Вы находитесь на странице: 1из 17

ACARA II

PENENTUAN SIFAT FISIK, SIFAT KIMIA LEMAK DAN MINYAK

A. Tujuan
Tujuan dari praktikum acara II Penentuan Sifat Fisik, Sifat Kimia Lemak
dan Minyak adalah :
1. Mahasiswa memahami dan mampu menentukan berat jenis dari berbagai
macam minyak dan lemak
2. Mahasiswa memahami dan mampu menentukan bilangan penyabunan dari
berbagai macam minyak dan lemak.

B. Tinjauan Pustaka
Bobot jenis adalah perbandingan antara berat dari suatu sampel minyak
dengan volume minyak pada suhu yang sama. Bobot jenis minyak
dipengaruhi oleh berat molekul dan komponen-komponen dalam minyak serta
ketidakjenuhan komponen asam lemak minyak. Semakin banyak komponen
dalam minyak, maka bobot jenisnya akan semakin tinggi. Bobot minyak
adalah selisih berat piknometer beserta isinya dikurangi berat piknometer
kosong (Maradesa dkk, 2014).
Bobot jenis adalah sifat fisik minyak yang biasanya digunakan untuk
menyatakan tingkat kemurnian minyak. Banyaknya akumulasi bahan-bahan
pengotor yang tidak diinginkan dikarenakan tingginya frekuensi pemakaian
minyak, dengan demikian akan terjadi peningkatan nilai bobot jenis minyak,
ditandai dengan warna minyak yang semakin tidak jernih yang menandakan
adanya partikel yang tersuspensi dalam minyak. Bilangan iod menunjukkan
ketidakjenuhan asam lemak penyusun minyak dan lemak. Semakin tinggi
frekuensi pemakaian, bilangan iod suatu minyak mengalami penurunan. Jika
semakin rendah bilangan iod setelah penggunaan berulang menunjukkan bahwa
kadar asam lemak tidak jenuh di dalam minyak tersebut semakin menurun
(Ayu dan Hamzah, 2010).
Pada suhu 18 24oC lemak berbentuk padat. Minyak pada suhu itu ada dalam
bentuk yang cair. Keduanya tidak larut dalam air, baik lemak maupun minyak
secara kimia terbentuk dari persenyawaan dua macam molekul. Molekul intinya
adalah gliserol seperti alkohol. Lemak biasanya mengandung asam lemak jenuh
lebih banyak. Minyak lebih banyak mengandung asam lemak tidak jenuh
(Nasoetion dan Amini, 1995).
Lemak dan minyak bersumber dari hewan, tumbuhan atau hasil laut yang
merupakan sumber energi tertinggi per unit berat yang dikonsumsi manusia.
Minyak memiliki sifat kimia di antaranya reaksi hidrolisis mengubah minyak
menjadi asamasam lemak bebas dan gliserol. Reaksi hidrolisis dapat
mengakibatkan kerusakan minyak terjadi karena terdapatnya sejumlah air dalam
minyak tersebut. Kontak antara sejumlah oksigen dengan minyak maka akan
terjadi reaksi oksidasi secara langsung. Terjadinya reaksi oksidasi ini akan
mengakibatkan bau tengik pada minyak. Reaksi hidrogenasi sebagai suatu proses
industri bertujuan untuk menjenuhkan ikatan rangkap dari rantai karbon asam
lemak pada minyak (Barku et al, 2012).
Lemak dan minyak termasuk dalam kelompok senyawa lipida, pada
umumnya mempunyai sifat yang sama yaitu tidak larut dalam air. Penanganan
dan pengolahan bahan pangan, perhatian lebih banyak ditujukan pada suatu
bagian lipida, yaitu trigliserida. Lemak banyak digunakan dalam pembuatan roti
atau kue dengan tujuan mengempukkan produk akhir. Minyak merupakan bahan
cair diantaranya disebabkan rendahnya kandungan asam lemak jenuh dan
tingginya angka asam lemak jenuh secara kimia tidak memiliki ikatan rangkap
(Winarno, 2004).
Minyak dan lemak memiliki sifat fisik yang berbeda. Lemak berupa
padatan, umumnya berasal dari hewan, kecuali lemak cokelat. Adapun minyak
berupa cairan pada suhu ruangan dan umumnya berasal dari tumbuhan, seperti
minyak kelapa, minyak kedelai, dan minyak jagung. Perbedaan wujud lemak ini
bergantung pada asam lemak penyusunnya. Lemak yang berwujud padat banyak
mengandung asam lemak jenuh, sedangkan minyak yang berwujud cair banyak
mengandung asam lemak tak jenuh (Sutresna, 2007).
Lemak dan minyak adalah zat non -volatile tidak larut dalam air tetapi
larut dalam pelarut organik. Mereka bersama dengan protein dan karbohidrat,
bahan makanan utama dan didistribusikan secara luas di alam. Minyak berfungsi
sebagai sumber protein yang baik, lipid dan asam lemak untuk nutrisi manusia
termasuk perbaikan jaringan, pembentukan sel-sel baru serta sumber yang
berguna untuk energi. Minyak sayur adalah benih yang mengandung
jumlahminyak cukup besar. Minyak dapat diekstraksi dari biji minyak dengan
menggunakan metode tradisional ekstraksi (pada skala yang sangat kecil),
ekspresi mekanik (hidrolik dan menekan sekrup) yang dapat dilakukan secara
manual, semi-otomatis atau otomatis, dan ekstraksi pelarut. Parameter fisika dari
minyak yang diekstraksi dari beberapa makanan nabati Nigeria menggunakan
teknik analisis standar (Aremu et al., 2015).
Minyak merupakan campuran ester dari gliserol dan asam lemak rantai
panjang yang sering disebut trigliserida. Trigliserida terbentuk dari asam lemak
jenuh dan asam lemak tak jenuh. Minyak memiliki sifat fisika diantaranya zat
warna dalam minyak terdiri dari 2 golongan yaitu zat warna alamiah dan warna
hasil degradasi zat warna alamiah. Bau amis yang disebabkan oleh interaksi
trimetil amin oksida dengan ikatan rangkap dari lemak tidak jenuh. Minyak tidak
dapat larut dalam air, kecuali minyak jarak (castor oil). Minyak hanya sedikit
larut dalam alkohol, tetapi akan melarut sempurna dalam etil eter, karbon
disulfida dan pelarut-pelarut halogen. Bobot jenis dari minyak biasanya
ditentukan pada temperatur 25oC, akan tetapi dalam hal ini dianggap penting juga
untuk diukur pada temperatur 40oC atau 60oC untuk lemak yang titik cairnya
tinggi. Titik kekeruhan (turbidity point) ditetapkan dengan cara mendinginkan
campuran minyak atau lemak dengan pelarut lemak (Andaka, 2008). Semakin
besar angka iodin, maka semakin banyak ikatan rangkap yang ada dalam asam
lemak suatu minyak. Sedangkan semakin banyak ikatan rangkap dalam suatu
minyak, maka minyak tersebut akan semakin mudah rusak, karena memiliki sifat
yang mudah teroksidasi oleh oksigen dari udara, senyawa kimia, atau proses
pemanasan (Bello et al, 2011).
Sifat-sifat fisik pada lemak dan minyak menurut (Buckle dkk, 2013) yaitu:
1. Sifat fisik yang paling jelas adalah tidak larut dalam air
2. Viskositas minyak dan lemak cair biasanya bertambah dengan pertambahan
panjang rantai karbon, berkurang dengan naiknya suhu dan berkurang dengan
tidak jenuhnya rangkaian karbon
3. Minyak dan lemak lebih padat dalam keadaan padat daripada dalam keadaan
cair
4. Lemak campuran trigliserida dalam bentuk padat dan terdiri dari suatu fase
padat dan fase cair.
Bilangan penyabunan untuk minyak lemak adalah jumlah mg KOH yang
setara dengan 1 g minyak. Nilai yang tinggi bmemiliki arti terjadinya ketengikan,
nilai yang rendah ada kemungkinan tercampur dengan minyak mineral. Hampir
semua minyak yang dapat dimakan memiliki bilangan penyabunan antara 188 dan
196. Hidrolisis minyak lemak dilakukan menggunakan larutan KOH etanolat
(Watson, 2010).
Sebagian besar minyak dan lemak memiliki aplikasi terbatas dalam bentuk
yang tidak dimodifikasi, yang terdiri dari komposisi triasilgliserol dan asam
lemak. Sifat kimia lemak dan minyak dapat diketahui salah satunya dengan cara
uji penyabunan. Angka penyabunan dapat menunjukkan berat molekul asam
lemak. Angka penyabunan lebih tinggi dari pada asam lemak dengan rantai
karbon panjang. Berat molekul dari trigliserida dalam minyak sama dengan tiga
kali angka penyabunan (Abdulkarim et al, 2010).
Penentuan angka penyabunan dapat dilakukan dengan cara sebanyak 1,5
5gr minyak ditimbang dalam erlenmeyer kemudian ditambahkan 50 ml larutan
KOH yang dibuat dari 40 gr KOH dalam 1 liter alkohol. Setelah itu ditutup
dengan pendingin balik dan didihkan selama 10menit kemudian dinginkan dan
tambahkan beberapa tetes indikator phenolphthalein dan titrasi kelebihan larutan
KOH dengan larutan standar 0,5 N HCl. Selanjutnya dibuat titrasi blanko dengan
prosedur yang sama kecuali tanpa minyak (Fachry dkk, 2007).
Bilangan penyabunan dapat dinyatakan dalam jumlah miligram kalium
hidroksida yang dibutuhkan untuk menyabunkan 1 gram minyak atau lemak.
Minyak yang mempunyai berat molekul rendah akan mempunyai bilangan
penyabunan yang lebih tinggi daripada minyak yang mempunyai berat molekul
tinggi. Angka penyabunan dalam minyak dipengaruhi oleh adanya senyawa-
senyawa yang tak tersabunkan dalam minyak seperti sterol, pigmen, hidrokarbon,
dan tokoferol yangdapat mengurangi kekuatan oksidasi terhadap ikatan tidak
jenuh asam lemak (Effendi dkk, 2012).
Kacang merupakan sumber yang baik dari minyak yang mengandung
tinggi asam lemak tak jenuh ke asam lemak jenuh.Suatu penelitian melaporkan
bahwa berat badan yang lebih tinggi dikaitkan dengan persentase yang lebih
tinggi dari lemak dalam makanan. Ekstraksi minyak dilakukan dengan alat
soxhlet dan menggunakan n-heksana sebagai pelarut. Kepadatan minyak
ditentukan oleh menggunakan piknometer dan berat jenis yang dihitung dengan
rumus Spesifik gravitasi sama dengan kepadatan minyak dibagi kepadatan air
(Shad, 2012).
Minyak kemiri mengandung sejumlah zat kimia yang mendatangkan
berbagai khasiat. Biji kemiri mengandung lemak sangat tinggi.Ada yang
menyebut antara 45%-65% bahkan ada yang memperkirakan lebih tinggi yaitu
57%-69%. Karena itu, saat biji kemiri diperas akan keluar minyak. Namun,
lantaran dalam biji kemiri terdapat asam hidrosianik, minyaknyapun jarang
digunakan untuk menggoreng. Namun, minyak kemiri lebih cocok sebagai bahan
baku sabun atau bahan bakar serta solar (Prihandana dan Hendroko, 2008).
C. Metodologi
1. Alat
a. Alat titrasi
b. Buret
c. Erlenmeyer 250 ml
d. Gelas ukur
e. Pendingin balik
f. Piknometer
g. Pipet tetes
h. Pipet ukur
i. Propipet
j. Timbangan analitik
2. Bahan
a. Aquadest
b. Indikator PP
c. Larutan HCl 0,5 N
d. Larutan KOH
e. Lemak sapi
f. Lemak ayam
g. Minyak kacang tanah
h. Minyak kelapa basah
i. Minyak kelapa kering
j. Minyak kemiri
3. Cara Kerja
a. Penentuan Berat Jenis

2 piknometer

Penimbangan

Penutupan piknometer

Minyak Air

Pengisian

penimbangan

Penentuan berat jenis


b. Penentuan Angka Penyabunan
5 gram minyak

penimbangan

50 ml
penambahan
KOH

Penutupan dengan
pendingin balik

Pendinginan 30 menit
dengan hati-hati

3 tetes
penambahan
indikator PP

HCl pentitrasian
0,5 N

Pengamatan perubahan
warna menjadi bening
D. Hasil dan Pembahasan
Tabel 2.1 Hasil Penentuan Berat Jenis Lemak Minyak
Berat Berat
Kelompok Sampel Berat Jenis
Minyak Air
1 Kelapa Basah 23,308 25,2326 0,923
2 Kelapa Kering 23,083 25,142 0,918
3 Kemiri 23,070 25,142 0,918
4 Lemak Ayam 22,884 25,142 0,910
7 Kelapa Basah 23,308 25,2326 0,9237
8 Kelapa Kering 23,2289 25,2326 0,9206
9 Lemak Ayam 22,5848 25,2326 0,8951
10 Lemak Sapi - 25,2326 -
11 Kacang Tanah - 25,2326 -
12 Kemiri 23,2992 25,2326 0,9234
Sumber : Laporan sementara.

Berat jenis merupakan salah satu kriteria penting dengan tujuan untuk
menentukan mutu dan kemurnian kandungan minyak (Faizal, 2009). Faktor
faktor yang mempengaruhi bobot jenis suatu zat menurut (Ahmad dkk, 2014) yaitu
temperatur pada suhu yang tinggi senyawa yang dapat diukur berat jenisnya dapat
menguap sehingga dapat mempengaruhi bobot jenisnya, demikian pula halnya
pada suhu yang sangat rendah dapat menyebabkan senyawa membeku sehingga
sulit untuk menghitung bobot jenisnya. Oleh karena itu, digunakan suhu dimana
biasanya senyawa stabil, yaitu pada suhu 25oC (suhu kamar) ; Massa zat jika zat
mempunyai massa yang besar maka kemungkinan bobot jenisnya juga menjadi
lebih besar ; Volume zat jika volume zat besar maka bobot jenisnya akan
berpengaruh tergantung pula dari massa zat itu sendiri, dimana ukuran partikel dari
zat, bobot molekulnya serta kekentalan dari suatu zat dapat mempengaruhi bobot
jenisnya ; Kekentalan/viskositas suatu zat dapat juga mempengaruhi berat
jenisnya. Hal ini dapat dilihat dari rumus : V = k x d x t.Viskositas berbanding
lurus dengan bobot jenis Jadi semakin besar viksositas suatu zat maka semakin
besar pula berat jenisnya.
Pada praktikum acara 2 dalam menentukan berat jenis lemak dan minyak
menggunakan bahan kelapa basah, kelapa kering, lemak ayam, lemak sapi,
kacang tanah dan kemiri. Hasil praktikum dapat diketahui berat jenis minyak
kelapa basah kelompok 1 sebesar 0,923 gr/ml, kelompok 7 sebesar 0,9237 gr/ml ;
kelapa kering kelompok 2 sebesar 0,918 gr/ml, kelompok 8 sebesar 0,9206 gr/ml,
sedangkan menurut teori (Ahmad dkk, 2014) berat jenis minyak kelapa adalah
0,903 gr/ml. Minyak kemiri kelompok 3 sebesar 0,918 gr/ml, kelompok 12
sebesar 0,9234 gr/ml, sedangkan menurut teori (Fajriyah dan Lizawalil, 2010)
berat jenis minyak kemiri adalah 0,914 gr/ml. Berat jenis lemak ayam kelompok 4
sebesar 0,910 gr/ml, kelompok 9 sebesar 0,8951 gr/ml, sedangkan menurut teori
(Hermanto dkk, 2011) berat jenis lemak ayam adalah 0,8769. Berat jenis lemak
sapi kelompok 10 tidak ada karena sampel tidak memenuhi piknometer,
sedangkan menurut teori (Hermanto dkk, 2011) berat jenis lemak sapi adalah
0,8999 gr/ml. Pada sampel kacang tanah kelompok 11 sama halnya dengan lemak
sapi, tidak bisa dihitung karena sampel tersebut tidak memenuhi piknometer.
Maka hal ini menyimpang dari teori yang ada.

Tabel 2.2 Hasil Pengamatan Angka Penyabunan Lemak Minyak


ml HCl ml HCl
Kelompok Sampel Angka Penyabunan
(tb) (ts)
1 dan 6 Kelapa Basah 110 64,7 253,725
2 Kelapa Kering 110 71,5 215,638
3 Lemak Ayam 110 86 134,424
4 dan 5 Lemak Sapi 110 82,7 152,947
7 Kelapa Basah 110 76 189,310
8 Kelapa Kering 110 85 138,980
9 Lemak Ayam 110 87 128,586
10 Lemak Sapi 110 87,2 126,166
11 Kacang Tanah 110 82,3 154,983
12 Kemiri 110 81,5 159,444
Sumber: Laporan Sementara.

Menurut (Sudarmadji, 1989) angka penyabunan dipergunakan untuk


menentukan berat molekul minyak secara kasar. Minyak yang tersusun oleh asam
lemak rantai C pendek berarti mempunyai berat molekul relatif kecil yang akan
mempunyai angka penyabunan yang besar. Angka penyabunan yang tinggi
membutuhkan banyak KOH karena banyak asam lemak berantai pendek.
Penentuan bilangan penyabunan dilakukan untuk mengetahui sifat minyak dan
lemak. Pengujian sifat ini dapat digunakan untuk membedakan lemak yang satu
dengan yang lainnya. Faktor yang mempengaruhi reaksi penyabunan menurut
(Perdana dan Hakim, 2009), diantaranya konsentrasi larutan KOH/NaOH
Konsentrasi basa yang digunakan dihitung berdasarkan atoikiometri reaksinya,
dimana penambahan basa harus sedikit berlebih dari minyak agar tersabunnya
sempurna ; Suhu (T) ditinjau dari segi thermodinamikanya, kenaikan suhu akan
menurunkan hasil. Reaksi penyabunan merupakan reaksi eksotermis, maka dengan
kenaikan suhu akan dapat memperkecil konstanta keseimbangan, tetapi jika
ditinjau dari segi kinetika kenaikan suhu akan menaikkan kecepatan reaksi ;
Pengadukan = pengadukan dilakukan untuk memperbesar probabilitas tumbukan
molekul molekul reaktan yang bereaksi ; Waktu = semakin lama waktu reaksi
menyebabkan semakin banyak pula minyak yang tersabunkan, berarti hasil yang
didapat juga semakin tinggi, tetapi jika reaksi telah mencapai kondisi
setimbangnya, penambahan waktu tidak akan meningkatkan jumlah minyak yang
tersabunkan.
Pada saat percobaan bilangan penyabunan juga digunakan titrasi blanko yang
berfungsi untuk mengetahui jumlah titer yang bereaksi dengan pereaksi. Sehingga
dalam perhitungan tidak terjadi kesalahan yang disebabkan oleh pereaksi. Pada
praktikum acara 2 dalam menentukan angka penyabunan digunakan minyak
kelapa basah, minyak kelapa kering minyak kemiri, minyak kacang tanah lemak
ayam dan lemak sapi. Dari hasil praktikum minyak kelapa basah kelompok 1
memiliki angka penyabunan sebesar 253,725, kelompok 7 sebesar 189,310,
sedangkan menurut teori (Juniarti, 2010) minyak kelapa memiliki angka
penyabunan sebesar 260,491. Minyak kemiri kelompok 12 memiliki angka
penyabunan sebesar 159,444 sedangkan menurut teori (Fajriyah dan Lizawalil,
2011) minyak kemiri memiliki angka penyabunan sebesar 156,21. Lemak ayam
kelompok 3 sebesar 134,424, kelompok 9 sebesar 128,586, sedangkan menurut
teori (Hermanto dkk, 2010) lemak ayam memiliki angka penyabunan sebesar
259,77. Lemak sapi kelompok 4 dan 5 memiliki angka penyabunan sebesar
152,947, kelompok 10 sebesar 126,166, sedangkan menurut teori (Hermanto dkk,
2011) lemak sapi memiliki angka penyabunan sebesar 237,57.

E. Kesimpulan
Kesimpulan dari acara II Penentuan Sifat Fisik, Sifat Kimia Lemak dan
Minyak adalah :
1. Nilai berat jenis yang tertinggi saat praktikum adalah sampel minyak kelapa
basah yaitu sebesar 0,9237 gr/ml dan nilai berat jenis terendah adalah sampel
lemak ayam sebesar 0,8951 gr/ml
2. Nilai angka penyabunan yang tertinggi adalah sampel minyak kelapa basah
sebesar 253,725 dan yang terendah adalah lemak sapi yaitu 126,166.
DAFTAR PUSTAKA

Abdulkarim S.M., Myat M.W. and Ghazali H.M. 2010. Sensory and Physicochemical
Qualities of Palm Oleinand Sesame Seed Oil Blends during Frying of Banana
Chips. Journal of Agricultural Science. 2(4): 18-29. Malaysia.
Ahmad, Dede., Putri Nopita, dan Purwa Gilang R. 2014. Uji Kualitas Minyak Kelapa
dengan Uji Coba Penggorengan. Jurnal Teknologi Pengolahan Minyak dan
Lemak. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.
Andaka, Ganjar. 2008. Optimasi Proses Ekstraksi Minyak Kacang Tanah dengan
Pelarut N-Heksana. Jurusan Teknik Kimia. Hal 80 dan 82. Yogyakarta.
Aremu, M O., H Ibrahim dan T O Bamidele. 2015. Physicochemical Characteristics
of the Oils Extracted from Some Nigerian Plant Foods A Review.Vol 32.
Ayu, Dewi Fortuna dan Farida Hanum Hamzah. 2010. Evaluasi Sifat Fisiko-Kimia
Minyak Goreng yang Digunakan oleh Pedagang Makanan Jajanan di
Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru. Jurnal Pertanian Vol 9 No 1. Hal 7 dan
11-12. Pekanbaru.
Barku, V.Y Atsu., H.D Nyarko and P. Dordunu. 2012. Studies on The
Physicochemical Characteristics, Microbial Load and Storage Stability of Oil
from Indian Almond Nut (Terminalia Catappa L.). Journal of Food Science
and Quality Management Vol 8. Page 9-10. Ghana.
Bello, Muibat Olabisi., Temitope Lorine Akindelea., Deborah Olubunmi Adeoyea
and AbdulKabir Oladele Oladimeji. 2011. Physicochemical Properties and
Fatty Acids Profile of Seed Oil of Telfairia occidentalis Hook, F. Journal of
Basic and Applied Sciences Vol 11 No 6. Page 9-10. Ilorin.
Buckle, K.A., R.A Edwards., G.H Fleet., dan M. Wootton. 2013. Ilmu Pangan.
Universitas Indonesia (UI-Press). Jakarta.
Effendi, Arnelia Meida., Winarni dan Woro Sumarni.2012. Optimalisasi Penggunaan
Enzim Bromelin dari Sari Bonggol Nanas dalam Pembuatan MInyak
Kelapa.ISSN No 2252-6951.
Fachry, H A R., Serlis Arta dan Fadma Dewi.2007. Pengaruh Pemanasan dan
Derajat Keasaaman Emulsi pada Pembuatan Minyak Kelapa.Vol 11, No 1.
Fajriyah dan Lizawalil. 2010. Sintesis Etil Ester dari Asam-Asam Lemak Minyak Biji
Kemiri (Aleurites Moluccana) dan Uji Potensinya Sebagai Biodiesel.
Universitas Negeri Malang.
Hermanto, Sandra., Anna Muawanah, dan Rizkina Harap. 2011. Profil dan
Karakteristik Lemak Hewani (Ayam, Sapi dan Babi) Hasil Analisa FTIR dan
GCMS. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Juniarti. 2010. Pengaruh Variasi Volume dan Waktu Kontak Air Jeruk Nipis (Citrus
aurantifolia Swinggle) dengan Krim Santan pada Pembuatan Minyak
Kelapa (Cocos nucifira L). Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
Yogyakarta.
Maradesa, Riliani P., Feti Fatimah dan Meiske S. Sangi. 2014. Kualitas Virgin
Coconut Oil (VCO) sebagai Minyak Goreng yang Dibuat dengan Metode
Pengadukan dengan Adanya Penambahan Kemangi (Ocimum sanctum L.).
Jurnal MIPA. Hal 44-46. Manado.
Nasoetion, Andi Hakim dan Amini Nasoetion. 1995. Matahari, Manusia, dan
Makanan. Balai Pustaka. Jakarta.
Perdana, Farid Kurnia dan Ibnu Hakim. 2009. Pembuatan Sabun Cair dari Minyak
Jarak dan Soda Q Sebagai Upaya Meningkatkan Pangsa Pasar Soda Q.
Semarang: Universitas Diponegoro Jurusan Teknik Kimia.
Prihandan, Rama dan Roy Hendroko. 2008. Energi Hijau. Penebar Swadaya. Jakarta.
Shad, Muhammad Aslam., Humayum Pervez., Zafar Iqbal Zafar., Haqnawaz dan
Hyder Khan. 2012. Physicochemical Properties, Fatty Acid Profile and
Antioxidant Activity Of Peanut Oil. Journal Pak. J. Bot..Vol 44. No 1.
Sutresna, Nana. 2007. Cerdas Belajar Kimia. Grafindo Media Pratama. Jakarta.
Watson, David G. 2010. Analisis Farmasi. Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Winarno, F.G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Utama. Jakarta.
LAMPIRAN

A. Perhitungan

1. Berat Jenis
Berat jenis kelompok 11 sampel minyak kacang tidak dapat dihitung berat
jenisnya, karena sampel tidak memenuhi piknometer.

2. Angka Penyabunan
()
Angka Penyabunan = ()
(11082,3) 0,5 56,01
Angka Penyabunan = 5,0053

= 154,98

B. Gambar

Gambar 2.1 Perubahan warna saat dititrasi.


Gambar 2.2 Larutan KOH 50ml

Gambar 2.3 Penimbangan piknometer kosong


LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI LEMAK DAN MINYAK

ACARA II
PENENTUAN SIFAT FISIK, SIFAT KIMIA LEMAK DAN MINYAK

THP B
Kelompok 11 :

1. Jati Sintya H3115041


2. Primadea Sediani H3115055
3. Natasya Chintya H3115048
4. Rahmitha Devi H3115058
5. Sri Wahyuni H3115069
6. Zulfadin Hanafiah H3115075

TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2017

Вам также может понравиться

  • Laporan Kunjungan Industri
    Laporan Kunjungan Industri
    Документ15 страниц
    Laporan Kunjungan Industri
    jati
    100% (1)
  • Indofood 2
    Indofood 2
    Документ21 страница
    Indofood 2
    jati
    Оценок пока нет
  • Cover Indofood
    Cover Indofood
    Документ4 страницы
    Cover Indofood
    jati
    Оценок пока нет
  • Sari Roti Kel 6
    Sari Roti Kel 6
    Документ1 страница
    Sari Roti Kel 6
    jati
    Оценок пока нет
  • Keripik Tempe Adalah Makanan Tradisional Terbuat Dari Tempe Berbalur Tepung Yang Digoreng
    Keripik Tempe Adalah Makanan Tradisional Terbuat Dari Tempe Berbalur Tepung Yang Digoreng
    Документ2 страницы
    Keripik Tempe Adalah Makanan Tradisional Terbuat Dari Tempe Berbalur Tepung Yang Digoreng
    jati
    Оценок пока нет
  • ACARA II Enzim Draft 2 (1,3,23,24,25,27)
    ACARA II Enzim Draft 2 (1,3,23,24,25,27)
    Документ28 страниц
    ACARA II Enzim Draft 2 (1,3,23,24,25,27)
    jati
    Оценок пока нет
  • Konsep Ketuhanan Dalam Islam Picture
    Konsep Ketuhanan Dalam Islam Picture
    Документ7 страниц
    Konsep Ketuhanan Dalam Islam Picture
    jati
    Оценок пока нет
  • Sari Roti Kel 6
    Sari Roti Kel 6
    Документ1 страница
    Sari Roti Kel 6
    jati
    Оценок пока нет
  • Wike
    Wike
    Документ5 страниц
    Wike
    jati
    Оценок пока нет
  • Daftar Isi Sari Roti
    Daftar Isi Sari Roti
    Документ1 страница
    Daftar Isi Sari Roti
    jati
    Оценок пока нет
  • ACARA II Enzim Print
    ACARA II Enzim Print
    Документ27 страниц
    ACARA II Enzim Print
    jati
    Оценок пока нет
  • Acara II Enzim
    Acara II Enzim
    Документ26 страниц
    Acara II Enzim
    jati
    Оценок пока нет
  • Acara V Draft 1
    Acara V Draft 1
    Документ30 страниц
    Acara V Draft 1
    jati
    Оценок пока нет
  • Acara IV Draft I
    Acara IV Draft I
    Документ22 страницы
    Acara IV Draft I
    jati
    Оценок пока нет
  • Acara Iii
    Acara Iii
    Документ21 страница
    Acara Iii
    jati
    Оценок пока нет
  • Acara V Draft 1
    Acara V Draft 1
    Документ30 страниц
    Acara V Draft 1
    jati
    Оценок пока нет
  • Acara 2 Laporan
    Acara 2 Laporan
    Документ12 страниц
    Acara 2 Laporan
    jati
    Оценок пока нет
  • Acara III Draft 1
    Acara III Draft 1
    Документ18 страниц
    Acara III Draft 1
    jati
    Оценок пока нет
  • Acara I
    Acara I
    Документ24 страницы
    Acara I
    jati
    Оценок пока нет
  • PROTEIN3
    PROTEIN3
    Документ23 страницы
    PROTEIN3
    jati
    Оценок пока нет
  • Acara Iv
    Acara Iv
    Документ20 страниц
    Acara Iv
    jati
    Оценок пока нет
  • ACARA I1 Pemurnian Minyak
    ACARA I1 Pemurnian Minyak
    Документ28 страниц
    ACARA I1 Pemurnian Minyak
    jati
    Оценок пока нет
  • ACARA III Kakao
    ACARA III Kakao
    Документ14 страниц
    ACARA III Kakao
    jati
    Оценок пока нет
  • Acara Ii-1
    Acara Ii-1
    Документ25 страниц
    Acara Ii-1
    jati
    Оценок пока нет
  • Acara 6 Laporan
    Acara 6 Laporan
    Документ15 страниц
    Acara 6 Laporan
    jati
    Оценок пока нет
  • ACARA I1 Pemurnian Minyak
    ACARA I1 Pemurnian Minyak
    Документ28 страниц
    ACARA I1 Pemurnian Minyak
    jati
    Оценок пока нет
  • Acara I
    Acara I
    Документ15 страниц
    Acara I
    jati
    Оценок пока нет
  • Acara 6 Laporan
    Acara 6 Laporan
    Документ15 страниц
    Acara 6 Laporan
    jati
    Оценок пока нет
  • ACARA III Kakao
    ACARA III Kakao
    Документ14 страниц
    ACARA III Kakao
    jati
    Оценок пока нет