Вы находитесь на странице: 1из 25

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Profil Wilayah dan Gambaran Umum

IV.1.1. Administrasi Wilayah

Desa Nipa-Nipa adalah salah satu desa dari beberapa desa yang terletak di

Wilayah Pemerintahan Kecamatan Pajukukang Kabupaten Bantaeng. Pusat

pemerintahan Desa Nipa-Nipa terletak di dusun kassi-kassi selatan dan untuk

menuju kantor Desa Nipa-Nipa secara administratif Desa Nipa-Nipa terbagi atas 7

(Tujuh) dusun yaitu, Dusun Batu Loe, Dusun Sabbanyyang, Dusun Kassi-Kassi

Utara, Dusun Kassi-Kassi Selatan, Dusun Tanetea, Dusun Nipa-Nipa, Dusun Pico.

IV.1.2. Kondisi Umum Geografi

Desa Nipa-Nipa adalah salah satu desa dari beberapa desa yang terletak di

Wilayah Pemerintahan Kecamatan Pajukukang Kabupaten Bantaeng. Desa

Nipa-Nipa ini juga merupakan salah satu desa di Kabupaten Bantaeng yang

terletak di wilayah pesisir pantai dan memiliki luas wilayah 612 ha. Desa Nipa-

Nipa terdiri dari beberapa dusun yaitu Dusun Nipa-Nipa, Dusun Kassi-Kassi

Utara, Dusun Tanetea, Dusun Sabbannyang, Dusun Pico, Dusun Batuloe, Dusun

Kassi-Kassi Selatan.

Desa Nipa-Nipa memiliki batas-batas wilayah yaitu:

Sebelah Utara : Desa Tombolo

Sebelah Selatan : Laut Flores

Sebelah Barat : Desa Biangkeke

Sebelah Timur : Desa Pajjukukang


IV.1.3 Kondisi Sosial Ekonomi

Jumlah penduduk Desa Nipa-Nipa sebesar 3.483 jiwa dengan

perbandingan laki-laki 1.742 dan perempauan 1.741 dengan jumlah anggota

keluarga rata-rata 4-5 anggota keluarga. Dalam melakukan kegiatan pembangunan

didesa Nipa-Nipa, pelibatan pekerjaan di dominasi oleh kaum laki-laki mulai dari

tahapan perencanaan, survey, pelaksanaan pekerjaan sampai pada tingkat

pemeliharaannya. Hal ini disebabkan karena masih banyaknya asumsi sebahagian

masyarakat bahwa kaum perempuan tugasnya mengurusi urusan dalam rumah

tangga seperti mencuci, memasak dan mengurus keperluan suami dan anak.

Beberapa program yang melibatkan kaum perempuan tidak memberikan

pengaruh yang signifikan disebabkan pelibatan mereka hanya sebatas pada

pemenuhan kuota dengan metode partisipatif yang disesuaikan dengan keinginan

program.

Penentuan kategori tingkat kesejahteraan masyarakat Desa Nipa-Nipa ini

didasarkan pada 11 aspek kesejahteraan yang berlaku di Desa Nipa Nipa yang di

tetapkan sendiri oleh masyarakat Desa Nipa-Nipa. Ke 11 aspek kesejahteraan

yang dimaksud berturut-turut sesuai skornya masing-masing sebagai berikut : (11)

Kepemilikan rumah, (10) Pekerjaan, (9) Kepemilikan lahan, (8) Kepemilikan

Kendaraan, (7) Kemampuan menyekolahkan anak, (6) Kepemilikan Ternak, (5)

Pakaian, (4) Perabot rumah tangga, (3) Kemampuan berobat, (2) Penerangan, dan

(1) Jambang keluarga. Masing-masing aspek kesejahteraan tersebut memiliki ciri-

ciri yang disusun untuk membedakan tingkat kesejahteraan setiap rumah tangga

yang ada di Desa Nipa-Nipa saat ini.


IV.1.4 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin dapat diketahui

bahwa Desa Nipa-Nipa kecamatan Pajukukang kabupaten Bantaeng dapat dilihat

pada tabel berikut

Tabel 1, Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin


Jenis kelamin
KK
No Dusun L P Jumlah
1 Batuloe 267 276 543 128
2 Sabbannyang 336 345 681 155
3 Kassi-Kassi Utara 162 163 325 62
4 Kassi-Kassi Selatan 206 238 444 97
5 Tanetea 195 203 398 103
6 Nipa-Nipa 209 220 429 102
7 Pico 223 216 439 110
Total 1598 1661 3259 757
Sumber Data : Data Sekunder Desa Nipa-nipa Kecematan Pajjukukan Kabupaten
Bantaeng

Berdasarkan tabel 1 tentang jenis kelamin dan jumlah KK di Desa Nipa-

Nipa menunjukkan jumlah perempuan lebih banyak yakni sektar 50,97%, sedang

laki-laki hanya 49,03% dan KK terbanyak terdapat di Dusun Sabbannyang

20,48% dan terendah di Dusun Kassi-Kassi Utara 8,19%. Pada kenyataan

kepadatan bangunan terdapat di Dusun Tanetea, tetapi jumlah KK hanya sekitar

13,61% karena di Dusun Tanetea berada di Ibukota Kecamatan Pajukukang

sehingga bangunan pemerintah dan toko/kios yang lebih banyak.

IV.1.5 Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Berdasarkan jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan dapat

diketahui bahwa Desa Nipa-Nipa kecamatan Pajukukang kabupaten Bantaeng

dapat dilihat pada tabel berikut


Tabel 2. Jumlah penduduk berdasarkan tingkatan Pendidikan
Klasifikasi pendidikan
No Nama Dusun Tidak tamat Jmlh
SD SMP SMA Diploma S1
SD
1 Batu loe 64 345 64 47 7 16 543
2 Sabbannyang 175 438 58 4 3 3 681
3 kassi-kassi utara 76 170 33 43 0 3 325
Kassi-kassi
4 114 203 54 44 7 22 444
selatan
5 Tanetea 80 107 46 92 24 49 398
6 Nipa-nipa 63 200 61 58 12 35 429
7 Pico 124 229 23 45 3 15 439
Jumlah 696 1692 339 333 56 143 3259
Sumber Data : Data Sekunder Desa Nipa-nipa Kecematan Pajjukukan Kabupaten
Bantaeng

Berdasarkan tabel 2 mengenai tingkat pendidikan dapat dilihat bahwa di

Desa Nipa-Nipa masih kurang yaitu sekitar 51,91% hanya tamatan SD, bahkan

ada 21,37% yang tidak tamat SD, karena warga masyarakat kebanyakan orang

pendatang dari luar Bantaeng yang awalnya hanya menjadi tenaga buruh tani dan

pada akhirnya menetap di Desa Nipa-Nipa sebagai tenaga penggarap.

IV.1.6 Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Kesejahteraan

Berdasarkan jumlah penduduk berdasarkan tingkat kesejahteraan dapat

diketahui bahwa Desa Nipa-Nipa kecamatan Pajukukang kabupaten Bantaeng

dapat dilihat pada tabel berikut


Tabel 3. Jumlah penduduk berdasarkan tingkat kesejahteraan
Jumlah RT Sesuai Tingkat Jumlah Persentase
Nama Dusun
Kesejahteraan
Kaya Sedang Miskin Sangat
Miskin
Batuloe 3 24 84 17 128 16,91 %

Sabbanyang 2 21 86 46 155 20,48 %

Kassi-Kassi Utara 2 13 36 11 62 8,19 %

Kassi-Kassi 8 18 64 7 97 12,81 %
Selatan

Tanetea 10 56 34 3 103 13,61 %

Nipa-Nipa 14 33 44 11 102 13,47 %

Pico 5 22 68 15 110 14,53 %

Jumlah Total 44 187 416 110 757 100


Sumber Data : Data Sekunder Desa Nipa-nipa Kecematan Pajjukukan Kabupaten
Bantaeng

Berdasarkan tabel 3 mengenai tingkat kesejahteraan dapat dilihat bahwa

di Desa Nipa-Nipa masih kurang yaitu sekitar 13,47% hal ini dikarenakan warga

masyarakat kebanyakan orang pendatang dari luar Bantaeng yang awalnya hanya

menjadi tenaga buruh tani dan pada akhirnya menetap di Desa Nipa-Nipa sebagai

tenaga penggarap.

IV.1.7 Sarana dan Prasarana

A. Transportasi

1) Sarana jalan

Di Desa Nipa-Nipa saat ini terdapat satu jalur jalan poros propinsi sepanjang

kurang lebih 2 km beraspal hotmix namun kondisi jalan provinsi sekarang rusak

berat karena hampir semua butas telah mengalami kerusakan dan satu jalur jalan

kecamatan sepanjang kurang lebih 4 km serta jalan Desa ke beberapa Dusun


kurang lebih 1 km yang beraspal hotmix, masih jalan pengerasan kurang lebih 100

m dan sebagian masih jalan tanah/jalan setapak yang belum pernah tersentuh oleh

perbaikan jalan atau peningkatan transportasi.

2) Sarana angkutan

Sarana angkutan umum yang tersedia di Desa Nipa-Nipa adalah mobil

mikrolet, minibus (Panter,kijang) dan bus yang mayoritas hanya melewati jalan

propinsi setiap hari yang merupakan angkutan antar kota kabupaten dan antar kota

dengan kecamatan atau desa sedangkan yang melewati jalan Desa 1-2 buah itupun

pada hari pasar lambocca (Senin-kamis). Selain itu terdapat pula sarana

transportasi dalam Desa berupa dokar (Bendi) itupun beroperasi pada hari pasar

Lambocca (Senin-Kamis). sarana angkutan lain adalah motor pribadi dan juga

sepeda yang kerap dijadikan sebagai sarana transportasi oleh sebagian penduduk.

Adapun jenis-jenis angkutan yang ada di Desa Nipa-Nipa yaitu :

a. Angkutan pete-pete;

b. Sepeda motor pribadi;

c. Mobil pribadi;

d. Mobil truk;

e. Mobil pick up;

f. Dokar;

g. Becak

B. Kesehatan

Desa Nipa-Nipa memiliki sarana kesehatan seperti : Puskesmas, Posyandu

dan Polindes sarana kesehatan yang ada di Desa Nipa-Nipa selain di manfaatkan

oleh orang dalam Desa juga banyak diakses oleh orang dari luar Desa Nipa-Nipa.
Kenyataan yang dapat dilihat di Desa ini orang miskin tidak mampu mengakses

sarana kesehatan ini secara maksimal karena berbagai macam keterbatasan.

Walaupun mereka memiliki kartu Jaminan Kesehatan Masyarakat (jamkesmas)

tetapi mereka tetap tidak mampu mengakses pelayanan kesehatan karena tidak

memahami prosedur yang di tetapkan selain kesadaran mereka yang rendah.

Sarana kesehatan yang ada umumnya hanya mampu menyediakan obat-obat

generik dan belum memiliki fasilitas rawat inap namun demikian harus diakui

bahwa sarana kesehatan puskesmas merupakan sarana kesehatan yang tercepat

dan termudah bagi masyarakat desa untuk mendapatkan pelayanan. Selain itu

telah mampu juga menyediakan dokter umum dan beberapa orang petugas

kesehatan yang siap melayani masyarakat disetiap waktu. Sebagai ibu kota

kecamatan Desa Nipa-Nipa sudah selayaknya memiliki fasilitas kesehatan yang

lebih memadai. Oleh karena kebutuhan pelayanan semakin meningkat maka di

kedepan di harafkan tersedianya tambahan dokter dan petugas kesehatan.

Di Desa Nipa-Nipa juga mempunyai sarana posyandu yang aktif melayani

ibu-ibu hamil dan balita serta pemberian imunisasi dan makanan tambahan

sewaktu-waktu tertentu. Pelayanan ini dilakukan umumnya sekali dalam sebulan.

Sehingga pelayanan kesehatan di Desa Nipa-Nipa masih tergolong belum

maksimal dalam memberikan pelayanan secara luas. Jumlah ini sangat kurang

sehingga membutuhkan peningkatan kegiatan agar dapat memberikan pelayanan

secara maksimal terhadap kebutuhan kesehatan masyarakat meskipun tempat

pelayanannya masih dilakukan dengan numpang di rumah penduduk.


C. Sarana Pendidikan

1) Kelompok Bermain/Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)

Terdapat 2 Buah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di Desa Nipa-Nipa

yaitu

a) PAUD kuncup mekar dengan jumlah murid sebanyak 36 orang dari (laki-

laki 20 dan perempuan 16) dan 3 orang guru/tenaga pengajar serta memiliki 4

set alat bermain, PAUD ini berlokasi Di Dusun Pico

b) PAUD Rabia Al-Adawia dengan jumlah murid 20 orang dar (laki-laki 8 dan

perempuan 12) dan 2 orang guru serta 1 orang penyelenggara dan memiliki 4

set alat bermain, PAUD ini berlokasi di Dusun Sabbannyang dan masih

numpang Di pekarangan rumah guru.

Namun ke 2 PAUD tersebut diatas belum memiliki bangunan permanen dan

fasilitas lainnya di Desa Nipa-Nipa baik yang terletak di Dusun Pico yang di

rintis oleh SKB maupun di Dusun sabbannyang

2) TPA (Taman Pendidikan Al-quran)

Terdapat 7 Unit Taman Pendidikan Al-Quran (TPA) di Desa Nipa-Nipa

(Disetiap Dusun ). Keberadaan TPA di Desa Nipa-Nipa ini sangat bermanfaat

bagi masyarakat khususnya bagi anak-anak. Dengan adanya TPA di Desa Nipa-

Nipa maka merasa terbantu dalam memberikan bimbingan keagamaan kepada

anak-anak mereka. Taman Pendidikan Al-quran ini bertujuan untuk memberikan

pengajaran bagi anak-anak tentang bagaimana membaca Al-quran dengan baik,

disamping itu pula pembina memberikan siraman rohani kepada anak-anak.

Taman pendidikan Al-quran (TPA) di Desa Nipa-Nipa bukan hanya bertempat di


mesjid-mesjid tetapi kegiatan pendidikan Al-quran juga dilakukan dibeberapa

rumah masyarakat.

3) Sekolah Dasar

Terdapat 2 unit Sekolah Dasar (SD) di Desa Nipa-Nipa dengan bangunan

yang permanen yaitu :

a. SD Inpres Tanetea dengan jumlah kelas 10 ruangan dan 322 murid dari (laki-

laki 159 dan perempuan 163) serta 21 guru yang terdiri dari 13 orang guru

PNS, 6 orang honorer, 1 orang tenaga administrasi dan 1 orang bujang

sekolah.

b. SD Inpres Sabbanyyang dengan jumlah kelas 7 ruangan dan 208 murid (laki-

laki 102 dan perempuan 106) serta 29 orang guru (Guru PNS 8 orang, honorer

19 orang dan guru bantu daerah 2 Orang) dan 1 orang tenaga administrasi

serta 1 orang bujang sekolah.

kedua sekolah Dasar ini masing-masing berlokasi di Dusun Nipa-Nipa dan

Dusun Kassi-Kassi Utara. Namun sekolah tersebut belum memiliki pagar

keliling yang permanen sehingga guru kewalahan mengontrol murid yang

berkeliaran keluar masuk lokasi sekolah selain itu di SD Inpres Tanetea telah

terdapat ruangan kelas yang telah rusak karena ruangan tersebut belum pernah

di rehab oleh dinas pendidikan serta di SD inpres Sabbannyang belum terdapat

Gedung Kantor walaupun selama ini gedung kantor yang digunakan adalah

gedung Perumahan Guru.

4) SLTP (Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama)

Saat ini anak-anak tamatan SD di Desa Nipa-Nipa memenuhi kebutuhan

pendidikan tingkat lanjutan pertama atau SLTP didalam Desa sendiri ini karena
sarana untuk sekolah lanjutan pertama sudah ada. Dan jarak yang ditempuh oleh

masyarakat khususnya yang bersekolah di sekolah tersebut dapatlah dijangkau

baik dengan jalan kaki maupun, naik mobil angkutan. Untuk mereka yang agak

jauh dari sarana pendidikan khususnya SLTP ini setiap harinya menggunakan jasa

angkutan dengan biaya Rp 2.000,- setiap harinya. Kebutuhan biaya rutin

menyebabkan sebahagian anak yang berasal dari keluarga tidak mampu lebih

memilih untuk jalan kaki dari Dusun mereka tinggal ketempat atau ke sekolah.

SLTP ini sering di sebut SLTP Negeri 3 Tompobulu dengan jumlah siswa 517

orang (laki-laki 223 orang dan perempuan 294 orang) yang memiliki 15 ruangan

kelas, 1 ruangan perpustakaan, 2 ruangan Laboratorium (Lab. IPA dan Lab.

komputer) serta memiliki 31 orang guru (laki-laki 14 dan perempuan 17) yang

terdiri dari PNS 24 orang, honorer 7 orang, dan 10 orang tenaga tata usaha (PNS :

4 orang dan Honorer 6 orang)

Selain ini Di Desa Nipa-Nipa juga terdapat sarana pendidikan lain yaitu

sarana pendidikan Pesantren Hasyim Azhari yang Memiliki Ruangan Kelas

sebanyak 4 unit, ruangan kantor 1 unit, pondokan santri 2 unit, dengan jumlah

Siswa 30 Orang (Laki-laki 26 orang dan perempuan 4 orang), Guru sebanyak 17

orang (Laki-laki 9 orang dan Perempuan 8 orang) dengan rincian guru PNS 1

orang dan Honorer 16 orang

5) SLTA (Sekolah Lanjutan Tingkat Atas)

Saat ini anak-anak tamatan SLTP dan Pesantren di Desa Nipa-Nipa

memenuhi kebutuhan pendidikan tingkat lanjutan atas didalam desa sendiri, ini

karena sarana dan prasaran untuk sekolah lanjutan atas sudah terdapat 3 buah di

Desa Nipa-Nipa dengan Bangunan yang Permanen sbb :


a. SMA Negeri 1 Tompobulu dengan jumlah siswa 400 orang(L:160 dan P:240),

jumlah kelas 14 ruangan, perpustakaan 1, Laboratorium 3 (lab.Biologi/Fisika,

Lab. Kimia dan Lab. Komputer) dan memiliki 32 guru (PNS 25 dan honorer

7), 10 orang tata usaha (PNS 5 dan honor 5) sekolah ini berlokasi di Dusun

Nipa-Nipa

b. SMK Negeri 3 Bantaeng memiliki jumlah siswa sebanyak 781 0rang yang

terdiri dari 5 Jurusan farmasi yaitu farmasi, Perawatan, otomotif, tehnik

bangunan dan Listrik) sekolah ini memiliki 14 ruangan belajar, 1

Lab.Otomotif namun sekolah ini rata-rata kelas masih kekurangan sarana meja

dan kursi serta ada 2 ruangan kelas tidak sama sekali memiliki meja dan kursi

belajar sehingga untuk proses belajar mengajar siswa menggunakan belajar di

lantai, sehingga kondisi ini juga menyebabkan banyaknya siswa dan siswi

yang sering berkeliaran di pinggir jalan poros propinsi dan ini juga di

sebabkan karena belum adanya pagar sekolah sehingga guru tidak bisa

mengontrol siswa dan siswi yang berkeliaran di luar lokasi sekolah, sekolah

ini berlokasi di Dusun Pico.

c. SMK Negeri 2 Bantaeng dengan jumlah siswa 217 orang (L:144 dan P:73), 23

orang guru pengajar (PNS : 13 dan honorer 10), 6 orang tata usaha (PNS : 2

dan honor : 4) serta bujang sekolah 1 orang dan sekolah ini memiliki 10

ruangan kelas, 1 ruangan laboratorium biologi, 1 ruangan laboratorium

computer, 2 ruangan worksod, 1 ruangan produksi pengolahan rumput laut, 1

ruangan aula pertemuan. Sekolah ini memiliki 3 jurusan yaitu (1) Jurusan RPL

(Komputer), (2) Jurusan Budi daya, (3) Jurusan Neotika (Pelayaran), sekolah

ini berlokasi di Dusun Tanetea


4. Perguruan Tinggi (Diploma dan Sarjana)

Di Desa Nipa-Nipa kalau kita melihat ada beberapa sarjana dan kalau kita

melihat tinggkat kehidupan dari mereka khususnya keluarga kebanyakan adalah

keluarga yang tingkat kehidupannya menengah dan bahkan ada yang dibawah

menengah itu karena kesadaran mereka akan pentingnya pendidikan. Sebaliknya

untuk keluarga yang kehidupannya layak kebanyakan dari mereka tingkat

pendidikannya adalah tamatan sekolah lanjutan atas saja bukan karena orang tua

tidak mampu menyekolahkan tetapi kesadaran mereka yang kurang. Ada juga

sebagian kecil masyarakat Nipa-Nipa yang dapat mengenyam pendidikan

ketingkat perguruan tinggi. Namun demikian kesadaran akan pentingnya

pendidikan di Desa Nipa-Nipa sudah lumayan tinggi hanya saja untuk

keperguruan tinggi masyarakat terkendala karena rata-rata mengenyam

pendidikan perguruan tinggi diluar kabupaten seperti Makassar, Jeneponto dan

Bulukumba dimana jarak antara Kabupaten Jeneponto dengan Kabupaten

Bantaeng dengan jarak tempuh 40 Km, di Kabupaten Bulukumba dengan jarak

tempuh kurang lebih 35 km dan kota propinsi dengan jarak tempuh 135 km.

Untuk melanjutkan ke jenjang tersebut orang tua terkendala dengan besarnya

biaya yang dibutuhkan, mereka harus mengeluarkan biaya yang cukup tinggi

untuk transport, juga harus mengeluarkan biaya semester yang sangat besar (mulai

Rp 600.000,- sampai Rp. 1.000.000,- setiap 6 bulan) sementara mereka juga

masih membutuhkan biaya untuk menutupi kebutuhan hidup lainnya.


IV.2 Keadaan Umum Responden

IV.2. 1 Identikasi Responden Berdasrkan Umur

Berdasarkan data yang diperoleh identitas responden berdasarkan umur di

Desa Nipa-Nipa kecamatan Pajukukang kabupaten Bantaeng dapat dilihat pada

tabel berikut

Tabel 4. Identitas Responden Berdasarkan Umur


No Umur Frekuensi Persentase
1 20 - 25 - 0
2 26 - 35 - 0
3 36 - 45 1 30 %
4 >46 2 70 %
Total 3 100 %
Sumber : Data Sekunder yang telah diolah di Desa Nipa-Nipa, Kecamatan
Pajukukang, Kabupaten Bantaeng, 2017.
Berdasarkan tabel 4 mengenai identitas responden berdasarkan umur dapat

diliahta bahwa usia diatas 4 tahun memiliki frekuensi yang tingga dimana

berjumlah 2 responden dengan persentase 70 % dan usia antara 36 45 tahun

memiliki frekuensi rendah yaitu 1 responden dengan persentase 30% hal ini

dikarenakan responden yang didapat telah memasuki usia yang tidak produktif

lagi untuk bekerja di lading sehingga hanya tinggal dirumah untuk mengurus

ternak yang dimiliki. Hal ini sesuai pendapat Sugeng (2014) usia tidak produktif

yaitu usia yang berada di satas 45 tahun dan semakin muda usia peternak (usia

produktif 20-45 thn) umumnya rasa keingintahuan terhadap sesuatu semakin

tinggi dan introduksi terhadap teknologi semakin tinggi.

IV.2.2 Identifikasi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin


Berdasarkan data yang diperoleh identitas responden berdasarkan jenis

kelamin di Desa Nipa-Nipa kecamatan Pajukukang kabupaten Bantaeng dapat

dilihat pada tabel berikut


Tabel 5. Identitas Responden Berdasarakan Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin Frekuensi Persentase
1 Laki-Laki 1 30%
2 Perempuan 2 70%
Total 3 100 %
Sumber : Data Sekunder yang telah diolah di Desa Nipa-Nipa, Kecamatan
Pajukukang, Kabupaten Bantaeng, 2017.
Berdasarkan tabel 5 mengenai identitas responden berdasarkan jenis

kelamin dapat dilihat baha jumlah responden berjenis kelamin perempuan lebih

tinggi dimana frekuensinya 2 dengan persentase 70% dan jumlah responden

berjenis kelamin laki-laki hanya 1 dengan persentase 30% . Hal ini dikarenakan

kebanyakan perempuan bekerja dirumah mengurus rumah sedangkan laki- laki

pergi bekerja. Hal ini sesuai dengan pendapat Setiawan (2010) bahwa perempuan

turut aktif dalam dunia kerja, ini juga mematahkan anggapan bahwa masyarakat

Indonesia masih berpola pikir tradisional dimana laki-laki merupakan tulang

punggung keluarga yang seharusnya bekerja sedangkan perempuan dianggap

membantu dan seolah-olah tidak diwajibkan untuk bekerja.

IV.2.3 Identifikasi Responden Berdasarkan Mata Pencaharian

Berdasarkan data yang diperoleh identitas responden berdasarkan mata

pencaharian di Desa Nipa-Nipa kecamatan Pajukukang kabupaten Bantaeng

dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 6. Identitas Responden Berdasarakan Jenis Kelamin


No Mata Pencaharian Frekuensi Persentase
1 PNS-Peternak 1 30%
2 URT-Peternak 2 70%
Total 3 100 %
Sumber : Data Sekunder yang telah diolah di Desa Nipa-Nipa, Kecamatan
Pajukukang, Kabupaten Bantaeng, 2017.
Berdasarkan tabel 6 mengenai identitas responden berasarkan mata

pencahharian dapat dilihat bahwa profesi responden palin tinggi yaitu sebagai
Urusan Rumah Tangga tetapi memiliki profesi sampingan sebagai peternak

dimana frekuensinya sebesar 2 responden dengan persentase 70% dan profesi

PNS yang memiliki profesi sampingan sebagai peternak memiliki frekuensi 1

responden dengan persentase 30% Hal ini dikarenakan para laki-laki pergi bekerja

untuk meemnuhi kebutuhan sehari-hari sehingga pada saat pengambilan data yang

ditemui hanya istri yang mengurus rumah. Hal ini sesuai dengan pendapat

Setiawan (2010) yang menyatakan bahwa pencari kerja laki-laki mempunyai

probabilitas lebih tinggi dibandingkan pencari kerja perempuan, hal ini

ditunjukkan oleh besarnya probabilitas bekerja sambil mencari kerja dan mencari

kerja saja yang lebih besar pada pencari kerja laki-laki daripada pencari kerja

perempuan, ini berkaitan dengan tanggung jawab laki-laki yang telah menikah

untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya.

IV.2.4 Identifikasi Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan


Berdasarkan data yang diperoleh identitas responden berdasarkan tingkat

pendapatan di Desa Nipa-Nipa kecamatan Pajukukang kabupaten Bantaeng dapat

dilihat pada tabel berikut

Tabel 7. Identitas Responden Berdasarkan tingkat pendapatan


No Umur Frekuensi Persentase
1 Rp500.000 Rp1.000.000 - 0
2 Rp1.000.000 Rp5.000.000 1 30 %
3 Rp.5.000.000 Rp.10.000.000 - 0
4 Rp10.000.000 Rp15.000.000 2 70 %
Total 3 100 %
Sumber : Data Sekunder yang telah diolah di Desa Nipa-Nipa, Kecamatan
Pajukukang, Kabupaten Bantaeng, 2017.
Berdasarkan Tabel 7 mengenai identitas responden berdasarkan tingkat

pendapatan dapa dilihat bahwa pendapat antara Rp10.000.000 Rp15.000.000 /

bulan berjumlah 2 responden dengan persentase 70% sedangkan pendapatan


paling rendah antara Rp1.000.000 Rp5.000.000 / bulan berjumlah 1 responden

dengan persentase 30% hal ini dikarenakan responden dengan pendapatan tinggi

memiliki ternak sapi yang banyak untuk dijual serta mengolah limbah kotoran

menjadi pupuk kompos untuk dijual lagi sehingga penghasilan dari beternak nya

mampu menghidupi kebutuhan sehari hari. Hal ini sesuai dengan pendapat

Suratiyah (2009) yang menyatakan Usaha ternak sapi potong dapat dikatakan

berhasil bila telah memberikan kontribusi pendapatan dan dapat memenuhi

kebutuhan hidup peternak sehari-hari.

IV.3 Kajian FGD dan Kuisioner

IV.3.1 Kajian FGD

Musyawarah perencanaan pembangunan peternakan (Musrembang) telah

dilakukan oleh dinas peternakan kepada petani-peternak. Akan tetapi belum

berjalan sesuai dengan yang diharapkan karena petani peternak masih tergantung

kepada pemerintah dan belum dapat mandiri sehingga semua solusi yang

diberikan terhadap permasalahan-permasalahan pengembangan sapi potong tidak

dijalankan oleh peternak karena mereka masih tergantung terhadap pemberian

pemerintah. Hal ini sesuai dengan pendapat Mikkelsen (2003) bahwa pentingnya

partisipasi masyarakat dalam pembangunan merupakan solusi yang ditawarkan

untuk meminimalkan kondisi dikotomis antara keterbatasan kapasitas pemerintah

dalam menyediakan kebutuhan masyarakat, dengan adanya kecenderugan

semakin beragamnya jumlah dan jenis kebutuhan masyarakat. Selain itu,

masyarakat juga lebih mengetahui potensi yang ada di lingkungan mereka.


Permasalahan yang masih sering dialami oleh peternak pada saat ini

adalah masalah kurangnya modal. Kebanyakan peternak masih memelihara ternak

orang lain dengan sistem bagi hasil. Pemerintah atau dinas peternakan

memberikan solusi yaitu para peternak harus bergabung dengan kelompok tani

dimana kelompok tani ini yang nantinya akan mendapatkan bantuan langsung dari

pemerintah setempat. Hal ini sesuai dengan pendapat Ditjen Bina Produksi

Peternakan (2017) bahwa pemberdayaan peternak dapat berarti meningkatkan

kemampuan atau kemandirian peternak dengan menciptakan suasana yang

memungkinkan peternak untuk dapat berkembang. Disamping itu peningkatan

kemampuan peternak dalam membangun termasuk kelembagaan peternak

(kelompok tani) dan melakukan perlindungan melalui pemihakan kepada yang

lemah dengan mencegah persaingan yang tidak seimbang serta menciptakan

kemitraan yang menguntungkan. Peran kelompok tani ternak sangat strategis

sebagai wadah peternak untuk melakukan kerjasama dengan kemitraan ataupun

pemerintah ataupun lembaga-lembaga terkait dan sebagai media dalam proses

transfer teknologi dan informasi.

Solusi pengelolahan pakan yang telah diberikan oleh pemerintah dan dinas

peternakan adalah dengan memberikan teori dan praktek kepada kelompok tani

ternak tentang pembuatan jerami padi sebagai pakan yang diberikan kepada ternak

pada saat musim kemarau. Hal ini sesuai dengan pendapat I nyoman (2012)

bahwa untuk mempertahankan ketersediaan pakan terutama selama musim kering

maka perlu dicarikan pakan alternative untuk menggantikan rumput

lapangan/HMT sehingga asupan nutrisi makanan pada ternak tetap terjamin.

Salah satu alternatife untuk penyediaan pakan yang murah dan kompetitif adalah
melalui pemanfaatan limbah, baik limbah pertanan, limbah peternakan maupun

limbah industry salah satunya yaitu jerami padi.

Beberapa metode untuk meningkatkan mutu jerami padi sebagai pakan

ternak antara lain dengan perlakuan seperti suplementasi dan seleksi genetika padi

yang mengandung kualitas jerami yang baik. Perlakuan fisik dari jerami padi

terdiri dari penguapan, pemotongan maupun penumbukan. Perlakuan fisik ini

tidak memengaruhi kandungan jerami padi sedangkan perlkuan kimiawi terdiri

dari perlakuan basa, asam dan reagen oksidasi (Doyle, 2001)

Pemanfaatan lahan untuk pengembangan hijauan pakan ternak telah

dilakukan oleh dinas peternakan di Desa Nipa-Nipa, Kecamatan Pajukukang

Kabupaten Bantaeng, namun sayangnya hal ini tidak berkelanjutan karena musim

kemarau di daerah ini lebih panjang dibanding dengan musim penghujan. Hal ini

sesuai pendapat Azmi (2015) bahwa ketersediaan lahan yang luas dan curah hujan

yang cukup sepanjang tahun merupakan faktor yang sangat menguntungkan bagi

ketersediaan hijauan makan pakan ternak pada lahan HMT.

Pengetahuan kesehatan ternak di desa Nipa-Nipa masih sangat minim

karena dapat dilihat bahwa masih banyaknya ternak yang terserang penyakit dan

peternak hanya memberikan 1 jenis macam obat dengan berbagai macam jenis

penyakit padahal dinas terkait telah memberikan teori untuk kesehatan ternak. Hal

ini sesuai dengan pendapat Notoadmodjo (2003) bahwa pendididkan tentang

kesehatan dalah upaya untuk mengajak orang lain baik individu keluarga atau

masyarakat agar melaksanakan perilaku hidup sehat. Secara operasional adalah

suatu kegiatan yang dilakukan oleh peneliti atau dinas terkait yang memiliki
tujuan untuk menyampaikan informasi ke peternak sapi dan meningkatkan

pengetahuan terhadap kesehatan ternak

Ketersediaan air bersih untuk minum ternak sangat sulit didapatkan karena

sumber air telah tercemari oleh racun ikan disungai dan juga ketersediaan sumber

air bersih sangat sulit untuk di dapatkan karena tidak adanya irigasi dan

tercemarnya air bersih. Hal ini sesuai dengan pendapat Doso (2011) bahwa

perbedaan sumber air akan mempengaruhi kualitas air minum, oleh karena itu

perlu dilakukan analisis mengenai kualitas pada kedua sumber air tersebut sesuai

dengan peruntukanya seperti dalam peraturan pemerintah nomor 82 tahun 2001

tentang pengelolahan kualitas air dan pengendalian pencernaan air. Air sangat

penting untuk hewan ternak untuk menjaga cairan tubuh, keseimbangan ion,

menjaga suhu tubuh, membantu mencerna dan metabolism nutrient

IV.3.2 Kuisioner

IV.3.2.1 Pemanfaatan Lahan Dalam Pengembangan Sapi Potong

Peternak di Desa Nipa-Nipa, Kecamatan Pajukukang, Kabupaten

Bantaeng mendapatkan pakan untuk ternaknya di area persawahan. Peternak

menggembalakan ternak mereka di sekitar area persawahan yang sudah

mengering akibat musim kemarau yang berkepanjangan. Terbatasnya sumber

pakan akibat musim kemarau di desa Nipa-Nipa mengakibatkan peternak

kesulitan mendapatkan pakan untuk ternak mereka sehingga membuat peternak

harus menggembalakan sapinya di area persawahan. Hal ini sesuai dengan

pendapat Mufti (2012) yaitu permsalahan muncul ketika pemanfaatan lahan

kering untuk pertanian dan peternakan. Lahan kering pada umumnya kekuangan

unsur hara, kurang air dan kurang subur. Sehingga kurang produktif untuk
menghasilkan sumber pakan dan faktor musim menjadi salah satu faktor penentu

ketersediaan pakan, khususunya hijauan pakan yang dapat menyebabkan fluktasi

ketersediaanya dan secara periodik selalu terjadi kekurangan selama musim

kemarau.

Sumber air yang digunakan untuk minum ternak di Desa Nipa-Nipa,

Kecamatan Pajukukang, Kabupaten Bantaeng berasal dari sungai kecil yang

mengalir di sekitar area persawahan. Sumber air di desa Nipa-Nipa saat ini sangat

sulit di dapatkan dikarenakan musim kemarau yang berkepanjangan dan juga

sungai mulai tercemar oleh racun-racun ikan. Air menjadi faktor penting dalam

keberlangsungan kehidupan hewan hal ini sesuai pendapat (Mulyono,2008) bahwa

meskipun sebagian besar air di dapat dari hijauan rumput atau daun-daunan,

ternak harus tetap minum. Air diperlukan untuk membantu proses pencernaan,

mengeluarkan bahan-bahan yang tidak berguna dari dalam tubuh (keringat, air

kencing dan kotoran) dan membuat tubuh tidak kepanasan.

IV.3.2.2 Permasalahan dalam Pengembangan Sapi Potong

Potensi sumber daya manusia yang ada di Desa Nipa-Nipa Kecamatan

Pajukukang, Kabupaten Bantaeng masih terbilang kurang. Kebanyakan peternak

masih kurang memahami seberapa pentingnya teknologi dalam peternakan sapi

potong seperti inseminasi buatan dan juga pentingnya recording atau pencatatan

untuk mengetahui asal usul ternak dari tetuanya hal tersebut dapat meningkatkan

pengembangan peternakan sapi potong. Hal ini sesuai dengan pendapat

Syahruddin (2014) bahwa lembaga ilmu pengetahuan Indonesia menyadari bahwa

praktek peternakan yang tidak dilandasi ilmu pengetahuan dan teknologi akan

terus menurunkan populasi dan akan terus memperburuk kualitas genetika ternak
di Indonesia yang pada akhirnya akan semakin tergantung pada pihak asing dalam

rangka memenuhi kebutuhan protein hewani rakyat Indonesia. IB dan recording

sangat penting dilakukan dalam peningkatan produktivitas ternak lokal, sehingga

diharapkan mampu membuat kualitas peternakan sapi di ndonesia semakin

berkembang dengan pesat.

Potensi sumber daya alam di desa Nipa-Nipa, Kecamatan Pajukukang,

Kabupaten Bantaeng sangat berlimpah akan tetapi dikarenakan musim kemarau

yang berkepanjangan membuat pakan hijauan sangat sulit di dapatkan. Hijauan

sangat penting untuk memenuhi kebutuhan nutrisi ternak hal ini sesuai dengan

pendapat Yenny (2009) bahwa hijauan pakan merupakan sumber serat, pro vit A,

mineral dan klorofil bagi ruminansia. Kandungan nutrisi inilah yang dibutuhkan

bagi ternak ruminansia yang ada di dalam hijauan pakan. Selain itu dari segi

biaya juga lebih murah jika dibandingkan dengan konsentrat yang harus diimpor.

IV.3.2.3 Peranan Pemerintah Dalam Pengembangan Sapi Potong

Peranan pemerintah di desa Nipa-Nipa, Kecamatan Pajukukang dalam

pengembangan sapi potong yaitu pemerintah telah memiliki rencana strategis

untuk melakukan inseminasi buatan untuk sapi para peternak di desa Nipa-Nipa

agar dapat mengembangkan peternakan sapi potong di desa tersebut dan juga sapi

memiliki bibit unggul hal ini sesuai pendapat Hastuti (2008) bahwa tujuan

inseminasi buatan untuk meningkatkan mutu genetik ternak yaitu meningkatnya

kelahiran ternak unggul yang mempunyai mutu genetik tinggi seperti jenis

Simmental, Limousine, Brangus, Brahman dan Peranakan Ongole (PO),

meningkatkan produktivitas ternak yang ditandai dengan meningkatnya rata-rata

pertambahan bobot badan harian, meningkatnya harga jual pedet dan


meningkatnya bobot badan akhir setelah dewasa serta meningkatkan pendapatan

peternak dari hasil penjualan ternak sapi hasil IB.

Sarana dan prasarana dalam pengembangan sapi potong di desa Nipa-Nipa

masih kurang memadai ini terbukti dengan banyaknya peternak yang sapinya

belum tersentuh oleh program yang dimiliki oleh pemerintah seperti inseminasi

buatan ataupun penyuluhan pakan hal ini sesuai pendapat Suresti (2012) yang

mengatakan bahwa kelemahan dalam pengembangan peternakan dalam suatu

daerah adalah keterbatasan jangkauan pelayanan sistem kelembagaan bagi

masyarakat, terbatasnya sumber daya manusia peternakan (penyuluh peternakan)

baik dari segi kuantitas maupun kualitas, rendahnya kemampuan dan keterampilan

peternak, keterbatasan modal, keterbatasan sarana dan prasarana, minimnya

sarana perusahaan produksi.


BAB V
PENUTUP

V.1 Kesimpulan

Musyawarah perencanaan pembangunan peternakan (Musrembang) telah

dilakukan oleh dinas peternakan kepada petani-peternak. Akan tetapi belum

berjalan sesuai dengan yang diharapkan karena petani peternak masih tergantung

kepada pemerintah dan belum dapat mandiri sehingga semua solusi yang

diberikan terhadap permasalahan-permasalahan pengembangan sapi potong tidak

dijalankan oleh peternak karena mereka masih tergantung terhadap pemberian

pemerintah.

V.2 Saran

Untuk praktek lapang

Untuk FGD dalam pelaksanaanya sebaiknya on time jangan sampai

pemateri datang duluan daripada peserta FGD itu sendiri serta sebaiknya dalam

pelaksaanan harus memperhatikan sarana dan prasarananya dan juga untuk peserta

FGD agar aktif dalam FGD selanjutnya.


DAFTAR PUSTAKA

Azmi. Gunawan. 2015. Potensi hijauan pakan lahan perkebunan untuk


pengembangan sapi potong di Bengkulu. BPTP Bengkulu. Bengkulu.

Ditjen Bina Produksi Peternakan. 2002. Pengembangan kawasan Agribisnis


berbasis peternakan. Direktorat pengembangan peternakan. Direktorat
jendral bina produksi peternakan Deptan. Jakarta.

Doso, S. Eko, H. 2011. Analisis kualitas air minum sapi perah rakyat di
Kabupaten Banyumas jawa tengah. Media peternakan vol 13 No. 1.

Doyle, P.T. C, davendra.2001. rice straw as feed for ruminants. IDP. Candberra

Hastuti, D. 2008. Tingkat keberhasilan inseminasi buatan sapi potong di tinjau


dari angka konsepsi dan service per conception. Jurnal Mediagro.
Vol.4 No.1: Hal 12-20

I nyoman, S. Niluh G,B. 2012. pemanfataan jerami padi sebagai pakan alternative
untuk sapi bali dara. Majalah Ilmiah Peternakan. Volume 15 nomor 1
tahun 2012.

Mikkelsen, Britha. 2003. Metode penelitian Partisipatoris dan upaya-upaya


pemberdayaan sebuah bukupegangan bagi para praktisi lapangan,
yayasan Obor Indonesia,

Mufti, A,W. 2012. Aksesibilitas sumber pakan ternk sapi potong di daerah
pertanian lahan kering pada musim kemarau. Fakultas pertanian,
Universitas sebelah maret. Surarkarta

Mulyono, S. dan B. Sarwono. 2008. Peggemukan sapi potong. penebar swadaya.


Jakarta.

Notoadmodjo,S. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-Prisip Dasar. Rineka


cipta. Jakarta.

Setiawan, S.A. 2010. Pengaruh umur, pendidikan, Pendapatan, pengalaman kerja


dan Jenis kelamin terhadap lama Mencari kerja bagi tenaga kerja
Terdidik di kota magelang. Skripsi. Fakultas Ekonomi. Universitas
Diponegoro Semarang.

Sugeng, R. Syarifuddin, N. Krismawati. 2014. Factor-faktor yang berpengaruh


terhadap pendapatan peternak sapi di kabupaten Banyumas. Fakultas
Peternakan Jendral Soedirman. Purwokerto.

Suratiyah, K. 2009. Ilmu Usaha Tani. Penebar Swadaya. Jakarta


Suresti dan R. Wati. 2012. Strategi Pengembangan Usaha Peternakan Sapi
Potong di Kabupaten Pesisir Selatan. Fakultas peternakan universitas
Andalas

Syahruddin, S. 2014. Peran iptek dalam peningkatan produktivitas ternak lokal.


Pusat penelitian teknologi Lipi. Bogor.

Yenni, Y. 2009. Pemanfataan silase hijauan sebagai pakan nutrisi untuk ternak.
Seminar nasional teknologi peternakan. Bogor.

Вам также может понравиться