Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Dalam hal ini wanita tidaklah sama dengan laki-laki. Dikarenakan ulama telah
sepakat bahwa shalat jamaah tidaklah wajib bagi wanita dan tidak ada perselisihan
pendapat di kalangan mereka dalam permasalahan ini.
Ibnu Hazm rahimahullah berkata (Al-Muhalla, 3/125): Tidak diwajibkan bagi kaum
wanita untuk menghadiri shalat maktubah (shalat fardhu) secara berjamaah. Hal ini
merupakan perkara yang tidak diperselisihkan (di kalangan ulama). Beliau juga
berkata: Adapun kaum wanita, hadirnya mereka dalam shalat berjamaah tidak
wajib, hal ini tidaklah diperselisihkan. Dan didapatkan atsar yang shahih bahwa para
istri Nabi shallallahu alaihi wasallam shalat di kamar-kamar mereka dan tidak
keluar ke masjid. (Al-Muhalla, 4/196)
Al-Imam An-Nawawi rahimahullah menyatakan: Telah berkata teman-teman kami
bahwa hukum shalat berjamaah bagi wanita tidaklah fardhu ain tidak pula fardhu
kifayah, akan tetapi hanya mustahab (sunnah) saja bagi mereka. (Al-Majmu
Syarhul Muhadzdzab, 4/188)
Ibnu Qudamah rahimahullah juga mengisyaratkan tidak wajibnya shalat jamaah bagi
wanita dan beliau menekankan bahwa shalatnya wanita di rumahnya lebih baik dan
lebih utama. (Al-Mughni, 2/18)
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam sendiri telah bersabda kepada para wanita:
Shalatnya salah seorang di makhda-nya (kamar khusus yang digunakan untuk
menyimpan barang berharga) lebih utama daripada shalatnya di kamarnya. Dan
shalatnya di kamar lebih utama daripada shalatnya di rumahnya. Dan shalatnya di
rumahnya lebih utama daripada shalatnya di masjid kaumnya. Dan shalatnya di
masjid kaumnya lebih utama daripada shalatnya bersamaku. (HR. Ahmad, Ibnu
Khuzaimah dan Ibnu Hibban dalam Shahih keduanya. Dihasankan oleh Asy-Syaikh
Al-Albani dalam Jilbab Al-Marah Al-Muslimah, hal. 155)
Dari keterangan di atas, jelaslah bagi kita akan keutamaan shalat wanita di
rumahnya. Setelah ini mungkin timbul pertanyaan di benak kita: Apakah shalat
berjamaah yang dilakukan wanita di rumahnya masuk dalam sabda Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam:
Shalat berjamaah dibandingkan shalat sendiri lebih utama dua puluh lima (dalam
riwayat lain: dua puluh tujuh derajat). (Shahih, HR. Al-Bukhari no. 645, 646 dan
Muslim no. 649, 650)
Dalam hal ini Ibnu Hajar Al-Asqalani rahimahullah menegaskan bahwa keutamaan
25 atau 27 derajat yang disebutkan dalam hadits khusus bagi shalat berjamaah di
masjid dikarenakan beberapa perkara yang tidak mungkin didapatkan kecuali
dengan datang berjamaah di masjid. (Fathul Bari, 2/165-167)
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam sendiri telah meriwayatkan akan hal ini
dalam sabdanya:
Shalat seseorang dengan berjamaah dilipat gandakan sebanyak 25 kali lipat bila
dibandingkan shalatnya di rumahnya atau di pasar. Hal itu dia peroleh dengan
berwudhu dan menyempurnakan wudhunya, lalu ia keluar menuju masjid dan tidak
ada yang mengeluarkan dia kecuali semata untuk shalat. Maka tidaklah ia
melangkah dengan satu langkah melainkan diangkat baginya satu derajat dan
dihapus darinya satu kesalahan. Tatkala ia shalat, para malaikat terus menerus
mendoakannya selama ia masih berada di tempat shalatnya dengan doa: Ya Allah,
berilah shalawat atasnya. Ya Allah, rahmatilah dia. Terus menerus salah seorang
dari kalian teranggap dalam keadaan shalat selama ia menanti shalat. (Shahih, HR.
Al-Bukhari no. 647 dan Muslim no. 649)
_____________________________
Footnote:
*) Yakni mereka yang ikut hadir untuk shalat berjamaah di masjid. (Syarah Shahih
Muslim, 5/137, Fathul Bari, 2/59)
**) Yang dimaksud Al-Imam Asy-Syaukani rahimahullah adalah atsar yang
diriwayatkan Al-Imam Al-Bukhari (no. 869) dan Al-Imam Muslim (no. 445) dari
Aisyah radhiyallahu anha, ia berkata: Seandainya Rasulullah shallallahu alaihi
wasallam melihat apa yang diperbuat oleh para wanita itu, niscaya beliau akan
melarang mereka mendatangi masjid sebagaimana dilarangnya para wanita Bani
Israil. Al-Imam An-Nawawi rahimahullah berkata: Yang diperbuat oleh wanita
tersebut adalah (keluar ke masjid dengan) mengenakan perhiasan, wangi-wangian,
dan pakaian yang bagus. (Syarah Shahih Muslim, 4/164)
Isi Pesan:
Assalamualaikum wrwb.
Saya menikah bulan april yang lalu. Sebelum menikah, saya dan istri insya Allah
senantiasa menjaga sholat fardhu berjamaah. Sebagai laki-laki, saya berusaha
menjalankan sholat waktu berjamaah di masjid. Sedangkan istri saya terbiasa
berjamaah di kost bersama teman satu kost atau kontrakannya.
Setelah menikah dan tinggal berdua dengan istri saya tetap ingin menjalankan sholat
jamaah di masjid. Konsekuensinya istri yang biasanya sholat jamaah di rumah
terkadang jadi sholat sendirian.
Mohon kiranya ustadz memberikan solusi yang tepat bagi istri saya, bagaimana
seharusnya mengambil keputusan. Bagi seorang wanita, manakah yg lebih utama,
sholat dirumah atau ikut berjamaah dimasjid?
Jazakallah khairan katsir
NB: kondisi masjid di dekat rumah saya alhamdulillah cukup representatif bagi
wanita karena ada hijab/pembatas jamaah pria dan wanita dan tempat wudhu pria
dan wanita terpisah.
Jawaban:
Wassalaamualaykum warohmatullahi wa barokatuh
Mudah-mudahan Akh Ibnu sekeluarga selalu dalam hidayah Allah dan tetap
istiqomah melakukan amalan-amalan yang terbaik.
( ) ( 2 / 17)
: : ((
))
Dari Ibn Umar r.a., bahwasanya Rasulullah saw bersabda: Sholat berjamaah itu
adalah lebih utama dua puluhtujuh derajat dibanding sholat sendiri (Hadis
muttafaqun alaih)
Hadis ini pada hekekatnya berlaku umum, artinya baik laki-laki maupun perempuan
akan memperoleh pahala yang sama apabila melaksanakan shalat berjamaah.
1.
1. Untuk laki-laki yang merdeka, madzhab Hanafi dan Maliki menganggap sunnah
muakaddah, Madzhab Syafii menganggap fardhu kifayah, sedangkan Madzhab
Hambali menganggap wajib, masing-masing dengan dalil yang kuat. Kesimpulannya
untuk laki-laki perintah untuk sholat berjamaah di masjid sangat kuat minimal
sunnah muakkadah (Al Fiqh al Islam wa Adillatuhu, Wahbah Zuhaili)
2. Untuk perempuan ada hadis yang berbunyi
( 3 / 92)
: :
Dari Ibnu Umar r.a., bhawasanya Rasulullah s.a.w. pernah bersabda: Janganlah
kamu larang isteri-isteri mu (pergi shalat ke) masjid, namun (shalat) di rumah
mereka lebih baik (Hadis Shohih Ibnu Khuzaimah)
Ada beberapa dalil dari sunnah yang shahihah yang menunjukkan keikutsertaan
wanita dalam shalat berjamaah di masjid. Tiga di antaranya kami sebutkan berikut
ini :
Hadis ini mengabarkan kepada kita bahwa para wanita anak-anak telah sholat
maghrib berjamaah bersama Rasulullah dan menunggu sholat Isya, namun karena
sholat Isya di takhirkan mereka tertidur.
Imam Nawawi dalam syarahnya terhadap hadits di atas berkata : Ucapan Umar
(Telah tertidur para wanita dan anak anak) yakni di antara mereka yang menanti
didirikannya shalat berjamaah di masjid.
4. Kesimpulan
1. Wanita shalat jamaah di masjid bersama atau atas ijin suami, kecuali kalau sudah
tua.
2. Tidak meninggalkan kewajibannya sebagai isteri (misalnya mengasuh anak,
menyiapkan makanan untuk keluarga dll).
3. Tidak memakai wewangian yang menyebabkan orang tertarik kepadanya.
4. Tidak tabarruj (menghias diri berlebihan)
5. Tidak ikhtilat (bercampur antara laki-laki dan perempuan)
6. Kalau di rumah bisa berjamaah dengan anak, kemenakan atau pembantu itu lebih
baik.
Wallahu alam
Muhammad Rosyad
Wa alaikum salam wr wb
Akhi fillahsebelumnya sy ucapkan barokallahu laka wa baroka alaika wa jamaa
bainakuma fi khoirin
mengenai sholat berjamaah bagi seorang wanita Nabi saw bersabda:
janganlah kamu melarang para wanita pergi ke masjid, dan rumah-rumah mereka
lebih baik bagi mereka. (HR. Abu Dawud, Ahmad, Ibnu Khuzaimah, Baihaqi dan
Thabrani). berdasarkan hadits ini, maka wanita dibolehkan sholat di masjid, dan
sholat di rumah adalah lebih baik baginya.
para wanita dibolehkan sholat di masjid dengan syarat:
1. ada izin dari suami.
Nabi saw bersabda: jika istri-istrimu meminta izin ke masjid-masjid, maka
izinkanlah mereka. (HR. Bukhari, Muslim, Ahmad, Ibnu Hibban)
2. tidak memakai wangi-wangian.
Nabi saw bersabda: Janganlah kamu melarang hamba Allah pergi ke masjid-masjid
Allah, tetapi hendaklah mereka keluar tanpa wangi-wangian. (HR. Abu Dawud,
Ahmad, Ibnu Khuzaimah, Darimi dan Baihaqi)
Nabi juga bersabda: perempuan mana saja yang memakai wangi-wangian,
kemudian ia pergi ke masjid, maka tidak diterima sholatnya sehingga dia mandi.
(HR. Ibnu Majah)
Mana yang lebih utama bagi wanita, sholat di masjid atau di rumah?
yang lebih utama adalah sholat di rumah, jika di lakukan berjamaah, sebagaimana
sabda Nabi saw: Sholat berjamaah lebih utama daripada sholat sendiri dengan 27
derajat. (HR. Bukhari dan Muslim).
Dan jika dilakukan tepat waktu. sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ibnu Masud
RA, dia berkata: Aku bertanya kepada Rasulullah saw, amalan apakah yang paling
dicintai Allah SWT?, beliau bersabda: Sholat tepat pada waktunya. (HR. Bukhari
dan Muslim).
jika sulit untuk tepat waktu di rumah, maka lebih baik sholat berjamaah di masjid
agar tepat waktu.
wallahu alam
BOLEHKAH SEORANG WANITA SHOLAT BERJAMAAH DIMASJID?
Saudaraku yang dimuliakan Allah swt
Para ulama telah bersepakat bahwa shalat seorang laki-laki lebih utama dilakukan
berjamaah di masjid daripada di rumahnya, sebagaimana hadits yang diriwayatkan
dari Ibnu Umar bahwa Rasulullah saw bersabda,Shalat berjamaah itu lebih utama
daripada shalat sendirian sebanyak dua puluh tujuh derajat. (HR. Bukhari dan
Muslim)
Juga hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairoh bahwa telah datang seorang laki-
laki buta menemui Nabi saw dan berkata,Wahai Rasulullah aku tidak memiliki
penuntun yang akan membawaku ke masjid. Ia meminta agar Rasulullah saw
memberikan rukhshah (keringanan) kepadanya untuk melakukan shalat di
rumahnya lalu Nabi saw memberikan rukhshah kepadanya. Namun tatkala orang itu
berlalu maka beliau saw memanggilnya dan bertanya kepadanya,Apakah kamu
mendengar suara adzan untuk shalat? orang itu berkata,ya. Beliau bersabda,kalau
begitu kamu harus menyambutnya (ke masjid). (HR. Muslim) (baca : Mendengar
Adzan Ketika Sedang Sibuk)
Adapun bagi seorang wanita maka kehadirannya di masjid untuk melakukan shalat
berjamaah diperbolehkan bagi mereka yang sudah tua dan dimakruhkan bagi yang
masih muda karena dikhawatirkan adanya fitnah. Untuk itu yang lebih utama
baginya adalah melakukan shalat di rumahnya, demikian menurut DR. Wahbah.
Beberapa pendapat para ulama tentang permasalahan ini adalah :
1. Abu Hanifah dan dua orang sahabatnya mengatakan bahwa makruh bagi seorang
wanita yang masih muda menghadiri shalat berjamaah (di masjid) secara mutlak
karena dikhawatirkan adanya fitnah. Abu Hanifah mengatakan bahwa tidak
mengapa bagi seorang wanita yang sudah tua pergi ke masjid untuk shalat shubuh,
maghrib dan isya karena nafsu syahwat bisa menimbulkan fitnah di waktu-waktu
selain itu. Orang-orang fasiq tidur pada waktu shubuh dan isya kemudian mereka
disibukan dengan makanan pada waktu maghrib. Sedangkan kedua orang
sahabatnya membolehkan bagi seorang wanita yang sudah tua pergi ke masjid untuk
melakukan semua shalat karena tidak ada fitnah didalamnya dikarenakan kecilnya
keinginan (syahwat) seseorang terhadapnya.
Dan madzhab dikalangan para ulama belakangan adalah memakruhkan wanita
menghadiri shalat jamaah walaupun shalat jumat secara mutlak meskipun ia
seorang wanita tua pada malam hari dikarenakan sudah rusaknya zaman dan
tampaknya berbagai kefasikan.
2. Para ulama Maliki mengatakan bahwa dibolehkan bagi seorang wanita dengan
penuh kesucian dan tidak memikat kaum laki-laki untuk pergi ke masjid melakukan
shalat berjamaah, id, jenazah, istisqo (shalat meminta hujan), kusuf (shalat gerhana)
sebagaimana dibolehkan bagi seorang wanita muda yang tidak menimbulkan fitnah
pergi ke masjid (shalat berjamaah) atau shalat jenazah kerabatnya. Adapun apabila
dikhawatirkan terjadinya fitnah maka tidak diperbolehkan baginya untuk pergi ke
masjid secara mutlak.
3. Para ulama Syafii dan Hambali mengatakan bahwa makruh bagi para wanita yang
cantik atau memiliki daya tarik baik ia adalah seorang wanita muda atau tua untuk
pergi ke masjid shalat berjamaah bersama kaum laki-laki karena hal itu merupakan
sumber fitnah dan hendaklah ia shalat di rumahnya. Dan dibolehkan bagi para
wanita yang tidak menarik untuk pergi ke masjid jika ia tidak mengenakan wangi-
wangian dan atas izin suaminya meskipun sesungguhnya rumahnya lebih baik
baginya, berdasarkan sabda Rasulullah saw,Janganlah engkau melarang para
wanita itu pergi ke masjid meskipun rumah mereka lebih baik bagi mereka.
Didalam lafazh lainnya disebutkan,Apabila para wanita kalian meminta izin kepada
kalian pada waktu malam hari untuk ke masjid maka izinkanlah mereka. (HR.
Jamaah kecuali Ibnu Majah) yaitu jika aman dari kerusakan (fitnah). Juga sabdanya
saw,Janganlah kamu melarang para wanita pergi ke masjid, hendaklah mereka
keluar tanpa memakai wangi-wangian. (HR. Ahmad, Abu daud dari Abu Hurairoh)
dan dari Ummu Salamah bahwa Rasulullah saw bersabda,Sebaik-baik masjid bagi
kaum wanita adalah didalam rumahnya. (HR. Ahmad)
Intinya adalah bahwa tidak dibolehkan bagi seorang wanita cantik (menarik) untuk
pergi ke masjid dan dibolehkan bagi wanita yang sudah tua. (al Fiqhul Islami wa
Adillatuhu juz II hal 1172 1173)
Wallahu Alam
sumber: eramuslim.com
https://cahayawahyu.wordpress.com/religion/hukum-shalat-berjamaah-di-masjid-bagi-
wanita-dari-berbagai-pendapat/