Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
GEOLOGI REGIONAL
Menempati sebelah Barat Zona Bandung dan memiliki penyebaran paling kecil,
yaitu mulai dari Ujung Kulon di sebelah barat sampai ke Sukabumi di sebelah timur.
4. Zona Bandung
1. Formasi Bayah
Satuan tertua yang tersingkap pada Formasi Bayah yang berumur Eosen. Nama
Bayah diberikan oleh Koolhoven (1933) terhadap batuan tertua di daerah Banten Selatan.
Nama Bayah diambil dari nama kota kecamatan di daerah Banten Selatan, kabupaten
Rangkasbitung.
Batuan di daerah ini terdiri dari pasir kasar, sering konglomeratan berselang-
seling dengan lempung yang mengandung batubara. Beberapa penyelidik sesudah
Koolhoven seperti Musper (1939, 1940) juga memakai nama Formasi Bayah untuk
satuan tersebut.
Dari hasil penyelidikan ini, beberapa singkapan lain dari batuan berciri serta
dianggap genesanya sama dan berhubungan dinamakan juga sebagai Formasi Bayah.
Singkapan pasir kwarsa di G. Walat, Pasir Bongkok, Cinyomplong dan pasir kuarsa yang
terletak diatas Formasi Ciletuh di Ciletuh, dimasukkan ke dalam Formasi Bayah.
Pendapat ini berbeda dengan penyelidik terdahulu yang memberikan nama berlain-lainan
seperti Formasi Walat (Effendi, 1974; LEMIGAS, 1972) untuk singkapan di G. Walat
dan Pasir Bongkok; serta Formasi Rajamandala (Soekamto, 1975) untuk singkapan di
Cinyomplong.
Nama Formasi Bayah dipilih untuk endapan pasir kwarsa ini, mengingat nama
tersebut yang paling terdahulu diterbitkan serta sudah dikenal dalam pustaka .Formasi
Bayah terdiri atas tiga anggota, yaitu anggota konglomerat, terendapkan pada lingkungan
pralik, bercirikan sedimen klastika kasar yang berasal dari rombakan batuan granit dan
metamorf. Dalam Formasi Bayah ini terdiri dari konglomerat di bagian atas, batupasir
kuarsa, batulempung, tuff dan batubara, serta konglomerat dibagian bawah. Dalam
Formasi Pratersier ciletuh, dengan sisipan batubara, anggota batulempung diendapkan
pada lingkungan neritik yang dicirikan oleh batulempung gampingan, batulempung
hitam, serpih dan batupasir. Dan juga anggota batugamping yang dicirikan oleh adanya
batugamping dan napal. Formasi Bayah anggota konglomerat inilah yang menjadi objek
analisis dari penelitian ini.
2. Formasi Cicacurup
13
5. Formasi Cimapag
Berumur akhir Miosen Awal, merupakan sedimen gunung api terdiri dari alas
breksi atau konglomerat dengan komponen dari rombakan batuan yang lebih
tua, lava, urat kuarsa dan batuan yang terubah, dan diendapkan pada lingkungan
laut dangkal.
Formasi Cimapag secara setempqt tertindih tidak selaras oleh Formasi
Sareweh atau satuan yang lebih muda lainnya. Dan menindih tak selaras satuan
batuan yang lebih tua
6. Formasi Sareweh
Berumur awal Miosen Tengah, terbagi atas dua anggota yaitu : anggota
gamping terumbu dibagian atas yang dicirikan oleh batugamping terumbu ,
terendapkan pada lingkungan laut, dan anggota batulempung dibagian atas yang
dicirikan oleh batuan klastika halus, Formasi Sareweh tertindih secara selaras
oleh Formasi Badui dan tidak selaras dengan batuan yang lebih muda lainnya.
7. Formasi Badui
Formasi badui berumur akhir Miosen Tengah dicirikan oleh sedimen klastika
kasar, terendapkan pada lingkungan laut darat formasi ini mempunyai anggota
batu gamping yang bercirikan batugamping perselingan antara batulempung
dan napal, Formasi Badui diduga tertindih selaras dengan Formasi Bojong
manik dan tidak selaras oleh batuan yang lebih muda.
8. Formasi Bojongmanik
14
9. Formasi Genteng
Berumur Pliosen Akhir, bercirikan sedimen klastika yang kaya akan fosil
molusca dan bersisipan dengan sedimen laut dan terendapkan pada lingkungan
laut dangkal darat. Formasi Cipacar tertindih selaras oleh Formasi Bijong atau
tidak selaras dengan satuan batuan yang lebih muda dan menindih tidak selaras
tufa Malingping atau Formasi Genteng.
Batuan gunung api endut berumur Plistosen berupa endapan gunung api
bersusun andesit dan basalt batuan gunung api ini menindih tidak selaras satuan
batuan yang lebih tua.Breksi tapos berumur Plistosen berupa breksi gunung api
bersusunan andesit basalt dan anglomerat. Breksi ini menjari dengan lava
halimun dan menutupi secara tidak selaras satuan batuan yang berumur lebih
tua.Lava halimun berumur Plistosen, bercirikan lava bersusunan basalt dan
andesit.Batuan gunung api kuarter berupa breksi gunung api yang kurang
kompak,tufa, lava, dan anglomerat, dan menindih tidak selaras satuan batuan
yang berumur lebih tua.Batuan metamorf, umur diduga Oligosen Miosen
terdiri dari sekis, genis dan amfibol Batuan terobosan berupa granodiorit cihara,
diorit, kuarsa, dasit, andesait dan basal.Granodiorit cihara berumur Oligosen
Miosen, bercirikan batuan granodiorit yang menerobos batuan berumur Eosen
hingga Miosen Awal, terutama Formasi Cikotok dan Formasi Bayah.Diorit
kuarsa, berumur Miosen Tengan hingga Miosen Akhir,
15
bersusunan diorit kuarsa, intrusi terbentuk lakolit digunung malang dan
ditempat lain berupa korok.
Dasit berumur Miosen Akhir, bersusunan andesitik, berbentuk retas atau
korok.Basalt berumur kuarter, bersusunan basaltik berbentuk retas dan retas
lempeng, atau seperti lelehan lava.Endapan termudah, terbagi atas alluvium dan
endapan pantai., Alluvium terdiri dari endapan sungai dan endapan teras,
endapan pantai setempat berupa dataran pantai, gosong sungai dan
batugamping terumbu.
Gambar 2.3 Stratigrafi regional daerah Cekungan Bayah (Katili dan Koesoemadinata,
1962)
16
Gambar 2.4 Evolusi Cekungan Bogor, stratotipe Formasi Bayah (Martodjojo,2003)
17
2.3 Struktur dan Tektonik Regional
Pola Sunda
Pola Sunda berarah utara-selatan yang terbentuk pada 53-32 juta tahun yang
lalu (Eosen Awal- Oligosen Awal). Pola ini dihasilkan oleh tektonik regangan
yang diakibatkan oleh penurunan kecepatan tumbukan Benua India dan
Eurasia yang menimbulkan rollback berumur Eosen-Oligosen Akhir. Di Jawa
Barat kenampakan pola ini diwakili oleh kelurusan Ciletuh-Kepulauan
Seribu.
18