Вы находитесь на странице: 1из 12

I.

LAPORAN KASUS

A. IDENTIFIKASI PASIEN

Nama Pasien : Nazifatul Ismy

Umur : 20 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Pekerjaan : Mahasiswa

Alamat : Tanjung Aur RT/RW 01/04, Balai Gadang

Tanggal Pemeriksaan : 13 Desember 2016

B. PEMERIKSAAN SUBJEKTIF

Pasien datang dengan keluhan gigi depan atas patah dan berubah warna

sejak 5 tahun yang lalu disebabkan karena jatuh. Pasien merasa tidak percaya diri

dengan penampilannya, dan ingin dibuatkan gigi palsu depan atas. Pasien telah

melakukan perawatan saluran akar gigi dan ingin dibuatkan gigi palsu agar

penampilan lebih baik.

C. PEMERIKSAAN OBJEKTIF

General

Jasmani : sehat

Rohani : komunikatif dan kooperatif

Lokal :

EO : Muka : Simetris IO : Palatum Normal

Pipi : Simetris Mukosa Normal

Bibir : Simetris Gingiva Normal


Formula gigi

Post PSA
KM
18 17 16 15 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 27 28

48 47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 373 8

Keterangan :

18, 48 : Unerupted
21 : Missing
22, 31 : Nekrosis Pulpa
28, 38 : Partial Erupsi
27, 34, 46, 47 : Karies Superfisialis

Rencana Perawatan Awal

RA / RB : calculus/stain 2/2 pro perio


Restorasi gigi 27, 34, 46, 47
22 : Perawatan Saluran Akar

Rencana Perawatan Akhir

1. Pembuatan Bridge dengan tipe Fixed-Fixed Brigde bahan Porcelain fused to


metal.
Abutment : Gigi 11 dan 22
Retainer : Gigi 11 ekstra corona retainer dan gigi 22 intra
radikular retainer
Konektor : Rigid konektor
Pontik : Ridge Lap Pontik

Pada gigi 22 sebagai intra radikular retainer akan dibuatkan pasak secara
direct custom dowel dengan tipe partial core.
D. PEMERIKSAAN RONTGEN FOTO

Tidak ada kelainan pada saluran akar, apeks, tulang alveolar, tulang kortikal

dan jaringan periodontal di sekitar gigi 11, 21 dan 22.

II. DESAIN FIXED-FIXED BRIDGE

2 3 4 3 2

Keterangan :

1. Abutment
2. Retainer
3. Connector
4. Pontic

III. RENCANA PERAWATAN

Tahap I

1. Evaluasi rontgen foto untuk mengetahui kondisi gigi dan jaringan

periodontium dan perawatan endodontic.

2. Membuat cetakan study model :

Sendok cetak : Perforated stock tray No. 1


Bahan cetak : alginate

Metode mencetak : mucostatik

Tahap II

Preparasi gigi 22

Tahap-tahap pada pasien:

1. Pada gigi 21 pemotongan giginya partial core.

2. Bahan pengisian saluran akar dibuang kira-kira 2/3 dengan menggunakan

gates glidden drill.

3. Gunakan jarum reamer yang memperbesar saluran akar

4. Gunakan k-file untuk menghaluskan saluran akar

5. Pembuatan key way di di bagian mesial distal 2 4 mm

6. Proof untuk melihat preparasi saluran akar baik/belum

7. Modeling dowel dengan menggunakan wax biru

8. Pembuatan post dengan memasukkan modeling dowel kedalam saluran

akar kemudian dibuatkan core dengan cara menambah lagi wax biru yang

tingginya lebih kurang 2/3 panjang crown dengan penampang melintang

berbentuk trapesium.

Proses lab:

- Aduk investment gips

- Masukkan dalam mofel

- Masukkan pasak yang telah dimodelir

- Investment dikerok sampai batas sprue (setengah nukleus)

- Tunggu keras untuk proses slinger


- Siapkan api bunsen, lelehkan wax dengan api bunsen, setelah wax

meleleh mofel dibalik sampai wax keluar semua sehingga terbentuk

cetakan untuk logam

- Masukkan mofel kedalam tempat slinger

- Masukan logam, lelehkan cavex

- Setelah logam keras, keluarkan pasak semen

Tahap III

1. Pemasangan dan penyemenan dowel dengan Semen tipe I

2. 24 jam selanjutnya preparasi dowel.

Tahap IV

a. Preparasi gigi 11

Langkah-langkah preparasinya yaitu :

1. Anastesi lokal agar tidak ngilu saat preparasi

2. Pembuatan Labial groove sebagai pedoman kedalaman dan arah preparasi,

preparasi dilakukan 1- 2 mm dari insisal menuju arah ginggiva sampai

batas cemento enamel junction untuk mendapatkan retensi yang cukup.

3. Pengurangan incisal

Pengurangan dilakukan dengan batu intan berbentuk fisur yang

berujung datar diameter 1,2 - 2 mm.

Pengurangan permukaan incisal dilakukan 1- 2 mm

4. Pengurangan permukaan labial

Menggunakan batu fisur yang lebih kecil (0,8 1 mm)

5. Pengurangan proksimal

Menggunakan batu fisur yang lebih kecil (0,8 1 mm)


Batu fisur lebih panjang supaya dapat mencapai servikal interdental

Derajat kekonusan bagian proksimal 5-6 derajat.

6. Pengurangan permukaan palatal

Pengurangan permukaan palatal menggunakan bur yang sesuai bentuk

anatomi, permukaan cembung menggunakan bur fissure/silindris,

permukaan cekung menggunakan bur ellips

7. Pembentukan Servikal Line

Pada gigi 12,22 dibuatkan servikal line dengan jenis Shoulderes

Fungsi servikal line sebagai pijakan akhir pada mahkota tiruan atau

retainer (dibuat di daerah sub gingival atau sulcus gingiva atau free

ginggiva)

8. Finishing Line gigi

Akhiran dari preparasi. Pembuangan bagian undercut dan penghalusan tepi

preparasi menggunakan bur fisur atau silindris. Caranya :

Membulatkan sudut-sudut preparasi.

Pembuangan bagian yang undercut

Penghalusan tepi-tepi preparasi pada cervikal line berbentuk shoulder

yang terletak 1 mm pada sub gingival (cemento enamel junction.)

9. Pemeriksaan Hasil Preparasi

Ada 2 cara :

1. Langsung

Pemeriksaan hasil preprasi kita lakukan pada gigi yang dipreparasi.


2. Tidak langsung

Pemeriksaan kita lakukan pada model yang telah kita cetak setelah

preparasi.

Paralisme dinding aksial

1. Makin paralel makin kuat

2. Pengerucutan preparasi dinding aksial 5-6 derajat

3. Bila sudut >6 derajat makin mudah lepas

4. Bila sudut < 5 pada waktu penyemenan semen tdk dpt keluar

5. Pengecekan sudut preparasi dilihat dengan 1 mata.

Tahap V

Retraksi Gingiva

Retraksi gingival dengan menggunakan benang retraksi selama 5

10 menit

Cara retraksi gingiva :

Benang yang sudah tersedia yaitu benang yang telah direndam

dalam adrenalin 10% dimasukkan ke dalam sulkus gingiva di sekeliling

gigi yang akan dicetak, benang dipertahankan dalam sulkus gingival

selama 10 menit kemudian diperiksa apakah retraksi sudah cukup, jika

belum cukup ulangi retraksi selama 5 menit. Keberhasilan retraksi gingival

terdapat tanda-tanda memucat pada gingival selama waktu 15 menit dan

daerah step akan terlihat.

Tahap VI

Pembuatan cetakan dari gigi yang telah dipreparasi untuk

mendapatkan model kerja, yaitu dengan bahan cetak double impression


dengan teknik one phase (direct)

Caranya :

Putty diaduk dengan tangan, 1 sendok base (biru) : I sendok katalise

(kuning) homogeny menjadi warna hijau.

Masukkan ke dalam sendok cetak

Buat cekungan di daerah yang akan dicetak.

Bahan light body diaduk dengan menggunakan semen spatel diatas

glass plate

Masukkan ke dalam injeksi

Injeksikan light body gigi yang telah dipreparasi

Kelebihan light bodymasukkan ke dalam cetakan putty

Cetak ke dalam mulut pasien.

Tunggu hingga mengeras lebih kurang 6 menit

Cor cetakan dengan hard stone.

Untuk rahang bawah dilakukan pencetakan dengan menggunakan

alginate, kemudian dicor dengan gips biru. Tujuannya untuk

mendapatkan antagonisnya.

Bahan cetak double impression teknik two phase(indirect)

Pasang bridge sementara

Putty di aduk

Buat gulungan pada sendok cetak dan cetakkan ke dalam mulut pasien

dengan tekanan Buka cetakan

Buka bridge sementara

Siapkan pasta light body sepanjang 10 cm Aduk sampai homogen.


Sepertiga bahan cetak dimasukkan ke dalam alat suntik lalu injeksikan ke gigi

dan sisa bahan cetak dimasukkan ke dalam cetakan putty Lalu cetakkan ke

mulut pasien Tahan 6 menit.

Tahap VII

Pemilihan warna gigi

Menentukan warna gigi tiruan sesuai dengan warna gigi tetangga

dengan bantuan pedoman warna (shade guide) untuk menentukan value,

chroma dan hue dengan cara shade guide dalam keadaan basah dan dalam

ruangan yang cukup cahaya. Value yaitu tingkat warna gelap ke terang,

chroma yaitu kepekatan warna, sedangkan hue yaitu merah atau kuning

Pembuatan dan PemasanganBridge Sementara

Tahap VIII

PEMASANGAN / INSERSI

1. Try in Bridge yang harus diperhatikan adalah keadaan estetis (warna dan

bentuk), kontak proksimal antara tepi mahkota jaket dengan gigi sebelahnya

dan tidak boleh menekan ginggiva serta pemeriksaan kontak oklusal.

2. Penyemenan Bridge :

a. Mahkota bridge dibersihkan dan disterilkan lalu dikeringkan gigi yang

akan dipasangi mahkota bridge juga dikeringkan.

b. Glass Ionomer Cement tipe I diaduk sesuai konsistensinya dan dioleskan

pada gigi yang dipreparasi dan bagian dalam mahkota bridge.

c. Mahkota bridge dipasang dengan tekanan maksimal, gulungan kapas

diletakkan diatas mahkota jaket dan pasien disuruh menggigit beberapa


menit.

d. Pemeriksaan oklusi dan estetis.

e. Instruksi pada pasien untuk menjaga kebersihan mulutnya dan diminta

untuk tidak makan atau menggigit makanan yang keras dulu. Bila ada

keluhan rasa sakit segera control.

Tahap IX

Kontrol dilakukan untuk memperbaiki kesalahan yang mungkin terjadi

tindakan yang perlu dilakukan.

1. Pemeriksaan subjektif

Ada atau tidaknya keluhan pasien tentang gigi tiruannya

2. Pemeriksaan objektif

Memeriksa keadaan jaringan mulut serta keadaan oklusi, retensi dan

stabilisasi bridge.

IV. DISKUSI

Pasien ingin dibuatkan gigi palsu untuk memperbaiki penampilan pada

gigi depan atas. Pada gigi 11, 21, 22 dibuatkan Bridge dengan tipe fixed-fixed

brigde. Porcelain fused to metal dipilih sebagai bahan bridge karena dinilai lebih

baik estetisnya serta diharapkan mempunyai prognosa yang baik. Pada kasus ini

jenis pontik yang digunakan adalah ridge laps pontik untuk mendapatkan self

cleansing dan estetis baik, dimana pontic ini bagian labial atau bukal berkontak

dengan sadel atau jaringan, sedangkan palatalnya menggantung.


V. PROGNOSA

Prognosa baik karena pasien kooperatif, pengisian saluran akar hermetis,

keadaan edentulous sudah tertutup baik, dan jaringan lunak rongga mulut normal.

Pasen tidak mempunyai penyakit sistemik.

VI. KESIMPULAN

Kasus dimana pasien kehilangan gigi 21 dan 22 nekrosis pulpa akan

dibuatkan gigi tiruan cekat bridge dengan tipe fixed-fixed bridge. Pada gigi 22

telah dilakukan PSA pengisian yang hermetic. Metode yang digunakan direct

custom dowel dengan tipe partial core, bahan pasak yang digunakan berupa

logam non mulia. Bahan yang digunakan adalah porcelain fused to metal karena

lebih memenuhi fungsi estetis. Dan gigi 11 dan 22 dibuatkan sebagai abutment.

Keberhasilan perawatan dapat dicapai dengan diagnosa rencana perawatan

yang tepat, keterampilan dan pengalaman operator serta komunikasi dan

kooperasi yang baik antara pasien dan dokter gigi.


DAFTAR PUSTAKA

Alan DN, Foreman PC, Petunjuk Bergambar Mahkota dan Jembatan, Hipokrates,
Jakarta, 1994, 36 48

Johson, J.F., 1960, Modern Pracice in Crown and Bridge Prosthodontic, WB.
Saunders, Philadelphia

Martanto, P., 1981, Teori dan PraktekIlmuMahkotadanBridge, Alumni, Bandung

Prajitno, H.R., 1994, Ilmu Geligi Tiruan jembatan, Pengetahuan Dasar dan
Rancangan Pembuatan, EGC, 1991.

Вам также может понравиться