Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Disusun Oleh :
NIM
- M. Fachri B. Z. (14. 104. 072)
Puji dan Syukur kami panjatkan terhadap ke-hadirat Tuhan Yang Maha
Esa, karena atas berkat rahmat dan karunia nyalah, makalah ini dapat terselesaikan
dengan baik dan tepat pada waktunya. Adapun tujuan penulisan makalah ini
adalah untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Perumahan Permukiman dengan
dosen pengasuh Mulkan Yahya, ST., M.Sc. Merujuk kepada kesesuaian materi
perkuliahan yang telah diberikan dan relevansi topik yang sedang berkembang,
maka penyusun mengangkat makalah ini dengan judul PENATAAN
KAWASAN PERMUKIMAN PADAT PENDUDUK DAN KUMUH DI
DAERAH KAMPUNG MADRAS KECAMATAN MEDAN POLONIA.
Tim Penyusun
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
ii
BAB III HASIL PENELITIAN
1. Kesimpulan ............................................................................................... 29
2. Saran .......................................................................................................... 30
iii
ABSTRAK
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
/ tata ruang, kepadatan bangunan sangat tinggi dalam luasan yang sangat
terbatas, rawan penyakit lingkungan, kualitas umum bangunan rendah,
tidak terlayani sarana dan prasarana lingkungan yang memadai,
membahayakan keberlangsungan kehidupan dan penghuninya. Jadi dapat
disimpulkan permukiman kumuh adalah tempat tinggal / hunian yang
dibangun diatas tanah Negara atau swasta tanpa persetujuan dari pihak
yang berkait dan tidak adanya atau minimnya sarana dan prasarana yang
memadai, kotor dan tidak layak huni serta membahayakan.
2
salah satu solusinya. Namun jikalau ternyata lahan tersebut masih layak
untuk dijadikan tempat tinggal, ada beberapa opsi untuk melakukan
penataan ulang dengan membangun hunian terpadu yang sesuai dengan
konsep hunian sehat, bersih dan asri untuk masyarakat itu sendiri.
3
2. Rumusan Masalah
4
4. Kerangka Teori
1. Permukiman Kumuh
Pemukiman sering disebut juga perumahan atau sebaliknya.
Pemukiman berasal dari kata housing dalam bahasa Inggris yang artinya
adalah perumahan dan kata human settlement yang artinya pemukiman.
Perumahan memberikan kesan tentang rumah atau kumpulan rumah
beserta prasarana dan sarana ligkungannya. Perumahan menitikberatkan
pada fisik atau benda mati, yaitu houses dan land settlement. Sedangkan
pemukiman memberikan kesan tentang pemukim atau kumpulan
pemukim beserta sikap dan perilakunya di dalam lingkungan, sehingga
pemukiman menitikberatkan pada sesuatu yang bukan bersifat fisik atau
benda mati yaitu manusia (human). Dengan demikian perumahan dan
pemukiman merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan dan sangat
erat hubungannya, pada hakekatnya saling melengkapi.
5
Sedangkan menurut Ditjen Bangda Depdagri, ciri-ciri
permukiman atau daerah perkampungan kumuh dan miskin dipandang
dari segi sosial ekonomi adalah sebagai berikut :
2. Penduduk
Penduduk adalah masyarakat yang sudah menetap cukup
lama pada suatu kawasan atau menetap dalam kurun waktu
tertentu. Masyarakat yang dianggap sebagai penduduk dan
masyarakat non-penduduk memiliki perbedaan dalam tanggung
jawab dan fasilitas yang ia dapatkan.
Masyarakat yang diangga sebagai penduduk memiliki
tanggung jawab akan lingkungan yang ia tempati sebagai wujud
menjada sarana dan prasarana yang telah diberikan pemerintah
serta mendapatkan fasilitas layak dari pemerintah sebagai
6
penunjang sarana kehidupan untuk mengembangkan wilayah
tempat tinggalnya tersebut.
Berbeda dengan masyarakat non penduduk yang memiliki
batasan untuk mengelola tempat tinggalnya serta mendapat batasan
fasilitas dari pemerintah dalam mengelola sarana dan prasarana di
daerah tempat tinggalnya.
Sedangkan menurut Jonny Purba, penduduk adalah :
Penduduk adalah orang yang matranya sebagai diri pribadi, anggota
keluarga, anggota masyarakat, warga negara dan himpunan kuantitas
yang bertempat tinggal di suatu tempat dalam batas wilayah negara dan
waktu tertentu
3. Kota
Sebuah wilayah yang terpadu dan direncanakan kemudian
dihuni oleh masyarakat sebagai unsur yang menggerakkannya
adalah pengertian umum kota secara garis besar. Sedangkan
pandangan masyarakat umum dalam melihat atau menerjemahkan
definisi dari Kota adalah sebuah wilayah yang lebih maju di
bandingkan wilayah sekitarnya sehingga membuka peluang
ekonomi yang lebih besar dan memberikan harapan hidup yang
lebih baik.
Max Weber mengartikan Kota dalam bukunya yang
berjudul Kota (1958) menyebutkan bahwa :
Kota adalah suatu tempat yang penghuninya dapat memenuhi
sebagian besar kebutuhan ekonominya di pasar lokal. Ciri kota adalah
adanya pasar sebagai benteng serta mempunyai sistem hukum tersendiri
dan bersifat kosmopolitan.
7
Kemudian pemerintah mengeluarkan Undang Undang yang
mengatur definisi kota secara lebih khusus yaitu dalam UU No.22
tahun 1999 tentang Otonomi daerah yang berbunyi :
Kota adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan
pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat pelayanan jasa
pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi.
4. Penataan Ruang
Kegiatan penataan ruang pada dasarnya merupakan suatu
upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan
menjamin lingkungan hidup yang berkelanjutan dengan
memperhatikan keunggulan komparatif di suatu wilayah, dan
mengurangi kesenjangan pembangunan dengan mengurangi
kawasan-kawasan yang miskin, kumuh dan tertinggal.
Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut dan
ruang udara termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan
wilayah, tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan
dan memelihara kelangsungan hidupnya. sedangkan tata ruang adalah
wujud struktur ruang dan pola ruang
8
5. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan metode Ekspos Facto yaitu suatu
metode yang digunakan untuk mencari sebab dan akibat dari suatu
permasalahan. Dimana pada penelitian ini masalah utama yang muncul
adalah mengenai penanganan permukiman kumuh padat penduduk.
2. Objek Penelitian
9
Lokasi Penelitian
berdasarkan letak pada
Peta Kota Medan
10
3. Teknik Pengumpulan Data
11
BAB II
PEMBAHASAN
1. Identifikasi Masalah
2. Analisis Masalah
12
permukiman masih dapat berkembang dikarenakan masih cukup banyak
lahan siap bangun pada daerah tersebut.
13
4. Kecamatan Medan Denai
Merupakan kecamatan yang relatif dekat dengan pusat kota dan
sudah cukup berkembang dimana terdapat banyak kompleks
perumahan. Perkiraan jumlah penduduk pada tahun 2030 berjumlah
189.233 jiwa dengan kepadatan sekitar 209 Jiwa/Ha.
14
9. Kecamatan Medan Baru
Merupakan kecamatan di kawasan pusat kota, sebagian wilayahnya
adalah kawasan perdagangan dan jasa. Ketersediaan lahan
pengembangan sangat terbatas. Perkiraan jumlah penduduk pada tahun
2030 berjumlah 43.553 jiwa dengan kepadatan sekitar 75 Jiwa/Ha.
15
14. Kecamatan Medan Barat
Merupakan kecamatan di kawasan pusat kota, sebagian wilayahnya
adalah kawasan perdagangan dan jasa. Ketersediaan lahan
pengembangan sangat terbatas. Perkiraan jumlah penduduk pada tahun
2030 berjumlah 55.497 jiwa dengan kepadatan sekitar 104 Jiwa/Ha.
16
perkembangan ke kawasan ini disebabkan adanya kawasan industri
dalam skala yang cukup besar. Berdasarkan hal tersebut laju
pertumbuhan penduduk diperkirakan 2% per tahun. Perkiraan jumlah
penduduk pada tahun 2030 berjumlah 228.361 jiwa dengan kepadatan
sekitar 110 Jiwa/Ha.
17
Objek penelitian pada kasus ini berada di Daerah Aliran Sungai
yang kemudian harus diperhatikan mengenai garis sepadan sungai
dalam penataannya. Memperhatikan besar lahan pada objek penataan
yaitu lingkungan 6 pada kelurahan Madras Hulu Kecamatan Medan
Polonia yang berkisar 1.500 m2, dimana besaran lahan ini tidak terlalu
besar jika diperuntukkan untuk Permukiman Horizontal.
18
2. Penanganan penataan permukiman kumuh dan padat penduduk
Kampung Madras sesuai dengan perda yang berlaku dan azas
perancangan dalam Arsitektur
19
Gambar 2.2. Kondisi Wilayah Penelitian Yang Sangat Tidak Layak
(Sumber : Dokumen Pribadi)
20
hunian bagi masyarakat. Hunian yang seharusnya adalah hunian yang
dapat menjamin penghuninya dari bahaya dan ancaman dari luar serta
sanitasi yang bersih agar terhindar dari berbagai macam penyakit
menular. Hal ini tidak akan terwujud pada daerah kumuh yang sudah
pasti tidak memiliki sanitasi yang layak dan baik untuk sebuah hunian,
bahkan berdasarkan data di lapangan beberapa hunian tidak memiliki
sanitasi sehingga harus menumpang di sarana sanitasi milik orang lain.
21
hunian di daerah tersebut, sehingga meminimkan ruang masif diantara
hunian yang rentan akan tindakan kriminalitas.
22
3. Metoda Penataan yang sesuai dalam penanganan penataan
permukiman kumuh dan padat penduduk Kampung Madras
sehingga mampu menghasilkan simbiosis mutualisme antara
masyarakat sebagai objek penataan dan Pemerintah sebagai
pelaksana penataan.
23
masyarakat sekitar lingkungan kampung madras. Sedangkan untuk
pemerintah sendiri sebagai pelaku penataan mendapatkan keuntungan
yaitu terbentuknya ruang terbuka hijau baru, serta mampu
meningkatkan peningkatan perekonomian dipusat kota. Jikalau hal ini
dapat berjalan sesuai dengan apa yang telah direncanakan, pastinya
tidak akan ada tumpang tindih kepentingan dari salah satu pihak saja
yang akan berjalan di daerah penelitian ini dan pada akhirnya seluruh
pihak dapat bersatu dalam pembangunan kota Medan secara
berkesinambungan.
24
b. Kebutuhan Rumah Susun Pada Wilayah Penelitian
25
d. Site Plan Penataan Wilayah Penelitian
26
e. Denah Rancangan Rumah Susun
27
f. Gambar Perspektif Penataan Wilayah
28
BAB III
HASIL PENELITIAN
1. Kesimpulan
Setelah melakukan proses Identifikasi masalah dan
menganalisisnya menjadi sebuah rumusan sehingga menghadirkan
pemecahan masalah yang berbentuk perancangan penataan bagi wilayah
kumuh di lokasi penelitian ini maka penyusun mendapatkan beberapa
kesimpulan yang kemudian dipadatkan menjadi sebuah suatu kesatuan
yang dapat dijadikan tembusan daripada makalah ini :
1. Proses dalam melakukan penataan terhadapa permukiman tidak layak
huni harus melalui beberapa proses, yang pertama adalah pendekatan
persuasif antara pihak penata dan objek penataan yaitu masyarkaat
yang bermukim di daerah tersebut. Kedua adalah menganalisis data
lapangan mengenai kebutuhan masyarakat dan ketersediaan lahan yang
berkesesuaian perda berlaku. Proses terakhir adalah melakukan
penawaran penataan terhadap objek penataan yaitu masyarakat itu
sendiri. Dan yang terakhir adalah melakukan penataan setelah proses
proses sebelumnya berhasil dilaksanakan.
2. Penataan yang akan dilakukan haruslah berkesinambungan dengan
kebutuhan masyarakat dan pemerintah nantinya, hal ini ditujukan agar
tidak terjadi tumpang tindih kepentingan antara masyarakat dan
pemerintah sebagai pelaksana penataan. Simbiosis mutualisme harus
terjadi antara kedua belah pihak agar kedepannya Kota Medan dapat
lebih baik lagi dari segi penataan wilayah yang akan berdampak
terhadap pergerakan ekonomi yang dapat meningkat.
3. Rumah susun adalah salah satu solusi yang aktif berperan dalam
pertumbuhan penduduk kota yang cukup cepat sehingga rentan
menghasilkan permukiman padat penduduk. Saat ini hunian Horizontal
di wilayah perkotaan sudah tidak relevan lagi dikarenakan kepadatan
yang terus bertambah. Hal ini juga akan menjawab permasalahan
mahalnya harga properti yang terbeban karena mahalnya harga tanah
29
di daerah perkotaan. Dengan membangun hunian vertikal maka beban
harga tanah akan dibagi kebanyak pihak sehingga dapat menurunkan
harga properti strategis di tengah kota yang dekat dengan pusat
perekonomian. Dan pada akhirnya tujuan memakmurkan kota Medan
melalui sektor perdagangan dapat berjalan maksimal.
2. Saran
Sebagai mahasiswa arsitektur yang mempelajari mengenai
perancangan dan penataan wilayah permukiman khususnya wilayah
perkotaan, kami berharap kedepannya pihak pemerintah dan segala
instansi terkait mengikut sertakan arsitek dan perencana lain seperti arsitek
lansekap, teknisi lingkungan dan lainnya dalam setiap program
perancangan kota. Hal ini ditujukan agar pada awals pembangunan tidak
terjadi kesalahan dan dapat berkesinambungan menjadi sebuah program
pembangunan jangka panjang sehingga anak cucu kita tidak perlu
menanggung penatnya pembangunan kota yang kacau namun cukup
dengan melanjutkan pembangunan yang telah ada sehingga tidak
memakan biaya yang terlalu besar di kemudian hari.
30
DAFTAR PUSTAKA
Rencana Tata Ruang Dan Tata Wilayah Kota Medan Tahun 2010
2030, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Pemerintah Kota Medan. 2010
31