Вы находитесь на странице: 1из 15

@~~~,

LEMBAGAPENDIDI,AN & PELAliHAN


KESELAMATAN, KESEHATAN KERJA & L1NGKUNGAN
LP2K3L A2K4 -INDONESIA

BAB I.

PENDAHULUAN

1.1. PENGERTIAN DAN GAMBARAN UMUM


Kebakaran adalah suatu peristiwa yang dapat menimbulkan kerugian
berupa harta benda, manusia dan juga kerusakan Iingkungan, kesemuanya
itu dapat membuat terganggunya proses produksi yang dilakukan oleh
manusia.

Kita hampir sering mendengar berita di radio, televisi dan membaca


media massa, bahwa banyak kejadian kebakaran baik pada bangunan
gedung, komplek perumahan dan juga kebakaran hutan, yangkesemuanya
itu te~adi akibat ulah manusia, dan tidak tersedianya peralatan pemadam
kebakaran yang memadai.

Dilain pihak tingkat disiplin masyarakat yang masih sangat rendah


tentang pentingnya menyediakan saranalalat pencegahanl penanggulangan
kebakaran juga merupakan faktor yang menyebabkan banyaknya korban
pada factor yang menyebabkan banyaknya korban pada setiap peristiwa
kebakaran.

Menyadari kejadian - kejadian tersebut diatas Pemerintah telah


banyak mengeluarkan peraturan tentang pencegahan dan penanggulangan
kebakaran pada bangunan gedung diantaranya keputusan Menteri Peke~aan
Umum NO.02/KPTS!1985.

Tujuan pencegahan dan penanggulangan kebakaran pada bangunan


gedung adalah untuk melindungi jiwa dan harta benda terhadap bahaya
kebakaran. Hal ini dititik beratkan pada pengamanan gedung dengan cara
memenuhi persyaratan-persyaratan teknis dalam proses
perencanaan,pelaksanaan bangunan gedung.

Dengan demikian diharapkan semua pihak dapat memahami dan


mengerti tentang pentingnya mencegah te~adinya kebakaran.

1.2. DEFINISI
A. API
Suatu masa! zat gas yang dapat timbul karena adanya reaksi oksidasi
yang bersifat exotermis dan dapat menghasilkan panas, nyala,
cahaya, asap dan bara.

B. OKSIDASI
Reaksi kimia antara bahan ! benda dengan oksigen ( 02 ).
LEMBAGA PENDIDIKAN & PELATIHAN

KESELAMATAN, KESEHATAN KERJA & L1NGKUNGAN

LP2K3L A2K4 -INDONESIA

C. PEMBAKARAN
Pengoksidasian cepat yang diikuti oleh peristiwa api, bara atau nyala
api.

D. KEBAKARAN.
Suatu bencana, malapetaka atau musibah yang ditimbul oleh api yang
tidak diharapkan/tidak dibutuhkan, sukar dikuasai dan merugikan.

E. DAERAH BISA TERBAKAR (FLAMMABLE RANGE)


Suatu batas konsentrasi campuran antara Uap Bahan Bakar dengan
udara yang dapat terbakar/menyala bila di kenai/diberi sumber panas.
Konsentrasi Perbandingan Volume antara Uap Bahan Bakar
dengan (Uap Bahan Bakar + O./udara).

F. DAERAH KEBAKARAN
Suatu daerah yang diancam bahaya kebakaran yang mempunyai
jarak 50 (lima puluh) meter dari titik api kebakaran terakhir.

G. DAERAH BAHAYA KEBAKARAN


Suatu daerah yang diancam bahaya kebakaran yang mempunyai
jarak 25 (dua pUluh lima) meter dari titik api kebakaranterakhir.

H. PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN


Usaha-usahaltindakan-tindakan yang dilakukan baik sebelum terjadi
kebakaran (preventive), sewaktl,.l terjadi kebakaran (repressive)
maupun setelah terjadi kebakaran (rehabilitative).

I. ALAT PEMADAM
Alat untuk rnemadamkan kebakaran.

J. MEDIA PEMADAMAN
Jenis bahan-bahan yang dipergunakan untuk memadamkan
kebakaran.

K. PENCEGAHAN BAHAYA KEBAKARAN


Usaha-usahaltindakan-tindakan yang dilakukan sebelum terjadi
kebakaran dengan maksud mengurangi facto r-fakto r penyebab
terjadinya kebakaran.

L. SARANA PENCEGAH KEBAKARAN


Setiap alatlsarana yang digunakan untuk tUjuan pencegahan bahaya
kebakaran.

M. PEMADAMAN KEBAKARAN
Usaha-usahaltindakan-tindakan pembasmi api yang dilakukan pada
saat terjadi kebakaran dengan maksud untuk
mengurangi/memperkecil kerugian-kerugian yang timbul sebag?i
akibat dari kebakaran.

N. SARANA PEMADAMAN KEBAKARAN


2
LEMBAGA PENDIDIKAN & PELATIHAN
KESELA.MATAN.. KESEHATAN KERJA & LlNGKUNGAN
LP2K3L A2K4 INDONESIA

Setiap alatlsarana yang digunakan untuk tujuan memadamkan


kebakaran.
O. TITIK NYALA (FLASH POINT)
Suhu terendah dimana suatu zatlbahan bakar cukup mengeluarkan
uap dan menyala (terbakar sekejap) bila dikenai sumber panas yang
cukup:

Suhu terendah dimana cairan yang mudah menyala menghasilkan


uap yang cukup untuk membentuk gas campuran dengan udara
sehingga mudah terbakar.

P. TITIK BAKAR (FIRE POINT) ,


Suhu terendah dimana suatu zat (bahan bakar) cukup mengeluarkan
uap dan terbakar (menyala terus) bila diberi sumber panas.

Q. SUHU BAKAR (IGNITION TEMPERATURE)


Temperatur tel endah dari suatu bahan dimana proses pembakaran
tetap ber1angsung walaupun sumber api telah disingkirkan.

R. SUHU PENYALAAN SENDIRI (AUTO IGNITION TEMPERATURE)


Suhuftemperature dimana suatu zat dapat menyala dengan sendirinya
tanpa adanya sumber panas dari luar.

S. PENGEMBANGAN API (FLASH OVER)


Suatu tahap pengembangan api pada ruangan tertutup dimana pada
saat itu kecepatan penjalaran api meningkat sedemikian rupa hingga
seluruh ruangan menyala dengan hebat.

3
lEMBAGA PENDIDIKAN & PElATIHAN
KESELAMATAN, KESEHATAN KERJA & lINGKUNGAN
'f-""=-"I lP2K3l A2K4.INDONESIA

BAB II.

TEORI DASAR TERJADINYA API


2.1. TEORI API

Api merupakan suatu rekasi kimia (reaksi oksidasi) yang bersifat


eksotermis dan diikuti oleh evaluasi pengeluaran cahaya dan panas serta
dpat menghasilkan nyala, asap dan bara.
Uiltuk memulai suatu proses terjadinya api diperlukan tiga unsure
yaitu BAHAN BAKAR, OKSIGEN dan SUMBER PANAS. Bilamana ketiga
unsur tersebut berada dalam suatu konsentrasi yan!:i memenuhi syarat,
timbulah reaksi oksidasi yang dikenal sebagai proses PEMBAKARAN.

Kehadiran ketiga unsur tadi (dalam konsentrasi yang seimbang),


mengakibatkan reaksi-reaksi kimia sebagai proses pembakaran menimbulkan
te~adinya API AWAL.

Sebahagian panas akan diserap oleh bahan bakar yang kemudian


melepaskan uap dan gas yang dapat menyala berganti-ganti bercampur
dengan oksigen di udara. Nyala ini akan terus bertangsung selama ketiga
unsur itu ada dalam suatu konsentrasi yang seimbang.

Jadi untuk menimbulkan API AWAL diperlukan 3 unsur:

1. Bendalbahan bakar (FUEL) yang harus menjadi


uap dulu
2. Sumber panas (HEAT/ENERGI) yang cukup untuk
menentu-kan titik nyala.
3. Oksigen (02) Sebagai oksidator

Bilamana keadaan suhu telah sampai pada Titik Nyala suatu bahan
bakar maka ketiga unsur tersebut akan memproduksi api, yang tergabung
membentuk segi tiga yang di kenai dengan nama.: Segi Tiga Api (FIRE
TRIANGLE OF COMBUSTION).

2.2. SEGI TIGA API (FIRE TRIANGLE OF COMBUSTION).

Sekali proses pembakaran dimulai dan bahan bakar serta oksigen


tersedia dalam jumlah yang besar maka panas yang timbul akan lebih besar
(agi. Dengan adanya penambahan panas akan meningkatkan jumlah bahan
bakar sekaligus kebutuhan oksigenpun meningkat. Selanjutnya karena ada

4
@
~~_":..
LEMBAGA PENDIDIKAN & PEIATIHAN
KESELAMATAN, KESEHATAN KERJA & UNGKUNGAN
lP2K3l A2K4 - INDONESIA

oksigen, panas pembakaran lebih meningkat lagi dan melibatkan lebih


banyak lagi bah an bakar.

Pada saat oksidasi dipercepat ketahap pembakaran, proses lain yang


membantu pembakaran terjadi. Materi yang terbakar mengalami
PYROLYSIS (Peristiwa dekomposisi kimiawi karena pengaruh panas)
sehingga materi tersebut akan menimbulkan uap dan gas yang pada suhu
tertentu akan membentuk campuran. dengan udara dan mudah menyala
(flammable).

Selanjutnya apabila suhu mencapai titik nyala, akan timbul lagi proses
pembakaran, demikian seterusnya. Reaksi ini terus ber1angsung hingga
semua bahan bakar habis, dan panas telah terbuang semua ataupun oksigen
terpakai habis, sehingga suhu bakar berkurang dibawah titik nyalanya dan
proses pembakaran berangsur-angsur terhenti.

Untuk mempertahankan agar api tetap berlangsung, ada unsur


lainnya yang cukup penting dan tidak dapat dipisahkan dari ketiganya, ini
merupakan unsur yang keempat yang dikenal sebagai RANTAI REAKSI
KIMIA (Chemical Chain Reaction).

Pada saat proses pembakaran dari gabungan ketiga unsure tadi


. terjadi, menimbulkan hasil-hasil tambahan antara lain CO, C02 dan S02
serta juga gas-gas lainnya seperti H2S, NH 3 , HeN, C3 H40 (sesuai dengan
bahan/benda yang terbakar) yang beberapa diantaranya beracun.

Hasil reksi yang penting adalahatam bebas a dan H yang di kenai


sebagai atom-atom radikal. Keduanya membentuk Hydroksida Radikal (OH).
Dua molekul OH bias pecah menjadi H20 + a.N. Atom radikal 0 ini akan
memberikan umpan terhadap Rantai Reaksi Kimia dan membentuk api
menjadi lebih besar lagi.

Dengan adanya tambahan unsure keempat, maka segi tiga te~adinya


api (The Fire Triangle of Combustion) di kembangkan lebih sempuma
lagimenjadi THE FIRE TETRAHEDRON OF FOMBUSTION (Empat Bidang
Terjadinya Api), digambarkan seperti PYRAMID.

A. PANAS (HEAT/ENERGY)

1. Sumber-sumber Panas yang dapat menimbulkan api.


a. Api terbuka (open flame)
b. Sinar matahari (sun light)
Benda-benda yang suhu penyalaanya rendah dapat terbakar karena
panasnya sinar matahari.

c. Energi Mekhanik
Misalnya Gesekan (friction) dan Benturan antara dua buah benda
dapat menimbulkan panas bahkan bunga api.

d. Kompressi (Compression)
5

,.
lEMBAGA PENDIDIKAN & PElATIHAN
KESELAMATA ',KESEHATAN KERJA & lINGKUNGAN
LP2K3L A2K4 - INDONESIA

Misalnya pada Pemampatan udara dan gas seperti pada pompa

sepeda, motor bakar, kompresor dll.

Juga pada Pemipitan benda-benda padat seperti panas yang timbul

pada timbunan-timbunan sampah, gaplek, tembakau, kopra dan lain

lain sejenisnya.

e. Listrik (electric)
Muatan yang bekelebihan pada kabel listrik dapat menimbulkan
panas.
Panas yang terdapat pada alat-alat Iistrik seperti : kompor Iistrik,
seterika Iistrik, las Iistrik, dll.

f. Proses Kimia
Misalnya: Kapur sirih dengan air
Karbit dengan air
Asam sulphat dengan air
dan lain-lain.

2. Panas Berpindah (Heat Transfer)

Panas dari suatu sumber panas dapat berpindah pada tempat-tempat


lainnya dengan berbagai macam cara, antara lain: .

a. Radiasi (Radiation)
Yaitu panas berpindah dari suatu tempat ke tempat lain dengan cara
memancar melalui udara kesemua arah.
b. Konduksi (Conduction)
Yaitu panas berpindah dart suatu tempat ke tempat lain dengan cara
menjalar melalui benda (Iogam) kesemua arah.

c. Konveksi (Convection)
Yaitu panas berpindah dan satu tempat ke tempat lain dengan cara
mengalir melalui I pada udara atau cairan.

d. Direct Burning (Direct flame contect)


Yaitu panas berpindah dari satu tempat ke tempat lain secara
langsung terkena Iidah api atau di karenakan lompatan api, bara
maupun nyala.

B. OKSIGEN (0 2) - ZA T ASAM

Oksigen adalah suatu unsure/zat yang sangat dibutuhkan bagi


kehidupan manusia, binatang dan tumbuh-tumbuhan.
Demikian pula api, tanpa kehadiran oksigen api tidak akan terjadi.

Oksigen (0 2) yang dibutuhkan itu terdapat dimana-mana, antara lain:

a. Terdapat bebas di udara


Berdasarkan penyelidikan, di dalam udara terkandung :
20% kadar oksigen
6

..

@
~_0~~
LEMBAGA PENDIDIKAN & PELATIHAN
KESEI.AMATAN, KESEHATAN KERJA & L1NGKUNGAN
lP2K3l A2K4 -INDONESIA

79% kadar nitrogen (N 2 ) - zat lemas


1% campuran dari Neon, Xenon, Argon, Krypton, H, H2 0 dan
fain-lain.

b. Terdapat sebagai ikatan-ikatan dengan unsure-unsur fain seperti pada


Asam Sulphat (H 2 S0 4 ), Pasir, (Si0 2 ), Natrium Hydroksida, Air (H 2 0)
dan lain-lain.

C. Oksigen, juga dapat dibuat orang dan bahan-bahan yang ada seperti
yang dilakukan di laboratorium-Iaboratorium.

d. Dalam proses pembakaran, oksigen merupakan alat oksidasi.

e. BENDA / BAHAN BAKAR (FUEL)


Sifat-sifat benda yang mudah terbakar sangan dipengaruhi oleh:
Titik Nyala (Flash Point)
Suhu penyelaan Sendiri (Outo Ignition Temperature)
Daerah bisa terbakar (Flamemable Range)

7
lEMBAGA PENDIDIKAN & PELATIHAN
KESELAMATAN, KESEHATAN KERJA & lINGKUNGAN
lP2K3l A2K4 -INDONESIA

BAS III.
KLASIFIKASI KEBAKARAN

3.1. KLASIFIKASI KEBAKARAN


Klasifikasi kebakaran ialah pen~golongan atau pembagian kebakaran
berdasarkan pada jenis / bahan yang terbakar. Klasifikasi kebakaran
bertujuan untuk memudahkan dalam hal pemilihan media pemadaman yang
akan dipergunakan dalam melaksanakan pemadaman.
Klasifikasi kebakaran merupakan standarisasi dar; suatu Negara
dalam menentukan media pemadaman.

A. Klasifikasi Kebakaran (Standard Eropa)

KlasA Semua benda padat yang terbakar kecuali logam


Contoh : Kayu, Tekstil, Karet, Plastik, Kertas, serta
segala benda terbakar yang menjadi bara
Klas B Zat cair yang mudah terbakar Contoh Bensin,
Solar, Minyak tanah.
Klas C Semua gas yang mudah terbakar
Klas E Kebakaran yang diakibatkan oleh listrik, baik
kebakaran yang berasal dari sumbernya maupun
akibat aliran listrik arus pendek.

B. Klasifikasi Kebakaran (Standard Jepang)

KlasA Semua benda padat yang terbakar kecuali logam


Contoh : Kayu, Tekstil, Karet, Plastik, Kertas, serta
segala benda terbakar yang menjadi bara,
Klas B Zat cair yang mUdah terbakar
Contoh: Bensin, Solar, Minyak tanah, semua gas
yang mudah terbakar
Klas C Kebakaran yang diakibatkan oleh listrik, baik
kebakaran yang berasal dari sumbernya maupun
akibat aliran Iistrik arus pendek.

c. Klasifikasi Kebakaran NFPA (Standard Amerika)

8
@
(~~~.
LEMBAGA PENOIOIKAN' PElATIHAN
KESELAMATAN, KESEHATAN KERJA & LlNGKUNGAN
lP2K3L A2K4 INDONESIA

Klas A Api yang berasal dari kebakaran benda-benda/bahan


padat kecuali logam, bilamana terbakar
meninggalkan arang/abu.
Klas B Api yang berasal dari kebakaran benda-bendal bahan
cari dan gas yang mudah terbakar
Klas C Kebakaran yang diakibatkan oleh Iistrik.
Klas 0 Kebakaran yang berasal dari bahan logam
Contoh : Magnesium, Titanium, dU.
Indonesia telah membertakukan klasifikasi kebakaran standart NFPA
(National Fire Protection Association) sesuai dengan peraturan menteri
tenaga ke~a dan transmigrasi No. PER 04/MEN/1980 Tentang syarat-syarat
pemasangan dan pemeliharaan alat pemadam api ringan.
Huruf-huruf, bentuk dan warna yang khusus yang dipasang sebagai
tanda pada alat pemadam Api Ringan sesuai dengan klasifikasi kebakaran
yangte~adi.

Persyaratan Teknis Pemadam Api Ringan

1. Tabung harus dalam keadaan baik


2. Etiket harus mudah dibaca dengan jelas dan dimengerti
3. Sebelum dipakai segel harus dalam keadaan baik
4. Slang harus tahan tekanan tinggi
5. Bahan Baku Pemadam selalu dalam keadaanbaik.
6. lsi tabung gas sesuai dengan tekanan yang dipergunakan.
7. Belum lewat batas masa bertakukan.
8. Wama tabung harus mudah dilihat (merah, Hijau, Biru, Kuning).

Pemasangan dan Penempatan

Untuk pemasangan dan penempatan APAR harus memenuhi syarat


syarat sebagai benkut :

1. Setiap APAR harus dipasang pada posisi yang mudah dilihat.


2. Pernasangan APAR harus sesuai dengan jenis dan
penggolongan kebakaran.
3. Setiap APAR harus dipasang menggantung pada dinding
dengan penguatan sengkang atau dalam lemari kaca dan
dapat di pergunakan dengan muda pada saat diperlukan.
4. Pemasangan APAR dilakukan sedemikian rupa sehingga
bagian paling atas berada pada ketinggian 1,2 M dari
permukaan lantai.
5. APAR tidak boleh dipasang didalam ruangan yang mempunyai
suhu lebih dan 49C dan dibawah 4C.
6. Penempatan juga didasarkan pada kemampuan jangkauan
serta jenis bangunannya.

Tanda Tempat Pemasangan APAR

1 Pada Tiang (Kolom) berbentuk persegi


2 Pada Tiang (Kolom) Bulat.
3 Pemasangan pada dinding
9
lEMBAGA PENDIDIKAN & PElATIHAN

KESELAMATAN, KESEHATAN KERJA & lINGKUNGAN

lP2K3l A2K4 -INDONESIA

Segitiga sarna sisi dengan warna dasar merah.


Ukuran sisi 35 em
Tinggi Tanda Panah 7,5 em
Ruang Tulisan 3 em
Tulisan warna merah.

Penemp2tan Pemadaman Api Ringan :

BERAT LUAS JARAK


JENIS BANGUNAN
MINIMUM JANGKAUAN MAKSIMUM

INDUSTRI 2 Kg 150 M2 15 M

UMUM 2 Kg 100 M2 20 M

PERUSAHAAN 2 Kg 250 M2 25 M

APARKIR 2 Kg 135 M2 25 M

BANGUNAN TINGGI 2 Kg 100 M2 20 M

LEBIH DARI 14 M

3.2. FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN TERJADINYA


KEBAKARAN

Peristiwa terjadinya kebakaran selama ini disebabkan oleh


beberapa faktor, antara lain:
1. Manusia
2. Penyalaan sendiri
3. Gerakan alam

1. Faktor Manusia

Hal ini terjadi akibata kurangnya pengetahuan terhadap


penanggulangan bahaya kebakaran, kelalaian & disengaja, sehingga
banyak tindakan/perbuatan yang dapat menimbulkan terjadinya
kebakaran, antara lain:

A. Mendekatkan benda yang mudah terbakar kesumber panas.


Contoh : Meletakan kompor yang sedang menyala ke
dekat dinding yang mudah terbakar.
Menempatkan lampu petromak/teplok, oat
nyamuk, Lilin yang sedang menyala ditempat
yang mudah terbakar.
Menyimpan bahan yang mudah terbakar
didekat sumber panas.

10
@
i .~.~
LEMBAGA PENDIDI'AN' PELATIHAN
KESELAMATAN, KESEHATAN KERJA & L1NGKUNGAN
LP2K3L A2K4 - INDONESIA

B. Memadamkan api (kebakaran) dengan menggunakan


peralatan/media pemadaman yang tidak tepat.
Contah : Memadamkan api (kebakaran) yang berasal
dari kebakaran bend a cair (bensin, solar dll)
dengan menggunakan air.

Kelalaian

Perbuatan yang dilakukan oleh seseorang yang telah


mengertilmengetahui tentang cara penanggulangan kebakaran, namun
lalai dalam melakukan kegiatan/aktivitas.
Contah: - Tidak melakukan pemeriksaan/pengontrolah
terhadap alat-alat yang dipakai (kampor,
instalasi, listrik dll).
Membiarkan anak-anak bermain api.
- Tidak pernah mematuhi larangan-Iarangan
yang terdapat pada tempat-tempat
tertentu/bahaya
Dilarang merokok di areal berbahaya/
kebakaran.
Matikan mesin sewaktu mengisi bahan
bakar.

Disengaja

Suatu kebakaran yang terjadi akibat sengaja dilakukan oleh


seseorang dengan maksud tertentu.
Misalnya:
Dilakukan oleh orang-orang yang tidak
bertanggung jawab yang tujuannya :
Mencari keuntungan pribadi (persaingan)
Kepuasan bathin (balas dendam)
Menghilangkan jejak

Pada masa peperangan


BOM
Politik bumi hangus, dll

2. Penyalaan Sendiri

Suatu kebakaran yang terjadi dengan sendirinya akibat benda itu


sendiri.
Pada timbunan sampah
Pada penyimpanan bahan-bahan mudah terbakar.

3. Gerakan Alam
11
@ ~;L~.~'
LEMBAGA PENDIDIKAN & PELATIHAN

KESELAMATAN, KESEHATAN KERJA & L1NGKUNGAN

LP2K3L A2K4 -INDONESIA

Suatu kebakaran yang terjadi yang diakibatkan oleh peristiwa alam.


Gunung meletus
Kilatan petir

3.3. PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN

Penanggulangan bahaya kebakaran dapat dibagi menjadi tiga kelompok


besar, yaitu :

A. Tlndakan Preventive
B. Tindakan Represive
C. Rehabilitative

A. TINDAKAN PREVEt-4TIVE

Tindakan yang dilakukan sebelum te~adi kebakaran dengan


maksud menekan atau mengurangi faktor-faktor yang dapat menyebabkan
timbulnya kebakaran.
Contoh: - Mengadakan penyuluhan-penyuluhan
- Penyawasan terhadap penyimpanan dan penggunaan
barang - barang
- Pengawasan peralatan yang dapat menimbulkan api
- Pengadaan sarana pemadaman kebakaran
- Pengadaan sarana penyelamatan dan evakuasi
- Pengadaan sarana pengindra kebakaran
- Mempersiapkan Juklak (petunjuk pelaksanaan)
- Penegakkan peraturan dan ketentuan-ketentuan
Mengadakan latihan berkala

B. TINDAKAN REPRESIVE

Tindakan yang dilakukan pada saat terjadi kebakaran dengan maksud


untuk mengurangi/memperkecil kerugian-kerugian yang timbul sebagai akibat
kebakaran.
Dalam tindakan ini yang dihadapi tidak hanya rnasalah api saja akan tetapi
juga jiwa manusia dan harta benda.
Oleh karena itu tindkan repressive terbagi dalam dua kelompok, yaitu :

1. Tindakan Pemadaman Kebakaran

Penggunaan peralatan pemadaman kebakaran

Mencegah meluasnya kebakaran

Pemberitahuan kepada APARa penghuni

Pemberitahuan kepada yang berwajib

Penggunaan alat-alat penunjang

2. Pertolongan/Penyelamatan Jiwa manusia dan Harta Benda.


Pengamanan Daerah Kebakaran dan Daerah Bahaya Kebakaran
12
LEMBAGA PENDIDIKAN & PEtATIHAN
KESELAMATAN, KESEHATAN KERJA & LlNGKUNGAN
LP2K3L A2K4 - INDONESIA

Pelaksanaan evakuasi
Mempersiapkan tempat berhimpun dan Daerah aman.

Tindakan pemadaman dapat dilakukan sebelum atau sesudah


tindakan penyelamatan, atau pada umumnya dilakukan secara bersamaan.

Guna keberhasilan usaha-usaha Pemadaman dan


Penyelamatan, perlu di tunjang dengan adanya tindakan PENCARIAN, yaitu
mencari sumber api yang akan di padamkan serta mencari orang-orang yang
terjebak dan mencari harta benda untuk diselamatkan.

C. REHABILITATIVE

Yaitu usaha-usaha yang dilakukan setelah terjadi kerakaran dengan


maksud evaluasi dan menganalisa peristiwa kebakaran untuk mengambil
langkah-Iangkah berikutnya, antara lain: .
Membuat pendataan
Menganalisa tindakan-tindakan yang telah dilakukan
Menyelidiki factor-faktor penyebab kebakaran sebagai bahan
pengusutan

13
LEMBAGA PENDtDIKAN & PELATIHAN
KESELAMATAN, KESEHATAN KERJA & L1NGKUNGAN
LP2K3L A2K4 INDONESIA

DAFTAR PUSTAKA

1. Peraturan Oaerah Khusus Ibu Kota Jakarta NO.3 Th. 75


Tentang: Ketentuan penanggulangan bahaya kebakaran dalam
wilayah OKI jakarta.

2. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. PER


04/MEN/1980.

Tentang: Syarat-syarat pemasangan dan pemeliharaan alat


pemadam api ringan.

3. Keputusan Menteri Peke~aan Umum No. 02/KPTS/1985


Tentang: Ketentuan pencegahan dan penanggulangan
kebakaran pada bangunan tinggi.

4. NFPA, Fire Protection Hand Book, 14Th . Ed. Pen: NFPA.

5. Panduan Pemasangan Sistem Deteksi dan Alarm Kebakaran Untuk


Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Rumah dan Gedung
6. SKBI- 3.4.53.1987
7. VCD : 699.81 : 614.84

8. Pedoman Penanggulangan Bahaya Kebakaran Dengan


Menggunakan Air Sistem Sprinkler Otomatis. th.1980
9. Oepartementemen Peke~aan Umum.

10. Kumpulan diktat-diktat Pendidikan dan Latihan Fire and Safety.

Вам также может понравиться