Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
V. KOMENTAR
Pengaruh metakognitif prompt hanya signifikan pada siswa yang memiliki
pengetahuan materi yang baik, terbukti pada penelitian di kelas provinsi pengaruh
MP sangat signifikan dibandingkan dengan pada kelas kabupaten. Sehingga perlu
ditekankan penggunaan metode pembelajaran yang sesuai untuk meningkatkan
pemahaman materinya.
Differences in Metacognitive Regulation in Introductory Biology
Students: When Prompts Are Not Enough
I. PENDAHULUAN
Metakognitif adalah komponen penting dari pendidikan yang berkorelasi
dengan hasil belajar, prestasi siswa (Young dan Fry, 2008; Vukman dan Licardo,
2009) (Wang et al, 1990.), dan kemampuan pemecahan masalah (Rickey dan
Stacy, 2000; Sandi -Urena et al., 2011). Karena potensi signifikan untuk
mempengaruhi belajar, melatih keterampilan metacognitif sangatlah penting.
Siswa yang merefleksikan pemikiran mereka sendiri memiliki hasil belajar lebih
baik dari rekan-rekan yang tidak metakognitif.
Pengetahuan metakognitif meliputi kemampuan untuk mengidentifikasi
apa yang tidak kita ketahui, sementara metakognitif regulasi melibatkan tindakan
yang kita ambil untuk belajar (Sandi-Urena et al., 2011). Meskipun teori ini
sangat cocok dalam psikologi pendidikan dan kognitif (Schraw, 1998;
Bransford et al., 2000; Pintrich, 2002; Veenman et al., 2006;
Zohar dan Barzilai, 2013), ahli biologi mungkin tidak familiar
dengan metakognitif regulasi. Metakognitif regulasi adalah
bagaimana kita mengendalikan pikiran kita untuk memfasilitasi pembelajaran.
III. METODOLOGI
Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif.
Sampel adalah 245 orang mahasiswa pengantar biologi (biologi sel dan
genetika)
Instrument penelitian adalah tugas evaluasi diri setelah tes 1 (E1 SE)
dan tugas perencanaan strategi belajar sebelum tes ke 2 (E2 FT).
V. KOMENTAR
Keterampilan metakognitif sangat penting dalam keberhasilan proses
pembelajaran. Pengukuran keberhasilan proses pembelajaran tidak hanya diukur
dari nilai akhir suatu tes, tapi bisa dikaji dari proses perencanaan,dan strategi
belajar siswa itu sendiri sehingga bisa mendukung keberhasilan siswa.
Kelemahannya adalah jenis penilaian pada penelitian ini bergantung pada
kemampuan siswa untuk secara akurat mengingat dan melaporkan apa yang
mereka lakukan, sehingga akan mengurangi validitas dari data yang diperoleh.
Breakdown in the metacognitive chain: Good intentions
arent enough in high school
I. LATAR BELAKANG
Selama proses belajar, pelajar dihadapkan dua tantangan yaitu
menentukan seberapa baik informasi yang dipelajari dan pengetahuan mana yang
dirasa masih kurang. Hal yang tak biasa bagi siswa untuk memahami informasi
tersebut, hanya untuk mengetahui, selama ujian, itu saja. Sayangnya ketika siswa
memiliki miskonsepsi atau putusnya metakognitif mereka cenderung berhenti untuk
belajar, yang mengakibatkan perolehan hasil akhir yang buruk.
Metakognisi merupakan kemampuan untuk menilai secara akurat apa yang
sudah dan belum diketahui dan menentukan cara terbaik untuk mengetahui apa
yang belum diketahui (Dunlosky & Metcalfe, 2009). Pengaturan metakognitif pada
usia muda belum diteliti secara luas, dan data yang ada fokus pada akurasi
metakognitif pemahaman.
II. DASAR TEORI
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa penerapan prosedur Bet
menyebabkan lebih baik pada orang dewasa atau lebih tua (McGillivray &
Castel,2011). Jadi proses metakognitif mungkin tidak memerlukan kesadaran
eksplisit, intruksi eksplisit menimbulkan pemantauan lebih akurat. Menyababkan
strategi belajar lebih efisien.
Para peneliti telah menemukan bahwa penilaian metakognitif dapat
digunakan untuk mengontrol strategi belajar seperti alokasi waktu belajar, dan
orang sering mengikuti aturan perbedaan reduksi aturan
yang menyatakan bahwa alokasi waktu akan terkait dengan seberapa jauh
item tersebut dari belajar yang diinginkan (Dunlosky & Hertzog,
1998).
Peraturan metakognitif belum diteliti secara luas di
kelompok-kelompok usia yang lebih muda dan data yang ada fokus pada
metacomprehension akurasi selama membaca tugas pemahaman.
Bruin, Thiede, Camp, dan Redford (2011)
III. METODOLOGI
Sampel dalam penelitian adalah 113 siswa SMA yang berumur 14-16 tahun
dari kelas Biologi dengan perbandingan yang seimbang antara laki-laki dan
perempuan. Kelas Bet sebanyak 55 siswa dan No Bet 58 siswa.
Materinya 26 konsep biologi (13 mengenai imunitas dan 13 soal mengenai
system peredaran darah dalam bentuk pilihan ganda)
Pemilihan sampel secara acak untuk kelas eksperimen (Bet) dan kelas
control (no Bet).
Variabelnya adalah tidak belajar, sedikit belajar dan banyak belajar.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Dilakukan 2 kali eksperimen, pada eksperimen pertama diperoleh
peningkatan signifikan pada kelas Bet dibandingkan No Bet. Sedangkan percobaan
kedua tidak diperoleh hasil yang berbeda antara kelas Bet dan no Bet.
Untuk kedua percobaan, kami menemukan bahwa Bet dapat meningkatkan niat
untuk belajar, tetapi rantai metakognitif terputus. Waktu belajar yang sebenarnya
tidak membaik, begitupun pada kinerja akhir.
Di satu sisi, temuan positif - mereka melengkapi ide original dari Schneider
(1985) yang mengusulkan bahwa anak-anak kesulitan dalam pemantauan
kenangan mereka sendiri karena mereka jarang berfikir kenangan mereka sendiri.
Dengan demikian, tampaknya penting untuk siswa usia pertama yang setidaknya,
disengaja tentang pembelajaran. mereka sendiri, kita dibiarkan dengan pertanyaan
mengapa ada pemutusan sebuah rantai metakognitif ketika datang ke
pembelajaran yang sebenarnya.
V. KOMENTAR
Pada eksperimen ini mampu meningkatkan motivasi melaui Bet, tapi efek
yang muncul tidak bersifat kontinu. Siswa harus terus termotivasi untuk terus
memperbaiki strategi belajarnya agar diperoleh hasil yang baik dengan terus
menerus. Peningkatan kemampuan metakognitif bisa dilakukan sejak dini. Pada
penelitian ini dilakukan pada tingkat SMA. semakin lama belajar tentang pemetaan
pemikiran,maka akan semakin matang.
Kesulitan dalam mencerna jurnal karena tidak secara jelas menyebutkan
mengenai metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian.
Writing Assignments with a Metacognitive Component
Enhance Learning in a Large Introductory Biology Course
I. PENDAHULUAN
Selama empat tahun mahasiswa di perguruan tinggi, siswa yang berhasil
akan mendapatkan keterampilan metakognitif dan kemampuan untuk memonitor
kemampuan kognitif mereka sendiri yang akan membantu mereka sukses dalam
usaha di masa depan (Schraw, 2002). Tugas tugas sangat cocok untuk
meningkatkan deklaratif pengetahuan, sangat penting bahwa siswa
mendapatkan keterampilan dalam berpikir tingkat tinggi yaitu berpikir kritis dan
kemampuan untuk menerapkan konsep pada situasi baru. Untuk membantu
siswa memperoleh keterampilan ini, menulis tugas harus memiliki dua komponen
analitis dan komponen metakognitif, yaitu analisis dan refleksi.
III. METODOLOGI
Desain penelitian adalah quasi eksperimen.
Sampel dalam penelitian adalah 600 orang mahasiswa
Variabel bebasnya adalah menulis tugas dan diskusi
Variable terikatnya adalah hasil belajar siswa
Instrument penetian adalah ACT dan tugas essai