Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Desa Nipa-Nipa adalah salah satu desa dari beberapa desa yang terletak di
menuju kantor Desa Nipa-Nipa secara administratif Desa Nipa-Nipa terbagi atas 7
(Tujuh) dusun yaitu, Dusun Batu Loe, Dusun Sabbanyyang, Dusun Kassi-Kassi
Utara, Dusun Kassi-Kassi Selatan, Dusun Tanetea, Dusun Nipa-Nipa, Dusun Pico.
Desa Nipa-Nipa adalah salah satu desa dari beberapa desa yang terletak di
Nipa-Nipa ini juga merupakan salah satu desa di Kabupaten Bantaeng yang
terletak di wilayah pesisir pantai dan memiliki luas wilayah 612 ha. Desa Nipa-
Nipa terdiri dari beberapa dusun yaitu Dusun Nipa-Nipa, Dusun Kassi-Kassi
Utara, Dusun Tanetea, Dusun Sabbannyang, Dusun Pico, Dusun Batuloe, Dusun
Kassi-Kassi Selatan.
didesa Nipa-Nipa, pelibatan pekerjaan di dominasi oleh kaum laki-laki mulai dari
tangga seperti mencuci, memasak dan mengurus keperluan suami dan anak.
program.
didasarkan pada 11 aspek kesejahteraan yang berlaku di Desa Nipa Nipa yang di
Pakaian, (4) Perabot rumah tangga, (3) Kemampuan berobat, (2) Penerangan, dan
ciri yang disusun untuk membedakan tingkat kesejahteraan setiap rumah tangga
Nipa menunjukkan jumlah perempuan lebih banyak yakni sektar 50,97%, sedang
Desa Nipa-Nipa masih kurang yaitu sekitar 51,91% hanya tamatan SD, bahkan
ada 21,37% yang tidak tamat SD, karena warga masyarakat kebanyakan orang
pendatang dari luar Bantaeng yang awalnya hanya menjadi tenaga buruh tani dan
Kassi-Kassi 8 18 64 7 97 12,81 %
Selatan
di Desa Nipa-Nipa masih kurang yaitu sekitar 13,47% hal ini dikarenakan warga
masyarakat kebanyakan orang pendatang dari luar Bantaeng yang awalnya hanya
menjadi tenaga buruh tani dan pada akhirnya menetap di Desa Nipa-Nipa sebagai
tenaga penggarap.
A. Transportasi
1) Sarana jalan
Di Desa Nipa-Nipa saat ini terdapat satu jalur jalan poros propinsi sepanjang
kurang lebih 2 km beraspal hotmix namun kondisi jalan provinsi sekarang rusak
berat karena hampir semua butas telah mengalami kerusakan dan satu jalur jalan
m dan sebagian masih jalan tanah/jalan setapak yang belum pernah tersentuh oleh
2) Sarana angkutan
mikrolet, minibus (Panter,kijang) dan bus yang mayoritas hanya melewati jalan
propinsi setiap hari yang merupakan angkutan antar kota kabupaten dan antar kota
dengan kecamatan atau desa sedangkan yang melewati jalan Desa 1-2 buah itupun
pada hari pasar lambocca (Senin-kamis). Selain itu terdapat pula sarana
transportasi dalam Desa berupa dokar (Bendi) itupun beroperasi pada hari pasar
Lambocca (Senin-Kamis). sarana angkutan lain adalah motor pribadi dan juga
sepeda yang kerap dijadikan sebagai sarana transportasi oleh sebagian penduduk.
a. Angkutan pete-pete;
c. Mobil pribadi;
d. Mobil truk;
f. Dokar;
g. Becak
B. Kesehatan
dan Polindes sarana kesehatan yang ada di Desa Nipa-Nipa selain di manfaatkan
oleh orang dalam Desa juga banyak diakses oleh orang dari luar Desa Nipa-Nipa.
Kenyataan yang dapat dilihat di Desa ini orang miskin tidak mampu mengakses
tetapi mereka tetap tidak mampu mengakses pelayanan kesehatan karena tidak
generik dan belum memiliki fasilitas rawat inap namun demikian harus diakui
dan termudah bagi masyarakat desa untuk mendapatkan pelayanan. Selain itu
telah mampu juga menyediakan dokter umum dan beberapa orang petugas
kesehatan yang siap melayani masyarakat disetiap waktu. Sebagai ibu kota
ibu-ibu hamil dan balita serta pemberian imunisasi dan makanan tambahan
maksimal dalam memberikan pelayanan secara luas. Jumlah ini sangat kurang
yaitu
a) PAUD kuncup mekar dengan jumlah murid sebanyak 36 orang dari (laki-
laki 20 dan perempuan 16) dan 3 orang guru/tenaga pengajar serta memiliki 4
b) PAUD Rabia Al-Adawia dengan jumlah murid 20 orang dar (laki-laki 8 dan
perempuan 12) dan 2 orang guru serta 1 orang penyelenggara dan memiliki 4
set alat bermain, PAUD ini berlokasi di Dusun Sabbannyang dan masih
fasilitas lainnya di Desa Nipa-Nipa baik yang terletak di Dusun Pico yang di
bagi masyarakat khususnya bagi anak-anak. Dengan adanya TPA di Desa Nipa-
rumah masyarakat.
3) Sekolah Dasar
a. SD Inpres Tanetea dengan jumlah kelas 10 ruangan dan 322 murid dari (laki-
laki 159 dan perempuan 163) serta 21 guru yang terdiri dari 13 orang guru
sekolah.
b. SD Inpres Sabbanyyang dengan jumlah kelas 7 ruangan dan 208 murid (laki-
laki 102 dan perempuan 106) serta 29 orang guru (Guru PNS 8 orang, honorer
19 orang dan guru bantu daerah 2 Orang) dan 1 orang tenaga administrasi
berkeliaran keluar masuk lokasi sekolah selain itu di SD Inpres Tanetea telah
terdapat ruangan kelas yang telah rusak karena ruangan tersebut belum pernah
Gedung Kantor walaupun selama ini gedung kantor yang digunakan adalah
pendidikan tingkat lanjutan pertama atau SLTP didalam Desa sendiri ini karena
sarana untuk sekolah lanjutan pertama sudah ada. Dan jarak yang ditempuh oleh
baik dengan jalan kaki maupun, naik mobil angkutan. Untuk mereka yang agak
jauh dari sarana pendidikan khususnya SLTP ini setiap harinya menggunakan jasa
menyebabkan sebahagian anak yang berasal dari keluarga tidak mampu lebih
memilih untuk jalan kaki dari Dusun mereka tinggal ketempat atau ke sekolah.
SLTP ini sering di sebut SLTP Negeri 3 Tompobulu dengan jumlah siswa 517
orang (laki-laki 223 orang dan perempuan 294 orang) yang memiliki 15 ruangan
komputer) serta memiliki 31 orang guru (laki-laki 14 dan perempuan 17) yang
terdiri dari PNS 24 orang, honorer 7 orang, dan 10 orang tenaga tata usaha (PNS :
Selain ini Di Desa Nipa-Nipa juga terdapat sarana pendidikan lain yaitu
sebanyak 4 unit, ruangan kantor 1 unit, pondokan santri 2 unit, dengan jumlah
orang (Laki-laki 9 orang dan Perempuan 8 orang) dengan rincian guru PNS 1
memenuhi kebutuhan pendidikan tingkat lanjutan atas didalam desa sendiri, ini
karena sarana dan prasaran untuk sekolah lanjutan atas sudah terdapat 3 buah di
Lab. Kimia dan Lab. Komputer) dan memiliki 32 guru (PNS 25 dan honorer
7), 10 orang tata usaha (PNS 5 dan honor 5) sekolah ini berlokasi di Dusun
Nipa-Nipa
b. SMK Negeri 3 Bantaeng memiliki jumlah siswa sebanyak 781 0rang yang
Lab.Otomotif namun sekolah ini rata-rata kelas masih kekurangan sarana meja
dan kursi serta ada 2 ruangan kelas tidak sama sekali memiliki meja dan kursi
lantai, sehingga kondisi ini juga menyebabkan banyaknya siswa dan siswi
yang sering berkeliaran di pinggir jalan poros propinsi dan ini juga di
sebabkan karena belum adanya pagar sekolah sehingga guru tidak bisa
mengontrol siswa dan siswi yang berkeliaran di luar lokasi sekolah, sekolah
c. SMK Negeri 2 Bantaeng dengan jumlah siswa 217 orang (L:144 dan P:73), 23
orang guru pengajar (PNS : 13 dan honorer 10), 6 orang tata usaha (PNS : 2
dan honor : 4) serta bujang sekolah 1 orang dan sekolah ini memiliki 10
ruangan aula pertemuan. Sekolah ini memiliki 3 jurusan yaitu (1) Jurusan RPL
(Komputer), (2) Jurusan Budi daya, (3) Jurusan Neotika (Pelayaran), sekolah
Di Desa Nipa-Nipa kalau kita melihat ada beberapa sarjana dan kalau kita
keluarga yang tingkat kehidupannya menengah dan bahkan ada yang dibawah
pendidikannya adalah tamatan sekolah lanjutan atas saja bukan karena orang tua
tidak mampu menyekolahkan tetapi kesadaran mereka yang kurang. Ada juga
tempuh kurang lebih 35 km dan kota propinsi dengan jarak tempuh 135 km.
biaya yang dibutuhkan, mereka harus mengeluarkan biaya yang cukup tinggi
untuk transport, juga harus mengeluarkan biaya semester yang sangat besar (mulai
tabel berikut
diliahta bahwa usia diatas 4 tahun memiliki frekuensi yang tingga dimana
memiliki frekuensi rendah yaitu 1 responden dengan persentase 30% hal ini
dikarenakan responden yang didapat telah memasuki usia yang tidak produktif
lagi untuk bekerja di lading sehingga hanya tinggal dirumah untuk mengurus
ternak yang dimiliki. Hal ini sesuai pendapat Sugeng (2014) usia tidak produktif
yaitu usia yang berada di satas 45 tahun dan semakin muda usia peternak (usia
kelamin dapat dilihat baha jumlah responden berjenis kelamin perempuan lebih
berjenis kelamin laki-laki hanya 1 dengan persentase 30% . Hal ini dikarenakan
pergi bekerja. Hal ini sesuai dengan pendapat Setiawan (2010) bahwa perempuan
turut aktif dalam dunia kerja, ini juga mematahkan anggapan bahwa masyarakat
pencahharian dapat dilihat bahwa profesi responden palin tinggi yaitu sebagai
Urusan Rumah Tangga tetapi memiliki profesi sampingan sebagai peternak
responden dengan persentase 30% Hal ini dikarenakan para laki-laki pergi bekerja
untuk meemnuhi kebutuhan sehari-hari sehingga pada saat pengambilan data yang
ditemui hanya istri yang mengurus rumah. Hal ini sesuai dengan pendapat
ditunjukkan oleh besarnya probabilitas bekerja sambil mencari kerja dan mencari
kerja saja yang lebih besar pada pencari kerja laki-laki daripada pencari kerja
perempuan, ini berkaitan dengan tanggung jawab laki-laki yang telah menikah
dengan persentase 30% hal ini dikarenakan responden dengan pendapatan tinggi
memiliki ternak sapi yang banyak untuk dijual serta mengolah limbah kotoran
menjadi pupuk kompos untuk dijual lagi sehingga penghasilan dari beternak nya
mampu menghidupi kebutuhan sehari hari. Hal ini sesuai dengan pendapat
Suratiyah (2009) yang menyatakan Usaha ternak sapi potong dapat dikatakan
berjalan sesuai dengan yang diharapkan karena petani peternak masih tergantung
kepada pemerintah dan belum dapat mandiri sehingga semua solusi yang
pemerintah. Hal ini sesuai dengan pendapat Mikkelsen (2003) bahwa pentingnya
orang lain dengan sistem bagi hasil. Pemerintah atau dinas peternakan
memberikan solusi yaitu para peternak harus bergabung dengan kelompok tani
dimana kelompok tani ini yang nantinya akan mendapatkan bantuan langsung dari
pemerintah setempat. Hal ini sesuai dengan pendapat Ditjen Bina Produksi
Solusi pengelolahan pakan yang telah diberikan oleh pemerintah dan dinas
peternakan adalah dengan memberikan teori dan praktek kepada kelompok tani
ternak tentang pembuatan jerami padi sebagai pakan yang diberikan kepada ternak
pada saat musim kemarau. Hal ini sesuai dengan pendapat I nyoman (2012)
Salah satu alternatife untuk penyediaan pakan yang murah dan kompetitif adalah
melalui pemanfaatan limbah, baik limbah pertanan, limbah peternakan maupun
ternak antara lain dengan perlakuan seperti suplementasi dan seleksi genetika padi
yang mengandung kualitas jerami yang baik. Perlakuan fisik dari jerami padi
Kabupaten Bantaeng, namun sayangnya hal ini tidak berkelanjutan karena musim
kemarau di daerah ini lebih panjang dibanding dengan musim penghujan. Hal ini
sesuai pendapat Azmi (2015) bahwa ketersediaan lahan yang luas dan curah hujan
yang cukup sepanjang tahun merupakan faktor yang sangat menguntungkan bagi
karena dapat dilihat bahwa masih banyaknya ternak yang terserang penyakit dan
peternak hanya memberikan 1 jenis macam obat dengan berbagai macam jenis
penyakit padahal dinas terkait telah memberikan teori untuk kesehatan ternak. Hal
kesehatan dalah upaya untuk mengajak orang lain baik individu keluarga atau
suatu kegiatan yang dilakukan oleh peneliti atau dinas terkait yang memiliki
tujuan untuk menyampaikan informasi ke peternak sapi dan meningkatkan
Ketersediaan air bersih untuk minum ternak sangat sulit didapatkan karena
sumber air telah tercemari oleh racun ikan disungai dan juga ketersediaan sumber
air bersih sangat sulit untuk di dapatkan karena tidak adanya irigasi dan
tercemarnya air bersih. Hal ini sesuai dengan pendapat Doso (2011) bahwa
perbedaan sumber air akan mempengaruhi kualitas air minum, oleh karena itu
perlu dilakukan analisis mengenai kualitas pada kedua sumber air tersebut sesuai
tentang pengelolahan kualitas air dan pengendalian pencernaan air. Air sangat
penting untuk hewan ternak untuk menjaga cairan tubuh, keseimbangan ion,
IV.3.2 Kuisioner
kering untuk pertanian dan peternakan. Lahan kering pada umumnya kekuangan
unsur hara, kurang air dan kurang subur. Sehingga kurang produktif untuk
menghasilkan sumber pakan dan faktor musim menjadi salah satu faktor penentu
kemarau.
mengalir di sekitar area persawahan. Sumber air di desa Nipa-Nipa saat ini sangat
sungai mulai tercemar oleh racun-racun ikan. Air menjadi faktor penting dalam
meskipun sebagian besar air di dapat dari hijauan rumput atau daun-daunan,
ternak harus tetap minum. Air diperlukan untuk membantu proses pencernaan,
mengeluarkan bahan-bahan yang tidak berguna dari dalam tubuh (keringat, air
potong seperti inseminasi buatan dan juga pentingnya recording atau pencatatan
untuk mengetahui asal usul ternak dari tetuanya hal tersebut dapat meningkatkan
praktek peternakan yang tidak dilandasi ilmu pengetahuan dan teknologi akan
terus menurunkan populasi dan akan terus memperburuk kualitas genetika ternak
di Indonesia yang pada akhirnya akan semakin tergantung pada pihak asing dalam
sangat penting untuk memenuhi kebutuhan nutrisi ternak hal ini sesuai dengan
pendapat Yenny (2009) bahwa hijauan pakan merupakan sumber serat, pro vit A,
mineral dan klorofil bagi ruminansia. Kandungan nutrisi inilah yang dibutuhkan
bagi ternak ruminansia yang ada di dalam hijauan pakan. Selain itu dari segi
biaya juga lebih murah jika dibandingkan dengan konsentrat yang harus diimpor.
untuk melakukan inseminasi buatan untuk sapi para peternak di desa Nipa-Nipa
agar dapat mengembangkan peternakan sapi potong di desa tersebut dan juga sapi
memiliki bibit unggul hal ini sesuai pendapat Hastuti (2008) bahwa tujuan
kelahiran ternak unggul yang mempunyai mutu genetik tinggi seperti jenis
masih kurang memadai ini terbukti dengan banyaknya peternak yang sapinya
belum tersentuh oleh program yang dimiliki oleh pemerintah seperti inseminasi
buatan ataupun penyuluhan pakan hal ini sesuai pendapat Suresti (2012) yang
baik dari segi kuantitas maupun kualitas, rendahnya kemampuan dan keterampilan
V.1 Kesimpulan
berjalan sesuai dengan yang diharapkan karena petani peternak masih tergantung
kepada pemerintah dan belum dapat mandiri sehingga semua solusi yang
pemerintah.
V.2 Saran
pemateri datang duluan daripada peserta FGD itu sendiri serta sebaiknya dalam
pelaksaanan harus memperhatikan sarana dan prasarananya dan juga untuk peserta
Doso, S. Eko, H. 2011. Analisis kualitas air minum sapi perah rakyat di
Kabupaten Banyumas jawa tengah. Media peternakan vol 13 No. 1.
Doyle, P.T. C, davendra.2001. rice straw as feed for ruminants. IDP. Candberra
I nyoman, S. Niluh G,B. 2012. pemanfataan jerami padi sebagai pakan alternative
untuk sapi bali dara. Majalah Ilmiah Peternakan. Volume 15 nomor 1
tahun 2012.
Mufti, A,W. 2012. Aksesibilitas sumber pakan ternk sapi potong di daerah
pertanian lahan kering pada musim kemarau. Fakultas pertanian,
Universitas sebelah maret. Surarkarta
Yenni, Y. 2009. Pemanfataan silase hijauan sebagai pakan nutrisi untuk ternak.
Seminar nasional teknologi peternakan. Bogor.