Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
LATAR BELAKANG
Jembatan Nasional Surabaya-Madura (Suramadu) atau dikenal sebagai Jembatan Tol
Suramadu membentang sepanjang 5,438 kilometer yang menghubungkan Pulau Madura
dengan Kota Surabaya dan wilayah sekitarnya di Provinsi Jawa Timur. Berbeda dengan
jalan tol yang pada umumnya hanya diperuntukkan untuk kendaraan roda empat atau
lebih, maka Jembatan Tol Suramadu juga dapat diakses oleh kendaraan roda dua atau
sepeda motor. Saat ini Jembatan Tol Suramadu telah menjadi alternatif pilihan akses
transportasi utama dari dan ke Pulau Madura karena hanya membutuhkan waktu tempuh
kurang lebih 10 menit dari semula 2,5 jam dengan moda transportasi laut menggunakan
kapal ferry.
Pembangunan Jembatan Tol Suramadu diharapkan akan mendorong percepatan
pengembangan sosial ekonomi dan tata ruang wilayah-wilayah tertinggal yang ada di
Pulau Madura. Sebagai tindak lanjut dari upaya tersebut diatas, maka Pemerintah
menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun 2008 tentang Pembentukan Badan
Pengembangan Wilayah Surabaya-Madura (BPWS), yang secara struktural terdiri atas
Dewan Pengarah dan Badan Pelaksana. Peraturan perundang-undangan ini kemudian
disempurnakan dengan Peraturan Presiden Nomor 23 Tahun 2009 tentang
Penyempurnaan Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun 2008 tentang Pembentukan Badan
Pengembangan Wilayah Surabaya-Madura (BPWS) untuk lebih mendukung peningkatan
kinerja BPWS didalam pelaksanaan tugas dan fungsinya sebagaimana termaksud dalam
peraturan perundangan tersebut diatas.
Badan Pelaksana BPWS (BP-BPWS), sesuai dengan amanah Perpres 27 Tahun 2008 di
atas, memiliki tugas dan fungsi untuk melaksanakan pengelolaan, pembangunan dan
fasilitasi percepatan kegiatan pembangunan wilayah Suramadu. Kegiatan pengelolaan dan
pembangunan infrastruktur wilayah yang dilaksanakan BP-BPWS dilaksanakan di 3 (tiga)
kawasan, yaitu Kawasan Kaki Jembatan Sisi (KKJS) Surabaya (600 Ha), Kawasan Kaki
Jembatan Sisi (KKJS) Madura (600 Ha) dan kawasan khusus di Utara Pulau Madura (600
Ha). Kawasan Kaki Jembatan Sisi Surabaya (KKJS Surabaya) dan Kawasan Kaki
Jembatan Sisi Madura (KKJS Madura) dikembangkan untuk mendorong perkembangan
ekonomi, sedangkan kawasan khusus di Utara Pulau Madura untuk pengembangan
kawasan Pelabuhan Peti Kemas.
KKJS Madura dikembangkan sebagai kawasan untuk mendorong pengembangan industri
dan wisata Kabupaten Bangkalan. KKJS Madura diharapkan sebagai kawasan penggerak
ekonomi Madura yang dimotori oleh kawasan industri. Dalam RDTR KKJS Madura,
kawasan industri direncanakan pada bagian utara dan selatan kawasan yang terintegrasi
dengan kegiatan penunjang lainnya (permukiman, CBD dan kawasan wisata).
Pengembangan kawasan industri membutuhkan investasi pemerintah dan investasi
swasta. Investasi pemerintah adalah penyediaan infrastruktur utama sehingga menjadi
kawasan siap bangun untuk kawasan industri. Dengan menjadikan kawasan industri siap
bangun di KKJS Madura, diharapkan swasta diharapkan tertarik untuk berinvestasi di
kawasan industri KKJS Madura. Untuk mendukung pengembangan kawasan industri
sebagai kawasan siap bangun, perlu disusun suatu kajian untuk melihat kelayakan
kawasan industri di KKJS Madura. Tahun anggaran 2011, BP BPWS membutuhkan jasa
PENDEKATAN STUDI
Pendekatan dan Metode yang digunakan dalam kajian ini didasarkan pada tahapan
kegiatan, mulai dari tinjauan atas kebijakan yang relevan hingga rencana pentahapan
pelaksanaan pembangunan kawasan industri.
Tahapan kegiatan/analisis yang dimaksud terdiri atas 4 tahap, seperti tampak pada tabel
berikut.
Tahapan Analisis
2
ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN PEMBANGUNAN
KAWASAN INDUSTRI DI KKJS MADURA
3
RENCANA TAHAPAN PELAKSANAAN PEMBANGUNAN DAN
RUMUSAN SISTEM MANAJEMEN PENGELOLAAN KAWASAN
INDUSTRI 4
Gambar 1
Tahapan Analisis
Tahap ini menempati posisi yang sangat strategis dalam kajian ini. Pendekatan untuk
menentukan jenis dan kegiatan industri dapat dilihat pada bagan berikut.
Alternatif
Kesesuaian Calon Klaster Industri
di Kawasan Industri KKJS
Tata Guna Lahan
Lokasi - Industri
Madura
Jenis Industri
di Kawasan Industri
KKJS Madura
Gambar 2
Mekanisme Penentuan Kegiatan Industri
Setelah jenis industri dan kegiatan industri teridentifikasi, maka diteruskan dengan
penentuan skala industri yang relevan dengan kegiatan industri tersebut.
Langkah Penentuan Jenis Industri tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
i. Identifikasi Klaster Industri Nasional yang telah dicananangkan oleh Kemenperin,
Identifikasi Klaster Industri Provinsi Jawa Timur yang telah dicananangkan oleh Dinas
Perindustrian Jawa Timur dan Identifikasi Klaster Industri Kabupaten Bangkalan yang
telah dicananangkan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten
Bangkala.
ii. Overlay dari keempat dokumen perencanaan pengembangan industri.
iii. Hasil overlay tersebut dicross check kan juga dengan kesesuaian antara lokasi
dengan industrinya.
iv. Hasil cross check tersebut digabungkan dengan tata guna lahan kawasan industri
seluas 305 Ha (berbatasan dengan kawasan permukiman, kawasan TNI, kawasan
industri)
v. Terakhir, hasil screening tersebut digabungkan dengan adanya issue strategis
tentang kelangkaan air bersih dan energi yang terjadi di Bangkalan (dan Madura)
Hampir sama dengan judul dari kajian ini sendiri, tahap ketiga adalah menghitung
kelayakan pembangunan kawasan industri di KKJS-Madura. Ada 3 jenis kelayakan yang
diperhitungkan yaitu :
i. Kelayakan Teknis
ii. Kelayakan Administratif-Sosial
iii. Kelayakan Ekonomi
Gambar 3
Jenis Kelayakan dalam Studi
Kelayakan Teknis, adalah kelayakan yang mempertimbangkan dari sisi teknis internal
kawasan industri.
Kelayakan Administratif-Sosial, adalah kelayakan dari sisi kemungkinan administrasi
dan perijinan yang dikeluarkan oleh pemerintah dan pemerintah daerah. Selain itu
kelayakan ini juga mempertimbangkan pasokan tenaga kerja yang ada di sekitar kawasan
untuk memenuhi kebutuhan aktivitas indsutri yang diperkirakan tumbuh (aspek sosial).
Kelayakan Ekonomi, adalah kelayakan yang membandingkan antara pengeluaran yang
dilakukan untuk membangun kawasan industri, dengan manfaat langsung dan tak
langsung (benefit) dari keberadaaan kawasan industri beserta aktivitasnya.
E
B D 1
KEBIJAKAN
PERKEMBANGAN KEBUTUHAN KEWILAYAHAN
PEREKONOMIAN LOKASI INDUSTRI
KI KKJS
WILAYAH E2 MADURA
C
KEBIJAKAN
ANALISIS INDUSTRI
KEUNGGULAN
RENCANA KI
KKJS MADURA
Survey
Kondisi Fisik ANALISIS Instansional
dan Survey Kawasan
F
I PENGELOLAAN Lingkungan KELAYAKAN
DAN Industri
TEKNIS
IMPLEMENTASI
Permenperin
Survey
Dokumen Instansional
Studi ANALISIS Survey Kawasan
Prediksi G
Kelayakan Supply
Tenaga Kerja
KELAYAKAN
SOSIAL Layak?
Bangkitan
Tenaga Kerja
Survey
ANALISIS Instansional
Survey Kawasan
H
Rencana
Investasi KELAYAKAN
EKONOMI
Komponen BENEFIT Komponen COST
Gambar 4
Metodologi Pelaksanaan Kajian
Secara ringkas kriteria pertimbangan pemilihan lokasi kawasan industri dan lokasi industri
dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1
Kriteria Pertimbangan Pemilihan Lokasi Kawasan Industri
(1) Industri Material Dasar; yang terdiri dari : (a) Industri Besi dan Baja, (b) Industri
Semen, (c) Industri Petrokimia, (d) Industri Keramik;
(2) Industri Permesinan; yang meliputi : (a) Industri Peralatan Listrik dan Mesin Listrik, (b)
Industri Mesin dan Peralatan Umum;
(3) Industri Manufaktur Padat Tenaga Kerja; merupakan penghasil produk sandang,
pangan, bahan bangunan, kesehatan dan obat, dan sebagainya, yang meliputi antara
lain: (a) Industri Tekstil dan Produk Tekstil (b) Industri Alas Kaki (c) Industri Farmasi
dengan Bahan Baku dalam Negeri.
II. Kelompok Industri Agro yang meliputi cabang-cabang industri pengolahan :(a) Industri
Kelapa Sawit; (b) Industri Karet dan Barang Karet; (c) Industri Kakao dan Coklat; (d)
Industri Kelapa; (e) Industri Kopi; (f) Industri Gula; (g) Industri Tembakau; (h) Industri
Buah-buahan, (i) Industri Kayu dan Barang Kayu; (j) Industri Hasil Perikanan dan Laut; (k)
Industri Pulp dan Kertas; (l) Industri Pengolahan Susu;
III. Kelompok Industri Alat Angkut; yang meliputi industri-industri: (a) Industri Kendaraan
Bermotor, (b) Industri Perkapalan, (c) Industri Kedirgantaraan, (d) Industri Perkeretaapian;
IV. Kelompok Industri Elektronika dan Telematika; meliputi Industri Elektronika, Industri
Perangkat Keras Telekomunikasi dan Pendukungnya, Industri Perangkat Penyiaran dan
Pendukungnya, Industri Komputer dan Peralatannya, Industri Perangkat Lunak dan
Content Multimedia, Industri Kreatif Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK);
V. Kelompok Industri Penunjang Industri Kreatif dan Industri Kreatif Tertentu; yang
meliputi industri perangkat lunak dan content multimedia, fashion, dan kerajinan dan
barang seni. Industri Kreatif adalah proses peningkatan nilai tambah hasil dari eksploitasi
kekayaan intelektual berupa kreatifitas, keahlian dan bakat individu menjadi suatu produk
yang dapat dijual sehingga meningkatkan kesejahteraan bagi pelaksanaan dan
orang-orang yang terlibat.
VI. Kelompok Industri Kecil dan Menengah Tertentu; yang meliputi industri-industri
pengolahan: Industri Batu Mulia dan Perhiasan, Industri Garam Rakyat, Industri Gerabah
dan Keramik Hias, Industri Minyak Atsiri dan Industri Makanan Ringan.
Untuk melakukan operasionalisasinya, Kementerian Perindustrian sebagai pembina industri
nasional, pada tahun 2009 telah mengeluarkan 35 (tiga puluh lima) Peraturan Menteri
Perindustrian tentang Peta Jalan (Roadmap) Pengembangan Klaster Industri tertentu untuk
menjabarkan Perpres No. 28 tahun 2008 tersebut. Ketiga puluh lima Peraturan Menteri
Tabel 2
Struktur Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur berdasarkan
9 Lapangan Usaha Tahun 2009 ADHK 2000
Pertumbuhan Kontribusi
No Sektor
(%) (%)
I Pertanian 4,01 16,39
II Pertambangan dan Penggalian 7,06 2,17
III Industri Pengolahan 2,62 28,04
IV Listrik, Gas dan Air Bersih 2,58 1,82
V Konstruksi 4,25 3,4
VI Perdagangan, Hotel dan Restoran 5,7 29,44
VII Pengangkutan dan Komunikasi 12,14 5,69
VIII Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 5,68 4,76
IX Jasa-jasa 6,65 8,29
PDRB 5,01 100
Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur, 2009
Menurut data Badan Penanaman Modal Jawa Timur, pada tahun 2010, Jawa Timur
memiliki 12 kawasan industri estate, diantaranya Surabaya Industrial Estate Rungkut
(SIER) di Surabaya dengan luas 832 Ha, Pasuruan Industrial Estate Rembang (PIER) di
Kabupaten Pasuruan (500 Ha), Ngoro Industrial Park (NIP) di Kabupaten Mojokerto (400
Ha, termasuk 38 Ha untuk Export Porcessing Zone (EPZ)), Maspion Industrial Estate di
Kabupaten Gresik (450 Ha), Gresik Industrial Estate (KIG) di Kabupaten Gresik (135
Ha), Kawasan Industri Jabon di Kabupaten Sidoarjo, serta Lamongan Integrated
Shorebase (LIS) di Kabupaten Lamongan. LIS terletak di Tanjung Pakis, Kabupaten
Lamongan, Jawa Timur adalah sentra logistik terpadu bertaraf international yang melayani
industri migas yang beroperasi di Jawa Timur dengan konsep One Stop Hypermarket.
Untuk memlihat pekermbangan eknonomi Kawasan Kaki Jembatan Suramadu, tidak akan
terlepas dari meninjau perkembangan ekonomi provinsi tersebut. kondisi perekonomian
terakhir yang diperoleh berdasarkan hasil data sekunder diperoleh bahwa perekonomian
Provinsi Jawa Timur
Perekonomian Jawa Timur pada triwulan Ill dibanding triwulan II tahun 2011 (q-to-q)
menunjukkan pertumbuhan positif, hampir semua sektor mengalami peningkatan
kapasitas produksi kecuali sektor pertanian. Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh sektor
perdagangan, hotel dan restoran sebesar 3,92%, hal ini dapat dimengerti karena
pada triwulan Ill tahun 2011 bersamaan dengan hadirnya bulan Ramadhan dan hari
raya !dui Fitri yang biasanya diikuti dengan meningkatnya permintaan barang dan jasa
utama subsektor perdagangan baik pedagang besar maupun pedagang eceran. Pada
periode yang sama sektor pertanian mengalami pertumbuhan negatif sebesar -3,18%,
hal ini lebih dikarenakan pada periode tersebut bertepatan dengan kamarau panjang
atau musim kering, sehingga berpengaruh terhadap menurunnya produksi beberapa
subsektor utamanya tanaman bahan makanan diantaranya komoditi padi, jagung,
Kinerja perekonomian Jawa Timur pada triwulan Ill tahun 2011 (q-to-q) juga ditunjukkan
dengan meningkatnya pertumbuhan sektor industri pengolahan, yang mengalami
pertumbuhan 3,17% utamanya didorong oleh meningkatnya pertumbuhan subsektor
industri tekstil, barang dari kulit & alas kaki 8,46% dan subsektor industri makanan,
minuman & tembakau 1,60%.
Tabel 4
Struktur PDRB Jawa Timur Menurut Lapangan Usaha Triwulan III 2010 dan 2011, serta
Januari - September 2010 dan 2011 (persen)
Januari - Januari -
Lapangan Usaha Triw III 2010 Trw III 2011 September September
2010 2011
1. Pertanian 15,63 15,41 16,72 16,84
2. Pertambangan dan Penggalian 2,20 2,34 2,14 2,24
3. Industri Pengolahan 27,13 26,81 27,17 26,70
4. Listrik, Gas, dan Air Bersih 1,54 1,41 1,54 1,44
5. B a n g u n a n 4,65 4,85 4,46 4,63
6. Perdagangan, Hotel, dan Restoran 29,68 30,29 29,22 29,65
7. Pengangkutan dan Komunikasi 5,64 5,64 5,38 5,54
8. Keuangan, Persew, dan Js Perush 4,84 4,83 4,88 4,86
9. Jasa - Jasa 8,68 8,42 8,48 8,11
PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00
sumber : Provinsi Jawa Timur Dalam Angka 2011
1.000 Nilai Proyek PMA (USD million) Nilai Proyek PMDN (Rp miliar) 1200%
g Nilai Proyek PMA g Nilai Proyek PMDN
900
1000%
800
700 800%
600
600%
500
400%
400
300 200%
200
0%
100
- -200%
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
Gambar 5
Perkembangan Investasi Provinsi Jawa Tmur
Pada triwulan IV-2010, kegiatan investasi di Jawa Timur relatif tumbuh stabil sebesar 7,70%
(yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 6,60%. Perbaikan
kinerja ini disebabkan oleh relatif stabilnya nilai realisasi investasi Penanaman Modal Asing
(PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN).
Terus membaiknya kinerja ekspor luar negeri Jatim setelah melampaui kondisi sebelum
krisis global, masih terjadi pada triwulan ini yang mengalami pertumbuhan sebesar 21,24%
(yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya (20,17%). Hal ini disebabkan selain
karena volume yang bertambah, nilai ekspor juga meningkat signifikan yang didukung pula
oleh membaiknya harga komoditas ekspor Jawa Timur di pasar internasional. Melanjutkan
strategi ekspor pada triwulan sebelumnya, strategi diversifikasi produk ekspor juga telah
membuahkan hasil, selain mulai dikenalnya produk buah-buahan tropis, Jatim juga mulai
meningkatkan ekspor kimia organik dan komoditas lemak dan minyak hewan.
1.400 60%
Nilai Ekspor g Nilai Ekspor
50%
1.200
40%
1.000 30%
20%
800
10%
600
0%
400 -10%
-20%
200
-30%
- -40%
1
2
10
11
12
10
11
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
1
2
3
4
5
6
7
8
9
1
2
3
4
5
6
7
8
9
5
6
7
8
9
10
12
1
2
3
4
11
12
Gambar 6
Perkembangan Nilai Ekspor Provinsi Jawa Tmur
Melihat perbandingan penduduk yang bekerja bulan Agustus 2011 terhadap Februari 2011
penurunan terjadi pada Sektor Pertanian (696,81 ribu orang) dan Sektor Jasa
Kemasyarakatan (151,51 ribu orang). Sedangkan peningkatan terjadi pada Sektor Industri
(141,45 ribu orang), Sektor Perdagangan, Rumah Makan dan Jasa Akomodasi (11,63 ribu
orang), dan Sektor Lainnya yang terdiri dari Sektor Pertambangan, Listrik, Gas dan Air,
Konstruksi, Keuangan (229,56 ribu orang).
Dibandingkan dengan keadaan Februari 2011, jumlah penduduk yang bekerja pada sektor
formal pada Agustus 2011 mengalami peningkatan sebesar 405,57 ribu orang, sedangkan
penduduk yang bekerja pada sektor informal turun sebesar 871,25 ribu orang.
Kabupaten Bangkalan
Untuk pengembangan sektor industri di Kawasan Kaki Jembatan Surabaya-Madura pada
sisi Madura, maka ketersidiaan tenaga kerja menjadi salah satu faktor penting dalam
perkembangan kawasan tersebut guna untuk mendukung peran kestrategisan wialayah
yang dimiliki saat ini.
Kabupaten Bangkalan merupakan daerah yang akan memainkan peran penting dalam
perkembangan kawasan industri pada Kawasan Kaki Jembatan Surabaya-Madura pada
sisi Madura, sehingga sektor ketenagakerjaan yang di miliki oleh kabupaten Bangkalan
bisa menjadi faktor pendukung perkembangan kaasan tersebut.
Jika dilihat dari perkembangan sektor ketenagakerjaan di Provinsi Jawa Timur secara
keseluruhan memberikan kinerja positif. Hal tersebut dikarenakan semakin membaiknya
kinerja pertumbuhan ekonomi Jawa Timur, sehingga bedampak positif terhadap sektor
tenaga kerja. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) mencapai tingkat terendah dalam 4
(empat) tahun terakhir. Namun demikian, jika dilihat lebih jauh selama 2009 - 2010, tingkat
pertumbuhan penyerapan angkatan kerja lebih rendah daripada tingkat pertumbuhan
angkatan kerja, hal ini mengakibatkan pengurangan pengangguran mengalami
perlambatan.
Untuk kondisi ketenagakeraan Kabupaten Bangkalan, pada periode tahun 2007-2009
jumlah angkatan kerja sebesar 567.122 pada tahun 2007, 584.755 orang pada tahun
2008, dan pada tahun 2008 tercatat sebesar 663.193 orang.
Untuk lebih jelasnya mengenai struktur ketenagakerjaan Kabupaten Bangkalan, bisa dilihat
pada tabel berikut ini :
Berdasarkan tabel diatas, bahwa jumlah angkatan kerja yang tercatat sebanyak 567.122
pada tahun 2007 atau sebesar 60,31% dari total jumlah penduduk Kabupaten Bangkalan
yang tercatat sebesar 940.331, untuk tahun 2008 jumlah angkatan kerja tercatat sebesar
584.755 atau sebesar 61.10% dari jumlah penduduk Kabupaten Bangkalan yang tercatat
sebesar 956.996, sedangkan pada tahun 2009 jumlah angkatan kerja Kabupaten
Bangkalan tercatat sebesar 663.193 atau sebesar 68.11% dari jumlah penduduk yang
tercatat sebesar 973.681.
Perbandingan Jarak dan Waktu Tempuh KI Kab. Bangkalan dan KI Kab. Mojokerto
terhadap Pelabuhan Utamanya serta dampaknya terhadap Biaya Distribusi
Dari penjelasan yang telah dilakukan, maka diperlihatkan perbandingan jarak dan waktu
tempuh diantara kedua KI yang diperbandingkan terhadap pelabuhan tujuan (lihat Tabel
7).
Tabel 7
Jarak dan Waktu Tempuh Kawasan Industri Mojokerto ke Pelabuhan Tanjung Perak
dan Kawasan Industri Bangkalan ke Pelabuhan Tanjung Bulu Pandan
Lokasi Jarak ke Waktu Tempuh ke
Kawasan Industri Pelabuhan Pelabuhan
Mojokerto 57,2 km 58 mnt
Dari sisi waktu tempuh, dengan asumsi bahwa perjalanan truk berkecepatan 50 km/jam,
selisih waktu yang dihasilkan mencapai 30 menit atau 0,5 jam. Jika dikaitkan dengan
efisiensi transportasi darat yang dapat dilakukan masing-masing KI menuju pelabuhan,
maka dalam 24 jam KI KKJSM dapat menghemat waktu transportasi darat sebanyak 12
jam. Jika diperbandingkan secara umum, maka KI KKJSM menghasilkan waktu
transportasi darat 2 kali lebih efisien dibandingkan KI di Kab. Mojokerto. Dari sisi bisnis
bagi para investor, keunggulan pendeknya waktu tempuh ke pelabuhan terdekat dapat
dikaitkan kepada nilai keuntungan bisnis dalam berinvestasi membangun pabrik baru di
suatu KI tertentu.
Jika dikaitkan pada estimasi pasar yang akan terjadi di tahun 2015, dengan asumsi bahwa
kondisi keunggulan KI KKJSM dari sisi jarak tempuh terhadap KI Mojokerto adalah sesuai
dengan Tabel 10 dan KI SIER telah mencapai kondisi Full Capacity, maka koefisien
keunggulan KI Bangkalan adalah 2,47 dari KI Mojokerto. Dengan demikian maka:
Tahap selanjutnya adalah melihat kesesuaian calon list industri tersebut dengan konsep green
industry sehingga diperoleh list industri yang akan dikembangkan. Untuk memperoleh kegiatan
dan skala industri yang akan dikembangkan, maka list industri ini akan dinalisis menggunakan
pendekatan rantai nilai industri. Dengan rantai nilai industri, maka akan dapat dilihat kegiatan
yang akan berlangsung serta skala industri yang sesuai dengan kondisi kawasan industri KKJS
Madura.
Luas
No Klaster Nama Kegiatan Skala Jumlah Total
Lahan
Industri Kendaraan Roda 4 Perakitan Besar 3 5 15
Tabel 32
Besaran Investasi Sarana
ANALISIS KELAYAKAN
PENGEMBANGAN PEMBANG UNAN
KAWASAN INDUSTRI DI KKJS
MADURA
Kelayakan sosial pada kelayakan pembangunan kawasan Industri KJJS Madura ini
dilakukan dengan melihat ketersediaan penduduk usia kerja yang akan menjadi tenaga
kerja di industri-industri yang ada di dalam kawasan. Karena tujuan dibangunnya suatu
kawasan industri adalah menjadi lapangan kerja bagi penduduk sekitar, maka fokus
kelayakan ini akan dilihat dari ketersediaan penduduk usia kerja yang ada di sekitar
wilayah lokasi yaitu di Kab. Bangkalan. Jika ketersediaan tenaga kerja di Kabupaten ini
telah terserap secara penuh, barulah dipertimbangkan ketersediaan di wilayah lainnya
yang ada di Pulau Madura, Kota Surabaya hingga seluruh Provinsi Jawa Timur.
TENAGA
KERJA DARI
TENAGA KERJA DARI PROVINSI
DAERAH LAINNYA JAWA TIMUR
TENAGA
KERJA DARI
KAB.
BANGKALAN
Gambar 6.
Konsep Ketersediaan Tenaga Kerja
Untuk memperkirakan penduduk usia kerja pada tahun 2015, maka data-data aktual yang
diperoleh diestimasi menggunakan trend linier. Dari estimasi ini diketahui jumlah tenaga
Dalam skenario yang dibangun untuk menghitung kelayakan, dibuat tiga skenario simulasi
untuk melihat seberapa besar perbedaan penggunaan tenaga kerja terhadap hasil
kelayakan yang dihitung dengan menggunaka metode B/C Ratio.
Biaya Manfaat
Tahun
Investasi Pemerintah Investasi Swasta Operation & Maintenance Langsung Tidak Langsung
2012 177.454.545.455 - -
2013 310.545.454.545 - -
2014 399.272.727.273 - -
2015 87.727.329.545 1.031.272.727.273 13.929.548.011 161.314.668.182 -
2016 122.818.261.364 2.578.181.818.182 15.477.275.568 241.972.002.273
2017 140.363.727.273 3.609.454.545.455 27.859.096.023 725.916.006.818
2018 2.062.545.454.545 27.859.096.023 1.129.202.677.273
2019 515.636.363.636 30.954.551.136 1.371.174.679.545
2020 515.636.363.636 30.954.551.136 1.451.832.013.636 3.107.171.818.182
2021 30.954.551.136 1.613.146.681.818
2022 30.954.551.136 1.774.461.350.000
2023 30.954.551.136 1.935.776.018.182
2024 - 30.954.551.136 2.016.433.352.273
1.238.182.045.455 10.312.727.272.727 270.852.322.443 12.421.229.450.000 3.107.171.818.182
11.821.761.640.625 15.528.401.268.182
B/C Ratio 1,313543763
Berdasarkan kepada tabel diatas, bisa diperoleh informasi bahwa pihak pengelola
kawasan baru dinyatakan layak ketika masuk tahun 2023, dimana pada tahun tersebut
angka B/C Ratio diperoleh sebesar 1,15 dan pada tahun 2024 angka B/C Ratio diperoleh
sebesar 1,31.
2016
1 Pembangunan Pabrik Swasta 20 Kavling Swasta Swasta
2 Maintanance & Operation 305 Ha - SIA
2017
1 Pembangunan Pabrik Swasta 20 Kavling Swasta Swasta
2 Maintanance & Operation 305 Ha - SIA
2018
1 Pembangunan Pabrik Swasta 20 Kavling Swasta Swasta
2 Maintanance & Operation 305 Ha - SIA
2019
1 Pembangunan Pabrik Swasta 20 Kavling Swasta Swasta
2 Maintanance & Operation 305 Ha - SIA
2020
1 Maintanance & Operation 305 Ha - SIA
2021
1 Maintanance & Operation 305 Ha - SIA
2022
1 Maintanance & Operation 305 Ha - SIA
2023
1 Maintanance & Operation 305 Ha - SIA
2024
1 Maintanance & Operation 305 Ha - SIA
Pengembangan Pulau Madura terbagi dalam beberapa periode. Periode pertama yaitu
tahun 2011-2014 dikenal dengan nama Periode Persiapan dimulai dengan pemabasan
lahan dan pematangan lahan, selain itu juga mulai dilakukan kajian-kajian untuk dijadikan
sebagai dokumen untuk perencanaan pengembangan Pulau Madura secara keseluruhan
Dalam rangka melaksanakan visi dan misinya mengembangkan Pulau Madura, maka
dibangunlah insfrastruktur modern yang berstandar internasional serta berbagai fasilitas
lainnya, sehingga saat Pariwisata yang diminati dan mampu bersaing
Lembaga yang akan menjadi pengelola kawasan industri nantinya akan berada dibawah
kendali Suramadu Industrial Authority, dimana lembaga tersebut berada dibawah BPWS,
sebagai lembaga indusk yang mengelola kawasan, baik di kaki jembatan sisi Surabaya,
maupun sisi Madura.