dari sebuah jasa yang mana provider tidak harus
berkontribusi pada intangible asset yang unik dan berasumsi resiko yang tidak
biasa (unusual).
2. Barang yang dijual oelh manufacturer tidak berkontribusi terhadap asset-aset
unik dan intangible atau berasumsi bahwa resiko yang tidak biasa (unusual risk)
ada didalam transaksi control, seperti kasus dalam kontrak.



Contoh penerapan:
PT A memproduksi barang dengan biaya Rp500.000 dan menyerahkan barang
tersebut kepada afiliasinya PT B dengan harga Rp900.000. PT Y juga memproduksi
produk sejenis dengan biaya sebesar Rp600.000 dan menjualnya kepada PT Z (tidak
ada hubungan istimewa) dengan harga Rp900.000. Dari penjualan PT Y terlihat bahwa
persentase gross profit dari biaya adalah sebesar 30 :60 = 50 %. Dengan cost-plus
method, dapat diketahui bahwa harga wajar penjualan PT A ke PT B adalah: Rp500.000
+ (50% x Rp500.000) = Rp750.000. Jadi, bisa dianggap bahwa harga beli PT B lebih
mahal dari yang seharusnya dan dapat dikoreksi biayanya oleh kantor pajak.

4. Metode Pembagian Laba (Profit Split Method/PSM)
Metode ini dilakukan dengan mengidentifikasi laba gabungan atas transaksi
afiliasi yang akan dibagi oleh pihak-pihak yang mempunyai Hubungan Istimewa
tersebut dengan menggunakan dasar yang dapat diterima secara ekonomi yang
memberikan perkiraan pembagian laba yang selayaknya akan terjadi dan akan
tercermin dari kesepakatan antar pihak-pihak yang tidak mempunyai Hubungan
Istimewa, dengan menggunakan Metode Kontribusi (Contribution Profit Split Method)
atau Metode Sisa Pembagian Laba (Residual Profit Split Method). Metode PSM hanya
dapat digunakan dalam kondisi sebagai berikut :
1. transaksi antara pihak-pihak yang mempunyai Hubungan Istimewa sangat terkait
satu sama lain sehingga tidak dimungkinkan untuk dilakukan kajian secara
terpisah; atau
2. terdapat barang tidak berwujud yang unik antara pihak-pihak yang bertransaksi
yang menyebabkan kesulitan dalam menemukan data pembanding yang tepat.

Contoh ilustrasi:



Bagan diatas adalah dua jenis perusahaan joint venture yang dapat dibandingkan,
dimana JV I dimiliki oleh perusahaan asosiasi X dan Y. Sedangkan JV II dimiliki oleh
perusahaan independen A dan B.

5. Metode Laba Bersih Transaksional (Transactional Net Margin Method/TNMM).
Adalah metode Penentuan Harga Transfer yang dilakukan dengan
membandingkan persentase laba bersih operasi terhadap biaya, terhadap penjualan,
terhadap aktiva, atau terhadap dasar lainnya atas transaksi antara pihak-pihak yang
mempunyai Hubungan Istimewa dengan persentase laba bersih operasi yang
diperoleh atas transaksi sebanding dengan pihak lain yang tidak mempunyai
Hubungan Istimewa atau persentase laba bersih operasi yang diperoleh atas transaksi
sebanding yang dilakukan oleh pihak yang tidak mempunyai Hubungan Istimewa
lainnya.
jika tidak ada kondisi yang cocok yang dapat diterapkan untuk menggunakan
metode CUP, RPM, CPM dan PSM. Dengan kata lain, metode ini adalah metode
terakhir yang bisa digunakan jika metode yang lainnya tidak dapat digunakan.

Implikasinya terhadap pajak, jelaskan tiap metodenya.


Pengertian Transfer Pricing, sering di konotasikan hal-hal negative karena
merupakan sebuah usaha perusahaan untuk mengalihkan penghasilan dari suatu divisi atau
perusahaan dalam satu negara yang mana tariff pajaknya lebih tinggi, ke perusahaan yang
dalam satu negara dengan tariff pajak yang lebih rendah sehingga mengurangi total beban
pajak, yang nantinya akan berdampak pada jumlah profit perusahaan.
Jika kalau profit perusahaan rendah dalam laporan keuangan, maka perusahaan
tidak perlu membayar pajak terutang PPh 25 kepada negara. Metode Tranfer Pricing ini juga
salah satu bentuk usaha tax planning. Istilah lain dari Transfer Pricing salah satunya adalah
abuse of Transfer Pricing, dimana sebuah manipulasi kegiatan unutk memperbesar biaya
dengan tujuan memperkecil jumlah pajak, karena keuntungan yang didapat kecil.

Daftar Pusaka

https://www.kemenkeu.go.id/sites/default/files/PersandinganUUPerpajakan.pdf

www.oecd.org/ctp/transfer-pricing/45765701.pdf

Hadi, S. Transfer Pricing dan Risikonya Terhadap Penerimaan Negara.

Mangoting, Y. (2004). Tax Planning: Sebuah Pengantar Sebagai Alternatif Meminimalkan


Pajak. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, 1(1), pp-43.

Вам также может понравиться