Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Laporan Penelitian
Disusun untuk memenuhi tugas akhir guna mencapai gelar
sarjana di bidang Ilmu Teknik Kimia
oleh :
Ciu Ling (6200079)
Bernadet I. Halim (6200088)
Pembimbing :
Judy Retti W., Ir., MAppSc.
M.Verdi Suherman, ST.
CATATAN / KOMENTAR:
SURAT PERNYATAAN
Adalah hasil pekerjaan kami dan seluruh ide, pendapat, atau materi dari sumber
lain telah dikutip dengan cara penulisan referensi yang sesuai.
Pernyataan ini kami buat dengan sebenar-benarnya dan jika pernyataan ini tidak
sesuai dengan kenyataan, maka kami bersedia menanggung sanksi peraturan yang
berlaku.
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan bimbingan-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian ini. Penulisan laporan
penelitian ini disusun untuk memenuhi tugas akhir guna mencapai gelar sarjana di
bidang Ilmu Teknik Kimia.
Selama penulisan laporan ini, penulis telah banyak menerima bimbingan,
bantuan, maupun dukungan dan juga saran-saran dari berbagai pihak. Oleh karena
itu, pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan rasa terima kasih
kepada :
1. Orang tua penulis atas dorongan dan bantuannya baik moral maupun
materi dalam penyusunan laporan penelitian ini.
2. Ibu Judy Retti W., Ir., MAppSc. dan Bapak M.Verdi Suherman, ST. selaku
dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya
untuk membimbing dan memberikan pengarahan.
3. Andrea, Catharine, Chelsia, Hartono, Imelda, Robert, dan Yullia atas kerja
samanya sebagai sesama rekan penelitian kertas.
4. Dan teman-teman lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari dalam laporan penelitian ini masih terdapat kelemahan.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran atau kritik yang membangun.
Penulis
INTISARI
Dalam penelitian ini metode yang digunakan untuk pembuatan pulp eceng
gondok maupun pulp kertas koran adalah metode enzimatis. Rancangan
percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan faktorial acak
dengan 3 variabel dan dua level (23). Variabel-variabel yang diamati adalah
konsistensi dengan variasi 1% dan 2%; perbandingan jumlah serat eceng gondok
terhadap serat kertas koran bekas dengan variasi 1:2 dan 2:1; dan perbandingan
berat kering total serat terhadap zat aditif clay dengan variasi 1:0,05 dan 1:0,2.
Analisis dilakukan untuk melihat apakah variabel-variabel tersebut berpengaruh
terhadap nilai ketahanan tarik dan ketahanan sobek dari lembaran pulp yang
dihasilkan.
This research was studied about the making of pulp from the mixture of
water hyacinths fiber and newspapers fiber. The election of this materials was
caused of its abundance and havent exploited yet.
HALAMAN JUDUL i
LEMBAR PENGESAHAN ii
SURAT PERNYATAAN iii
KATA PENGANTAR iv
DAFTAR ISI v
DAFTAR GAMBAR viii
DAFTAR TABEL ix
INTISARI xi
ABSTRACT xii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.1.1 Kertas Koran 4
1.1.2 Eceng Gondok 5
1.2 Tema Sentral Masalah 5
1.3 Identifikasi Masalah 6
1.4 Premis 6
1.5 Hipotesis 7
1.6 Tujuan 7
1.7 Manfaat 7
DAFTAR PUSTAKA 71
LAMPIRAN A. UJI KETAHANAN SOBEK 74
LAMPIRAN B. UJI KETAHANAN TARIK 77
LAMPIRAN C CONTOH LEMBARAN PULP 80
LAMPIRAN D CONTOH PERHITUNGAN RUN PENELITIAN 86
LAMPIRAN E PERHITUNGAN STATISTIK 91
LAMPIRAN F GAMBAR ALAT 96
LAMPIRAN G LITERATUR 98
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
Penelitian ini menggunakan enzim untuk melepaskan tinta dari serat kertas
koran bekas. Menurut hasil penelitian Prasad [1993], proses enzimatis dapat
meningkatkan derajat keputihan dan kebersihan serat sekunder yang akan
dihasilkan. Selain itu, dengan menggunakan enzim, tinta yang dipisahkan tidak
berupa larutan tetapi berbentuk padatan sehingga pemisahannya lebih mudah
dibandingkan dengan larutan tinta cetak.
1.1.2 Eceng Gondok
Eceng gondok (Eichhornia crassipes) adalah tumbuhan air yang
keberadaannya seringkali divonis sebagai gulma atau tanaman pengganggu.
Pertumbuhan eceng gondok sangat cepat dan sukar dikendalikan sehingga
populasinya berlebihan dan menimbulkan berbagai masalah perairan. Masalah
perairan tersebut antara lain pendangkalan perairan, berkurangnya daya tampung
waduk, dan terganggunya lalu lintas perairan.
Namun sebagai tumbuhan air, eceng gondok sebenarnya mempunyai peran
positif jika dapat ditangani dengan baik. Keberadaan tumbuhan air dapat
membantu aerasi, meningkatkan pengendapan, dan menciptakan kestabilan
perairan dengan penyerapan unsur hara. Eceng gondok juga mempunyai
keistimewaan yaitu dapat menyerap logam beracun, limbah industri, limbah
rumah tangga, dan limbah pertanian.
Agar tidak menimbulkan masalah lagi maka pemanfaatan eceng gondok
perlu diusahakan. Selama ini berbagai pemanfaatan telah dicoba diantaranya
sebagai media jamur, gas bio, makanan ternak, kerajinan tangan, dll. Penelitian ini
mempelajari pemanfaatan eceng gondok dalam industri pulp dan kertas.
Dari segi pemanfaatannya dalam industri kertas, eceng gondok
memberikan prospek yang baik. Pertumbuhannya yang cepat dan populasinya
yang berlebihan merupakan potensi sumber selulosa dalam pembuatan kertas
[Joedodibroto R., 1983].
1.4 Premis
1. Serat eceng gondok terutama terdapat pada batang [Joedodibroto R., 1983].
2. Kandungan selulosa eceng gondok mencapai 64.51 % berat [Joedodibroto R.,
1983].
3. Kandungan pektin eceng gondok mencapai 7.2 % berat [Sugesti, 1983].
4. Penerapan suhu yang relatif tinggi pada pemasakan tak memperbaiki
delignifikasi, membuat pulp berwarna tua dan berlendir yang susah dicuci dan
disaring [Joedodibroto R., 1983].
5. Kondisi pembuatan pulp eceng gondok [Holia Onggo, 1998].
a. Perbandingan volume bahan dan cairan = 1 : 5.
b. Suhu pemasakan = 100oC.
c. Waktu pemasakan = variasi yaitu 75 dan 90 menit.
6. Variabel-variabel proses pembuburan dan perlakuan enzimatis terhadap
penghilangan tinta kertas koran bekas secara enzimatis dengan proses flotasi
[Rudy Winarto, 1998] adalah sebagai berikut :
a. Enzim yang digunakan jenis enzim selulase, dengan nama dagang
Celluclast 1,5 L.
b. Lama perlakuan enzimatis = 15 menit.
1.5 Hipotesis
1. Semakin banyak jumlah serat eceng gondok yang ditambahkan maka nilai
ketahanan tarik dan ketahanan sobek lembaran pulp yang dihasilkan akan
semakin besar.
2. Semakin banyak bahan aditif clay yang ditambahkan maka semakin besar nilai
ketahanan tarik dan ketahanan sobek lembaran pulp yang dihasilkan.
3. Semakin besar konsitensi maka semakin besar nilai ketahanan tarik dan
ketahanan sobek lembaran pulp yang dihasilkan.
1.6 Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah variabel-variabel
konsistensi, perbandingan jumlah serat eceng gondok terhadap serat kertas koran
bekas, dan perbandingan pemakaian zat aditif clay berpengaruh terhadap
ketahanan tarik dan ketahanan sobek lembaran pulp yang dihasilkan dari pulp
eceng gondok dan pulp kertas koran bekas, dan menentukan variasi yang
memberikan hasil ketahanan tarik dan ketahanan sobek terbaik.
1.7 Manfaat
1. Meningkatkan nilai tambah eceng gondok dan kertas koran bekas sebagai
bahan baku pembuatan pulp.
2. Meningkatkan pemahaman terhadap pengaruh perbandingan jumlah serat
eceng gondok, serat koran bekas dengan bahan aditif clay pada proses
pembuatan pulp dari eceng gondok dan kertas koran bekas.
3. Meningkatkan pemahaman terhadap pengaruh konsistensi pulp pada
proses pembuatan pulp dari eceng gondok dan kertas koran bekas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Selulosa yang dibuat menjadi kertas dapat berupa virgin pulp atau recycle
pulp. Virgin pulp dapat berasal dari kayu (wood), maupun bahan-bahan non-kayu
(non-wood) seperti jerami, merang, ilalang, bambu, bagase tebu, dan lain-lain.
Sedangkan recycle pulp berasal dari pengolahan kertas bekas [P.N. Kertas Letjes,
1965].
Keuntungan dari non-wood ini yaitu dapat tumbuh di daerah yang tidak
memungkinkan untuk pohon tumbuh dan dengan curah hujan serta kesuburan
yang rendah. Secara umum, panen non-wood setiap tahunnya lebih banyak
dibandingkan kayu. Contohnya, jerami dapat panen sebanyak 20 metrik ton
per hektar, yang jauh lebih banyak bila dibandingkan pohon. Panen tanaman
non-wood relatif lebih cepat, biasanya satu atau dua tahun setelah penanaman,
sedangkan pohon membutuhkan waktu 10 sampai 20 tahun untuk mencapai
dewasa [J. C. Robert, 1996].
1. Kertas Koran
Kertas koran adalah salah satu jenis kertas yang banyak didaurulang untuk
dijadikan pulp sekunder dalam industri pembuatan kertas. Kertas koran yang
dibuat dari pulp mekanis memiliki derajat keputihan yang rendah karena
tingginya kandungan lignin yang bercampur dengan serat-serat selulosa.
Untuk meningkatkan derajat keputihan maka dilakukan pencampuran antara
80 85 % bahan baku pulp yang dibuat melalui proses mekanis dengan 15
20 % pulp yang dibuat melalui proses kimia. Penambahan pulp kimia ini juga
dapat meningkatkan kekuatan kertas karena pulp kimia memiliki serat-serat
yang lebih panjang.
Pulp sekunder dari kertas koran bekas memiliki kecerahan yang rendah,
kekuatan retak, kekuatan tarik dan opasitas yang rendah dari semula, namun
kehalusan permukaan dan ketahanan terhadap pengerutannya tinggi. Untuk
mengatasi kekuatan fisiknya yang rendah, maka pada pembuatan kertas
sebaiknya ditambahkan pulp baru (virgin pulp) sekitar 15 20 %.
Kertas koran juga biasanya mengandung bahan-bahan pengisi (filler) yang
ditambahkan saat proses produksinya. Selain itu dalam pembuatan kertas
koran ditambah juga bahan pemutih optik (Optical Brightening Agent/ OBA)
untuk mengubah warna kertas dari putih kekuning-kuningan menjadi putih
kebiru-biruan; untuk memperbaiki retensi bahan pewarna tertentu ditambah
alum.
2. Eceng Gondok
Eceng gondok merupakan tumbuhan air dan termasuk dalam keluarga
Pontederaceae. Susunan tubuh eceng gondok terdiri dari batang rhizoma, akar
yang berserabut, dan daun yang tersusun melingkar. Bentuk tanaman eceng
gondok dapat dilihat pada Gambar 2.1. Berat kering normal tanaman eceng
gondok sekitar 5 7 % dari berat segarnya [Gopal, 1981].
Pendayagunaan eceng gondok dalam pembuatan pulp dan kertas telah
diteliti oleh para ahli dan masih diperdebatkan. Ada peneliti yang mengklaim
telah berhasil membuat kertas berkualitas baik dari eceng gondok, sedangkan
peneliti lainnya melaporkan hasil yang sebaliknya. Azam [1941] melaporkan
bahwa tidak seluruh bagian tanaman eceng gondok dapat dimanfaatkan untuk
membuat pulp. Penggunaan daun eceng gondok dapat menyebabkan sifat
rapuh karena kandungan selulosanya yang relatif lebih sedikit. Pemakaian
akarnya akan menghasilkan pulp yang berwarna lebih gelap, sedangkan dari
bagian batang diperoleh hasil yang cukup memuaskan.
Sedangkan dari analisa kimia bahan baku eceng gondok segar yang
dilakukan oleh Gopal [1981] diperoleh data seperti yang dapat dilihat pada
Tabel 2.3.
Kertas tulis,
Natural
43-52 SiO2 kertas
fill 2,52-
Al2O32SiO22H2O 34-42 Al2O3 1,56 80-86 Koran,
er 2,60
12-15 H2O kertas cetak,
Clay board
52-63 SiO2 Papeteries,
Talc
27-34,5 MgO kertas tulis,
(termasuk H2Mg3.(SiO3)4 2,6-2,8 1,56-1,57 80-89
0,3-2,6 Al2O3 kertas cetak,
agalite)
0,6-6,0 H2O boxboard
60-62 SiO2
Agalite Blotting,
H2Mg3.(SiO3)3 30-35MgO 2,5-2,9 1,56 92
(asbestine) board
1,4-2,3 H2O
Improve
bulk and
Silika
drainage of
diatom SiO2 . 2,0 1,40-1,46 65-75
board
(alami)
stocks,
reduse pitch
Silika SiO2 . 2,3 1,40-1,46 90-95 Specialties
diatom
(perlakuan
kimia)
Ground 32,6 CaO Writing,
gypsum CaSO4.2H2O 45,5 SO3 2,3-2,4 1,52-1,59 80-91 bonds,
(terra alba) 19,4 H2O specialties
Burnt 41 CaO Writing,
1,571-
gypsum CaSO4 58 SO3 2,7-3,0 85-90 bonds,
1,614
(pearl filler) 0,6 H2O specialties
Artificial
f
i
l
l
e Kertas cetak.
r .. Koran,
CaCO3 2,3 1,56 95-97
Endapan kertas rokok
kalsium
karbonat
Kertas cetak.
65 CaCO3
Raffold CaCO3.Mg(OH)2 2,5-2,7 1,53 95-96 Coating
35 Mg(OH)2
base paper
Kalsium
karbonat-
CaCO3.Mg[OH]x[ Majalah,
basic .. 2,5-2,7 1,54 95-97
CO3]y buku
magnesium
karbonat
43,4 CaO
Kalsium
CaSO3.H2O 49,6 SO2 2,51 1,57 92-96 majalah
sulfit
7,0 H2O
2,19
Magnesium Endapan magnesit 2,9-3,1
1,60 98 Kertas rokok
karbonat MgCO3.3H2O 3,04
1,81
Specialties,
Blane fixe BaSO4 4,2-4,5 1,64 96-97
kertas foto
Endapan 32 CaO
Kertas tulis,
kalsium CaSO4.2H2O 45 SO3 .. 1,55 95-97
specialties
sulfat 22 H2O
Bond,
Titanium
printing,
dioksida
TiO2 99 TiO2 3,9 2,55 98,5 waxing,
(anatase
board liner,
form)
coating
Titanium
dioksida TiO2 97,5 TiO2 4,2 2,75 97
(Rutile form)
Coating,
Pigmen
30 TiO2 machine
Titanium TiO2 + CaSO4 . 1,87-1,98 96-98
70 CaSO4 coating,
kalsium
specialties
Seng sulfida ZnS 95 ZnS 4,0 2,37 96-98 Bond,
printing,
5 BaSO4 specialties,
waxing
Bond,
28-30 ZnS printing,
Lithopone ZnS + BaSO4 4,3 1,84 95
70-72 BaSO4 specialties,
waxing
Bond,
Double
50 ZnS printing,
strength ZnS + BaSO4 4,22 . 97-98
50 BaSO4 specialties,
lithopone
waxing
Bond,
Titanated TiO2 + ZnS + 85 lith. printing,
4,22 . 97
lithopone BaSO4 15 TiO2 specialties,
waxing
Agar bahan pengisi dapat berfungsi dengan baik dan tidak mengganggu
kelancaran mesin maka beberapa karakteristik penting seperti ukuran partikel,
luas permukaan spesifik, efek penambahan terhadap sifat kekuatan, sifat optik,
dan daya abrasi bahan pengisi yang digunakan harus diperhatikan.
Ukuran, bentuk, luas permukaan spesifik dan indeks refraksi pigmen
mempengaruhi efisiensi light scattering dan juga kemampuan pigmen tersebut
untuk beraglomerasi. Menurut teori Mie, penghamburan cahaya maksimum
didapat pada partikel speris yang berdiameter 0,2 0,3 m. Namun karena tidak
semua partikel mempunyai bentuk speris maka penentuan ukuran partikel non-
speris didasarkan pada diameter ekivalen terhadap diameter speris.
Indeks refraksi merupakan sifat dasar pigmen yang dipengaruhi oleh
komposisi kimia dan susunan atom dalam struktur kristalnya. Semakin tinggi
indeks refraksi maka semakin banyak cahaya yang dihamburkan.
Sifat kekuatan lembaran berbanding terbalik dengan jumlah dan luas
permukaan spesifik bahan pengisi yang ditambahkan. Jumlah penambahan dan
luas permukaan spesifik bahan pengisi mempengaruhi terbentuknya ikatan antar
serat.
Sifat abrasi yang rendah merupakan faktor penting yang dipersyaratkan
agar keberadaan bahan pengisi tersebut di dalam stok tidak mengganggu keawetan
kasa, piringan pencetakan, atau pisau pada proses penyempurnaan. Pada dasarnya
abrasi pigmen bahan pengisi dipengaruhi oleh dua faktor yaitu sifat alamiah
(kadar silika dan tingkat kekerasan kristal) dan sifat fisiknya (ukuran, bentuk, dan
luas permukaan spesifik).
Salah satu jenis bahan pengisi untuk proses pembuatan kertas secara alkali
yang dinilai dapat mengakomodir persyaratan di atas adalah kalsium karbonat.
Namun demikian tidak tertutup kemungkinan bahan pengisi lain seperti kaolin,
titanium dioksida atau pigmen sintetik lainnya untuk digunakan sebagai bahan
pengisi pada kertas alkali dalam bentuk campurannya dengan kalsium karbonat.
Pencampuran ini bertujuan untuk mendapatkan kondisi alkali dari kalsium
karbonat yang mempunyai pH 8 10,5.
a. Kalsium Karbonat
Secara komersial kalsium karbonat dipasarkan dalam dua jenis yaitu jenis
alam (ground) dan jenis sintetik (presipitat). Keunggulan jenis sintetik terletak
pada sifat fisik yang dapat diubah melalui pengaturan proses dan kondisi
reaksi sehingga diperoleh partikel dengan sifat yang diinginkan seperti ukuran,
bentuk, densitas, dan luas permukaan spesifik, dengan demikian akan
memberikan derajat putih, tingkat retensi, abrasi dan waktu pengendapan yang
lebih baik dibandingkan jenis alam.
Pada pembuatan kertas sigaret, kalsium karbonat ditambahkan dalam
jumlah besar (40 %) untuk mengendalikan porositas dan kecepatan bakar.
Karena berpengaruh langsung terhadap porositas lembaran, maka penambahan
kalsium karbonat pada kertas yang memerlukan kelicinan tinggi perlu
mendapat perhatian.
b. Kaolin (Clay)
Bahan ini berasal dari deposit mineral kaolinit yang mempunyai bentuk
kristal pipih dan panjang, bermuatan negatif, serta unsur pembangun
utamanya adalah aluminium dan silika (Al2O3.2SiO2.2H2O). Untuk
mendapatkan derajat putih yang lebih tinggi, biasanya mineral kaolinit
mengalami proses pemutihan dan kalsinasi.
Meskipun kaolin mempunyai derajat putih lebih rendah dari bahan pengisi
lain akan tetapi pemakaian bahan tersebut pada kertas cukup banyak. Pada
kertas asam, bahan pengisi yang digunakan hampir seluruhnya adalah kaolin,
sedang pada kertas alkali penggunaannya masih harus dicampur.
Keuntungan dari pemakaian kaolin adalah dengan harga yang relatif lebih
rendah dibandingkan bahan pengisi lain, kaolin dapat memberikan sifat
kelicinan, kilap, dan sifat cetak yang baik.
c. Titanium Dioksida
Pemakaian titanium dioksida sebagai bahan pengisi memiliki beberapa
keistimewaan yakni dapat memberikan derajat putih dan opasitas lebih tinggi,
ukuran partikel lebih halus, seragam dan mudah dibersihkan. Secara ekonomis
penambahan bahan yang harganya lebih mahal ini hanya sedikit saja (2
10%) dan biasanya dicampur bahan pengisi lain.
Sebagai bahan pengisi, titanium dioksida dikenal dalam dua bentuk yaitu
anatase dan rutile yang mempunyai sifat sedikit berbeda. Namun karena rutile
memiliki kekerasan lebih tinggi sehingga cenderung bersifat abrasif,
karenanya jenis anatase lebih disukai. Pada Tabel 2.6 dapat dilihat
karakteristik dari beberapa jenis bahan pengisi kertas [S.F. Dina, 1996].
d. Proses Enzimatis
Perlakuan enzimatis dalam pembuatan pulp untuk saat ini
tergolong masih baru. Enzim mempunyai selektifitas terhadap senyawa
tertentu, dan juga membutuhkan kondisi lingkungan tertentu untuk
mencapai kondisi optimumnya. Keuntungan dari perlakuan enzimatis ini
yaitu dapat mereduksi konsumsi bahan kimia sehingga limbah kimia yang
dihasilkan lebih sedikit dan ramah lingkungan. Penggunaan enzim juga
dapat menghemat pemakaian energi karena tidak membutuhkan suhu
tinggi pada proses pengolahannya.
Pada penelitian yang telah dilakukan digunakan perlakuan enzimatis
dalam pembuatan pulp. Komponen pektin dalam eceng gondok yang relatif
tinggi dapat didegradasi dengan enzim pektinase menjadi asam
oligogalakturonat dan akhirnya menjadi asam galakturonat [Thornton, 1994].
Di dalam perdagangan atau pasar dikenal dua macam pulp yaitu
mechanical pulp dan chemical pulp, yang memiliki perbedaan dalam derajat
keputihan atau kadar ligninnya (chemical pulp lebih putih daripada
mechanical pulp). Sedangkan dalam penggunaannya, pulp dibedakan menjadi
dua macam, yaitu dissolving pulp (digunakan dalam pembuatan rayon, CMC
[Carboxyl Methyl Cellulose], asetat rayon, nitoselulosa, dan sebagainya) dan
paper grade pulp (untuk pembuatan kertas). Untuk mempersingkat penulisan,
maka dalam laporan penelitian ini penulisan paper grade pulp akan ditulis
sebagai pulp saja.
3. Persiapan stock.
Proses ini merupakan proses penghubung antara proses pembuatan pulp
dan proses pembuatan kertas. Persiapan stock dimulai dengan melarutkan
virgin pulp kedalam air membentuk larutan kental (slurry) supaya dapat
dipompa menuju mesin kertas. Sebelum menuju mesin kertas terlebih dahulu
dicampur dengan kertas bekas dan bahan-bahan kimia lain sesuai dengan
produk yang diinginkan.
4. Pembuatan kertas.
Stock yang sudah disiapkan mengalami beberapa langkah untuk menjadi
produk yang diinginkan. Pertama-tama dilakukan penggilingan (beating),
kemudian dilakukan pengempaan (pressing) untuk mengurangi air, dan diikuti
dengan pengeringan (drying) dengan menggunakan uap. Setelah kering, kertas
digulung sesuai degan ukuran yang diinginkan, dibungkus, diberi label dan
siap untuk dipasarkan. Untuk mendapatkan permukaan yang halus (pada
kertas cetak/tulis) dilakukan proses calendering sesudah pengeringan,
sedangkan untuk membuat permukaan yang mengkilat dan berwarna, sesudah
calendering dilakukan proses pelapisan (untuk produk kertas cetak).
Proses
Proses mekanis Proses enzimatik
penyaringan
ab
Moisture x100%
a
a = berat sampel sebelum masuk oven
b = berat sampel sesudah masuk oven
3. Cobb
Cobb bertujuan untuk menentukan daya tembus/ jebol air terhadap
kertas atau banyaknya air yang diserap oleh kertas. Penyerapan air diberi
batasan sebagai jumlah air yang diserap selama waktu tertentu oleh
permukaan kertas atau karton yang disimpan mendatar dibawah permukaan air
pada kedalaman 1 cm.
4. Tensile Strength
Uji ini bertujuan untuk mengukur kekuatan tarik kertas terhadap gaya
tarik yang dikerjakan pada kedua ujung karton dan mengukur elongation
(daya mulur) kertas untuk mengetahui berapa penambahan panjang dari saat
kertas ditarik sampai sebelum putus menggunakan alat tensile strength tester.
5. Thickness (ketebalan kertas)
Uji thickness dilakukan untuk mengetahui ketebalan kertas. Thickness
adalah jarak tegak lurus antara kedua permukaan kertas yang diukur pada
kondisi standar (mm). Pengukuran ketebalan ditujukan untuk mendapatkan
kestabilan ketebalan kertas sesuai dengan standar ketebalan yang telah
ditentukan. Ketebalan kertas yang bervariasi/berfluktuasi menyebabkan
kelancaran pada proses terganggu dan kualitas cetak tidak seragam.
6. Bursting Strength
Adalah besarnya gaya yang dibutuhkan untuk menekan lembaran kertas
hingga pecah (kg/cm2).
7. Porocity/Permeance
Adalah sifat permukaan kertas berdasarkan jumlah udara per satuan
waktu yang dapat menembus kertas (mL/min).
8. Stiffness (kekakuan)
Adalah besarnya gaya yang dibutuhkan untuk menggetarkan jalur uji
pada simpangan terbesar (mN-m).
9. Brightness (kecerahan kertas)
Adalah derajat kecerahan kertas yang diakibatkan oleh cahaya tampak
menjadi cahaya pada panjang gelombang tertentu (457 nm) yang dinyatakan
dalam %. Prinsipnya adalah perbandingan putihnya selembar kertas jika
dibandingkan dengan standar derajat putih yang telah diketahui nilainya.
Pada bab ini disajikan bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini.
Selain itu dibahas pula metode yang telah diterapkan dalam penelitian yang
meliputi rancangan percobaan, analisis yang dilakukan serta prosedur penelitian.
1 + + +
2 + + -
3 + - +
4 + - -
5 - + +
6 - + -
7 - - +
8 - - -
Keterangan :
Variabel proses (-) (+)
A Konsistensi 2% 4%
B Berat kering eceng gondok : kertas koran 1:2 2:1
C Berat kering total serat : berat clay 1: 0,05 1 : 0,2
Sehingga untuk selanjutnya, yang akan digunakan dalam pengolahan data adalah
indeks tarik dan indeks sobek lembaran pulp.
Keterangan :
Variabel proses (-) (+)
A Konsistensi 2% 4%
B Berat kering eceng gondok : kertas koran 1:2 2:1
C Berat kering total serat : berat clay 1: 0,05 1 : 0,2
Gambar 4.1 Pengaruh Konsistensi dan Jumlah Serat terhadap Kekuatan Tarik
b. Uji Sobek
Nilai indeks sobek blanko dapat dilihat pada Tabel 4.3. Sedangkan untuk
melihat pengaruh variabel konsistensi dan jenis serat terhadap ketahanan
sobek lembaran pulp disajikan dalam bentuk grafik pada Gambar 4.2.
Gambar 4.2 Pengaruh Konsistensi dan Jumlah Serat terhadap Kekuatan Sobek
Dari gambar 4.2 dapat dilihat bahwa pada konsistensi 4%, kekuatan sobek
akan lebih baik jika jumlah eceng gondok yang digunakan lebih banyak.
Sedangkan pada konsistensi 2%, kekuatan sobek akan lebih baik jika eceng
gondok yang digunakan lebih sedikit.
Batang eceng gondok mempunyai serat berdinding tipis. Pada serat
berdinding tipis, bentuk serat umumnya mudah berubah menjadi pipih,
sehingga menyebabkan permukaan serat menjadi lebih luas dan ikatan antar
serat menjadi lebih besar, sehingga pulp yang dihasilkan memiliki ketahanan
sobek yang rendah. Pada perbandingan eceng gondok yang lebih banyak,
lembaran pulp akan menjadi lebih mudah sobek, penggunaan konsistensi yang
tinggi (4%) memberi hasil yang lebih baik daripada konsistensi rendah (2%)
karena pada konsistensi 4%, perbandingan jumlah serat secara total (kertas
koran dan eceng gondok) terhadap air lebih besar daripada konsistensi 2%
sehingga jalinan seratnya menjadi lebih kuat. Sedangkan pada perbandingan
eceng gondok : kertas koran = 1 : 2 memberikan nilai ketahanan sobek yang
lebih baik pada konsistensi 2% karena pada konsistensi yang rendah
penyebaran serat menjadi lebih homogen.
(a) (b)
Gambar 4.3 Pengaruh Jumlah Aditif Clay terhadap Indeks Tarik
(a) (b)
Gambar 4.4 Pengaruh Jumlah Aditif Clay terhadap Indeks Sobek
Gambar 4.3 dan Gambar 4.4 menunjukkan bahwa penambahan aditif clay
pada pulp menurunkan kekuatan tarik dan kekuatan sobek lembaran pulp apabila
dibandingkan dengan pulp tanpa penambahan aditif clay (blanko). Menurut Sari
Farah Dina dan Lies Indriati, Sifat kekuatan lembaran berbanding terbalik
dengan jumlah dan luas permukaan spesifik bahan pengisi yang ditambahkan.
Jumlah penambahan dan luas permukaan spesifik bahan pengisi mempengaruhi
terbentuknya ikatan antar serat. Oleh karena itu, pengaturan yang tepat mengenai
jumlah aditif yang ditambahkan memerlukan seni tersendiri. Untuk
menghasilkan kekuatan lembaran yang baik maka diharapkan ikatan antar serat
yang terbentuk adalah ikatan yang kompak.
Dari kecenderungan Gambar 4.3 dan Gambar 4.4 dapat dilihat adanya
interaksi antara konsistensi dan jumlah clay yang digunakan. Kecenderungan ini
berlaku baik pada indeks tarik maupun indeks sobek, yaitu pada konsistensi
rendah akan menghasilkan kekuatan lembaran yang lebih baik pada jumlah clay
yang banyak. Sedangkan pada konsistensi tinggi akan menghasilkan kekuatan
lembaran yang lebih baik pada jumlah aditif clay yang sedikit. Hal ini dikarenakan
pada konsistensi rendah, maka jumlah serat yang terkandung pada lembaran lebih
sedikit sehingga penambahan zat aditif clay akan mengisi ruang-ruang kosong
antar serat yang akan menambah kekuatan lembaran pulp yang dihasilkan. Jadi
pada konsistensi rendah, semakin banyak jumlah aditif clay maka ruang kosong
yang terisi akan semakin banyak dan kekuatan lembaran pulp akan semakin
meningkat. Sedangkan pada konsistensi tinggi, jumlah perbandingan serat yang
terkandung dalam lembaran lebih banyak sehingga pemakaian clay lebih baik
sedikit agar lebih banyak ikatan antar serat yang terbentuk daripada ikatan serat
dengan zat aditif. Ikatan antar serat memberikan kekuatan tarik yang lebih baik
daripada ikatan antara serat dengan aditif clay.
Penggunaan zat aditif clay secara umum apabila ditinjau dari segi
kegunaannya memang tidak ditujukan untuk meningkatkan kekuatan tarik dan
kekuatan sobek kertas, tetapi lebih ditujukan untuk meningkatkan kualitas warna
kertas sehingga menjadi lebih putih (kebanyakan filler lebih putih dari serat
selulosa), meningkatkan kehalusan kertas sehingga kertas tidak mudah
melengkung, serta meningkatkan absorpsi tinta.
Namun pada penelitian ini, uji derajat putih lembaran pulp tidak dilakukan
karena penelitian ini baru merupakan kajian awal sehingga lebih memfokuskan
kepada parameter uji utama kertas, yaitu uji ketahanan tarik dan uji ketahanan
sobek kertas. Ketahanan tarik dan ketahanan sobek dikatakan sebagai parameter
uji utama kertas karena hampir semua jenis kertas yang digunakan secara komersil
menginginkan kertas yang memiliki ketahanan tarik dan ketahanan sobek kertas
yang baik. Sementara derajat keputihan kertas bergantung dari jenis kertas yang
ingin dihasilkan.
Dari Tabel 4.4 dapat terlihat bahwa selain perbandingan jumlah pemakaian
aditif clay, variabel yang paling berpengaruh terhadap warna lembaran pulp
adalah perbandingan jumlah jenis serat yang digunakan.
Tempuhan yang mengandung serat kertas koran yang lebih banyak akan
menghasilkan warna lembaran pulp yang lebih putih. Hal ini disebabkan karena
kertas koran yang digunakan sudah mengalami proses penghilangan tinta (flotasi)
terlebih dahulu. Sementara tempuhan yang mengandung serat eceng gondok yang
lebih banyak akan menghasilkan warna lembaran pulp menjadi coklat kehijauan.
Warna coklat kehijauan ini berasal dari serat batang eceng gondok yang telah
teroksidasi.
Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa nilai indeks tarik akan semakin
besar apabila jumlah eceng gondok yang digunakan semakin banyak. Hal ini
sudah sesuai dengan hipotesis awal. Serat eceng gondok yang digunakan
termasuk pulp baru (virgin pulp), sedangkan serat kertas koran termasuk serat
sekunder (recycled pulp). Ukuran panjang serat yang direcycle akan berkurang
dan memiliki kekuatan fisik yang lebih rendah dibandingkan dengan pulp
baru, kecenderungan yang diperoleh sudah sesuai.
Variabel perbandingan berat kering total serat terhadap zat aditif clay
(variabel C)
Pengaruh pemakaian aditif clay terhadap nilai indeks tarik dapat dilihat
pada Gambar 4.6.
Gambar 4.6 Pengaruh Perbandingan Jumlah Serat dan Jumlah Aditif terhadap
Indeks Tarik
Dari grafik di atas dapat dilihat nilai indeks tarik sebanding dengan
jumlah pemakaian aditif clay yang ditambahkan. Pemakaian aditif clay akan
mengisi rongga-rongga yang ada dalam jaringan lembaran pulp sehingga
dapat meningkatkan nilai indeks tariknya.
Gambar 4.7 Pengaruh Konsistensi dan Jumlah Aditif Clay terhadap Indeks Tarik
Dari Gambar 4.7 dapat dilihat bahwa interaksi yang memberikan indeks
tarik maksimum adalah pada konsistensi 2% dengan perbandingan serat
terhadap jumlah aditif clay = 1 : 0,2, dengan kata lain konsistensi yang
digunakan rendah dan zat aditif clay yang digunakan banyak. Namun apabila
grafik tersebut dilanjutkan, mungkin akan didapat kecenderungan konsistensi
di atas 4% dengan perbandingan serat terhadap jumlah aditif = 1 : 0,05 yang
memberikan nilai indeks tarik yang baik, yaitu apabila nilai konsistensi
semakin besar dan aditif clay yang digunakan semakin sedikit.
Kecenderungan yang didapat ini sesuai dengan kecenderungan yang didapat
pada analisis blanko mengenai pengaruh jumlah aditif clay terhadap indeks
tarik.
Dalam hal ini, lebih disarankan untuk menggunakan kondisi pertama,
yaitu konsistensi 2% dengan perbandingan serat terhadap jumlah aditif =1:0,2
untuk memperoleh nilai ketahanan tarik yang lebih baik karena hasil yang
diperoleh telah nyata dari hasil pengujian dan lembaran pulp yang dihasilkan
memiliki struktur yang lebih halus. Penggunaan kondisi ke dua, yaitu
konsistensi di atas 4% dengan perbandingan serat terhadap jumlah aditif clay
= 1 : 0,05 belum teruji secara pasti, selain itu lembaran pulp yang dihasilkan
diperkirakan akan mempunyai struktur yang kasar karena kandungan airnya
yang sedikit.
Gambar 4.8 Pengaruh Perbandingan Jumlah Aditif Clay dan Jumlah Serat
terhadap Indeks Tarik
Dari Gambar 4.8 dapat dilihat interaksi yang memberikan nilai indeks
tarik maksimum adalah pemakaian jenis serat eceng gondok yang banyak
(2:1) dan pemakaian aditif clay dalam jumlah yang banyak (1:0,2). Hal ini
dikarenakan pemakaian serat eceng gondok dalam jumlah banyak akan
memberikan ketahanan tarik yang baik. Hal ini kemudian ditunjang dengan
pemakaian aditif clay yang banyak yang akan mengisi rongga-rongga kosong
antar serat sehingga ketahanan tarik lembaran pulp menjadi lebih baik.
Secara umum, dari hasil analisis variabel dan interaksi yang berpengaruh
diperoleh kondisi variabel yang memberikan hasil uji ketahanan tarik yang tinggi,
yaitu :
- konsistensi 2%,
- perbandingan jumlah serat eceng gondok dan kertas koran = 2 : 1, dan
- perbandingan berat kering total serat terhadap berat zat aditif clay = 1 :
0,2.
Berikut ini akan dibahas juga mengenai kecenderungan yang diperoleh
apabila nilai indeks tarik setiap run disajikan secara statistik, yang diwakili oleh
grafik pada Gambar 4.9.
(a)
(b)
Gambar 4.9. Grafik Statistik Uji Tarik
Dari Gambar 4.10 dapat dilihat interaksi yang memberikan nilai indeks
sobek maksimum adalah pada konsistensi 2% dan pemakaian jenis serat eceng
gondok yang sedikit (1:2).
Semakin kecil konsistensi, maka air yang terkandung dalam pulp semakin
banyak. Hal ini membuat distribusi serat menjadi lebih homogen sehingga
lembaran pulp memiliki jalinan serat yang lebih baik dan merata. Oleh karena
itu ketahanan sobek lembaran menjadi lebih baik.
Semakin banyak jumlah serat koran bekas, maka lembaran pulp yang
dihasilkan akan memiliki ketahanan sobek yang semakin baik. Hal ini sesuai
dengan literatur, Holia Onggo dan J. Triastuti, Serat batang eceng gondok
termasuk serat berdinding tipis. Pada serat berdinding tipis, bentuk serat
umumnya mudah berubah menjadi pipih, sehingga menyebabkan permukaan
serat menjadi lebih luas dan ikatan antar serat menjadi lebih besar. Pulp yang
dihasilkan dari serat berdinding tipis umumnya memiliki ketahanan tarik yang
tinggi namun memiliki ketahanan sobek yang rendah.
Interaksi konsistensi dengan perbandingan berat kering total serat
terhadap zat aditif clay (variabel AC)
Dari Gambar 4.11 dapat dilihat interaksi yang memberikan nilai indeks
sobek maksimum adalah pada konsistensi 2% dan pemakaian perbandingan
jumlah serat terhadap jumlah bahan aditif = 1 : 0,2. Kecenderungan ini sama
dengan kecenderungan yang terdapat pada ketahanan tarik dan analisis blanko
mengenai pengaruh jumlah aditif terhadap indeks tarik.
Secara umum, dari hasil analisis variabel dan interaksi yang berpengaruh
diperoleh kondisi variabel yang memberikan hasil uji ketahanan sobek yang
tinggi, yaitu :
- konsistensi 2%,
- perbandingan jumlah serat eceng gondok dan kertas koran = 1 : 2, dan
- perbandingan berat kering total serat terhadap berat zat aditif (clay) =
1:0,2.
Kecenderungan yang diperoleh apabila nilai indeks sobek setiap run
disajikan secara statistik dapat dilihat pada Gambar 4.12.
(a)
(b)
Gambar 4.12 Grafik Statistik Uji Sobek
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian mengenai pengaruh perbandingan serat, konsistensi,
dan jumlah aditif clay terhadap kualitas pulp dari campuran serat kertas koran
bekas dan serat eceng gondok, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Semakin rendah konsistensi akan menghasilkan pulp dengan ketahanan
tarik dan ketahanan sobek yang tinggi.
2. Semakin banyak jumlah serat eceng gondok akan memberikan ketahanan
tarik yang tinggi namun menghasilkan ketahanan sobek yang rendah.
3. Semakin banyak jumlah aditif clay yang digunakan akan meningkatkan
ketahanan tarik dan ketahanan sobek.
4. Apabila dibandingkan dengan blanko, pemakaian aditif clay menurunkan
kekuatan lembaran pulp namun meningkatkan derajat keputihan lembaran
pulp.
5.2 Saran
Beberapa saran yang dapat diberikan untuk penelitian lebih lanjut adalah
sebagai berikut :
1. Penelitian lanjutan diharapkan dapat menemukan kondisi optimum dari
masing-masing variabel yang telah dipelajari dalam penelitian ini.
2. Untuk melihat pengaruh pemakaian aditif clay, sebaiknya dilakukan uji
lain selain uji tarik dan uji sobek, misalnya uji derajat putih, kehalusan, dan
sifat cetak. Selain itu perlu juga dipelajari adanya interaksi sifat kimia dari
penambahan aditif clay terhadap kekuatan pulp yang dihasilkan.
3. Untuk mendapatkan hasil campuran pulp yang lebih homogen sebaiknya
menggunakan motor pengaduk dengan kemampuan kecepatan pengadukan
yang lebih tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN A
CARA UJI KETAHANAN SOBEK KERTAS
1. Ruang Lingkup
Standar ini melingkupi definisi, cara pengambilan contoh dan cara uji
ketahanan sobek kertas.
2. Definisi
2.1. Ketahanan sobek adalah gaya dalam gram (gf) atau milinewton (mN)
yang diperlukan untuk menyobek kertas pada kondisi standar.
2.2. Faktor sobek adalah jumlah desimeter persegi lembaran kertas yang
beratnya dapat menyobekkan kertas tersebut.
2.3. Faktor sobek dapat dihitung dari ketahanan sobek dalam gram gaya
dibagi dengan gramatur dalam gram per meter persegi, dikalikan seratus.
2.4. Indeks sobek adalah ketahanan sobek kertas dalam milinewton dibagi
dengan gramatur kertas dalam gram per meter persegi.
3. Pengambilan Contoh
3.1. Contoh uji dipersiapkan sesuai dengan SII. 0444-81, Cara Pengambilan
Contoh Kertas dan Karton dan dipotong dengan ukuran panjang 76 + 2
mm dan lebar 63.0 + 0.15 mm.
3.2. Siapkan 10 lembar contoh uji, masing-masing untuk arah mesin dan
silang mesin.
3.3. Untuk menjamin ketelitian hasil uji yang diperoleh, maka contoh lebih
dahulu harus disimpan dalam ruangan yang sesuai dengan SII. 0388-80,
Kondisi Ruangan Pengendalian Untuk Lembaran Pulp, Kertas dan
Karton, selama 24 jam.
3.4. Untuk keperluan pengendalian proses, misalnya apabila contoh langsung
diambil dari mesin kertas maka penyimpanan dalam ruangan kondisi
standar tidak diperluka. Dalam hal demikian keadaan ini harus dicatat.
4. Cara Uji
4.1. Peralatan
4.1.1. Alat uji ketahanan sobek menurut Elmendorf dengan perlengkapan
sebagai berikut.
4.1.2. Alat penjepit yang terdiri dari sebuah penjepit statis dan sebuah
penjepit yang dapat bergerak bersama bandulan.
4.1.3. Sebuah pisau untuk melakukan penyobekan awal.
4.1.4. Alat penahan bandulan.
4.1.5. Jarum penunjuk dan skala ketahanan sobek.
4.2. Pengujian Awal
Pengujian awal perlu dilakukan guna mengetahui berapa lembar contoh uji
yang harus dipasang, agar penunjukan skala mendekati angka 40.
4.2.1. Siapkan sektor bandulan pada kedudukan awal dan jarum penunjuk
pada titik nol.
4.2.2. Pasang beberapa lembar contoh uji pada alat penjepit, dengan posisi
vertikal searah lebar contoh uji.
4.2.3. Lakukan penyobekan awal dengan mempergunakan pisau yang
tersedia pada alat tersebut, hingga jarak sobek tersisa 43.0 mm.
4.2.4. Tahan alat penahan bandulan sedemikian rupa sehingga bandulan
mengayun bebas.
4.2.5. Tahan bandulan setelah sobekan menyeluruh dan kembalikan pada
kedudukan awal tanpa mengganggu kedudukan jarum penunjuk.
4.2.6. Hasil dari pengujian dicatat sesuai dengan angka pada skala yang
ditunjuk oleh jarum penunjuk. Dari hasil ini dapat diperkirakan berapa
lembar contoh uji yang harus dipasang pada pengujian sebenarnya.
Apabila satu lembar uji sudah menghasilkan angka sobek lebih dari 60,
maka pada sektor bandulan perlu dipasang beban.
4.3. Prosedur
4.3.1. Dengan mempergunakan jumlah contoh uji yang sudah
diperhitungkan, ulangi perlakukan butir 4.2.1 sampai 4.2.6 dan catat
angka pembacaan skala.
4.3.2. Lakukan cara pengujian tersebut paling sedikit dua kali, dengan
mempergunakan jumlah contoh uji yang sama.
4.3.3. Lakukan butir 4.3.1 dan 4.3.2 untuk arah mesin dan arah silang mesin.
4.4. Perhitungan
4.4.1. Ketahanan sobek rata-rata dalam gram dapat dihitung dengan
mempergunakan rumus:
16 xA
Ketahanan sobek rata-rata =
B
Dimana A = pembacaan skala rata-rata dalam gram gaya (gf)
B = jumlah lembar contoh uji yang dipergunakan pada satu saat
pengujian.
4.4.2. Hasil yang diperoleh dapat dinyatakan dalam satuan SI dengan
konversi:
1 gf = 9.807 mN.
4.4.3. Hasil yang diperoleh dapat dinyatakan:
ketahanan sobek
Faktor sobek = x100
gramatur ( g / m 2 )
LAMPIRAN B
CARA UJI KETAHANAN TARIK KERTAS
1. Ruang Lingkup
Standar ini meliputi definisi, cara pengambilan conoth dan cara uji
ketahanan tarik, serta daya regang dari kertas dan karton dengan
mempergunakan sistem bandulan.
2. Definisi
2.1. Ketahanan tarik adalah daya tahan lembaran kertas atau karton terhadap
gaya tarik yang bekerja pada kedua ujung kertas atau karton tersebut
diukur pada kondisi standar.
2.2. Daya regang adalah regangan maksimum yang dapat dicapai oleh jalur
kertas atau karton sebelum putus, diukur pada kondisi standar.
2.3. Pajang putus adalah panjang jalur kertas atau karton dengan lebar sama
yang beratnya dapat memutuskan jalur tersebut apabila digantung salah
satu ujungnya.
2.4. Indeks tarik adalah ketahanan tarik dibagi dengan gramatur kertas
tersebut.
3. Pengambilan Contoh
3.1. Contoh uji dipersiapkan sesuai dengan SII. 0444-81, Cara Pengambilan
Contoh Kertas dan Karton.
3.2. Potonglah sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) lembar jalur contoh uji
dengan ukuran panjang 200 mm dan lebar 15 mm dengan tepi sejajar,
masing-masing untuk arah mesin dan silang mesin.
3.3. Untuk menjamin ketelitian hasil uji yang diperoleh, maka contoh lebih
dahulu disimpan dalam ruangan yang sesuai dengan SII. 0388-80,
Kondisi Ruangan Pengendalian Untuk Lembaran Pup, Kertas dan
Karton, selama 24 jam.
3.4. Untuk keperluan pengendalian proses, misalnya apabila contoh langsung
diambil dari mesin kertas, maka penyimpanan dalam ruangan kondisi
standar tidak diperlukan. Dalam hal demikian keadaan ini harus dicatat.
4. Cara Uji
4.1. Peralatan
4.1.1. Dua buah alat penjepit untuk ujung-ujung kertas.
4.1.2. Bandulan beban.
4.1.3. Skala pembacaan untuk ketahanan tarik.
4.1.4. Skala pembacaan untuk daya regang.
4.1.5. Motor untuk mengayunkan bandulan dengan kecepatan ayun tetap.
4.2. Pengujian Awal
Pengujian awal perlu dilakukan guna mengetahui berapa lembar contoh uji
yang harus dipasang, agar penunjukan skala mendekati angka 40.
4.2.1. Alat disetel sedemikian sehingga pada posisi diam jarak antara kedua
klem 180 mm.
4.2.2. Hindarkan sentuhan pada jalur uji yang ada di antara kedua penjepit.
4.2.3. Pasang ujung-ujung jalur contoh uji pada penjepit bagian atas
kemudian ujung satunya dipasang pada bagian bawah.
4.2.4. Keraskan penjepit pada kedua ujung contoh uji dan dijaga agar jalur
tersebut terpasang merata dan tidak melintir.
4.2.5. Longgarkan pengatur untuk penentuan daya regang.
4.2.6. Jalankan motor untuk mengayunkan bandulan.
4.2.7. Ayunan akan berhenti pada saat jalur kertas putus. Catat besarnya
penunjukkan skala ketahanan tarik dan skala gaya regang.
4.3. Perhitungan
4.3.1. Ketahanan tarik kertas atau karton dihitung berdasarkan nilai rata-rata
pembacaan skala tarik (dalam kg gaya) dari jalur contoh uji masing-
masing untuk arah mesin dan silang mesin. Ketahanan tarik dinyatakan
dalam kilogram gaya atau dalam kilonewton tiap meter (1 kg gaya/15
mm = 0.6538 kN/m).
4.3.2. Ketahanan tarik dapat dinyatakan sebagai panjang putus dengan
mempergunakan perhitungan:
panjang jalur (m)
Panjang putus = ketahanan tarik x berat jalur
4.3.3 Dalam satuan SI, ketahanan tarik dapat juga dinyatakan sebagai indeks
tarik.
ketahanan tarik ( N / m)
Indeks tarik Nm/g =
gramatur ( g / m 2 )
Hubungan antara nilai numerik indeks tarik (Nm/g) dan panjang putus
(km) adalah:
Indeks tarik = 9.81 x panjang putus.
4.3.4 Daya regang dihitung berdasarkan nilai rata-rata pembacaan skala daya
regang dinyatakan dalam persen.
1. Blanko 1
- konsistensi = 4%
- berat kering serat eceng gondok : berat kertas koran = 2 : 1
- berat kering total serat : berat clay = 1 : 0,00
2. Blanko 2
- konsistensi = 4%
- berat kering serat eceng gondok : berat kertas koran = 1 : 2
- berat kering total serat : berat clay = 1 : 0,00
3. Blanko 3
- konsistensi = 2%
- berat kering serat eceng gondok : berat kertas koran = 2 : 1
- berat kering total serat : berat clay = 1 : 0,00
4. Blanko 4
- konsistensi = 2%
- berat kering serat eceng gondok : berat kertas koran = 1 : 2
- berat kering total serat : berat clay = 1 : 0,00
5. Run 1
- konsistensi = 4%
- berat kering serat eceng gondok : berat kertas koran = 2 : 1
- berat kering total serat : berat clay = 1 : 0,2
6. Run 2
- konsistensi = 4%
- berat kering serat eceng gondok : berat kertas koran = 2 : 1
- berat kering total serat : berat clay = 1 : 0,05
7. Run 3
- konsistensi = 4%
- berat kering serat eceng gondok : berat kertas koran = 1 : 2
- berat kering total serat : berat clay = 1 : 0,2
8. Run 4
- konsistensi = 4%
- berat kering serat eceng gondok : berat kertas koran = 1 : 2
- berat kering total serat : berat clay = 1 : 0,05
9. Run 5
- konsistensi = 2%
- berat kering serat eceng gondok : berat kertas koran = 2 : 1
- berat kering total serat : berat clay = 1 : 0,2
10. Run 6
- konsistensi = 2%
- berat kering serat eceng gondok : berat kertas koran = 2 : 1
- berat kering total serat : berat clay = 1 : 0,05
11. Run 7
- konsistensi = 2%
- berat kering serat eceng gondok : berat kertas koran = 1 : 2
- berat kering total serat : berat clay = 1 : 0,2
12. Run 8
- konsistensi = 2%
- berat kering serat eceng gondok : berat kertas koran = 1 : 2
- berat kering total serat : berat clay = 1 : 0,05
LAMPIRAN D
CONTOH PERHITUNGAN RUN PENELITIAN
Variasi :
- Konsistensi = 4%
- Perbandingan serat eceng gondok : berat kertas koran = 2 : 1
(basis : berat kering total serat = 30 gram)
- Perbandingan berat serat total : berat aditif clay = 1 : 0,2
c. proses penyaringan
1. Pulp yang telah mendapat perlakuan enzimatik dicuci dengan air untuk
membersihkannya dari kotoran dan sisa enzim.
2. Pulp yang telah dicuci kemudian disaring untuk mengurangi kadar
airnya
3. Pulp disimpan untuk kemudian digunakan pada proses penggabungan
pembuatan lembaran kertas.
Massa pulp eceng gondok hasil penyaringan = 73,9 gr
y = 333,33 gr
Berat air total = berat total berat koran kering = 333,33 30 = 303,33
Berat air yang harus ditambahkan = 303,33 gr
LAMPIRAN E
PERHITUNGAN STATISTIK
a = contrass a
han
b = contrass b
ab = contrass ab
c = contrass c
Penguran
ac = contrass ac
gan
bc = contrass bc
abc = contrass abc
Keterangan :
= Pengurangan (bawah atas)
LAMPIRAN F
GAMBAR ALAT
1. Oven
2. Peralatan Pengadukan
4. Screen