Вы находитесь на странице: 1из 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Kanker Tiroid adalah sutu keganasan pada tiroid yang memiliki 4 tipe yaitu: papiler,
folikuler, anaplastik dan meduler. Kanker tiroid jarang menyebabkan pembesaran kelenjar,
lebih sering menyebabkan pertumbuhan kecil (nodul) dalam kelenjar.Sebagian besar nodul
tiroid bersifat jinak, biasanya kanker tiroid bisa disembuhkan.
Nodul tiroid sangat sering ditemukan, dengan incidence rate setiap tahunnya berkisar
antara 4-8%. Menurut data WHO 2004, karsinoma tiroid jarang terjadidilaporkan hanya 1,5%
dari keganasan seluruh tubuh. Karsinoma tiroid biasanyamerupakan keganasan sistem
endokrin. Dijumpai secara primer pada usia dewasamuda dan pertengahan, dengan sekitar
122.000 kasus baru per tahun di seluruhdunia (WHO,2004).
Radiasi merupakan salah satu faktor etiologi kanker tiroid. Banyak kasus kanker pada
anak-anak sebelumnya mendapat radiasi pada kepala dan leher karena penyakit lain.
Biasanya efek radiasi timbul setelah 5-25 tahun, tetapi rata-rata 9-10 tahun.Stimulasi TSH
yang lama juga merupakan salah satu faktor etiologi kanker tiroid.Faktor resiko lainnya
adalah adanya riwayat keluarga yang menderita kanker tiroid dan gondok menahun.
Peran perawat terhadap kanker tiroid ini sangat penting, yaitu untuk memberikan
informasi sebelum jalannya oprasi dan memberikan perawatan setelah dilaksanakan oprasi
demi mempercepat penyembuhan pasien.
Setalah melihat tentang keganasan dan patofisiologi dari kanker tiroidmaka kelompok
kami tertarik untuk membahas mengenai kangker tiroid tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah ca tiroid itu?
2. Apa sajakah klasifikasi ca tiroid?
3. Bagaimana etiologi ca tiroid?
4. Bagaimana patofisiologi dari ca tiroid?
5. Bagaimana manifestasi klinis dari ca tiroid?
6. Bagaimana pemeriksaan penunjang pada ca tiroid?
7. Bagaimanakah penatalaksanaan medis ca tiroid?
8. Bagaimanakah peran perawat pada pasien ca tiroid?
9. Bagaimanakah pathway dari ca tiroid?
10. Bagimanakah asuhan keperawatan pada pasien ca tiroid?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mengetahui dan memahami apa itu ca tiroid.
2. Mengetahui dan memahami klasifikasi ca tiroid.
3. Mengetahui dan memahami etiologi dari tiroid.
4. Mengetahui dan memahami patofisiologi dari ca tiroid.
5. Mengetahui dan memahami manifestasi klinis dari ca tiroid.
6. Mengetahui dan memahami pemeriksaan penunjang pada pasien ca tiroid.

1
7. Mengetahui dan memahami penatalaksanaan medis pada pasien ca tiroid.
8. Mengetahui dan memahami peran perawat tehhadap pasien ca tiroid.
9. Mengetahui dan memahami pathway ca tiroid
10. Mengetahui, memahami, dan mampu melakukan asuhan keperawatan pada pasien ca
tiroid.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Kanker tiroid merupakan keganasan endokrin yang tersering dijumpai dan
diperkirakan 1,1% dari seluruh keganasan manusia. Pada tahun 2004 American Cancer
Society memperkirakan terdapat lebih kurang 22.500 kasus baru kanker tiroid di Amerika
Serikat. Dimana perbandingan perempuan dan laki-laki adalah 3 : 1, dengan estimasi 16.875
kasus pada perempuan dan 5.625 kasus pada laki-laki.1 Di Indonesia dari registrasi
Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Indonesia didapatkan kanker tiroid menempati urutan
ke 9 dari 10 kanker terbanyak (4,43%).2 (Jurnal, Oktahermoniza, 2013)
Kanker tiroid adalah sutu keganasan pada tiroid yang memiliki 4 tipe yaitu: papiler,
folikuler, anaplastik dan meduler. Kanker tiroid jarang menyebabkan pembesaran kelenjar,
lebih sering menyebabkan pertumbuhan kecil (nodul) dalam kelenjar.Sebagian besar nodul
tiroid bersifat jinak, biasanya kanker tiroid bisa disembuhkan.
Kanker tiroid sering kali membatasi kemampuan menyerap yodium dan membatasi
kemampuan menghasilkan hormon tiroid, tetapi kadang menghasilkan cukup banyak hormon
tiroid sehingga terjadi hipertiroidism.
Nodul tiroid cenderung bersifat ganas jika:
1. Hanya ditemukan satu
2. Skening tiroid menunjukkan bahwa nodul tidak berfungsi
3. Nodulnya padat dan isinya bukan cairan (kistik)
4. Nodulnya keras
5. Pertumbuhannya cepat.
2.2 Klasifikasi
1. Kanker papiler
a. 60-70% dari kanker tiroid adalah kanker papiler.
b. 2-3 kali lebih sering terjadi pada wanita
c. Kanker papiler lebih sering ditemukan pada orang muda, tetapi pada usia lanjut
kanker ini lebih cepat tumbuh dan menyebar.
d. Resiko tinggi terjadinya kanker papiler ditemukan pada orang yang pernah menjalani
terapi penyinaran di leher.
e. Kanker ini diatasi dengan tindakan pembedahan, yang kadang melibatkan
pengangkatan kelenjar getah bening di sekitarnya.
f. Nodul dengan diameter lebih kecil dari 1,9 cm diangkat bersamaan dengan kelenjar
tiroid di sekitarnya, meskipun beberapa ahli menganjurkan untuk mengangkat seluruh
kelenjar tiroid.
g. Pembedahan hampir selalu bisa menyembuhkan kanker ini.
h. Diberikan hormon tiroid dalam dosis yang cukup untuk menekan pelepasan TSH dan
membantu mencegah kekambuhan.
i. Jika nodulnya lebih besar, maka biasanya dilakukan pengangkatan sebagian besar atau
seluruh kelenjar tiroid dan seringkali diberikan yodium radioaktif, dengan harapan
bahwa jaringan tiroid yang tersisa atau kanker yang telah menyebar akan
menyerapnya dan hancur.

3
j. Dosis yodium radioaktif lainnya mungkin diperlukan untuk memastikan bahwa
keseluruhan kanker telah dihancurkan.
k. Kanker papiler hampir selalu dapat disembuhkan
2. Kanker folikuler
a. 15% dari kanker tiroid adalah kanker folikuler.
b. Kanker folikuler juga lebih sering ditemukan pada wanita.
c. Kanker folikuler cenderung menyebar melalui aliran darah, menyebarkan sel-sel
kanker ke berbagai organ tubuh.
d. Pengobatan untuk kanker ini adalah pengangkatan sebanyak mungkin kelenjar tiroid
dan pemberian yodium radioaktif untuk menghancurkan jaringan maupun sel kanker
yang tersisa
3. Kanker anaplastik
a. Kurang dari 10% kanker tiroid merupakan kanker anaplastik.
b. Kanker ini paling sering ditemukan pda wanita usia lanjut.
c. Kanker anaplastik tumbuh sangat cepat dan biasanya menyebabkan benjolan yang
besar di leher.
d. Sekitar 80% penderita meninggal dalam waktu 1 tahun.
e. Pemberian yodium radioaktif tidak berguna karena kanker tidak menyerap yodium
radioaktif.
f. Pemberian obat anti kanker dan terapi penyinaran sebelum dan setelah pembedahan
memberikan hasil yang cukup memuaskan
4. Kanker meduler
a. Pada kanker meduler, kelenjar tiroid menghasilkan sejumlah besar kalsitonin (hormon
yang dihasilkan oleh sel-sel tiroid tertentu).
b. Karena juga bisa menghasilkan hormon lainnya, maka kanker ini menyebabkan
gejala-gejala yang tidak biasa.
c. Kanker cenderung menyebar melalu sistem getah bening ke kelenjar getah bening dan
melalui darah ke hati, paru-paru dan tulang.
d. Pada sindroma neoplasia endokrin multipel, kanker meduler bisa terjadi bersamaan
dengan kanker endokrin lainnya.
e. Pengobatannya meliputi pengangkatan seluruh kelenjar tiroid.
f. Lebih dari 2/3 penderita kanker meduler yang merupakan bagian dari sindroma
neoplasia endokrin multipel, bertahan hidup 10 tahun; jika kanker meduler berdiri
sendiri, maka angka harapan hidup penderitanya tidak sebaik itu.
g. Kadang kanker ini diturunkan, karena itu seseorang yang memiliki hubungan darah
dengan penderita kanker meduler, sebaiknya menjalai penyaringan untuk kelainan
genetik. Jika hasilnya negatif, maka hampir dapat dipastikan orang tersebut tidak akan
menderita kanker meduler. Jika hasilnya positif, maka dia akan menderita kanker
meduler; sehingga harus dipertimbangkan untuk menjalani pengangkatan tiroid
meskipun gejalanya belum timbul dan kadar kalsitonin darah belum meningkat.
h. Kadar kalsitonin yang tinggi atau peningkatan kadar kalsitonin yang berlebihan
setelah dilakukan tes perangsangan, juga membantu dalam meramalkan apakah
seseorang akan menderita kanker meduler

4
2.3 Etiologi
Tiga penyebab yang sudah jelas dapat menimbulkan karsinoma tiroid :
1. Kenaikan sekresi hormon TSH ( Thyroid Stimulating Hormon) dari kelenjar hipofise
anterior disebabkan berkurangnya sekresi hormon T3 dan T4 dari kelenjar tiroid oleh
karena kurangnya intake iodium. Ini menyebabkan tiroid yang abnormal dapat
berubah menjadi kanker.
2. Penyinaran (radiasi ion) pada daerah kepala, leher, dada bagian atas terutama anak-
anak yang pernah mendapat terapi radiasi di leher dan mediastinum.
3. Faktor genetik.
Adanya riwayat keturunan dari keluaraga.
Radiasi eksternal kepala, leher, atau dada pada bayi dan anak-anak meningkatkan
resiko karsinoma tiroid. Terapi radiasi kadang-kadan dilakukan untuk mengecilkan jaringan
tonsil dan adenoid yang membesar, mengobati jerawat, atau mengurangi pembesaran kelenjar
timus. Bagi individu yang terkena rradiasi eksternal dalam usia kanak-kanak terdapat
peningkatan insiden kanker tiroid dalam 5 hingga 40 tahun sesudah penyinaran akibatnya,
individu yang menjalanii terapi radiasi harus berkonsultasi dengan dokter dan meminta
pemeriksaan pemindai isotoptiroid sebagai bagian dari pemeriksaan evaluasi, mengikuti
terapi yang di anjurkan untuk kelainan pada kelenjar tersebut serta melajutkann ppemeriksaan
umum atau check-up setiap tahun sekali jika semua hasil pemeriksaannya normal. ( Brunner
& Suddarth. 2001)

2.4 Patofisiologi

5
Adenokarsinoma papiler biasanya bersifat multisentrik dan 50% penderita dengan ada
sarang ganas dilobus homolateral dan lobus kontralateral. Metastasis mula-mula ke kelenjar
limfe regional, dan akhirnya terjadi metastasis hematogen. Umumnya adenokarsinoma
follikuler bersifat unifokal, dengan metastasis juga ke kelenjar limfe leher, tetapi kurang
sering dan kurang banyak, namun lebih sering metastasisnya secara hematogen.
Adenokarsinoma meduller berasal dari sel C sehingga kadang mengeluarkan kalsitonin (sel
APUD). Pada tahap dini terjadi metastasis ke kelenjar limfe regional. Adenokarsinoma
anaplastik yang jarang ditemukan, merupakan tumor yang tumbuh agresif, bertumbuh cepat
dan mengakibatkan penyusupan kejaringan sekitarnya terutama trakea sehingga terjadi
stenosis yang menyebabkan kesulitan bernafas. Tahap dini terjadi penyebaran hematogen.
Dan penyembuhan jarang tercapai. Penyusupan karsinoma tiroid dapat ditemukan di trakea,
faring, esophagus, N.rekurens, pembuluh darah karotis, struktur lain dalam darah dan kulit.
Sedangkan metastasis hematogen ditemukan terutama di paru, tulang, otak dan hati
(Barbara,1996).

2.5 Manifestasi Klinis


Dalam buku Barbara (1996) dijelaskan tanda dan gejala carsinom thyroid ialah :
a. Sebuah benjolan, atau bintil di leher depan (mungkin cepat tumbuh atau keras) di
dekat jakun. Nodul tunggal adalah tanda-tanda yang paling umum kanker tiroid.
b. Sakit di tenggorokan atau leher yang dapat memperpanjang ke telinga.
c. Serak atau kesulitan berbicara dengan suara normal.
d. Pembengkakan kelenjar getah bening, terutama di leher. Mereka dapat ditemukan
selama pemeriksaan fisik.
e. Kesulitan dalam menelan atau bernapas atau sakit di tenggorokan atau leher saat
menelan. Ini terjadi ketika mendorong tumor kerongkongan Anda.
f. Batuk terus-menerus, tanpa dingin atau penyakit lain.

Sebuah benjolan, atau bintil di leher depan (mungkin cepat tumbuh atau keras) di
dekat jakun. Nodul tunggal adalah tanda-tanda yang paling umum kanker tiroid. (Jurnal,
Oktahermoniza, 2013)
a. Sakit di tenggorokan atau leher yang dapat memperpanjang ke telinga.
b. Serak atau kesulitan berbicara dengan suara normal.
c. Pembengkakan kelenjar getah bening, terutama di leher. Mereka dapat ditemukan
selama pemeriksaan fisik.
d. Kesulitan dalam menelan atau bernapas atau sakit di tenggorokan atau leher saat
menelan. Ini terjadi ketika mendorong tumor kerongkongan Anda.
e. Batuk terus-menerus, tanpa dingin atau penyakit lain.
f. Adanya pembengkakan pada leher
g. Kesulitan menelan

2.6 Pemeriksaan Penunjang


Menurut ( Brunner & Suddarth. 2001)
a. Pemeriksaan Laboratorium.

6
Pemeriksaan laboratorium yang membedakan tumor jinak dan ganas tiroid belum ada
yang khusus, kecuali kanker meduler, yaitu pemeriksaan kalsitonon dalam serum.
Pemeriksaan T3 dan T4 kadang-kadang diperlukan karena pada karsinoma tiroid
dapat terjadi tiroktositosis walaupun jarang. Human Tiroglobulin (HTG) Tera dapat
dipergunakan sebagai tumor marker dan kanker tiroid diferensiasi baik. Walaupun
pemeriksaan ini tidak khas untuk kanker tiroid, namun peninggian HTG ini setelah
tiroidektomi total merupakan indikator tumor residif atau tumbuh kembali (barsano).
Kadar kalsitonin dalam serum dapat ditentukan untuk diagnosis karsinoma meduler.
b. Radiologis
1) Foto X-Ray
Pemeriksaan X-Ray jaringan lunak di leher kadang-kadang diperlukan untuk
melihat obstruksi trakhea karena penekanan tumor dan melihat kalsifikasi pada
massa tumor. Pada karsinoma papiler dengan badan-badan psamoma dapat
terlihat kalsifikasi halus yang disertai kalsifikasi stipled, sedangkan pada
karsinoma meduler kalsifikasi lebih jelas di massa tumor. Kadang-kadang
kalsifikasi juga terlihat pada metastasis karsinoma pada kelenjar getah bening.
Pemeriksaan X-Ray juga dipergunnakan untuk survey metastasis pada pary dan
tulang. Apabila ada keluhan disfagia, maka foto barium meal perlu untuk melihat
adanya infiltrasi tumor pada esophagus
2) Ultrasound
Ultrasound diperlukan untuk tumor solid dan kistik. Cara ini aman dan tepat,
namun cara ini cenderung terdesak oleh adanya tehnik biopsy aspirasi yaitu
tehnik yang lebih sederhna dan murah
3) Computerized Tomografi
CT-Scan dipergunakan untuk melihat perluasan tumor, namun tidak dapat
membedakan secara pasti antara tumor ganas atau jinak untuk kasus tumor tiroid.
4) Scintisgrafi
Dengan menggunakan radio isotropic dapat dibedakan hot nodule dan cold
nodule. Daerah cold nodule dicurigai tumor ganas. Teknik ini dipergunakan juga
sebagai penuntun bagi biopsy aspirasi untuk memperoleh specimen yang adekuat.
c. Biopsi Aspirasi
Pada dekade ini biopsy aspirasi jarum halus banyak dipergunakan sebagai prosedur
diagnostik pendahuluan dari berbagai tumor terutama pada tumor tiroid. Teknik dan
peralatan sangat sederhana , biaya murah dan akurasi diagnostiknya tinggi. Dengan
mempergunakan jarum tabung 10 ml, dan jarum no.22 23 serta alat pemegang,
sediaan aspirator tumor diambil untuk pemeriksaan sitologi. Berdasarkan arsitektur
sitologi dapat diidentifikasi karsinoma papiler, karsinoma folikuler, karsinoma
anaplastik dan karsinoma medule.

2.7 Penatalaksanaan Medis


a. Terapi Radiasi
Pada adenokarsinoma papiler tanpa penyebaran ke kelenjar leher sebaiknya dilakukan
istmolobektomi. Bila terdapat pembesaran kelenjar limf leher, kemungkinan besar

7
telah terjadi penyebaran melalui saluran limf di dalam kelenjar sehingga perlu
dilakukan tiroidektomi total disertai diseksi kelenjar leher pada sisi yang sama.
b. Tiroidectomi
Tiroidektomi adalah prosedur pembedahan di mana semua atau sebagian dari kelenjar
tiroid akan dihapus. Kelenjar tiroid terletak di anterior bagian dari leher tepat di
bawah kulit dan di depan jakun. Tiroid adalah salah satu kelenjar endokrin tubuh,
yang berarti bahwa mengeluarkan produk-produknya di dalam tubuh, ke dalam darah
atau getah bening. tiroid menghasilkan beberapa hormon yang memiliki dua fungsi
utama: mereka meningkatkan sintesis protein di sebagian besar jaringan tubuh, dan
mereka meningkatkan tingkat konsumsi oksigen tubuh.

2.8 Peran Perawat


Peran perawat adalah dalam penatalaksanaan Pre-Operatif, Intra Operatif dan Post
Operasi:
A. Penatalaksanaan Pre Operasi yang perlu dipersiapkan adalah sebagai berikut:
1. Inform Concern (Surat persetujuan operasi) yang telah ditandatangani oleh penderita
atau penanggung jawab penderita
2. Keadaan umum meliputi semua system tubuh terutama system respiratori dan
cardiovasculer
3. Hasil pemeriksaan / data penunjang serta hasil biopsy jaringan jika ada
4. Persiapan mental dengan suport mental dan pendidikan kesehatan tentang jalannya
operasi oleh perawat dan support mental oleh rohaniawan
5. Konsul Anestesi untuk kesiapan pembiusan
6. Sampaikan hal-hal yang mungkin terjadi nanti setelah dilakukan tindakan pembedahan
terutama jika dilakukan tiroidectomi total berhubungan dengan minum suplemen
hormone tiroid seumur hidup.
B. Penatalaksanaan Intra Operasi
Peran perawat hanya membantu kelancaran jalannya operasi karena tanggung jawab
sepenuhnya dipegang oleh Dokter Operator dan Dokter Anesthesi.
C. Penatalaksanaan Post Operasi (di ruang sadar)
1. Observasi tanda-tanda vital pasien (GCS) dan jaga tetap stabil
2. Observasi adanya perdarahan serta komplikasi post operasi
3. Dekatkan peralatan Emergency Kit atau paling tidak mudah dijangkau apabila sewaktu-
waktu dibutuhkan atau terjadi hal-hal yang tidak diinginkan
4. Sesegera mungkin beritahu penderita jika operasi telah selesai dilakukan setelah
penderita sadar dari pembiusan untuk lebih menenangkan penderita
5. Lakukan perawatan lanjutan setelah pasien pindah ke ruang perawatan umum.

2.9 Komplikasi
Menurut (Jurnal, Oktahermoniza, 2013)
Komplikasi yang sering muncul pada kanker tiroid adalah :
a. Perdarahan

8
Resiko ini minimum, namun hati-hati dalam mengamankan hemostatis dan
penggunaan drain pada pasien setelah operasi.
b. Masalah terbukanya vena besar (vena tiroidea superior) dan menyebabkan embolisme
udara.
c. Trauma pada nervus laringeus rekurens
Ini dapat menimbulkan paralisis sebagian atau total pada laring.
d. Sepsis yang meluas ke mediastinum
Seharusnya ini tidak boleh terjadi pada operasi bedah sekarang ini, sehingga antibiotik
tidak diperlukan sebagai pofilaksis lagi.

9
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
1) Biodata, meliputi : nama, alamat, umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, dll.
2) Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Pembesaran kelenjar pada daerah leher, merasakan adanya gangguan mekanik di
daerah leher
Perasaan sesak karena inflitrasi atau desakan ke trakea
Nyeri atau nyeri tekan bagi jenis anaplastik
b. Riwayat kesehatan dahulu
Pernah terpajan dengan radiasi eksternal leher, kepala atau dada
Defisisensi iyodium
Adanya goiter endemis di sekitar tempat tinggal atau sekitar lingkungan
Makanan terkontaminasi dengan zat radioaktif
c. Riwayat kesehatan keluarga
Perlu dikaji apakah ada keluarga yang menderita kanker tiroid.
3) Dasar data pengkajian pasien
a. Aktifitas atau istirahat : kelemahan, keletihan, perubahan pola tidur,keterbatasan
dalam hobi dan latihan.
b. Sirkulasi
Gejala: palpitasi, nyeri dada pada pengerahan kerja.
Kebiasaan : perubahan pada tekanan darah.
c. Integritas ego
Gejala : faktor stress, cara mengatasi stress,menunda mencari pengobatan,
menyangkal diagnosa,tidak berdaya, putus as, tidak mampu, tidak bermakana, rasa
bersalah, depresi.
Tanda: Menyangkal, menarik diri, marah.
d. Eliminasi
Gejala: perubahan pola defekasi, nyeri pada defekasi, perubahan eliminasi urin.
Tanda: perubahan pada bissing usus, distensi abdomen.
e. Makanan /cairan
Gejala : anoreksia,mual, muntah,intoleransi makanan, perubahan berta badan,
kakeksia, berkurangnya massa otot.
Tanda: perubahan pada kelembaban/turgor kulit,edem.
f. Neurosensori
Gejala : pusing ,sinkop.
g. Nyeri/kenyamanan
Gejala: tidak ada nyeri,atau bervariasi ketidaknyamanan ringan sampai berat.
h. Pernafasan
Gejala: sesak krena penekanan trakea.
i. Seksualitas

10
j. Gejala: masalah seksul,dampak pada hubungan.
4) Pemeriksan penunjang
Pemeriksaan labor tidak ada yang spesifik, kecuali pemeriksann kadar kalsitonin yang
dicurigao karsinoma medular.
Kadar hormon thyroglobulin, petanda tumor.
USG: untuk menentukan apakah nodul padat atau kistk.
Radiolois untuk mencari metastasis
BAJAH
Diagnosa pasti dengan histopatologi: parafin coupe
Pemeriksaan fungsi tiroid dapat membantu mengevaluasi nodul dan massa tiroid.
Namun, hasil evaluasi ini jarang bersifat pasti
Biopsi jarum pada kelenjar tiroid digunakan untuk menegakkandiagnosis kanker
tiroid, membedakan nodul tiroid yang bersifat kanker dan nodul bukan kanker, dan
untuk menentukan stadium kanker
Pemeriksaan diagnostik tambahan mencakup pemeriksaan MRI, pemindai CT,
pemindai tiroid, pemeriksaan ambilan iodium radioaktif, dan tes supresi tiroid
Teknik sidik tiroid kamera taknetium 99M, yang dapat menentukan appakah nodula
itu bersifat soliter atau bagian dari goiter multinodular. Dan untuk menentukan apakah
nodula tersebut masih berfungsi atau tidak
Pemeriksaan ekografik dari nodula dapat dilakukan untuk membedakan secara akurat
apakah massa itu bersifat kistik atau padat. Karsinoma tiroid umumnya padat, dan
massa kistik biasanya merupakan kista jinak.

2. Diagnosa keperawatan
a. Intoleransi aktifitas b/d kelelahan, penurunan proses kognitif
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d lambatnya metabolisme
tubuh
c. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi akibat adanya
perdarahan atau edema pada tempat pembedahan, kerusakan saraf laringeal atau luka
pada kelenjar paratiroid.
d. Nyeri berhubungan dengan edema pascaoperasi.
e. Gangguan komunikasi berhubungan dengan cedera pita suara.
f. Defisiensi pengetahuan b/d kurang informasi tentang program untuk pengobatan untuk
terapi

3. intervensi keperawatan

No Diagnosa Noc Nic


1 Intoleransi Setelah di lakukan tindakan Activity therapy
aktifitas b/d keperawatan selama..24 jam Kolaborasikan dengan tenaga
kelelahan, klien menunjukan aktivitas rehabilitasi medik dalam
penurunan sehari-haari dengan baik merencanakan program terapi

11
proses kognitif Kriteria Hasil: yang tepat
Berpartisipasi dalam Bantu klien untuk
aktivitas fisik tanpa di mengidentivikasi aktivitas yang
sertai peningkatan mampu di lakukan
TD,ND, dan RR Bantu untuk memilih aktivitas
Mampu melakukan konsisten yyyang sesuai dengan
aktivitas sehari-hari kemampuan fisik, psikologi dan
(ADLS) Secara mandiri sosial
TTV normal Bantu untuk mengidentifikasi
Energi psikomotor dan mendapatkan sumber yang
Level kelemahan di perlukan untuk aktivitas yang
Mampu berpindah: di inginkan
dengan atau tanpa Bantu untuk mendapatkan alat
bantuan alat bantuan aktivitas seperti kursi
Status kardiopulmunari roda dan krek
adekuat Bantu untuk mengidentivikasi
Sirkulasi status baik aktivitas yang di sukai
Status respirasi : Bantu pasien atau keluarga
pertukaran gas dan untuk mengidentivikasi
ventilasi adekuat kekurangan dalam beraktivitas
Sediakan penguatan positif bagi
yang aktif beraktifitas
Bantu pasien untuk
mengembangkan motivasi diri
dan penguatan
Monitor respon fisik,
emosi, sosial dan spritual
2 Ketidak Setelah di lakukan tindakan Nutrition Management
seimbangan keperawatan selama..24 jam Kaji adanya alergi makanan
nutrisi kurang klien menunjukan Kolaborasi dengan ahli gizi
dari kebutuhan peningkatan berat badan untuk menetukan jumlah kalori
tubuh b/d Criteria Hasil : dan nutrisi yang di butuhkan
lambatnya Adanya peningkatan berat pasien
metabolisme badan sesuai dengan Anjurkan pasien untuk
tubuh tujuan meningkatkan protein vitamin C
Berat badan ideal sesuai Berikan substansi gula
dengan tinggi badan Yakinkan diet yang di makan
Mampu mengandung tinggi serat untuk
mengidentifikasikan mencegah konstipasi
kebutuhan nutrisi Berikan makanan yang terpilih (
Tidak adatanda-tanda sudah di konsultasikan dengan
malnutrisi ahli gizi )
Menunjukan peningkatan

12
fungsi pengecapan dan Ajarkan pasien bagaimana
menelan membuat catatan makanan
Tidak terjadi penurunan harian
berat badan yang berarti Monitor jumlah nutrisi dan
kandungan kalori
Berikan informasi tentang
kebutuhan nutrisi
Kaji kemampuan pasien untuk
mendapatkan nutrisi yang di
butuhkan
Nutrition Monitoring
BB pasien dalam batas normal
Monitor adanya penurunan
berat badan
Monitor tipe dan jumlah
aktivitas yang biasa di lakukan
Monitor interaksi anak atau
orang tua selama makan
Monitor lingkungan selam
makan
Jadwalkan pengobatan dan
tindakan tidak selama jam
makan
Monitor turgor kulit monitor
kulit kering dan perubahan
pigmentasi
Monitor mual dan muntah
monitor pertumbuhan dan
perkembangan
Monitor pucat, kemerahan dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
Catat jika lidah berwarna
magenta, scarlet
3 Bersihan jalan Setelah dilakukan tindakan Airway Suction
nafas tidak keperawatan selama ... x 24 Monitor tanda-tanda respiratori
efektif jam, klien mempertahankan distres, sianosis, takipnea dan
berhubungan kepatenan jalan nafas dengan nafas yang berbunyi.
dengan Kriteria hasil Periksa balutan leher setiap jam
obstruksi akibat Mengeluarkan/membersih pada periode awal post op,
adanya kan sekret dan bebas kemudian tiap 4 jam.
perdarahan atau aspirasi. Monitor frekuensi dan jumlah

13
edema pada Menunjukkan perilaku drainase serta kekuatan balutan.
tempat untuk Periksa sensasi klien karena
pembedahan, memperbaiki/memtertaha keketatan disekeliling tempat
kerusakan saraf nkan jalan nafas bersih insisi.
laringeal atau dalam tingkat Pertahankan klien dalam posisi
luka pada kemampuan/situasi semi fowler dengan diberi
kelenjar kantung es (ice bag)untuk
paratiroid. mengurangi bengkak.
Anjurkan klien untuk
berbicara setiap 2 jam tanpa
merubah nada atau keparauan
suara.
4 Nyeri setelah dilakukan tindakan Pain Management
berhubungan keperawatan selama ... x 24 Lakukan penkajian nyeri secara
dengan edema jam klien menunjukkan konprehensif termasuk lokasi,
pascaoperasi. Nyeri berkurang/hilang karakteristik, durasi, frekuensi,
dengan kualitas dan faktor presipitasi.
Kriteria Hasil: Observasi reaksi nonverbal dari
Tidak ada rintihan, ketidaknyamanan.
ekspresi wajah rileks, Kaji kultur yang mempengaruhi
melaporkan nyeri dapat respon nyeri
berkurang/hilang. Dari Evaluasi pengalaman nyeri
skala 7 berkurang menjadi masa lampau.
2. Analgesic Administration
Pilih analgesik yang diperlukan
atau kombinasi dari analgesik
ketika pemberian lebih dari satu.
Tentukan
pilihananalgesik tergantung tipe
dan beratnya nyeri.
5 Hambatan Setelah dilakukan tindakan Communication Enhancement
komunikasi keperawatan ..24 jam klien Antisipasi kebutuhan sebaik
berhubungan menunjukkan berkomunikasi mungkin, kunjungi pasien
dengan cedera dengan baik dengan secara teratur.
pita suara. Kriteria hasil : Gunakan penerjemah jika
Mampu menciptakan diperlukan
metode komunikasi Dorong pasien untuk berbicara
dimana kebutuhan dapat secara perlahan
dipahami. Pertahankan lingkungan yang
Gerakan terkoordinasi : tenang
mampu menkoordinasi Anjurkan untuk tidak berbicara
gerakan dalam terus menerus.
menggunakan isyarat.

14
Kolaborasikan dengan
dokter obat obat yang
diperlukan untuk meringankan
rasa nyeri
6 Defisiensi Setelah di lakukan tindakan Teaching : disease proses
pengetahuan b/d keperawatan selama..24 jam Berikan penilaian tentang
kurang klien menunjukan tingkat pengetahuan pasien
informasi peningkatan pengetahuan tentang proses penyakit yang
tentang program Kriteria Hasil : spesifik
untuk Pasien dan keluarga Jelaskan patofisiologi dari
pengobatan menyatakan pemahaman penyakit dan bagaimana hal ini
untuk terapi tentang penyakit, berhubungan dengan anatomi
kondisi, prognosis dan dan fisiologi , dengan cara
program pengobatan yang tepat
Pasien dan keluarga Gambarkan tanda dan gejala
mampu melaksanakan yang biasa muncul pada
prosedur yang di penyakit, dengan cara yang
jelaskan secara benar tepat
Pasien dan keluarga Gambarkan proses penyakit ,
mampu menjelaskan dengan cara yang tepat
kembali apa yang di Identivikasi kemungkinan
jelaskan perawat / tim penyebab, dengan cara yang
kesehatan lainnya tepat
Sediakan informasi pada pasien
tentang kondisi, dengan cara
yang tepat
Hindaro jaminan yang kosong
Diskusikan pilihan terapi atau
penanganan
Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second opinion
dengan cara yang tepat atau
diindikasikan

15
BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Kanker tiroid merupakan keganasan endokrin yang tersering dijumpai dan


diperkirakan 1,1% dari seluruh keganasan manusia. Pada tahun 2004 American Cancer
Society memperkirakan terdapat lebih kurang 22.500 kasus baru kanker tiroid di Amerika
Serikat. Dimana perbandingan perempuan dan laki-laki adalah 3 : 1, dengan estimasi 16.875
kasus pada perempuan dan 5.625 kasus pada laki-laki.1 Di Indonesia dari registrasi
Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Indonesia didapatkan kanker tiroid menempati urutan
ke 9 dari 10 kanker terbanyak (4,43%).2 .
Kanker tiroid adalah sutu keganasan pada tiroid yang memiliki 4 tipe yaitu: papiler,
folikuler, anaplastik dan meduler. Kanker tiroid jarang menyebabkan pembesaran kelenjar,
lebih sering menyebabkan pertumbuhan kecil (nodul) dalam kelenjar.Sebagian besar nodul
tiroid bersifat jinak, biasanya kanker tiroid bisa disembuhkan.

4.2 SARAN

Disarankan untuk semua masyarakat, bahwa penyakit kanker tiroid ini tidak mengenal
umur, yang biasa terjadi pada ank anak, remaja, dewasa maupun lansia. Jadi kita sebagai
masyarakat jangan pernah mendekati factor resiko, misalnya tidur terlalu malam dan
bangun terlalu siang, lalu makan tidak teratur. Mulai sekarang tanamkan dalam diri kita
bahwa bahwa sehat itu penting.

16
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & suddrath, 2002.Buku ajar keperawatan medikal bedah, Jakarta : EGC
Huda Nurarif, Aplikasi NANDA NIC-NOC, Jogjakarta, 2015.
Dorland ,W. A. Newman. Kamus saku kedokteran dorland. Elsevier, Jakarta :EGC,
Dr. Danis Difa, Kamus Istilah kedokteran.Gitamedia Press.
http://www. Oktahermoniza, Jurnal Kesehatan Andalas. 2013.

17

Вам также может понравиться