Вы находитесь на странице: 1из 30

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang banyak diproduksi dan


disukai oleh masyarakat karena tablet mempunyai beberapa keuntungan
diantaranya adalah ketepatan dosis, mudah cara pemakaiannya, relatif stabil
dalam penyimpanan, mudah dalam transportasi dan distribusi kepada konsumen,
serta harganya relatif murah.

Bahan penghancur merupakan salah satu bahan tambahan yang penting


dalam pembuatan tablet, bahan penghancur berfungsi melawan aksi bahan
pengikat dari tablet dan melawan tekanan pada saat penabletan. Bahan ini akan
menghancurkan tablet bila bersentuhan dengan air atau cairan saluran
pencernaan. Tablet akan hancur menjadi granul selanjutnya pecah menjadi
partikel-partikel halus dan akhirnya obat akan hancur (Gunsel et al, 1970)

Amilum (pati) merupakan bahan penolong yang sering digunakan pada


pembuatan tablet. Salah satunya adalah sebagai bahan penghancur. Amilum akan
melepaskan kekuatannya dari bahan pengikat dan menyebabkan pembengkakan
dari beberapa komponen penyusun sehingga sebagian atau seluruh aksinya
membantu hancurnya tablet (Voigts , 1984)

Parasetamol merupakan obat yang berkhasiat sebagai analgetik,


antiperetik., efek terapi cepat dan dapat dibeli dengan harga terjangkau (Tan dan
Kirana, 2002). Toksisitas parasetamol lebih rendah dari pada aspirin dan
fenasetin pada dosis normal paracetamol bebas efek samping bermakna,
sedangkan pada dosis besar dapat menyebabkan kerusakan hati dan ginjal
(Mycek, 2001)

1
Parasetamol memiliki sifat kompresibilitas dan fluiditas yang kurang
baik, sehingga menimbulkan kesulitan sewaktu pengempaan. Untuk obat dengan
sifat kompaktibilitas yang kurang baik dalam dosis besar paling tepat jika
digunakan metode granulasi basah, karena dengan metode granulasi basah tidak
memerlukan banyak bahan tambahan yang menyebabkan bobot terlalu besar,
selain itu sifat parasetamol yang tahan terhadap panas dan kelembaban selama
proses granulasi.

Penelitian yang sudah dilakukan menunjukan bahwa amilum singkong


dapat dimanfaatkan sebagai bahan penghancur dalam tablet Paracetamol dengan
profil kecepatan disolusi. Untuk itu dalam penelitian ini digunakan pati singkong
atau amylum manihot dari tanaman (Manihot utilissima. Pohl ) sebagai bahan
penghancur dalam tablet parasetamol dengan metode granulasi basah, untuk
mengetahui tablet yang mempunyai sifat fisik yang memenuhi persyaratan dalam
Farmakope Indonesia dan pustaka lain.

1.2 Tujuan
1. Mengetahui pembuatan tablet paracetamol menggunakan metode granulasi
basah.
2. Mengetahui evaluasi granul dengan melakukan beberapa uji seperti uji
kecepatan alir dengan menggunakan 2 metode yaitu metode corong dan
metode sudut istirahat, kelembaban, bobot jenis, BJ sejati, Kadar
pemampatan, perbandingan Haussner, persen kompresibilitas dan
granulometri.
3. Mengetahui evaluasi tablet meliputi organoleptik, keseragaman bobot,
keseragaman ukuran, kekerasan, friabilitas, keseragaman bobot, dan uji
disolusi.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dasar Teori


Apabila pemakaian obat harus secara oral dalam bentuk kering, maka
bentuk kapsul dan tablet merupakan sediaan yang paling sering digunakan.
Keduanya efektif memberikan kenyamanan dan kemantapan dalam penanganan,
pengenalan dan pemakaian oleh pasien. Dari sudut pandang farmasetika bentuk
sediaan padat pada umumnya lebih stabil daripada bentuk cair, sehingga bentuk
sediaan padat ini lebih cocok untuk obat-obat yang kurang stabil.
Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya
dibuat dengan penambahan bahan tambahan farmasetika yang sesuai, (Ansel hal.
244). Sedangkan menurut Farmakope IV (1995), tablet adalah sediaan padat
yang mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Kebanyakan
tablet digunakan untuk pemberian obat-obat secara oral. Tablet mempunyai
beberapa keuntungan, salah satu diantaranya tablet merupakan sediaan yang
tahan terhadap pemasukan (temperproof).
Hal hal berikut merupakan keunngulan jutama tablet :
1. Tablet merupakan bentuk sediaan yang utuh dan menawarkan kemampuan
terbaik dari semua bentuk sediaan oral untuk ketepatan ukuran serta
variabilitas kandungan yang paling rendah.
2. Tablet merupakan bentuk sediaan yang ongkos pembuatannya paling rendah.
3. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling ringan dan paling kompak.
4. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling ringan dan paling kompak
5. Pemberian tanda pengenal produk pada tablet paling mudah dan murah ; tidak
memerlukan langkah pekerjaan tambahan bila menggunakan permukaan
pencetak yang bermonogram atau berhiasan timbul.

3
6. Tablet paling mudah ditelan serta paling kecil kemungkinan tertinggal di
tenggorokan, terutama bila bersalut yang memungkinkan pecah/hancurnya
tablet tidak segera terjadi.
7. Tablet bisa dijadikan produk dengan profil pelepasan khusus, seperti
pelepasan di usus atau produk lepas lambat
8. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling mudah untuk produksi
besar besaran.
9. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang memiliki sifat pencampuran
kimia, mekanik dan stabilitas mikrobiologi yang paling baik.
(Lachman, 2008)

Selain keunggulan di atas, tablet juga mempunyai kerugian sebagai berikut :

1. Beberapa obat tidak dapat dikempa menjadi padat dan kompak, tergantung
pada keadaan amorfnya, flokulasi, atau rendahnya berat jenis.
2. Obat sukar dibasahkan, lambat melarut, dosisnya cukupan tau tinggi, absorbsi
optimumnya tinggi melalui saluran cerna atau setiap kombinasi dari sifat di
atas, akan sukar atau tidak mungkin diformulasi dan dipabrikasi dalam bentuk
tablet yang masih menghasilkan bioavalabilitas obat cukup.
3. Obat yang rasanya pahit, obat dengan bau yang tidak dapat dihilangkan, atau
obat yang peka terhadap oksigen atau kelembapan udara perlu pengapsulan
atau penyelubungan dulu sebelum dikempa (bila mungkin) atau memerlukan
penyalutan terlebih dahulu. (Lachman, 2008)

4
Komponen formulasi tablet terdiri dari bahan berkhasiat (API) dan bahan
pembantu (eksipien). Bahan tambahan (eksipien) yang digunakan dalam
mendesain formulasi tablet dapat dikelompokan berdasarkan fungsionalitas
eksipien sebagai berikut :

1. Pengisi/pengencer(diluents)
Walaupun pengisi pada umumnya dianggap bahan yang inert, secara
signifikan dapat berpengaruh pada ketersediaan hayati, sifat fisika dan kimia
dari tablet jadi (akhir)
2. Pengikat (binders dan adhesive)
Pengikat atau perekat ditambahkan ke dalam formulasi tablet untuk
meningkatkan sifat kohesi serbuk melalui pengikatan (yang diperlukan) dalam
pembentukan granul yang pada pengempaan membentuk masa kohesif atau
pemampatan sebagai suatu tablet. Lokasi pengikat di dalam granul dapat
mempengaruhi sifat granul yang dihasilkan.
3. Penghancur (disintegrants)
Tujuan penghacur adalah untuk memfasilitasi kehancuran tablet sesaat
setelah ditelan pasien. Agen penghancur dapat ditambahkan sebelum
dilakukan granulasi atau selama tahap lubrikasi/pelinciran sebelum dikempa
atau pada kedua tahap proses.
4. Pelincir (lubricant)
Fungsi utama pelincir tablet adalah untuk mengurangi friksi yang
meningkat pada antarmuka tablet dan dinding cetakan logam selama
pengempaan dan penolakan/pengeluaran tablet dari cetakan. Pelincir dapat
pula menunjukan sifat sebagai antilengket (anti adherant) atau pelicin
(glidan)
Stickland mendeskripsikan:
Pelincir menurunkan friksi di antara granul dan dinding cetakan kempa
selama proses pengempaan dan penolakan tablet dari lumpang.

5
Antiadheran mencegah terjadinya pelengketan pada alu cetak dan
selanjutnya ada dinding cetakan.
Pelicin meningkatkan karakteristik aliran dari granul.
5. Antiadheran
Antiadheran berguna dalam formulasi bahan yang menunjukan tendensi
mudah tersusun/terkumpul.
6. Pelicin (glidan)
Glidan dapat meningkatkan mekanisme aliran granul dari hoper ke
dalam lobang lumpang. Glidan dapat meminimalkan ketidakmerataan yang
sering ditemukan/ditunjukan formula kempa langsung. Glidan meminimalkan
kecenderungan granul memisah akibat adanya vibrasi secara berlebihan.
Hipotesis mekanisme kerja glidan menurut beberapa penelitian :
1) Dispersi muatan elektrostatik pada permukaan granul.
2) Distribusi glidan dalam granul.
3) Adsorpsi preferensial gas pada glidan versus granul.
4) Meminimalisasi forsa v.d. Waals melalui pemisahan granul.
5) Penurunan fraksi di antara partikel dan kekerasan permukaan karena glidan
teradhesi pada permukaan granul.(Goeswin, hlm 288-291)
Selain bahan tambahan (eksipien) yang disebutkan diatas biasanya
ditambahkan pula agen pendapar, pemanis/flavor, agen pembasah, agen
penyalutan, pembentuk matriks dan pewarnaan (zat warna).
Tablet yang dibuat secara baik haruslah menunjukan kualitas sebagai berikut :
a. Harus merupakan produk menarik (bagus dilihat) yang mempunyai
identitasnya sendiri serta bebas dari serpihan, keretakan, pemucatan,
kintaminasi, dan lain lain.
b. Harus sanggup menahan guncangan mekanik selama produksi dan
pengepakan.
c. Stabil secara fisika, kimia.
d. Mampu melepas zat berkhasiat sesuai dengan yang diharapkan.
e. Bioavailibilitas (Lachman, 1986 halaman 647-648).

6
f. Memenuhi keseragaman ukuran
g. Memenuhi keseragaman bobot
h. Memenuhi waktu hancur
i. Memenuhi keseragaman isi zat berkhasiat
j. Memenuhi waktu larut (dissolution test).(Anief, 2005)
k. Tablet mengandung bahan obat sesuai dengan pernyataan dosis pada label
dan dalam batas yang dizinkan (spesifikasi).
l. Tablet harus cukup kuat untuk menghadapi tekanan selama proses
manufaktur, transfortasi, dan penanganan hingga sampai kepada pasien
yang akan menggunakan.
m. Tablet harus menghantarkan dosi obat pada lokasi dan kecepatan yang
dipersyaratkan.
n. Ukuran, rasa, dan tampilan tidak menurunkan penerimaan pasien.
(Lachman, 2008)

Tablet dibuat dengan jalan mengempa adonan yang mengandung satu


atau beberapa obat dengan bahan pengisi pada mesin stempel yang disebut
pencetak. Mesin pencetak tablet ada 2, yaitu pencetak tunggal atau single
punch dan pencetak ganda berputar atau rotary press. Mesin pencetak tablet
dirancang dengan komponen komponen dasar sebagai berikut:
1. Hopper, yaitu untuk menahan atau tempat menyimpan dan memasukkan
granul yang akan dicetak
2. Die, yang menentukkan ukuran dan bentuk tablet
3. Punch, untuk mencetak/mengempa granul yang ada di die
4. Jalur cam, untuk mengatur gerakan pucnh
5. Suatu mekanisme pengisian untuk menggerakan atau memindahkan granul
dari hopper ke dalam die.(Ansel, 2008)
Metode pembuatan tablet dibagi menjadi metode granulasi dan kempa langsung
dan granulasi. Granulasi merupakan proses peningkatan ukuran partikeldengan
cara melekatkan partikel-partikel sehingga bergabung dan membentuk ukuran

7
yang lebih besar. Metode granulasi ini terdiri dua metode yaitu metode
granulasi basah dan metode granulasi kering.
Granulasi basah dalah proses menambahkan cairan pada suatu serbuk
atau campuran serbuk alam suatu wadah yang dilengkapi dengan
pengadukan yang akan menghasilkan granul (Chorles J.P Siregar, 2008).
Dalam proses granulasi basah zat berkhasiat, pengisi dan penghancur
dicampur homogen, lalu dibasahi dengan larutan pengikat, bila perlu
ditambahkan pewarna. Diayak menjadi granul dan dikeringkan dalam
lemari pengering pada suhu 40-50C. Proses pengeringan diperlukan oleh
seluruh cara granulasi basah untuk menghilangkan pelarut yang dipakai
pada pembentukan gumpalan gumpalan dan untuk mengurangi kelembaban
sampai pada tingkat yang optimum (Lachman, 1986). Setelah kering
diayak lagi untuk memperoleh granul dengan ukuran yang diperlukan dan
ditambahkan bahan pelicin dan dicetak dengan mesin tablet (Anief, 1994).
Tahapan pembuatan tablet parasetamol dengan menggunakan metode
granulasi basah yaitu :
1. Penggilingan/ penghalusan obat dan eksipien
2. Pencampuran serbuk yang sudah digiling
3. Preparasi larutan pengikat
4. Pencampuran larutan pengikat dengan campuran serbuk untuk
membentuk masa basah
5. Pengayakan/penapisan massa kasar menggunakan ayakan berukuran
mesh 6-12
6. Pengeringan granul basah
7. Pengayakan granul kering melalui ayakan berukuran 14-20
8. Pencampuran granul yang sudah diayak dengan lubrikan dan disintegran
9. Pengempaan tablet.(Anief, 1994)
Untuk memantau kualitas produk obat, evaluasi secara kuantitatif serta
penetapan sifat kimia, fisika, dan bioavilibilitas tablet harus dibuat evaluasi
meliputi :

8
a. Evaluasi Granul
1. Sifat alir
2. BJ nyata, BJ mampat, % Kompresibilitas
3. Kelembaban
b. Evaluasi Tablet
1. Organoleptis
2. Keseragaman Ukuran
3. Keseragaman bobot
4. Friabilitas
5. Kekerasan dan kerenyahan tablet
6. Waktu hancur
7. Kandungan obat dan pelepasannya

Parasetamol atau asetominofen memilikikhasiat dari sebagai analgetis dan


antipiretis, tetapi tidak antiradang.( Depkes RI, 1995)

Aksi dari parasetamol yaitu menghambat prostaglandin di SSP


tetapi tidak memiliki efek anti-inflamasi diperifer ; mengurangi demam
melalui tindakan langsung pada hipotalamus pengatur pusat panas.
Parasetamoldiindikasikan untukmenghilangkannyeri ringansampai sedang;
pengobatan demam. Penggunaanberlabel(s): Nyeridan demamsetelah
vaksinasiprofilaksis.(A to Z Drug fact)

Dewasa ini dianggap sebagai zat antinyeri yang paling aman, juga
untuk swamedikasi (pengobatan mandiri). Efek analgetisnya diperkuat oleh
kodein dan kofein dengan kira kira 50%. Reabsorpsinya dari usus cepat
dan praktis tuntas, secara rektal lebih lambat. Dalam hati zat ini diuraikan
menjadi metabolit metabolit toksis yang diekskresi dengan kemih sebagai
konyugat glukuronida dan sulfat. Efek sampingnya tak jarang terjadi,
antara lain reaksi hipersensitivitas dan kelainan darah. Overdose dapat
menimbulkan antara lain mual, muntah, dan anoreksia. Wanita hamil dapat

9
menggunakan parasetamol dengan aman, juga selama laktasi walaupun
mencapai air susu ibu. Interaksi pada dosis tinggi dapat memperkuat efek
antikoagulansia tetapi pada dosis biasa tidak interaktif.

Dosis dari parasetamol untuk nyeri dan deman oral 2 - 3 dd 0,5-1 g,


maks 4 g/hari, pada penggunaan kronis maks. 2,5 g/hari. Anak anak 4 6
dd 10 mg/kg, yakni rata rata usia 3 -12 bulan 60 mg, 1 - 4 tahun 240
360 mg, 4 5x sehari. (Obat Obat Penting ed IV, hlm 318-319)

2.2 Preformulasi

a. Zat aktif

1. Paracetamol : acetaminophenum (FI edisi III hal 37)\

Pemerian :Hablur atau serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa pahit.

Kelarutan : Larut dalam 70 bagian air, dalam 7 bagian etanol (95%)


P, dalam 13 bagian aseton P, dalam 40 bagian gliserol P
dan dalam 9 bgaian propilenglikol P, larut dalam larutan
alkali hidroksida.

Titik lebur : antara 169C sampai 172C

Pka/pkb : pka 0,5 pada 25C

Ph larutan : 5,2 sampai 6,5

Stabilitas : Peningkatan suhu dapat memprcepat degradasi obat


Khasiat : Analgetikum dan antipiretikum

10
b. Zat tambahan

1. Amprotab

Pemerian : Tidak berbau dan tidak berasa, serbuk berwarna putih


berupa granl granul kecil berbentuk sperik atau oval
dengan ukuran dan banetuk yang berbeda untuk setiap
varietas tanaman.

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam etanol dingin (96%) dan air
dingin

Ph : 5,5 sampai 6,5

Suhu lebur : 73C untuk pati jagung

Stabilitas : Pati kering dan tanpa pemanasan stabil jika dilindungi


dari kelembaban yang tinggi.

Kegunaan : Glidan, pengisi tablet dan kapsul, penghancur tablet dan


kapsul pengikat tablet.

2. Amylum manihot : Pati singkong ( FI edisi III hal 93)

Pemerian : Serbuk halus kadang berupa gumpalan kecl, putih, tidak


berbau dan tidak berasa.

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dingin dan etanol 95% P

OTT : Amylum bersifat readuktor dapat dioksidasi oleh oleh


zat zat pengoksidasi

Kegunaan : Sebagai zat tambahan dalam tablet digunakan sebagai


pengikat, pengisi dan penghancur . Antidotum dalam
keracunan iodium.

11
3. Etanol 96% : Alkohol ( FI edisi III hal 62)

Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih menguap dan mudah


bergerak, bau khas, rasa panas mudah terbakar dengan
memberikan nyala biru yang tidak berasap.

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam klorofom P dan


dalam eter P.

Stabilitas : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung cahaya , tempat


sejuk dan terlindung dari cahaya.

Kegunaan : Zat tambahan.

4. Laktosa

Pemerian : Serbuk hablur, putih, tidak berbau, rasa agak manis.

Kelarutan : Larut dalam 6 bagian air, larut dalam 1 bagian air


mendidih, sukar larut dalam etanol (95%)P, praktis tidak
larut dalam klorofom P, praktis tidak larut dalam
klorofom P dan dalam eter P.

Pka/pkb : pH larutan 10% b/v 4,0 6,5

Stabilitas : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Zat tambahan

5. Mg Stearat

Pemerian : Hablur, sangat halus, putih, berbau khas dan berasa.

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam etanol, eter dan air, sedikit
larut dalam benzene hangat dan etanol (95%) P hangat.

Titik leleh : 88,5C

12
Stabilitas : Stabil

Polimorfisme : Trihidrat, bentuk asikular dan dihidrat, bentuk lamellar.

Kegunaan : Lubrikan untuk tablet dan kapsul

6. Talk

Pemerian : Serbuk sangat halus, putih samapi putih abu abu tidak
berbau, langsung melekat pada kulit, lembut disentuh.

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam larutan asam dan alkali, larutan
organik dan alkali.

Ph : 6,5 sampai 10 untuk larutan disperse 20% b/v

Stabilitas : Stabil dapat disterilisasi dengan pemanasan pada 160C


selama tidak lebih dari 1 jam.

Kegunaan : Anti caking agent, glidan, pengisi tablet dan lubrkan


tablet.

13
BAB III

METODE

3.1 Analisa Formulasi (Formulasi A)


Fasa Dalam (92%)
1. Paracetamol 350 mg
2. Amprotab 10%
3. Muchilago amily 10%
4. Laktosa q.s
Fasa Luar (8%)
1. Mg stearat 1%
2. Talk 2%
3. Amprotab 5%

3.2 Perhitungan
Rencana bobot tablet : 500 mg
Tablet dibuat sebanyak : 400 mg
Bobot seluruh tablet : 500 x 400 = 200000 mg (200 gr)

1. Paracetamol = 350 mg x 400

= 140000 mg

= 140 gr

10
2. Amprotab 10% = 200
100

= 20 gr

92
3. Fasa Dalam = 200
100

= 184 gr

14
1
4. Muchilago amili = 184
3

= 61,3 gr

5. Laktosa = 184 (140 + 20 + 61,3)

= 17,87 gr

165,63
Jumlah tablet yang diperoleh = 400
184

= 360,065 tablet

Fasa Luar
1
1. Mg Stearat 1% = 165,63
92

= 1.80 gr

2
2. Talk 2% = 165,63
92

= 3,60 gr

5
3. Amprotab 5% = 165,63
92

= 9,00 gr

165,63+ 1,80+ 3,60+9,00


4. Bobot tablet yang teoritis = 360,065

180,03
= 360,065

= 0.499 gr atau 499 mg/tablet

3.3 Penimbangan Bahan


A. Fasa Dalam
1. Paracetamol 140 gr
2. Amprotab 20 gr

15
3. Muchilago amily 6,13 gr
4. Laktosa 17,87 gr
B. Fasa Luar
1. Mg Stearat 1.80 gr
2. Talk 3.60 gr
3. Amprotab 9.00 gr

3.4 Prosedur Pembuatan


a. Prosedur pembuatan mucilago amilum 10% sebagai pengikat
1. Timbang gelas piala (1) + Batang pengaduk 1 bobot = 132,03 gr
2. Masukan dan Timbang air kedalam gelas kimia (1) sejumlah 2/3 MA
dikurangi 20% (67ml) . Panaskan air tersebut sampai mendidih.
3. Dalam gelas kimia lain (2), buat suspensi amilun : timbang amilum
sejumlah 10g, masukan ke dalam 20% dari 2/3 MA ( 13ml) air, aduk
homogeny
4. Setelah air dalam gelas kumia (1) mendidih, tambahkan suspensi amilum
dari gelas kimia (2) sambil terus diaduk sampai bening
5. Air sisa 1/3 ( 33ml) digunakan sebagian untuk membilas gelas kimia
bekas suspensi amilum dan menambahkan pada gelas kimia 1 sampai
diperoleh bobot total 100 gram.
b. Pembuatan granul dan tablet
1. Siapkan alat dan bahan
2. Timbang masing masing bahan
3. Masukan paracetamol, amprotab, dan laktosa kedalam wadah, campur
sampai homogeny
4. Tambahkan mucilago amili sedikit sambil diaduk sampai terbentuk masa
basah yang mudah dikepal
5. Masa basah tersebut lalu diayak dengan menggunakan Mesh
6. Granul basah dikeringkan dalam oven dengan suhu 60C sampai
kandungan lembab kurang dari 3%

16
7. Granul yang telah kering diayak kembali dengan ayakan mesh
8. Granul yang kering kemudian ditimbang dan dievaluasi
9. Granul yang telah memenuhi syarat dapat dicampur dengan talk dan
amprotab, aduk sekitar 10 menit sampai homogen
10. Kemudian tambahkan Mg stearat aduk selama 2 menit
11. Masa siap cetak dievaluasi kemudian ditabletasi dengan menggunakan
Punch diameter dengan bobot yang telah ditentukan
12. Tablet dievaluasi menurut persyaratan yang berlaku

3.5 Prosedur evaluasi granul


a. Kecepatan aliran
1. Metode corong
Sejumlah 100 g granul dimasukan ke dalam corong dengan ukuran
tertentu.
Corong digetarkan sampai seluruh granul mengalir keluar dari lubang
corong
Baca waktu yang diperlukan untuk mengalirkan untuk mengalirkan
seluruh granul keluar dari corong.
Kecepatan aliran dihitung dengan membagi bobot granul (100g)
dengan waktu yang diperlukan granul untuk melewati corong (g/detik)
Penafsiran hasil : aliran granul baik jika waktu yang diperlukan untuk
mengalirkan 100g granul 10 detik.

2. Metode sudut istirahat


Timbang granul sebanyak 30 gr masukan ke dalam corong
Granul dibiarkan mengalir bebas dari lubang atau corong dan
ditampung pada suata bidang datar hingga timbunan granul berbentuk
kerucut
Dari timbunan ini diukur sudut istirahat ( sudut antara lereng granul
dengan bidang datar )

17

Dengan rumus rumus : = arc tan

Penafsiran hasil : = 25-30 granul sangat mudah mengalir


: = 30-38 granul mudah mengalir
: = > 38 granul kurang mengalir
b. Kelembaban ( Moisture Balance )
Timbang granul sebanyak 3gr
Lapisi lempengan alumunium pada alat dengan alumunium foil
Masukan granul pada moisture balance tutup alat, panaskan granul pada
suhu 60- 70C, sampai skala pada alat tidak berubah
Baca kadar air yang tertera pada skala (%)
Penafsiran hasil : Kadar air yang baik 1-2%
c. Bobot jenis
1. Bj nyata
Timbang 30 gr granul dan masukan dalam gelas ukur

Catat volumenya, hitung dengan rumus =

P = Bj pada n ketukan, W= Bobot granul, V= volume granul tanpa


pemampatan
2. Bj mampat
Timbang 30gr granul dan masukan dalam gelas ukur
Catat volumenya (V0)
Gelas ukur diketuk-ketuk sebanyak 10x dan 200x kemudian catat
volumenya ( V10 dan V200 )

Kemudian hitung dengan rumus n=

Pn = BJ pada n ketukan, W= Bobot granul, Vn = volume granul pada n


ketukan
3. Bj sejati
Siapkan piknometer kosong dan kering
Timbang piknometer kosong, catat hasilnya (a)

18
Timbang 1g granul masukan dalam piknometer, timbang dan catat
hasilnya (b)
Keluarkan granul, cuci bersih piknometer keringkan dan masukan
cairan pendispersi (paraffin cair) timbang kemudaian hasilnya dicatat
(d)
Keluarkan cairan pendispersi setengahnya, masukan 1gr granul
tambahkan lagi cairan pendispersi tutup pikno, timbang dan catat (c)
Hasil semua dihitung dengan rumus :

()
Bj sejati = (+) (+)

Keterangan : a = bobot piknometer kosong


b = bobot piknometer + 1g granul
c = bobot piknometer + 1g granul + cairan pendispersi
d = bobot piknometer + cairan pendispersi ( paraffin cair)
4. Kadar pemampatan
Timbang 30 gr granul masukan kedalam gelas ukur catat volumenya.
Gelas ukur diketuk sebanyak 10 kali ketukan sampai 200 ketukan catat
volumenya (V10 dan V200 )
Hitung kadar pemampatan :
0200
Kp= 100%
0

Keterangan :kp = kadar pemampatan


V0 = Volume granul sebelum pemampatan
V200 = Volume granul pada 200 kali ketukan
Penafsiran hasil : granul memenuhi syarat jika kp 20%
5. Perbandingan Hausner
Timbang 30gr granul dan masukan dalam gelas ukur
Catat volumenya (V0)

19
Gelas ukur diketuk-ketuk sebanyak 10x dan 200x kemudian catat
volumenya ( V10 dan V200 )
Hitung dengan angka Hausner :

Angka Hausner =

Penafsiran hasil : granul memenuhi syarat jika angka hausner tidak


lebih dari 1
6. Persen kompresibilitas
Timbang 30 gr granul dan masukan dalam gelas ukur catat volumenya
hitung dengan rumus (Bj nyata)
Timbang 30gr granul dan masukan dalam gelas ukur
Catat volumenya (V0)
Gelas ukur diketuk-ketuk sebanyak 10x dan 200x kemudian catat
volumenya ( V10 dan V200 )
Kemudian hitung dengan rumus ( bj mampat)
Hitung dengan rumus % kompresibilitas :


%K= 100%

Penafsiran jika % k : 5-15% aliran sangat baik


16-25% aliran baik
26% aliran buruk

d. Granulometri ( Distribusi Ukuran Partikel )


Timbang 50 gr granul
Letakan granul pda mesh paling atas denga ukuran berturut turut dari atas
, 10, 12, 14 dan 16
Getarkan mesh

20
Timbang granul yang tertahan tiap mesh
Hitung persentase granul pad tiap mesh

3.6 Prosedur evaluasi Tablet


a. Uji organoleptik
Diambil 10 tablet yang dihasilkan
Lalu diamati secara visual meliputi bentuk, warna, tekstur permukaan dan
penampilan fisik
b. Uji keseragaman ukuran ( keseragaman diameter )
20 tablet diukur diameter dan tebalnya
Pengukuran dilakukan dengan menggunakan jangka sorong
c. Uji Keseragaman Bobot
Ditimbang 20 tablet
Lalu dihitung bobot rata rata tiap tablet dan penyimpangn tablet terhadap
bobot rata rata , dengan rumus :

1
=

d. Uji kekerasan
Dilakukan terhadap 20 tablet yang diambil secara acak
Kekerasan diukur berdasarkan luas permukaan tablet
Beban yang dinyatakan dalam kg/cm2
Tentukan rata rata dan standar deviasinya
Syarat tablet besar 7-10kg/cm2, tablet kecil 4kg/cm
e. Uji Friabilator
Sebanyak 20 tablet ditimbang saecara seksama (W0)
Tablet dimasukan friabilator dan menjalan alat (25 rpm)
Dilakukan sebanyak 100x putaran dalam 4 menit

21
Hitung dengan rumus :


F= 100%

Penafsiran hasil : hasil tidak boleh lebih dari 1


f. Uji Keseragaman Kandungan
Ambil 30 tablet secara acak, ditentukan kadar dari 10 tablet dengan metode
yang cocok, jika ada 1 tablet yang diluar 85-115% tentukan 20 tablet
sisanya
Dapat dilakukan dengan dengan cara 20 tablet digerus, ambil 50 mg
larutkan dengan larutan buffer posfat ad 100 ml
Tentukan kadar menggunakan spektrofotometer dan lihat absorbansinya.
g. Uji waktu hancur ( Disentegration Tester)
Bejana diisi dengan air sebanyak 800ml
Suhu pelarut 36-38C , 5 tablet dimasukan satu persatu kedalam keranjang
tabung kemudian alat dinyalakan, dan atur naik turun keranjang.
Waktu hancur dicatat sejak pertama kali alat dinyalakan hingga tidak ada
bagian tablet yang tertinggal
Waktu tidak lebih dari 15 menit untuk tablet tidak bersalut .
h. Uji Disolusi
Siapkan alat disolusi
Ambil 1 tablet secara acak
Masukan ke dalam tabung atau keranjang
Turunkan spindle set rpm 150 rpm dengan waktu 15 menit pada suhu 37C
Nyalakn mesin sesuai dengan waktu yang ditentukan
Ambil sampel dengan selang waktu tertentu dan uji dengan
spektrofotometri.

22
BAB IV

PEMBAHASAN

Praktikum yang telah dilakukan yaitu mengenai pembuatan tablet parasetamol


350 mg dengan menggunakan metode granulasi basah.Tablet merupakan sediaan
padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Berdasarkan metode
pembuatan dapat digolongkan sebagai tablet cetak dan tablet kempa.
Tablet dibuat terutama dengan cara kompresi. Sejumlah tertentu dari tablet
dibuat dengan mencetak. Tablet yang dibuat secara kompresi menggunakan mesin
yang mampu menekan bahan bentuk serbuk atau granul dengan menggunakan
berbagai bentuk punch dan die. Alat kompresi tablet merupakan alat berat dari
berbagai kapasitas dipilih sesuai dengan dasar dari jenis tablet yang akan dibuat serta
produksi rata- rata yang diinginkan. Tablet yang dicetak dibuat dengan tangan atau
dengan alat mesin tangan, dengan cara menekan bahan tablet ke dalam cetakan,
kemudian bahan tablet yang telah terbentuk dikelurkan dari cetakan dan dibiarkan
sampai kering.
Metode pembuatan tablet pada praktikum kali ini adalah menggunakan metode
granulasi basah merupakan salah satu cara pembuatan tablet kompresi yang paling
banyak digunakan. Caranya yaitu dengan memproses campuran partikel zat aktif
dengan eksipien menjadi partikel yang lebih besar dengan menambahkan cairan
pengikat dalam jumlah yang tepat sehingga terjadi massa lembab yang dapat
digranulasi. Metode ini biasanya digunakan apabila zat aktif tahan terhadap lembab
dan panas. Umumnya zat aktif yang sulit dicetak langsung karena sifat aliran dan
kompresibilitasnya tidak baik. Prinsip dari metode granulasi basah adalah membasahi
massa tablet dengan larutan pengikat tertentu sampai mendapat tingkat kebebasan
tertenru pula, kemudian masa basah tersebut digranulasi.
Metode ini membentuk granul dengan cara mengikat serbuk perekat (cairan
pengikat) sebagai penganti pengompakan, teknik ini membutuhkan larutan, suspense
atau bubur yang mengandung pengikat yang biasanya ditambahkan ke dalam
campuran serbuk atau dapat juga bahan tersebut dimasukkan kering kedalam

23
campuran serbuk atau cairan dimasukkan terpisah. Cairan yang ditambahkan
memiliki peranan yang sangat penting dimana jembatan cair yang terbentuk diantara
partikel dan kekuatan ikatannya akan meningkat bila jumlah cairan yang ditambahkan
meningkat. Gaya tegangan permukaan dan kapiler paling penting pada awal
pembentukkan granul, bila cairan sudah ditambahkan pencampuran dilanjutkan
sampai tercapai dispersi yang merata dan semua bahan pengikat sudah bekerja, jika
sudah diperoleh masa basah atau lembab maka massa dilewatkan pada ayakkan dan
diberik tekanan alat pengiling atau oscilating granulator tujuannya agar terbentuk
granul sehingga luas permukaan meningkat dan proses pengeringan menjadi lebih
cepat, setelah pengeringan granul diayak kembali.
Larutan pengikat atau larutan pensuspensi yang digunakan yaitu amilum manihot,
Salah satu fungsi dariamilum manihot adalah sebagai bahan pengikat dalam
pembuatan tablet. Sangatcocok digunakan sebagai bahan pengikat pada pembuatan
tablet dengan metodagranulasi basah dengan cara dibuat mucilago terlebih
dahulu.Pemerian serbuk halus berwarna putih, kelarutan praktis tidak larut dalamair
dingin dan dalam etanol, tetapi larut dalam air panas. Penambahan amilum berfungsi
sebagai bahan pengatur aliran serta sebagai bahan pengikat dan penghancur. Selain
itu mucilago amilum bersifat netral dan non reaktif sehingga dapatdigunakan dengan
kebanyakan zat aktif. Amilum manihot sebagai bahan pengikat biasanya digunakan
dalam konsentrasi 5-10%.
Evaluasi granul pertama yang dilakukan yaitu uji kecepatan alir granul dengan
menggunakan metode corong dan metode sudut istirahat. Granul yang digunakan
sebanyak 30 g dimasukan kedalam alat flow tester kemudian digetarkan dan catat
waktu yang diperlukan granul untuk mengalir melewati corong serta di amati susut
istirahat granul. Setelah dilakukan pengujian didapatkan hasil bahwa granul
sebannyak 30 g dapat mengalir selama 3,32 detik dengan sudut istirahat yang
terbentuk adalah 32,005o . apabila dilihat dari nilai yang dihasilkan dapat disimpulkan
bahwa granul memiliki kecepatan alir yang baik karena masuk pada rentang yang
ditentukan yaitu untuk metode corong 100 g granul waktu yang diperlukannya harus

24
kurang dari 10 detik, sedangkan untuk sudut istirahat rentang 30-38o bisa dikatakan
granul mudah mengalir.

Kemudian dilakukan uji kelembaban pada granul dengan menggunakan alat


moisture balance, dimana hasil yang diperoleh menunjukan bahwa granul yang sudah
dibuat memiliki kadar air sebanyak 1,10 %, dari nilai ini menunjukan bahwa granul
memiliki kadar air yang baik karena rentang nya antara 1-2%.

Setelah itu dilakukan pengukuran bobot jenis dari granul meliputi pengukuran BJ
nyata, BJ mampat, BJ sejati, kadar pemampatan, perbandingan Haussner dan persen
kompresibilitas. Pertama dilakukan pengukuran BJ nyata pada granul dengan cara
dimasukan granul sebanyak 30 g kedalam gelas ukur 100 ml selanjutnya dilihat
volume yang dihasilkan pada gelas ukur dan dihasilkan BJ nyata dari granul yaitu
0,422 g/ml, selanjutnya BJ mampat dihasilkan dari granul yang berada dalam gelas
ukur diketuk-ketukan sebanyak 10 kali dam 200 kali selanjutnya diukur lagi BJ nya
dan dihasilkan nilai 0,434 g/ml (10 ketukan) dan o,5 ( 200 Kali ketukan). Kemudian
untuk pengukuran BJ sejati dilakukan dengan menggunakan piknometer untuk
membandingkan rasio bobot granul dengan zat baku (paraffin), setelah dilakukan
pengukuran dihasilkan BJ sejati granul adalah 0,092 g/ml, hasil ini menunjukan
bahwa granul memiliki BJ yang lebih besar dari paraffin. Selnjutnya untuk
menghitung kadar pemampatan dari granul, dilakukan dengan menggunakan rumus
yaitu volume granul sebelum pemampatan dikurang volume granul pada 200 kali
ketukan dibagi dengan granul sebelum pemampatan dan dihasilkan nilai Kp = 15 %,
menunjukan granul memenuhi syarat karena nilai Kp 20 %. Perbandingan Haussner
juga ditentukan dengan menggunakan rumus BJ setelah pemampatan dibagi dengan
BJ sebelum pemampatan dan dihasilkan nilai 1,1 dan memenuhi syarat granul.
Selanjutnya dilakukan perhitungan persen kompresibilitas granul dengan
menggunakan rumus dan dihasilkan granul memiliki persen kompresibilitas sebesar
15,6 % menunjukan bahwa granul memiliki aliran yang baik. Apabila dilihat dari
pengujian atau pengukuran BJ dari granul diketahui bahwa granul yang dibuat telah
memenuhi syarat yang telah ditetapkan.

25
Pengujian selanjutnya pada granul yaitu granulometri, dimana granul diayak pada
mesh yang sudah diurutkan yaitu pada mesh berukuran 10, 12, 14 dan 16. Setelah
dilakukan penimbangan serta perhitungan diperoleh hasil yaitu pada mesh 10= 0,04%
mesh 12 = 0,26 %, mesh 14 = 2,72 % dan pada mesh 16 = 5,44%. Tetapi nilai ini
tidak mencapai 100 %, hal ini disebabkan dalam melakukan pengujian ini, granul
yang sudah tertampung didalam wadah tidak ditimbang, sehingga mempengaruhi
hasil yang diperoleh.

Selanjutnya granul kering siap dicetak dengan alat single puch untuk
menghasilkan tablet dengan bobot tertentu. Kemudian setelah pembuatan tablet
paracetamol selesai, dilakukan evaluasi terhadap tablet hasil kompresi dengan
menggunakan metode garanulasi basah. Adapun evaluasi yang dilakukan antara lain
oragoleptik, uji sifat fisika kimia meliputi uji keseragaman bobot, diameter, dan tebal
tablet, friabilitas, uji kerapuhan tablet, uji kekerasan tablet, uji waktu hancur tablet
dan uji penetapan kadar zat aktif pada tablet.
Pada uji keseragaman bobot dilakukan penimbangan terhadap 20 tablet yang
dihasilkan. Penggunaan 20 tablet untuk uji keseragaman bobot ini sesuai dengan
yang tercantum pada literatur (FI IV) Dari hasil penimbangan diperoleh bobot tablet
yang bervariasi dengan bobot tablet rata-rata sebesar 0,606 gram. Adapun faktor
faktor yang menyebabkan terjadinya variasi dalam penimbangan bobot antara lain :
volume dan berat bahan yang diisikan ke dalam cetakan serta garis tengah cetakan
dan tekanan yang diberikan pada bahan saat dilakukan kompresi, selain itu faktor-
faktor yang mempengaruhi keseragaman bobot yaitu kondisi peralatan yang
digunakan selama proses penabletan seperti berubahnya pengaruh tekanan (Depkes
RI 1979).
Selain itu persentase penyimpangan bobot tablet terhadap bobot rata-rata tablet
harus memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Depkes RI (1979) yaitu tidak boleh
lebih dari dua tablet yang menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih besar dari harga
yang ditetapkan dalam kolom A dan tidak boleh satu tablet pun yang bobotnya
menyimpang dari bobot rata-rata lebih dari harga dalam kolom B.

26
Penyimpanan bobot rata rata dalam %
Bobot rata rata
A B

25 mg atau kurang 15% 30%

26 mg sampai dengan 150 mg 10% 20%

151 mg sampai dengan 300 mg 75% 15%

Lebih dari 300 mg 5% 10%

(Depkes RI 1979)

Dimana dalam uji ini dengan bobot tablet lebih dari 300 mg diperoleh 3 tablet
yang persentase bobot terhadap bobot rata-ratanya melebihi 10% yaitu pada tablet ke-
2 , 6, dan 7 .Hal ini dapat disimpulkan pula bahwa keseragaman bobot dalam sediaan
tablet kurang baik dan tidak memenuhi persyaratan yang ditetapkan dimana tidak
boleh satu tablet pun yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata lebih dari harga
dalam kolom B. Kemudian dilakukan uji keseragaman ukuran yang merupakan
perbandingan diameter dan tebal. Hasil yang diperoleh menunjukan bahwa tablet
memenuhi syarat Farmakope III diameter tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak
kurang 1 1/3 tebal tablet.
Tahap evaluasi selanjutnya adalah uji kekerasan tablet. Kekerasan tablet yang
cukup serta tahan penyerbukan dan kerenyahan merupakan persyaratan penting bagi
penerimaan konsumen. Tujuan dari dilakukannnya uji kekerasan ini yaitu untuk
mengetahui kekuatan tablet dimana tablet harus mempunyai kekuatan atau kekerasan
tertentu serta tahan atas kerenyahan agar dapat bertahan terhadap berbagai guncangan
mekanik pada saat pembuatan, dan pengepakanSelain itu tablet juga harus dapat
bertahan terhadap perlakuan berlebihan oleh konsumen. Kekerasan tablet sangat

27
penting diperhatikan terutama untuk produk yang mempunyai masalah
bioavailabilitas nyata atau potensial serta pada produk yang sensitif atas gangguan
pada profil penglepasan pelarutan sebagai fungsi dari tenaga kerja yang digunakan
(Ansel 2008)
Pada praktikum ini diambil 20 tablet kemudian diukur kekerasannya dengan
alat pengukur kekerasan tablet dan diperoleh untuk nilai kekerasan tablet bervariasi
dengan perbedaan kekerasan. Untuk tablet dengan berat lebih dari 300 mg rata-rata
memiliki kekerasan 3 kg/cm2. Adapun faktor yang mempengaruhi kekerasan tablet
adalah kompresibilitas alat cetak dan sifat fisiko kimia bahan yang dikempa, jika gaya
pengepresan yang digunakan saat mencetak tablet kecil maka tekanan yang diterima
oleh bahan juga akan rendah sehingga kekerasan tablet juga akan menjadi rendah atau
tablet bersifat rapuh. Pada umumnya tablet harus cukup keras untuk tahan pecah
waktu dikemas tetapi juga cukup lunak untuk melarut akan menghancur dengan
sempurna begitu digunakan dan dapat dipatahkan diantara jari-jari bila tabletnya
perlu dibagi.
Uji kerapuhan bertujuan untuk mengukur ketahanan permukaan tablet terhadap
gesekan sewaktu pengemasan dan pengiriman.Selain itu kerapuhan yang tinggi akan
mempengaruhi konsentrasi atau kadar zat aktif yang masih terdapat pada tablet Tablet
dengan konsentrasi zat aktif yang kecil (tablet dengan bobot kecil) adanya kehilangan
massa akibat rapuh akan mempengaruhi kadar zat aktif yang masih terdapat dalam
tablet. Pada uji kerapuhan dilakukan dengan cara memasukan 20 tablet yang telah
ditimbang sebelumnya dan dimasukkan ke dalam alat uji kerapuhan (friabilator)
kemudian alat diputar dengan kecepatan konstan (25 rpm) sebanyak 100 kali putaran
Setelah 100 kali putaran dilakukan penimbangan kembali pada semua tablet yang
digunakan untuk uji kerapuhan. Bobot tablet pada awalnya adalah 12,01 g sedangkan
setelah dilakukan uji kerapuhan tablet yang ditimbang didapatkan bobotnya sebesar
11,75 g Nilai % kerapuhan tablet didapatkan dengan cara bobot awal dikurangi bobot
tablet yang diuji dibagi bobot awal tablet maka diperoleh angka kerapuhan tablet.
Dari perhitungan diperoleh angka kerapuhan tablet sebesar 2,16 % Hasil ini tidak
memenuhi standar yaitu untuk nilai friabilitas kurang dari 1%. Kerapuhan tersebut

28
diakibatkan karena pengikat yang digunakan tidak terdistrubusi dengan homogen di
dalam tablet atau tablet yang terbentuk kurang kompak sehingga tablet menjadi
rapuh. Ketahanan terhadap kehilangan berat menunjukkan tablet tersebut untuk
bertahan terhadap goresan ringan atau kerusakan dalam penanganan pengemasan dan
pengepakan.
Untuk uji waktu hancur digunakan alat disintegration tester yang berbentuk
keranjang mempunyai 6 tube plastik yang terbuka dibagian atas sementara dibagian
bawah dilapisi dengan ayakan/screen. Tablet yang akan diuji (sebanyak 5 tablet)
dimasukkan dalam tiap tube ditutup dengan penutup dan dinaik-turunkan keranjang
tersebut dalam medium air dengan suhu 37 C. Penggunaan penutup dimaksudkan
agar tablet tetap terjaga dalam keranjang dan tidak keluar dari tube saat dinaik
turunkan. Proses pencelupan naik turun ini merupakan simulasi dari gerakan
peristaltik saluran cerna, sedangkan volume medium 800 ml dengan suhu 370 C
dipilih untuk menyerupai volume cairan tubuh manusia dan suhu tubuhnya
Dalam monografi yang lain disebutkan mediumnya merupakan simulasi larutan
gastric (Sulaiman 2007) Namun pada pengujian ini media yang digunakan adalah
aquadest dengan pertimbangan bahwa sebagian besar cairan tubuh manusia adalah
air. Unutk uji kadar zat aktif dilakukan dengan menimbang 0,05 gram tablet yang
telah di gerus kemudian dilarutkan dalam larutan buffer 100 ml dan dilakukan
pengenceran dengan memipet sebanyak 250 mikron add larutan buffer 10 ml. Larutan
yang terbentuk kemudian dimasukan kedalam kuvet untuk selanjutnya di lihat nilai
absorbansinya dengan spektrofotometer, dapat diketahui nilai absorbansi yang terbaca
yaitu 0,735 dan untuk kadar dari tablet paracetamol yaitu 0,355 mg/ml.
Farmakope Indonesia III menyebutkan bahwa waktu yang diperlukan untuk
menghancurkan tablet tak bersalut adalah tidak lebih dari 15 menit Dalam praktikum
uji waktu hancur yang dilakukan tablet hancur dalam waktu 4 menit 46 detik
sehingga dapat dikatakan memenuhi persyaratan waktu hancur.

29
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Setelah dilakukan praktikum pembuatan tablet menggunakan metode
granulasi basah dapat disimpulkan :
Berdasarkan evaluasi granul tablet paracetamol yang telah dilakukan,
parameter yang tidak memenuhi syarat yaitu glanulometri yang disebabkan
karena dalam melakukan pengujian ini, granul yang sudah tertampung
didalam wadah tidak ditimbang, sehingga mempengaruhi hasil yang diperoleh
dan tidak memiliki nilai mencapai 100%. adapun parameter yang memenuhi
syarat meliputi uji kecepatan alir, uji kelembaban, pengukuran BJ nyata, BJ
mampat, BJ sejati, kadar pemampatan, perbandingan Haussner dan persen
kompresibilitas.
Berdasarkan evaluasi tablet paracetamol yang telah dilakukan,
parameter yang tidak memenuhi syarat yaitu friabilitas karena memiliki nilai
f>1% kemudian Keseragaman bobot tablet tidak memenuhi syarat karena
terdapat data yang menyimpang dari bobot rata-rata lebih dari harga dalam
kolom B Yaitu >10% . adapun parameter uji yang memenuhi syarat meliputi
uji keseragaman ukuran dan uji kekerasan.untuk uji waktu hancur diperlukan
waktu selama 4 menit 46 detik dan kadar dari tablet paracetamol yaitu 0,355
mg/ml.

5.2 Saran
Pada evaluasi granul ,parameter yang tidak memenuhi syarat yaitu
glanulometri, seharusnya granul yang sudah tertampung didalam wadah
ditimbang agar nilainya mencapai 100%.

30

Вам также может понравиться