Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Ekonomi Politik Internasional diposting oleh pshara-sip12 pada 16 April 2014 Pengumuman Pemenang Web
(8) di MBP Asia Timur - 0 komentar dan Blog Terbaik 2014
MBP Asia Timur (3) merupakan satu wilayah dengan Korea Selatan. Akan tetapi, pada saat itu, terjadi Blog Hutan Greenpeace
pendudukan Amerika Serikat dan Uni Soviet atas Korea. Kedua negara hegemon Indonesia
Prinsip Ekonomi Internasional
(1) tersebut menyebarkan ideologi yang berbeda, Uni Soviet dengan komunisme,
dan Amerika Serikat dengan liberalisme. Korea Selatan pun menganut paham
Teori Hubungan Internasional
liberalisme karena pengaruh Amerika Serikat, begitu pula dengan Korea Utara Blogroll
(12)
yang menganut komunisme atas pengaruh Uni Soviet. Oleh karena itu, pecahlah
Korea menjadi dua bagian seperti saat ini, yaitu Korea Utara dan Korea Selatan. UNAIR
Artikel Terbaru
Korea Utara pada awalnya dipimpin oleh Kim Il-sung selama lebih dari 40 tahun.
Setelah wafatnya Kim Il-sung pada tahun 1994, kepemimpinannya tidak lantas Komentar Terbaru
Geopolitik Timur Tengah, Asia
digantikan oleh orang lain, melainkan beliau dinobatkan menjadi presiden abadi
Selatan, Asia Tenggara
Korea Utara. Kemudian Korea Utara dipimpin oleh Kim Jong-il, anak dari Kim Il-
Strategic Choice Partnership sung, yang setelah itu digantikan oleh Kim Jong-un, pemimpin Korea Utara
Post-Strukturalisme dan Post- hingga saat ini. Sistem pemerintahan di Korea Utara bersifat republik dan Arsip
Kolonialisme sosialis, dengan juche sebagai ideologi utamanya. Juche merupakan ideologi
resmi yang dicetuskan oleh Kim Il-sung. Seiring dengan kepemimpinan Kim Jong- March 2014
Konstruktivisme
il, juche diaplikasikan secara mendalam ke masyarakatnya sehingga masyarakat April 2014
Teori Hijau
Korea Utara tidak berpikiran untuk berpaling dari ideologi yang dibawa oleh
May 2014
pemimpinnya karena pemimpin tersebut dianggap sebagai orang yang sudah
June 2014
bekerja keras untuk mensejahterakan negaranya. Selain itu, kepemimpinan Kim
Artikel Populer
Jong-il bersifat mandiri, dalam artian Korea Utara tidak mau menerima bantuan
dari negara lain walaupun bisa dibilang negaranya dalam keadaan kritis. Tidak
Pengunjung
hanya itu, Kim Jong-il juga terlalu fokus pada militer, terutama pengembangan
program nuklir. Hal tersebutlah yang kemudian menyebabkan masyarakatnya
52.476
hidup serba kekurangan di bawah kepemimpinan yang bergaya otoriter dan
diktator. Masyarakat Korea Utara mau tidak mau harus puas terhadap tingkat
ekonomi yang rendah, padahal di sisi lain keluarga pemimpin Korea Utara juga
memiliki hidup yang mewah. Dalam hal ini, Kim Jong-il berhasil menerapkan juche
yang membuat masyarakatnya tetap percaya bahwa dia adalah pemimpin terbaik
yang dapat menyatukan Korea Utara.
Pemerintahan Kim Jong-il yang terlalu fokus pada militer dapat dilihat dari
digunakannya 15% anggaran negara untuk mengembangkan fasilitas militer,
walaupun memang militernya termasuk bagus dan terbesar keempat di dunia.
Besarnya militer tersebut digunakan untuk mengantisipasi adanya ancaman baik
dari luar maupun dari dalam, terutama di wilayah perbatasan antara Korea Utara
dan Korea Selatan (demilitarized zone). Korea Utara juga mencanangkan program
senjata nuklir dimana hal itu ditolak oleh negara-negara lain karena dianggap
mengancam keamanan internasional. Nuklir tersebut digunakan sebagai weapon
of mass destruction (WMD). Kemiskinan yang terjadi di Korea Utara pun
mengakibatkan banyaknya masyarakat yang menyeberang secara ilegal ke Korea
Selatan kemudian menjual WMD tersebut ke pasar gelap global. Dikhawatirkan
jika tindakan tersebut tidak diawasi dengan benar, akan terjadi penyalahgunaan
terhadap WMD yang kemudian bisa membahayakan keamanan internasional
(Bennett & Lind, 2011:84-85). Adanya nuklir di Korea Utara juga menyebabkan
negara tersebut sulit diintervensi oleh negara lain, bahkan oleh negara selevel
Amerika Serikat.
Dari segi ekonomi, Korea Utara menganut sistem industrialisasi, autarki, dan
terpusat, sehingga segala sesuatunya diatur oleh pemerintah. Walaupun
demikian, perekonomiannya masih tidak maju karena adanya kebijakan
isolasionisme yang diterapkan oleh Korea Utara dimana investor asing tidak
diperbolehkan untuk invest ke Korea Utara. Akan tetapi, pada tahun 1984, Korea
Utara mulai membuka diri dengan investor asing, walaupun tidak ada hasil yang
signikan. Selanjutnya, pada tahun 1991, dibentuk the Rason Economic Special
Zone untuk menarik perhatian China dan Rusia, yang kemudian dianggap cukup
berhasil untuk membantu perekonomian Korea Utara. Di Korea Utara, barang
militer dan bahan kimia merupakan salah satu industri utama. Hal itu tidak lantar
membawa Korea Utara menjadi negara yang maju. Tingkat pendapatan
perkapitanya masih medium dan masyarakatnya masih hidup dalam kekurangan,
walaupun fasilitas publik seperti pendidikan dan kesehatan sudah dibiayai oleh
pemerintah. Masalah kekurangan di Korea Utara tersebut sebenarnya sudah
sering dibahas di kalangan internasional. China, sebagai aliansi terdekat Korea
Utara, mau tidak mau diberi tanggung jawab untuk membantu pencegahan
runtuhnya Korea Utara. Namun terjadi kekhawatiran dimana Korea Utara dan
kalangan internasional menanggapi bantuan yang diberikan oleh China. Hal itu
kemudian berkaitan pada nuklir yang dimiliki Korea Utara. Bukan tidak mungkin
jika Korea Utara berasa dalam posisi yang sensitif, Korea Utara akan
menggunakan nuklirnya sebagai ancaman.
Dapat disimpulkan bahwa sikap pemimpin yang otoriter dan diktator sangat
berpengaruh pada perkembangan Korea Utara. Korea Utara pada awalnya
merupakan negara yang maju dibanding dengan Korea Selatan karena banyaknya
sumber daya yang dimiliki. Namun seiring dengan kepemimpinan yang diktator
tersebut, masyarakatnya mulai hidup dalam kekurangan. Kelaparan juga menjadi
isu yang sangat penting di Korea Utara. Walaupun demikian, masyarakatnya tidak
bisa memberikan protes karena opini publik diawasi dengan benar oleh
pemerintah. Selain itu, adanya ideologi juche yang diterapkan di Korea Utara juga
membuat masyarakatnya mau tidak mau menerima kepemimpinan tersebut dan
menganggap bahwa semua itu dilakukan untuk mensejahterakan Korea Utara
sendiri.
Referensi:
Bennett, Bruce W. & Lind, Jennifer. 2011. The Collapse of North Korea Military
Missions and Requirements dalam International Security, Vol. 36, No. 2. pp.
84119. Harvard College and the Massachusetts Institute of Technology.
Buszynski, Leszek. 2013. Negotiating with North Korea: The Six Party Talks and
the Nuclear Issue. New York: Routledge.
Tinggalkan Komentar
Nama :
E-mail :
Komentar :
Verication Code :
">
Kirim