Вы находитесь на странице: 1из 71

Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya


sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Rawat Inap ini dengan sebaik-
baiknya guna memenuhi tanggung jawab kami sebagai mahasiswa/i di
Politeknik Kesehatan Kemenkes Pontianak Jurusan Keperawatan Gigi.
Adapun makalah ini membahas mengenai Penyakit yang bermanifestasi
dalam rongga mulut, Oral Fisioterapi, serta Kebutuhan Dasar Manusia.

Pada makalah ini tentunya terdapat banyak kekurangan baik dari segi
bahasa maupun kalimatnya. Oleh sebab itu kritik dan saran sangat kami
harapkan guna kesempurnaan makalah ini dikesempatan lainnya.

Pontianak, 1 Agustus 2017

1
Pen
ulis

Daftar Isi

Kata
Pengantar..............................................................................................................
............1

Daftar
Isi..........................................................................................................................
.........2

Bab I
Pendahuluan.........................................................................................................
....................3
A. Latar
Belakang...............................................................................................................
.....3
B. Rumusan
Masalah...............................................................................................................
4
C.

2
Tujuan...................................................................................................................
...............4

Bab II
Pembahasan..........................................................................................................
....................5
A. Penyakit Bermanifestasi di dalam
Mulut.............................................................................5
B. Oral
fisioterapi..............................................................................................................
......16
C. Kebutuhan Dasar
Manusia..................................................................................................23

Bab III
Penutup.................................................................................................................
...................35
A. Kesimpulan
........................................................................................................................35

B. Kesimpulan
.........................................................................................................................35

Daftar
Pustaka..................................................................................................................
........36

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Leukemia adalah keganasan perdarahan yang berkembang


di dalam sumsum tulang. Penyakit ini menimbulkan manifestasi
oral yang sering terjadi pada tahap awal perkembangan penyakit.
Banyak laporan kasus yang membuktikan bahwa manifestasi oral
leukemia berfungsi sebagai indikator untuk mendiagnosa
leukemia.Suatu kasus hiperplasia gingiva disertai perdarahan oral
yang disebabkan oleh proses keganasan leukemia. Pada kasus ini,
perawatan yang sempat dilakukan adalah debridemen lunak dan
pemberian obat peroral. Penyakit leukemia pasien belum sempat
diketahui jenisnya karena pasien telah meninggal dunia sebelum
pemeriksaan sumsum tulang dilakukan. Dokter gigi dan praktisi
kedokteran gigi dapat mendeteksi dini leukemia dengan melihat
manifestasi oral, gambaran klinisnya secara umum dan melakukan
pemeriksaan penyaring pada pasien yeng dicurigai menderita
leukamia.

Oral Fisioterapi merupakan suatu prosedur terapi yang


dilakukan untuk menghilangkan debris seperti penggunaan sikat

4
gigi, dental floss dan tusuk gigi. selain itu, pembersihan debris
secara mekanis disebut juga dengan Oral fisioterapi.

Setiap orang mempunyai kebutuhan darsar yang sama,


walaupun masing-masing memiliki latar belakang sosial, budaya,
persepsi dan pengetahuan yang berbeda. Kebutuhan Dasar Manusia
merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia dalam
mempertahankan keseimbangan fisiologis maupun psikologis yang
tentunya bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan
kesehatan. Oleh karena itu beberapa kebutuhan harus terpenuhi
sebelum kebutuhan lainnya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat diuraikan


pembahasannya sebagai rumusan masalah berikut:

1. Apa saja penyakit yang bermanifestasi di dalam mulut ?


2. Apa pengertian masing-masing penyakit tersebut ?
3. Apa saja ciri-ciri manifestasinya di dalam mulut ?
4. Apa pengertian oral fisioterapi ?

5
5. Apa saja yang termasuk oral fisioterapi ?
6. Bagaimana teknik melakukan oral fisioterapi ?
7. Apa pengertian kebutuhan dasar manusia ?
8. Apa saja kebutuhan dasar manusia ?
C. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian pasien rawat inap, kebutuhan
dasar manusi,oral fisoterapi, pelayanan asuhan kepeawatan gigi, dan
komunikasi terpeutik yang baik dan benar

D. Tujuan khusus
Setelah dirumuskan masalah tersebut maka pembuatan makalah ini
bertujuan :
1. Mahasiswa dapat memahami pengertian rawat inap beserta
kalsifikasinya
2. Mahasiswa dapat memahami penyakit yang bermanifestasi di
dalam mulut dan mengenali ciri-cirinya
3. Mahasiswa dapat memahami cara mengukur tekanan darah
manusia
4. Mahasiswa dapat memahami macam-macm posisi pada pasien
5. Mahasiswa dapat memahami cara mengganti tempat tidur
pasien
6. Mahasiswa dapat memahami macam-macam oral fisioterapi
dan teknik melakukannya
7. Mahasiswa dapat memahami tentang pelayanan asuhan
kesehatan gigi dan mulut
8. Mahasiswa dapat memahami lima tahapan komunikasi
terapeutik

6
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pasien Rawat Inap


a. Pengertian

Rawat Inap Atau Opname adalah salah satu bentuk proses


pengobatan atau rehabilitasi oleh tenaga pelayanan kesehatan
profesional pada pasien yang menderita suatu penyakit tertentu,
dengan cara di inapkan di ruang rawat inap tertentu sesuai dengan
jenis penyakit yang dialaminya. Fasilitas Rawat inap disediakan
dan dijalankan secara sistematis oleh tenaga medis dan nonmedis,
disediakan oleh pihak penyedia pelayanan kesehatan (klinik, rumah
sakit, puskesmas).

b. Klasifikasi
a) Kategori keperawatan klien
Kategori keperawatan klien menurut Swanburg (1999) terdiri
dari :
1. Self-care
Klien memerlukan bantuan minimal dalam melakukan
tindak keperawatan dan pengobatan. Klien melakukan
aktivitas perawatan diri sendiri secara mandiri. Biasanya
dibutuhkan waktu 1-2 jam dengan waktu rata-rata efektif 1,5
jam
2. Minimal care
Klien memerlukan bantuan sebagian dalam tindak
keperawatan dan pengobatan tertentu, misalnya pemberian

7
obat intravena, dan mengatur posisi. Biasanya dibutuhkan
waktu 3-4 jam dengan waktu rata-rata efektif 3,5 jam/24
jam.
3. Intermediate Care
Klien biasanya membutuhkan waktu 5-6 jam dengan waktu
rata-rata efektif 5,5 jam/24 jam.
4. Mothfied intensive care
Klien biasanya membutuhkan waktu 7-8 jam dengan waktu
rata-rata efektif 7,5 jam/24 jam.
5. Intensive care
Klien biasanya membutuhkan 10-14 jam dengan waktu rata-
rata efektif 12 jam/24 jam.

Metode lain yang sering digunakan di Rumah Sakit


adalah metode menurut Donglas (1984), yang
mengklasifikasi derajat ketergantungan pasien dalam tiga
kategori, yaitu perawatan miniaml, perawatan intermediate,
dan perawatan maksimal atau total.
1. Pada klien dengan klasifikasi ini adalah observasi tanda vital
dilakukan setiap shift, pengobatan minimal, status psikologis
stabil, dan persiapan pprosedur memerlukan pengobatan.
2. Perawatan intermediate
Perawatan ini memerlukan waktu 3-4 jam/24 jam. Kriteria
klien pada klasifikasi ini adalah klien masih perlu bantuan
dalam memenuhi kebersihan diri, makan dan minum.
Ambulasi serta perlunya observasi tanda vital setiap 4 jam.
Disamping itu klien dalam klasifikasi ini memerlukan

8
pengobatan lebih dan sekali. Kateter Foley atau asupan
haluarannya dicatat. Dan klien dengan pemasangan infus
serta persiapan pengobatan memerlukan prosedur.
3. Perawatan maksimal atau total
Perawat ini memerlukan waktu 5-6jam/24 jam. Kriteria klien
pada klasifikasi ini adalah klien harus dibantu tentang segala
sesuatunya. Posisi yang diatur, observasi tanda vital setiap 2
jam, makan memerlukan selang NGT (Naso Gastrik Tube),
menggunakan terapi intravena, pemakaian alat penghisap
(suction).
4. Perawatan minamal
Perawatan ini memerlukan waktu 1-2 jam/24 jam. Kriteria
klien pada klasifikasi ini adalah klien masih dapat
melakukan sendiri kebersihan diri, mandi, dan ganti pakaian,
termasuk minum. Meskipun demikian klien perlu diawasi
ketika melakukan ambulasi atau gerakan. Ciri-ciri lain

B. Penyakit Umum yang Bermanifestasi di dalam Mulut

a. Leukimia

a) Pengertian

Leukimia adalah keganasan darah di sirkulasi dan sum-


sum tulang, dengan karakteristik proliferasi abnormal pada
komponen sel darah putih. Pada perjalanan kronis, leukimia
dibagi menjadi bentuk akut dan kronis. Sedangkan berdasarkan
asal sel dibagi menjadi tipe limfoblas dan myeloid. Penyebab

9
leukimia tidak diketahui namun dapat diketahui dengan faktor
genetik dan lingkungan. Leukimia dapat terjadi pada semua ras,
dalam berbagai tingkat usia namun banyak terjadi pada anak-
anak, paling sering ditemukan pada anak-anak di bawah usia 14
tahun dan merupakan 1/3 dari semua keganasan pada anak.
Pada penderita leukimia, keadaan sel darah putih sangat banyak
dimana berjumlah lebih dari sama dengan 29.000/mm kubik
bahkan bisa mencapai 50 ribu sampai 100 ribu/mm kubik.

Secara klinis leukimia akut dapat menimbulkan gejala


umum berupa pucat, demam, lemah, kehilangan berat badan,
sakit kepala, mudah memar dan perdarahan serta infeksi. Untuk
menegakkan diagnosisnya perlu pemeriksaan darah perifer dan
sum-sum tulang.

b) Manifestasi Oral

Secara umum, tanda-tanda leukimia akut yang


dikeluhkan oleh pasien yaitu menunjukkan tanda-tanda berupa
badan yang lemah , pucat, dan pusing. Adapula yang
mengeluhkan penurunan berat badan, memar-memar serta
perdarahan. Secara intraoral, pasien terlihat memiliki mukosa
yang pucat serta gingiva mengalami hiperplasia menyeluruh
dan perdarahan. Pada leukimia akut jaringan gingiva sering
mengalami pembesaran baik akibat infiltrasi leukemik maupun
hiperplasia reaktif.

Kondisi kebersihan mulut yang buruk pada pasien,


disertai adanya kalkulus sub dan supra gingiva, juga dapat

10
menimbulkan peradangan gingiva marginal. Hal ini dapat
membuat operator salah menegakkan diagnosis bila hanya
memperhatikan kondisi intraoral yang dikeluhkan pasien.
Namun, pasien juga dapat mengeluhkan kondisi umumnya
disertai tanda dan gejal fisik ekstra serta intraoral yang
menunjukkan kemungkinan adanya kelainan sistemik. Resiko
perdarahan pada penderita leukimia merupakan akibat
penurunan jumlah sel trombosit.

Pada stadium akut leukimia, semua tindakan perawatan


dental sebaiknya dihindari. Semua tindakan dental invasif yang
diperlukan sebaiknya ditunda sampai dokter penyakit dalam
menyatakan bahwa pasien telah memungkinkan untuk
dilakukan perawatan invasif. Hal yang tetap harus diperhatikan
sebelum tindakan dental invasif yaitu seperti jumlah sel darah
putih dan jumlah trombosit yang harus mencukupi. Serta
perlunya pemberian antibiotik profilaksis.

Semua pasien diberikan instruksi cara menjaga


kesehatan gigi dan mulut yang baik. Kebersihan mulut sangat
penting untuk diperhatiakn karena flora rongga mulut dapat
menjadi sumber spetikemi yang dapat menyebabkan kematian
pada pasien leukimia akut. Kebersihan mulut yang buruk juga
dapat menimbulkan peradangan gingiva yang memperparah
hemostatis yang sudah buruk akibat rendahnya jumlah
trombosit pada pasien leukimia.

11
Pada leukimia kronik dapat terjadi kealinan rongga
mulut meskipun keadaannnya tidak separah leukimia akut.
Kelainan yang terjadi berupa ulser mukosa, perubahan pada
ginggiva, oral ptekie dan pendarahan penyebab tersering
perdarahan pada leukimia biasanya merupakan akibat dari
infiltrasi ke sumsum tulang atau kemotrapi namun bisa juga
karena koagulasi intravaskuler diseminata proses imonulogois
dan hiperplenisme sekunder terhadap pembesaran limpa. Selain
trombositopenia pendarahan dapat juga diakibatkan karena
disfungsi trombosit. Kelainan hepar dan fibrinolosisi.

Selain itu manifestasi oral yang dapat terjadi pada


penderita leukimia yaitu hyperlasia gingival atau pembesaran
gingiva yang terjadi oleh karena bertambah besarnya ukuran sel
sel yang terjadi karena bertambahanya fungsi kerja tubuh

b. Anemia

a.) Pengertian

Anemia dapat didefinisikan sebagai berkurangnya


erithosis atau jumlah struktur atau fungsi hemoglobin,

12
substansi yang membawa oksigen ke seluruh tubuh.
Pengurangan pada jumlah sel darah merah dapat
menyebabkan kehilangan darah yang berlebihan,
pengrusakan sel darah merah, atau berkurangnya produksi
sel darah merah oleh sum-sum tulang. Kekurangan jumlah
hemoglobin berhubungan dengan kurangnya asupan zat
besi atau faktor genetik dan suatu kondisi yang
mempengaruhi produksi, fungsi atau struktur hemoglobin.

b.) Oral Manifestasi


Secara umum gambaran klinis dari anemia pernisiosa
adalah pasien pucat, mudah lelah, susah bernapas, mual,
muntah, gelisah, temperatur tubuh naik, pasien kehilangan nafsu
makan, adanya gangguan sensasi gerak dan pati rasa dar alat
gerak, pada keadaan yang parah dapat dilihat dari kulit pasien
yang berwarna kekuning-kuningan.Secara umum gambaran
klinis pada rongga mulut berupa glositis, dimana permukaan
ldah licin, lidah berwarna merah terang, adanya sensasi rasa
terbakar dan rasa gatal pada lidah yang disebabkan manifestasi
penyakit anemia pernisiosa di rongga mulut.

13
c. Multiple Myeloma (MM)

a.) Pengertian

Multiple myeloma atau myeloma adalah jenis kanker


yang menyerang sel plasma pada tulang sumsum penderita,
yaitu ketika pertumbuhan jumlah sel myeloma lebih banyak
dari jumlah sel darah sehat. Sehingga, alih-alih memproduksi
protein penghasil antibodi pencegah infeksi penyakit, sel
kanker ini justru memproduksi protein abnormal yang akhirnya
merugikan.Sel kanker ini dapat menyerang dan menyebabkan
gangguan pada bagian tubuh lain, seperti ginjal dan tulang.

Gejala multiple myeloma muncul seiring berkembangnya


sel kanker, sehingga sebagian penderita tidak merasakan apa
pun di awal penyakit. Gejala umum yang dialami termasuk
gejala-gejala umum dan bervariasi, yaitu: Kehilangan selera
makan, konstipasi, merasa mual, sakit tulang, terutama di dada
atau tulang belakang, kelelahan, penurunan berat badan, sering
merasa haus, mudah terserang infeksi, kebingungan atau
penurunan mental, dan mengalami mati rasa pada kaki.

14
b.) Oral Manifestasi

Bila MM melibatkan rongga mulut biasanya berupa


manifestasi sekunder pada rahang terutama manidbula, yang
dapat mengakibatkan pembengkakan rahang, nyeri, bebal, gigi
goyah, fraktur patologik. Punched out lession pada rahang dan
tengkorak merupakan gambaran radiografik yang khas.
Insidensi keterlibatan rahang pada MM sekitar 15%. Karena
MM mengakibatkan imminusopresi, maka timbul beberapa
infeksi seperti oral hairy leukoplakia dan candidiasis.
Timbunan amyloid pada lidah menyebabkan macroglossia.

d. Tuberculosis

a) Pengertian

Tuberculosis merupakan penyakit infeksi


granulomatous yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium
tuberculosis. Penyakit ini terutama menyerang paru-paru
namun juga memiliki kemampuan untuk menyerang hampir
seluruh bagian dari tubuh termasuk rongga mulut.

15
b) Oral Manifestasi

Lesi mukosa mulut yang dapat terjadi pada penderita


TB antara lain : Ulser,pembesaran gingival dan Glossitis
tuberkulosa. Prevelensi lesi-lesi mukosa mulut merupakan
suatu hal yang penting untuk mengetahui dan mengevaluasi
kesehatan mulut dan kebutuhan perawatan pada penderita
tuberculosis.

e. Diabetes Melitus
a) Pengertian

Diabetes Mellitus adalah penyakit gangguan


metabolisme tubuh dimana hormon insulin tidak bekerja
sebagai mana mestinya. Insulin adalah hormon yang diproduksi
oleh kelenjar pancreas dan berfungsi untuk mengontrol kadar
gula dalam darah dengan mengubah karbohidrat, lemak dan
protein menjadi energi.
Diabetes Melitus (DM) atau penyakit kencing manis
merupakan suatu penyakit menahun yang ditandai dengan
kadar gula glukosa darah (gula darah) melebihi nilai normal

16
yaitu kadar gula darah darah sewaktu sama atau lebih dari 200
mg/dl, dan kadar gula darah puasa diatas atau sama dengan 126
mg/dl. Hal ini dapat disebabkan oleh kurangnya pembentukan
atau keaktifan insulin yang dihasilkan oleh sel beta dari pulau-
pulau Langerhans di Pankreas atau adanya kerusakan pada
pulau Langerhans itu sendiri.
Diagnosis khas DM pada umumnya adalah bahwa
terdapat keluhan khas DM yaitu : Poli uria (banyak kencing),
Polidipsia (banyak minum), Polifagia (banyak makan), dan
penurunan berat badan yang tidak jelas sebabnya, dan keluhan
lainnya seperti : kesemutan, gatal, mata kabur, dan impotensi
pada pria, pruritis vulva pada wanita. Kedua tipe ini ditandai
dengan hiperglikemi, hiperlipidemi, dan komplikasi lainnya.
Diabetes Mellitus mempunyai komplikasi yang utama, yaitu:
mikroangiopati, nefropati, neuropati, penyakit makro vaskuler
dan penyembuhan luka yang lambat.

b) Oral Manifestasi
1. Lidah
Lidah Diabetes sering membesar dan/atau terasa tebal
apabila diabetes mellitus sudah lama di idapnya.Kadang-
kadang timbul gangguan rasa pengecapan pada lidahnya,
diabetes merasa kenikmatan atau selera makanya
terganggus.

17
2. Ludah
Ludah diabetes seringkali menjadi lebih kental,
sehingga mulutnya terasa kering yang disebut xerostomi
diabetic. Keadaan ini akan berangsur-angsur hilang jika
diabetes mellitus dirawat dengan baik. Keadaan dengan
ludah kentl ini dapat mengganggu kesehatan rongga mulut,
mudah mengalami infeksi. Sebaliknya, kadang-kadang
terasa ludah yang amat berlebihan yang di sebut
hipersalivasi diabetic.

3. Gigi dan gusi


Karena jaringannya yang mengikat gigi pada rahang
yang disebut periodontium mudah rusak, gigi diabetes
mudah goyah bahkan mudah lepas. Agar periodontium kuat
lagi, diabetes mellitusnya harus diobati dengan baik,
sehingga gigi yang goyah dapat kuat lagi. Oleh karena itu,
dibetes jangan terburu-buru mencabut gigi bila giginya
goyah, tetapi rawatah dulu diabetes mellitus dengan baik.

18
Gusi diabetes mellitus seringkali agak menggelembung atau
bengkak, mudah mengalami infeksi, dan kadang-kdang
bernanah. Karena membengkaknya gusi ini, gigi akan
tampak keluar (modut). Karena sering mengalami infeksi
rongga mulut dn ludah diabetes semakin mengental, bau
mulut diabetes sering kurang enak (voetor exoris diabetic).
Dengan demikian, diabetes harus selalu kumur-kumur atau
sikat gigi setip habis makan mengingat sisa-sisa makanan
meskipun sedikit tetap saja akan dapat menjadi sumber
infeksi di dalam rongga mulut.
4. Rasa mulut terbakar
Penderita diabetes biasanya mengeluh tentang terasa
terbakar atau mati rasa padamulutnya. Biasanya, penderita
diabetes juga dapat mengalami mati rasa pada bagian
wajah.

f. AIDS
a) Pengertian
Acquired immune syndrome adalah penyakit epidemi
meningkat di seluruh dunia tanpa perawatan pasti.

b) Oral Manifestasi
Kandidas oral seringkali merupakan gejala awal dari
infeksi HIV. Faktor utamanya adalah jamur candida albicans.
Prevelensi yang dilaporkan bervariasi secara luas. Jumlah
candida albicans dalam saliva pada penderita AIDS positif dan

19
tampaknya meningkat bersamaan dengan menurunnya limfosit.
Jenis pseudomembranosus tampak sebagai membran putih atau
kuning yang melekat dan dapat dikelupas dengan jalan
mengeroknya , meninggalkan mukosa eritematus di bawahnya.
Keadaan ini mengenai mukosa di mana saja, tetapi lidah dan
palatum lunak adalah daerah yang paling sering terkena.
Kondisi ini biasanya akut, tapi pada penderita HIV bisa
bertahan beberapa bulan. Bentuk eritmatus ditandai oleh daerah
merah dan gundul pada daerah dorsum lidah.

g. Herpes
a) Pengertian
Herpes adalah penyakit infeksi yang menyerang organ
kulit yang disebabkan oleh virus Herpes simpleks. Herpes
sangat populer di masyarakat sebagai penyakit menular seksual,
padahal herpes juga dapat mengenai kulit bagian lainnya
bahkan organ dalam tubuh. Herpes simpleks disebabkan oleh
Herpes Simplex Virus (HSV).

b) Oral Manifestasi

20
Di rongga mulut dapat timbul vesikel (gelembung)
berukuran kecil yang umumnya berkelompok dan dapat
dijumpai di bagian dalam bibir, lidah, tenggorokan, langit-
langit dan di bagian dalam pipi. Selanjutnya vesikel ini akan
pecah dan menjadi ulkus (luka) yang dipermukaannya terdapat
semacam lapisan kekuningan. Pada saat inilah rentan terjadi
penularan karena vesikel tersebut mengeluarkan cairan yang
mengandung jutaan virus herpes simpleks. Kelenjar getah
bening setempat yaitu di sekitar leher dapat membesar dan saat
ditekan terasa lunak. Selain herpetic gingivostomatitis, HSV
tipe 1 juga dapat bermanifestasi di bibir dan sering disebut
herpes labialis. Gejalanya kurang lebih sama dengan yang telah
dikemukakan di atas.

h. Hepatitis
a) Pengertian
Hepatitis merupakan penyakit peradangan hati karena
berbagai sebab. Penyebab tersebut adalah beberapa jenis virus
yang menyerang dan menyebabkan peradangan dan kerusakan
pada sel-sel dan fungsi organ hati. Hepatitis memiliki hubungan

21
yang sangat erat dengan penyakit gangguan fungsi hati.
Hepatitis banyak digunakan sebagai penyakit yang masuk ke
semua jenis penyakit peradangan pada hati (liver). Banyak hal
yang menyebabkan hepatitis itu dapat terjadi yang tidak hanya
dikarenakan adanya infeksi virus dari suatu sumber tertentu.
Penyebab hepatitis juga dapat berasal dari jenis obat-obatan
tertentu, jenis makanan tertentu atau bahkan pada hubungan
seksual yang salah satu dari pasangan memiliki penyakit
hepatitis.

b) Oral Manifestasi
Pada penyakit hati, dapat terjadi diskolorisasi pada gigi
sulung. Dimana pada atresia billier gigi akan berwarna hijau
sedangkan pada hepatiti neonatal berwarna kuning. Keadaan ini
disebabkan oleh depositnya bilirubin pada email dan dentin
yang sedang dalam tahap perkembangan. Menyebabkan oral
hygiene buruk, dalam hal ini bau mulut tidak sedap. Hepatitis
aktif kronis dapat menyebabkan gangguan endokrin sehingga
menimbulkan penyakit multiple endokrin.

22
C. Kebutuhan Dasar Manusia
a. Mengukur Tekanan Darah (Tensi)
a) Pengertian
Yang dimaksud dengan Tekanan Darah adalah jumlah
tenaga darah yang ditekan terhadap dinding Arteri (pembuluh
nadi) saat Jantung memompakan darah ke seluruh tubuh
manusia. Tekanan darah merupakan salah satu pengukuran
yang penting dalam menjaga kesehatan tubuh, karena Tekanan
darah yang tinggi atau
Hipertensi dalam jangka panjang akan menyebabkan
perenggangan dinding arteri dan mengakibatkan pecahnya
pembuluh darah. Pecahnya pembuluh darah inilah yang
menyebabkan terjadinya Stroke. Beberapa penyakit yang
diakibatkan oleh Tekanan darah tinggi diantaranya adalah
Stroke, Penyakit Jantung, Penyakit Ginjal dan Aneurisma.

Gambar : Tensimeter (Alat mengukur tekanan darah)

23
b) Pembacaan tekanan darah
Tidak ada pembacaan ideal atau tekanan darah normal.
Angka-angka berikut seharusnya hanya digunakan sebagai
panduan:
a) Tekanan darah rendah di bawah 90/60
b) Tekanan darah normal umumnya antara 90/60 dan 120/80
c) Normal tekanan darah tinggi antara 120/80 dan 140/90
d) Tekanan darah tinggi sama dengan atau lebih dari 140/90
e) Tekanan darah yang sangat tinggi sama dengan atau lebih
dari 180/110.
Tekanan darah tinggi biasanya tidak memberikan tanda-
tanda peringatan. Anda dapat memiliki tekanan darah tinggi
dan merasa sangat baik. Satu-satunya cara untuk mengetahui
apakah tekanan darah Anda tinggi adalah dengan itu diperiksa
secara teratur oleh dokter Anda.

24
c) Pemeriksaan Tekanan Darah Rutin
Jika tekanan darah Anda adalah normal dan Anda tidak
memiliki faktor risiko lain untuk penyakit jantung, dan tidak
ada riwayat pribadi atau keluarga tekanan darah tinggi, Anda
harus tetap melaksanakan cek setiap dua tahun dan selama
kunjungan rutin ke dokter Anda.
Jika tekanan darah Anda adalah Tinggi-normal (atau
lebih tinggi), atau jika Anda memiliki faktor risiko lain untuk
penyakit jantung, riwayat pribadi atau keluarga tekanan darah
tinggi, stroke atau serangan jantung, yang terbaik adalah harus
lebih sering diperiksa . Tanyakan kepada dokter Anda untuk
meminta nasihat.

d) Mengelola tekanan darah tinggi


Jika tekanan darah Anda tetap tinggi, hal itu dapat
menyebabkan masalah kesehatan yang serius. Anda akan lebih
beresiko masalah ini jika Anda merokok, kelebihan berat
badan, tidak aktif secara fisik, memiliki diabetes, kolesterol
darah tinggi, terisolasi secara sosial atau mengalami depresi.

Perubahan gaya hidup sangat penting untuk membantu


mengelola tekanan darah tinggi dan menurunkan risiko
penyakit kardiovaskular. Saran meliputi:

1. Mengurangi kelebihan berat badan Anda.


2. Jadilah aktif secara fisik.
3. Batasi asupan alkohol Anda.

25
4. Berhenti merokok.
5. Kurangi asupan garam / sodium Anda.
6. Meningkatkan asupan kalium Anda dengan makan berbagai
buah-buahan, sayuran, kacang-kacangan tanpa
garamsederhana dan kacang-kacangan.

Beberapa orang mungkin juga membutuhkan obat


untuk mengelola tekanan darah tinggi, tetapi masih penting
bagi mereka untuk membuat perubahan gaya hidup juga.

e) Cara Menggunakan Tensimeter

1. Siapkan alat tensimeter dan stetoskop


2. Yakinkan semua sisa udara yang masih terdapat di
dalam bladderpada manset sisa pemeriksaan sebelumnya, sudah
habis dikeluarkan dengan cara menekan-nekannya. Bila masih
ada sisa udara, maka hasil yang didapatkan nanti akan menjadi
kurang tepat.

26
3. Lilitkan manset pada lengan atas dengan menggunakan manset
yang sesuai dengan ukuran lingkar lengan atas pasien. Tensi
meter yang bermutu tinggi, akan memiliki acuan atau
petunjuk arm circumferenceini pada mansetnya yang dapat
dimanfaatkan oleh pemeriksa untuk melihat apakah manset
yang digunakan sudah tepat atau harus diganti dengan yang
lebih besar atau lebih kecil. Manset memiliki 6 ukuran yaitu:
paha, dewasa besar, dewasa, anak-anak, bayi, dan neonatus.
Bila salah menggunakan manset, maka hasil yang didapatkan
nanti bisa menjadi sangat salah.
4. Saat memasangkan manset, juga harus diperhatikan artery
markingatau garis tanda arteri, yang dicetak pada manset.
Garis tanda arteri ini harus diletakkan pada vossa cubiti atau
lipat dalam siku saat pemasangan manset.
5. Kunci air valve atau katup udara dengan kencang.
6. Letakkan chest piece dari stethoscope proximal dari vossa
cubiti(biasanya sedikit dibawah manset).
7. Pompa bulb sampai dengan nadi yang ada pada distal dari
pemasangan manset (bila di lengan biasanya vena radialis yang
diperiksa) sudah tidak teraba lagi, pertanda tekanan sudah
melewati tekanan systolic dari pasien.
8. Lepaskan tekanan dengan memutar air valve berlawanan arah
dengan jarum jam dengan kecepatan 5 mmHg per detik.
Jangan terlalu cepat melepaskannya, karena degupan awal
pertanda tekanan systolicpasien akan terlewat atau tidak
terdengar sehingga pembacaan tekanan pasien terbaca lebih
rendah dari sebenarnya.

27
9. Baca lah hasil tekanan darah pasien dengan satuan sampai 5
mmHg. Jangan membulatkan ke puluhan terdekat, tapi
bulatkanlah ke kelipatan 5 terdekat.

b. Posisi tubuh sesuai Kebutuhan Pasien


a) Posisi Fowler
Adalah posisi setengah duduk atau duduk, di mana bagian
kepala tempat tidur lebih tinggi atau dinaikkan. Posisi ini
dilakukan untuk mempertahankan kenyamanan dan
memfasilitasi fungsi pernapasan pasien.
Cara :
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Dudukkan pasien
3. Berikan sandaran, bantal pada tempat tidur pasien atau
atur tempat tidur posisi semi fowler (30-45 derajat) dan
untuk fowler (90 derajat).
4. Anjurkan pasien untuk tetap berbaring setengah duduk

28
b) Posisi Sim
Adalah posisi miring ke kanan atau miring ke kiri. Posisi ini
dilakukan untuk memberi kenyamanan dan memberikan obat
per anus (supositoria).
Cara :
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Pasien dalam keadaan berbaring kemudian miringkan
ke kiri dengan posisi badan setengah telungkup dan kaki
lurus lutut. Paha kanan ditekuk diarahkan ke dada
3. Tangan kiri di atas kepala atau di belakang punggung
dan tangan kanan di atas tempat tidur
4. Begitu sebaliknya

c) Posisi Trendelenburg
Pada posisi ini pasien berbaring di tempat tidur dengan bagian
kepala lebih rendah dari bagian kaki. Posisi ini dilakukan untuk
melancarkan peredaran darah ke otak.
Cara :
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan

29
2. Pasien dalam keadaan berbaring telentang, letakkan
bantal diantara kepala dan ujung tempat tidur pasien,
dan berikan bantal di bawah lipatan lutut
3. Berikan penopang pada bagian kaki tempat tidur pasien
atau atur tempat tidur khusus dengan meninggikan
bagian kaki pasien

d) Posisi Dorsal Recumbent


Pada posisi ini pasien baring telentang dengan kedua lutu fleksi
(direnggankan di tempat tidur). Posisi ini dilakukan untuk
merawat dan memeriksa genitalia serta proses persalinan.
Cara :
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Pasien dalam keadaan berbaring telentang, pakaian
bawah dibuka
3. Tekuk lutut, renggangkan paha, telapak kaki
menghadap tempat tidur, dan renggangkan kedua kaki
4. Pasang selimut

30
e) Posisi Lithotomi
Pada posisi ini pasien berbaring telentang dengan mengangkat
kedua kaki dan menariknya ke atas bagian perut. Posisi ini
dilakukan untuk emmeriksa genitalia pada proses persalinan
dan memasang alat kontrasepsi.
Cara :
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Pasien dalam keadaan baring telentang kemudian
angkat kedua pahanya tarik ke arah perut
3. Tungkai bawah bentuk sudut 90 derajat terhadap paha
4. Letakkan bagian lutut/kaki pada tempat tidur khusus
untuk posisi lithotomi
5. Pasang selimut

31
f) Posisi genu pectoral
Posisi ini dilakukan untuk memeriksa daerah rektum dan
sigmoid
Cara :
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Anjurkan pasien untuk posisi menungging dengan
kedua kaki ditekuk dan dada menempel pada kasur
3. Pasang selimut pada pasien

c. Latihan Ambulasi
a) Duduk di atas tempat tidur

Cara :
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan

32
2. Anjurkan pasien untuk meletakkan tangan di samping
badannya dengan telapak tangan menghadap ke bawah
3. Berdirilah disamping tempat tidur kemudian letakkan
tangan pada bahu pasien
4. Bantu pasien untuk duduk dan beri penopang bantal

b) Turun dan Berdiri

Cara :
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Atur kursi roda dalam posisi terkunci
3. Berdirilah menghadap pasien dengan kedua kaki
merenggang
4. Fleksikan lutut dan pinggang anda
5. Anjurkan pasien untuk meletakkan kedua tanggannya di
bahu anda dan letakkan tangan anda di samping kanan
dan kiri pinggang pasien
6. Ketika pasien melangkah ke lantai, tahan lutut anda
pada lutut pasien

33
7. Bantu berdiri tegak dan jalan sampai ke kursi
8. Bantu pasien duduk di kursi dan atur posisi agar
nyaman

c) Membantu Berjalan

Cara :
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Najurkan pasien untuk meletakkan tangan di samping
badan atau memegang telapak tangan anda
3. Berdiri di samping pasien dan pegang telapak dan
lengan bahu pasien
4. Bantu pasien berjalan

d. Memandikan pasien
Pasien mungkin tidak mampu untuk mandi, pada tahap ini,
memandikan pasien di tempat tidur akan dilakukan ketika mereka
tidak mampu emmenuhi kebutuhan hygiene mereka sendiri.

34
a) Alat dan Bahan
1. Baskom berisi air hangat (35-43 derajat)
2. Sabun
3. Perlengkapan mandi
4. Handuk bersih
5. Kain sekali pakai
6. Peralatan perawatan rambut
7. Peralatan perawatan kuku
8. Pakaian yang bersih
9. Tempat tidur yang ersih
10. APD

b) Prosedur
1. Jelaskan setiap prosedur pada pasien
2. Siapkan peralatan
3. Jaga privasi
4. Kenakan apron dan cuci tangan

35
5. Isi baskom dengan air hangat, pastikan air hanya setengah
baskom agar tidak tumpah saat dibawa
6. Sesuaikan ketinggian tempat tidur sesuai ketinggian kerja
7. Bantu pasien memperoleh posisi yang nyaman
8. Bantu pasien untuk menanggalkan pakaian (bawahan tetap
dipakai apabila diperlukan)
9. Dengan menggunakan lap bersih , basuh dan keringkan
wajah, leher dan telinga pasien. Motivasi pasien untuk
membantu jika memungkinkan
10. Basuh tangan pasien atau izinkan mereka untuk
membasuhnya sendiri
11. Dengan hanya menyikap bagian tubuh yang dibersihkan,
sabuni, basuh, dan keringkan lengan, (dada teutama di
payudara) dan abdomen, punggung dan tungkai pasien
dengan urutan yang diinginkan pasien.
12. Pakaikan pakaian atas pasien
13. Bersihkan bokong pasien. Sebelumnya minta persetujuan
dahulu. Bersihkan dimulai dari salah satu panggul ke arah
celah bokong. Ulangi dari panggul lainnya.
14. Perawatan genital dapat dilakukan terakhir. Pasien mungkin
mampu menanganinya sendiri.

D. Oral Fisioterapi
a. Pengertian Oral Fisioterapi
Oral fisioterapi adalah tindakan secara mekanis yaitu
tindakan membersihkan gigi dan mulut dari sisa makanan dan

36
debris yang bertujuan untuk mencegah terjadinya penyakit pada
jaringan keras atau lunak.

b. Contoh Oral Fisioterapi


a) Sikat gigi
Merupakan salah satu oral fisioterapi yang digunakan secara
luas untuk membersihkan gigi dan mulut.

(a) Teknik Menyikat Gigi yang Baik dan Benar


1. Letakkan posisi sikat 45 derajat terhadap gusi
2. Gerakan sikat gigi dari arah gusi kebawah untuk gigi
rahang atas (seperi mencungkil)
3. Gerakan sikat dari arah gusi keatas untuk gigi rahang
bawah

37
4. Sikat seluruh permukaan yang menghadap bibir dan
pipi serta permukaan dalam dan luar gigi dengan cara
tersebut
5. Sikat permukaan kunyah gigi dari arah belakang
kedepan
6. Teknik penyikatan gigi harus dapat membersihkan
semua permukaan gigi dan gusi secara efisien terutama
daerah saku gusi dan daerah interdental.
7. Pergerakan sikat gigi tidak boleh menyebabkan
kerusakan jaringan gusi atau abrasi gigi.
8. Teknik penyikatan harus sederhana, tepat, dan efisien
waktu.

(b) Macam-macam Teknik Menyikat Gigi


1. Teknik Vertikal
Teknik vertikal dilakukan dengan kedua rahang
tertutup, kemudianpermukaan bukal gigi disikat dengan
gerakan ke atas dan kebawah. Untuk permukaan lingual
dan palatinal dilakukan gerakan yang sama dengan
mulut yang terbuka. Cara ini terdapat kekurangan yaitu
bila menyikat gigi tidak benar dapat menimbulkan
resesi gusi sehingga akar gigi terlihat (Ginanjar, 2006).

38
A. dari atas ke bawah, B. dari bawah ke atas

2. Teknik Horizontal
Permukaan bukal dan lingual disikat dengan
gerakan ke depan dan ke belakang. Untuk permukaan
oklusal gerakan horizontal yang sering disebut scrub
brush technic dapat dilakukan dan terbukti merupakan
cara yang sesuai dengan bentu anatomis permukaan
oklusal. Kebanyakan orang yang belum diberi pendidikan
khusus, biasanya menyikat gigi dengan teknik vertical dan
horizontal dengan tekanan yang keras. Cara-cara ini tidak
baik karena dapat menyebabkan resesi gusi dan abrasi
gigi.

3. Teknik Roll atau Modifikasi Stillman


Teknik ini disebut ADA-roll Technic, dan merupakan
cara yang paling sering di anjurkan karena sederhana tetapi efisien
dan dapat digunakan diseluruh bagian mulut. Bulu-bulu sikat
ditempatkan pada gusi sejauh mungkin dari permukaan oklusal

39
dengan ujung-ujung bulu sikat mengarah ke apeks dan sisi bulu
sikat digerakkan perlahan-lahan melalui permukaan gigi sehingga
bagian belakang dari kepala sikat bergerak dengan lengkungan.
Pada waktu bulu-bulu sikat melalui mahkota klinis, kedudukannya
hampir tegak lurus permukaan email. Gerakan ini diulang 8-12
kali setiap daerah dengan sistematis sehingga tidak ada yang
terlewat. Cara ini dapat menghasilkan pemijatan gusi dan
membersihkan sisa makanan di daerah interproksimal (Ginanjar,
2006). Menyikat gigi dengan roll teknik untuk membersihkan
kuman yang menempel pada gigi. Teknik roll adalah
menggerakan sikat seperti berputar (Rubianto, 2006).

4. Vibratory Technic
Ada 3 teknik di dalam Vibratory Technic, yaitu :
1) Teknik Charter
Pada permukaan bukal dan labial, sikat di pegang
dengan tangkai dalam kedudukan horizontal. Ujung-ujung bulu
diletakkan pada permukaan gigi membentuk sudut 450 terhadap
sumbu panjang gigi mengarah ke oklusal. Hati-hati jangan
sampai menusuk gusi. Dalam posisi ini sisi dari bulu sikat

40
berkontak dengan tepi gusi, sedangkan ujung dari bulu-bulu
sikat berada pada permukaan gigi. Kemudian sikat ditekan
sedemikian rupa.
Sikat digetarkan dalam lengkungan-lengkungan kecil
sehingga kepala sikat bergerak secara sirkuler, tetapi ujung-
ujung bulu sikat harus tetap ditempat semula. Setiap kali dapat
dibersihkan dua atau tiga gigi. Setelah tiga atau empat
lingkaran kecil, sikat diangkat, lalu ditempatkan lagi pada
posisi yang sama, untuk setiap daerah dilakukan tiga atau
empat kali. Jadi pada teknik ini tidak dilakukan gerakan oklusal
maupun ke apical. Dengan demikian, ujung-ujung bulu sikat
akan melepaskan debris dari permukaan gigi dan sisi bulu sikat
memijat tepi gusi dan gusi interdental.
Permukaan oklusal disikat dengan gerakan yang sama,
hanya saja ujung bulu sikat ditekanke dalam ceruk dan fisura.
Permukaan lingual dan palatinal umumnya sukar dibersihkan
kerena bentuk lengkungan dari barisan gigi. Biasanya kepala
sikat tidak dipegang secara horizontal, jadi hanya bulu-bulu
sikat pada bagian ujung dari kepala sikat yang dapat digunakan.
Metode Charter merupakan cara yang baik untuk pemeliharaan
jaringan tetapi keterampilan yang dibutuhkan cukup tinggi
sehingga jarang pasien dapat melakukannya dengan sempurna.
Metode ini baik untuk membersihkan plak di daerah sela-sela
gigi, pada pasien yang memakai orthodontic cekat/kawat gigi
dan pada pasien dengan gigi tiruan yang permanen (Donna
Pratiwi, 2009)

41
2) Teknik Stillman-McCall
Posisi bulu sikat yang berlawanan dengan Charter. Sikat
gigi di tempatkan sebagian pada gigi dan sebagian pada gusi,
membentuk sudut 450 terhadap sumbu panjang gigi
mengarah ke apical. Kemudian sikat gigi ditekankan
sehingga gusi memucat dan dilakukan gerakan rotasi kecil
tanpa mengubah kedudukan ujung bulu sikat. Penekanan
dilakukan dengan cara sedikit menekuk bulu-bulu sikat
tanpa mengakibatkan friksi atau trauma terhadap gusi. Bulu-
bulu sikat dapat ditekuk ketiga jurusan, tetapi ujung-ujung
bulu sikat harus pada tempatnya.
.

42
3) Teknik Bass
Sikat di tempatkan dengan sudut 450 terhadap sumbu
panjang gigi mengarah ke apikal dengan ujung-ujung bulu
sikat pada tepi gusi. Dengan demikian, saku gusi dapat
dibersihkan dan tepi gusi dapat dipijat. Sikat digerakkan
dengan getaran-getaran kecil ke depan dan ke belakang
selama kurang lebih 10-15 detik ke setiap daerah yang
meliputi dua atau tiga gigi. Untuk permukaan lingual dan
palatinal gigi belakang agak menyudut (agak horizontal) dan
pada gigi depan, sikat dipegang vertical.

4) Teknik Fones atau Teknik Sirkuler


Bulu-bulu sikat ditempatkan tegak lurus pada
permukaan bukal dan labial dengan gigi dalam keadaan
oklusi. Sikat digerakkan dalam lingkaran-lingkaran besar
sehingga gigi dan gusi rahang atas dan rahang bawah disikat
sekaligus. Daerah interproksimal tidak diberi perhatian
khusus. Setelah semua permukaan bukal dan labial disikat,
mulut dibuka lalu permukaan lingual dan palatinal disikat
dengan gerakan yang sama, hanya dalam lingkaran-
lingkaran yang lebih kecil. Karena cara ini agak sukar

43
dilakukan di lingual dan palatinal, dapat dilakukan gerakan
maju-mundur untuk daerah ini.

5) Teknik Fisiologik
Untuk teknik ini digunakan sikat gigi dengan bulu-bulu
yang lunak. Tangkai sikat gigi dipegang secara horizontal
dengan bulu-bulu sikat tegak lurus terhadap permukaan
gigi. Metode ini didasarkan atas anggapan bahwa
penyikatan gigi harus menyerupai jalannya makanan, yaitu
dari mahkota kearah gusi. Setiap kali dilakukan beberapa
kali gerakan sebelum berpindah ke daerah selanjutnya.
Teknik ini sukar dilakukan pada permukaan lingual dari
premolar dan molar rahang bawah sehingga dapat diganti
dengan gerakan getaran dalam lingkaran kecil. Bulu-bulu
sikat gigi ditempatkan pada sudut kurang lebih 45 0 terhadap
sumbu panjang gigi ke arah okusal, kemudian dengan
menggunakan tekanan bulu-bulu sikat digetarkan di antara
gigi-gigi disertai gerakan-gerakan rotasi kecil.
Dengan demikian, sisi dari bulu-bulu sikat berkontak
dengan pinggiran gusi dan menghasilkan pemijatan yang
ideal. Setelah 3 atau lingkaran kecil tanpa mengubah
posisi, bulu-bulu sikat diangkat dan diletakkan kembali
pada posisi yang sama. Prosedur ini dilakukan sampai
seluruh permukaan bukal, labial, dan lingual, serta
interproksimal bersih. Permukaan oklusal dibersihkan
dengan cara menekan bulu sikat ke dalam ceruk dan fisura
kemudian dilakukan gerakan rotasi kecil, sikat diangkat dan

44
diletakkan kembali. Prosedur ini harus dilakukan berulang
kali sampai seluruh permukaan kunyah menjadi bersih.

6) Teknik Kombinasi
Teknik ini menggabungkan teknik menyikat gigi horizontal
(kiri-kanan), vertical (atas-bawah), dan sirkular (memutar),
(Rini,2007). Setelah itu dilakukan penyikatan pada lidah
diseluruh permukaanya, terutama bagian atas lidah.
Gerakan pada lidah tidak ditemukan, namun umumnya
adalah dari pangkal belakang lidah sampai ujung( Donna
Pratiwi,2009).

b) Kain kasa

(a) Alat dan Bahan


1. Handuk dan kain pengalas
2. Gelas kumur berisi : air masak/NaCl, Obat kumur,
Boraks Gliserin
3. Spatel lidah telah dibungkus kain kasa
4. Kapas lidi
5. Bengkok/nierbeken

45
6. Kain kasa
7. Pinset/arteri clamp
8. Sikat gigi dan pasta gigi
(b) Prosedur Kerja
1. Jelaskan prosedur pada pasien
2. Cuci tangan
3. Atur posisi pasien
4. Pasang handuk di bawah dagu dan pipi pasien
5. Ambil pinset dan bungkus dengan kain kasa yang berisi
air dan NaCl
6. Anjurkan pasien untuk membuka mulut dengan sudip
lidah bila pasien tidak sadar
7. Pembersihan dimulai dari dinding rongga mulut, gusi,
gigi, lidah, bibir dan bila sudah kotor letakkan di
bengkok
8. Lakukan hingga bersih, setelah itu oleskan boraks
gliserin
9. Untuk perawatan gigi, lakukan penyikatan dengan
gerakan naik turun dan bilas lalu keringkan
10. Cuci tangan

c) Dental floss
Dental floss jadi salah satu barang wajib untuk menjaga
kebersihan gigi. Meski bukan hal yang baru, namun masih
banyak orang yang belum paham cara menggunakan dental
floss dengan benar. Sehingga kebanyakan dari kita memilih
tidak menggunakannya, lebih disebabkan karena tidak

46
paham. Padahal, cara penggunaannya cukup mudah. Pertama,
gulung benang pada jari tengah dan arahkan perlahan pada
sela-sela gigi.
Setelah benang berada di sela-sela gigi, tarik benang ke
arah depan dan gerakkan ke atas dan bawah selama 3-4 kali.
Tarik benang sedalam mungkin (hingga di bawah gusi) tanpa
melukai gusi.

d) Membersihkan Gigi Palsu


(a) Alat dan Bahan
1. Sarung tangan disposabel
2. Tisu atau sepotong kasa
3. Wadah gigi palsu
4. Waslap bersih
5. Sikat gigi atau sikat berbulu kaku
6. Pembersih gigi palsu

47
7. Air hangat
8. Wadah obat kumur
9. Bengkok
10. Handuk

(b) Prosedur

1. Carilah wadah yang cukup besar untuk menampung gigi


palsu.Anda bisa menggunakan gelas, cangkir, mangkuk,
atau wadah makanan untuk menuangkan larutan cuka.
Pastikan wadah cukup besar sehingga gigi palsu bisa
terendam seluruhnya. Usahakan untuk menggunakan
wadah kaca karena cuka bisa merusak plastik dan
material berpori lainnya.

2. Belilah cuka putih suling. Sebaiknya gunakan cuka


putih untuk membuat larutan pembersih ini. Cuka
masak atau cuka yang diberi perasa dapat meninggalkan
rasa yang tidak enak pada gigi palsu. Cuka putih suling
dalam kemasan botol bisa dibeli dengan harga cukup

48
murah di hampir semua toko swalayan. Jangan
menggunakan cuka apel, cuka anggur merah, cuka
balsamic, atau cuka lain selain cuka putih hasil
penyulingan.

3. Campurkan air dan cuka dengan perbandingan yang


sama. Tuangkan larutan yang terdiri dari 50% cuka dan
50% air ke dalam wadah yang akan digunakan untuk
merendam gigi palsu. Pastikan larutan cukup banyak
agar gigi palsu terendam seluruhnya. Anda bisa
membuat larutan cuka dan air sebagai bagian dari
rutinitas malam hari menjelang tidur, sama seperti
membasuh wajah atau mengganti pakaian tidur. Dengan
begitu, Anda tinggal mencemplungkan gigi palsu
kemudian melenggang menuju tempat tidur.

49
4. Konsultasikan dengan dokter gigi sebelum
menggunakan cuka. Sebelum memutuskan memulai
perawatan gigi palsu dengan larutan cuka, dapatkan
persetujuan dari dokter gigi. Penggunaan cuka sebagai
larutan pembersih untuk gigi palsu parsial bisa
berdampak merugikan dalam jangka panjang. Hal ini
disebabkan karena cuka dapat bersifat korosif pada
logam yang biasanya digunakan untuk gigi palsu
parsial.

50
5. Rendamlah gigi palsu selama 15 menit setiap hari.
Petunjuk praktis yang bisa Anda ikuti untuk
membersihkan gigi palsu parsial adalah merendamnya
sekali sehari selama 15 menit saja. Perendaman singkat
ini akan melunakkan lapisan karang yang terbentuk
pada gigi tanpa merusak kaitan logam yang terdapat
pada gigi palsu parsial.

6. Rendam gigi palsu di dalam larutan cuka semalaman.


Jika Anda melihat lapisan tartar tebal (atau disebut
kalkulus) mulai terbentuk pada gigi palsu, berarti sudah
waktunya untuk merendamnya semalaman dalam
larutan cuka. Larutan cuka akan melemahkan senyawa
pembentuk tartar. Sebaiknya tidak merendam gigi palsu
parsial di dalam larutan cuka semalaman, kecuali dokter
gigi mengizinkan. Meskipun tidak ada lapisan tartar
pada gigi palsu, tidak ada salahnya merendamnya dalam
larutan cuka sebagai tindakan pencegahan.Sebagian
dokter gigi menyarankan jika ingin merendam gigi
palsu secara rutin, gunakan larutan yang terdiri dari
10% cuka dicampur dengan air, dan waktu perendaman
tidak boleh lebih dari 8 jam.

51
7. Periksalah kondisi tartar dan endapan gigi setelah
perendaman. Sering kali cuka tidak benar-benar
melarutkan tartar, hanya melunakkannya sehingga Anda
bisa menyikatnya keesokan harinya. Cuka juga tidak
akan menghilangkan noda begitu saja, hanya
memudahkan Anda membersihkannya dengan sikat
gigi.

8. Rendam sikat gigi di dalam larutan pemutih dan air.


Anda harus merendam sikat gigi khusus untuk gigi
palsu (denture brush) di dalam larutan pemutih dan air
(dalam jumlah yang sama) sekali seminggu untuk
mencegah pertumbuhan bakteri. Bilas sikat gigi sampai
bersih sebelum menggunakannya untuk menyikat gigi.

52
9. Keluarkan gigi palsu dari larutan cuka. Keesokan
harinya, bawalah wadah berisi larutan cuka dan gigi
palsu ke wastafel dan nyalakan keran. Isilah wastafel,
kemudian keluarkan gigi palsu dari larutan cuka dengan
tangan, dan pastikan gigi palsu berada di atas air
sehingga tidak akan rusak jika Anda tidak sengaja
menjatuhkannya saat melakukan penyikatan.

10. Sikatlah gigi palsu dengan sikat gigi khusus. Sekarang


gunakan sikat gigi bersih untuk menyikat noda dan
lapisan karang gigi yang terbentuk pada gigi. Menyikat
gigi setelah merendamnya semalaman dalam larutan

53
cuka juga akan membersihkan plak, partikel makanan,
dan bakteri.
Jika noda tidak mau hilang setelah perendaman
pertama, jangan khawatir. Ulangi proses perendaman
sampai noda perlahan-lahan menghilang.
Jika noda tetap membandel meskipun Anda telah
merendam gigi palsu berkali-kali, konsultasikan dengan
dokter gigi. Ini termasuk noda kopi, noda kekuningan,
dan noda lainnya.
Gosok seluruh permukaan gigi palsu, baik bagian dalam
dan luar, dengan sikat gigi biasa atau sikat gigi khusus.
Basahi dahulu sikat gigi sebelum digunakan, dan
lakukan penyikatan secara perlahan.

11. Bilas gigi palsu sampai bersih. Setelah menyikat seluruh


permukaan gigi palsu, bilaslah sampai benar-benar
bersih. Bilas gigi berulang-ulang sampai noda dan tartar
yang menempel di gigi, dan bau cuka benar-benar
hilang. Selain itu, pembilasan membantu membersihkan

54
sisa-sisa kotoran dan menghilangkan rasa cuka pada
gigi.

12. Buang larutan cuka. Setelah digunakan untuk


merendam gigi palsu, buanglah larutan cuka. Jangan
menggunakan kembali larutan cuka yang sudah dipakai
karena sekarang mengandung kotoran yang
ditinggalkan noda, tartar, bakteri, dan apa pun yang
menempel pada gigi.

13. Cobalah rutinitas merendam gigi palsu dalam larutan


cuka selama 15 menit ini setiap hari dan lakukan
perendaman selama semalaman setiap minggu. Metode
ini mencegah terbentuknya tartar karena larutan cuka
mendisinfeksi gigi palsu.

55
14. Jangan pernah merendam gigi palsu parsial atau gigi
palsu dengan lapisan lembut (soft lining) di dalam
larutan cuka dan air. Lapisan cuka bersifat korosif
terhadap logam. Konsultasikan dengan dokter gigi
untuk mengetahui produk atau larutan apa yang paling
tepat.

E. Pelayanan Asuhan Keperawatan Gigi dan Mulut


a. Pengkajian
Tahap pengkajian merupakan fondasi dari proses
keperawatan gigi. Pengkajian adalah seni mengumpulkan dan
menganalisis data-data subyektif maupun obyektif dari klien
dan mengarahkan penilaian kepada kebutuhan manusia dari
klien dan hal-hal yang dapat menghalangi pemenuhan
kebutuhan tersebut yang berhubungan dengan pelayanan
asuhan keperawatan gigi.
Pengkajian yang sistematis dalam keperawatan dibagi
dalam empat tahap kegiatan, yang meliputi ; pengumpulan data,
analisis data, sistematika data dan penentuan masalah. Adapula
yang menambahkannya dengan kegiatan dokumentasi data
(meskipun setiap langkah dari proses keperawatan harus selalu
didokumentasikan juga).
Pengumpulan dan pengorganisasian data harus
menggambarkan dua hal, yaitu : status kesehatan klien dan
kekuatan masalah kesehatan yang dialami oleh klien.

56
Pengkajian keperawatan data dasar yang komprehensif
adalah kumpulan data yang berisikan status kesehatan klien,
kemampuan klien untuk mengelola kesehatan dan
keperawatannya terhadap dirinya sendiri dan hasil konsultasi
dari medis atau profesi kesehatan lainnya.

Ada beberapa proses pengkajian suatu masalah yaitu :

a) Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah pengumpulan informasi


tentang klien yang dilakukan secara sistematis untuk
menentuan masalah-masalah, serta kebutuhan-kebutuhan
keperawatan dan kesehatan klien. Pengumpulan informasi
merupakan tahap awal dalam proses keperawatan gigi.
Dari informasi yang terumpul, didapatkan data dasar
tentang masalah-masalah yang dihadapi klien.
Selanjutnya data dasar tersebut digunaan untuk
menentuan diagnosis keperawatan gigi, merencanakan
asuhan keperawatan gigi, serta tindaan keperawatan untuk
mengatasi masalah-masalah klien.

Pengumpulan data dimulai sejak klien masuk


klinik, selama klien dirawat secara terus-menerus, serta
pengkajian ulang untuk menambah / melengkapi data.

(a) Tujuan pengumpulan data:

57
1. Memperoleh informasi tentang keadaan
kesehatan gigi klien
2. Untuk menentukan masalah keperawatan gigi
klien
3. Untuk menilai keadaan kesehatan gigi klien
4. Untuk membuat keputusan yang tepat dalam
menentukan langah-langkah beriutnya
5. Karakteristik data harus Lengkap, Akurat dan
nyata, Relevan

(b) Jenis data


1. Data Objektif
Merupakan data yang diperoleh melalui
suatupengukuran dan pemeriksaan dengan
menggunakan standart yang diakui (berlaku)
seperti : keadaan rongga mulut, kebersihan gigi,
warna kulit, tanda-tanda vital, tingkat kesadaran,
dll. Data-data tersebut diperoleh melalui `senses`
: Sight, smell, hearing, touch dan taste.
2. Data Subjektif
Merupakan data yang diperoleh dari keluhan-
keluhan yang disampaikan oleh klien, misalnya
rasa nyeri ketika makan, pusing, mual,
ketakutan, kecemasan, ketidaktahuan, dll.
(c) Cara pengumpulan data
Pengumpulan data bias didapat melalui beberapa
teknik diantaranya :

58
1. Wawancara
Tahapannya wawancara / komunikasi :
1) Persiapan
Yaitu dengan membaca kartu status klien,
agar tidak ada prasangka buruk kepada klien.
Jika klien belum bersedia untuk
berkomunikasi, perawat tidak boleh
memaksa atau memberi kesempatan kepada
klien kapan mereka sanggup. Pengaturan
posisi duduk dan teknik yang akan
digunakan dalam wawancara harus disusun
sedemikian rupa guna memperlancar
wawancara.
2) Perkenalan
Langkah pertama perawat dalam mengawali
wawancara adalah dengan memperkenalkan
diri : nama, status, tujuan wawancara, waktu
yang diperlukan dan faktor-faktor yang
menjadi pokok pembicaraan. Perawat perlu
memberikan informasi kepada klien
mengenai data yang terkumpul dan akan
disimpan dimana, bagaimana menyimpannya
dan siapa saja yang boleh mengetahuinya.
3) Isi / tahap kerja
Selama tahap kerja dalam wawancara,
perawat memfokuskan arah pembicaraan

59
pada masalah khusus yang ingin diketahui.
Hal-hal yang perlu diperhatikan :

Fokus wawancara adalah klien :


1. Mendengarkan dengan penuh perhatian.
Jelaskan bila perlu.
2. Menanyakan keluhan yang paling dirasakan
oleh klien
3. Menggunakan bahasa yang mudah dimengeti
4. Gunakan pertanyaan terbuka dan tertutup
tepat pada waktunya
5. Bila perlu diam, memberikan kesempatan
pada klien membuka perasaanya
6. Sentuhan teraputik, bila diperlukan dan
memungkinan.

4) Terminasi
Perawat gigi mempersiapkan untuk
penutupan wawancara. Untuk itu klien harus
mengetahui kapan wawancara dan tujuan
dari wawancara pada awal perkenalan.

b) Pengamatan / observasi
Observasi adalah mengamati perilaku dan keadaan klien untuk
memperoleh data tentang masalah kesehatan dan keperawatan
klien. Observasi dilakukan dengan menggunakan penglihatan
dan alat indra lainnya, melalui rabaan, sentuhan dan

60
pendengaran. Tujuan dari observasi adalah mengumpulkan
data tentang masalah yang dihadapi klien melalui kepekaan
alat panca indra.

c) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik adalah melakukan pemeriksaan fisik klien
untuk menentukan masalah kesehatan klien. Pemeriksaan fisik
dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya adalah
(a) Inspeksi
Adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat
bagian tubuh yang diperiksa melalui pengamatan.
(b) Palpasi
Adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan melalui perabaan
terhadap bagian-bagian tubuh yang mengalami kelainan.
Misalnya adanya tumor, oedema, krepitasi (patah/retak
tulang), dll.
(c) Auskultasi
Adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan melalui
pendengaran. Biasanya menggunakan alat yang disebut
dengan stetoskop. Hal-hal yang didengarkan adalah : bunyi
jantung, suara nafas, dan bising usus.
(d) Perkusi
Adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan mengetuk
bagian tubuh menggunakan tangan atau alat bantu seperti
reflek hammer untuk mengetahui reflek seseorang
(dibicarakan khusus). Juga dilakukan pemeriksaan lain
yang berkaitan dengan kesehatan fisik klien.

61
Misalnya : kembung, batas-batas jantung, batas hepar-paru
(mengetahui pengembangan paru), dll.

d) Analisis Data
Analisis data merupakan kemampuan kognitif dalam
pengembangan daya berfikir dan penalaran yang dipengaruhi oleh
latar belakang ilmu dan pengetahuan, pengalaman, dan pengertian
keperawatan. Dalam melakukan analisis data, diperlukan
kemampuan mengkaitkan data dan menghubungkan data tersebut
dengan konsep, teori dan prinsip yang relevan untuk membuat
kesimpulan dalam menentukan masalah kesehatan dan
keperawatan klien.
Fungsi analisis :
1. Dapat menginterpretasi data keperawatan dan kesehatan gigi,
sehingga data yang diperoleh memiliki makna dan arti dalam
menentukan masalah dan kebutuhan klien
2. Sebagai proses pengambilan keputusan dalam menentukan
alternatif pemecahan masalah yang dituangkan dalam rencana
asuhan keperawatan gigi, sebelum melakukan tindakan
keperawatan gigi.

F. Komunikasi terapeutik
Dalam membina hubungan terapeutik (berinteraksi) dengan
pasien, perawat mempunyai empat tahapan yang pada setiap tahapnya
mempunyai tugas yang berbeda-beda dan harus diselesaikan oleh
perawat (Stuart dan Sundeen, dalam Christina, dkk, 2003) :

62
a. Tahap persiapan (Prainteraksi)
Tahap Persiapan atau prainteraksi sangat penting dilakukan sebelum
berinteraksi dengan klien (Christina, dkk, 2002). Pada tahap ini
perawat menggali perasaan dan mengidentifikasi kelebihan dan
kekurangannya, juga mencari informasi tentang klien. Kemudian
perawat merancang strategi untuk pertemuan pertama dengan klien.
Tahap ini harus dilakukan oleh perawat untuk memahami dirinya
dan menyiapkan diri (Suryani, 2005).
Tugas perawat pada tahap ini antara lain:
1) Mengeksplorasi perasaan, harapan, dan kecemasan.
Sebelum berinteraksi dengan klien, perawat perlu
mengkaji perasaannya sendiri (Stuart, G.W dalam Suryani,
2005). Perasaan apa yang muncul sehubungan dengan
interaksi yang akan dilakukan. Apakah ada perasaan
cemas? Apa yang dicemaskan? (Suryani, 2005).
2) Menganalisis kekuatan dan kelemanhan sendiri. Kegiatan
ini sangat penting dilakukan agar perawat mampu
mengatasi kelemahannya secara maksimal pada saat
berinteraksi dengan klien. Misalnya seorang perawat
mungkin mempunyai kekuatan mampu memulai
pembicaraan dan sensitif terhadap perasaan orang lain,
keadaan ini mungkin bisa dimanfaatkan perawat untuk
memudahkannya dalam membuka pembicaraan dengan
klien dan membina hubungan saling percaya (Suryani,
2005).
3) Mengumpulkan data tentang klien. Kegiatan ini juga
sangat penting karena dengan mengetahui informasi

63
tentang klien perawat bisa memahami klien. Paling tidak
perawat bisa mengetahui identitas klien yang bisa
digunakan pada saat memulai interaksi (Suryani, 2005).
4) Merencanakan pertemuan yang pertama dengan klien.
Perawat perlu merencanakan pertemuan pertama dengan
klien. Hal yang direncanakan mencakup kapan, dimana,
dan strategi apa yang akan dilakukan untuk pertemuan
pertama tersebut (Suryani, 2005).

b. Tahap perkenalan (Orientasi)


Perkenalan merupakan kegiatan yang dilakukan saat pertama
kali bertemu atau kontak dengan klien (Christina, dkk, 2002). Pada
saat berkenalan, perawat harus memperkenalkan dirinya terlebih
dahulu kepada klien (Brammer dalam Suryani, 2005). Dengan
memperkenalkan dirinya berarti perawat telah bersikap terbuka pada
klien dan ini diharapkan akan mendorong klien untuk membuka
dirinya (Suryani, 2005). Tujuan tahap ini adalah untuk memvalidasi
keakuratan data dan rencana yang telah dibuat dengan keadaan klien
saat ini, serta mengevaluasi hasil tindakan yang lalu (Stuart, G.W
dalam Suryani, 2005).
Tugas perawat pada tahap ini antara lain:
1) Membina rasa saling percaya, menunjukkan penerimaan, dan
komunikasi terbuka. Hubungan saling percaya merupakan kunci
dari keberhasilan hubungan terapeutik (Stuart, G.W dalam
Suryani, 2005), karena tanpa adanya rasa saling percaya tidak
mungkin akan terjadi keterbukaan antara kedua belah pihak.
Hubungan yang dibina tidak bersifat statis, bisa berubah

64
tergantung pada situasi dan kondisi (Rahmat, J dalam Suryani
2005). Karena itu, untuk mempertahankan atau membina
hubungan saling percaya perawat harus bersikap terbuka, jujur,
ikhlas, menerima klien apa adanya, menepati janji, dan
menghargai klien (Suryani, 2005).
2) Merumuskan kontrak pada klien (Christina, dkk, 2002). Kontrak
ini sangat penting untuk menjamin kelangsungan sebuah
interaksi (Barammer dalam Suryani, 2005). Pada saat
merumuskan kontrak perawat juga perlu menjelaskan atau
mengklarifikasi peran-peran perawat dan klien agar tidak terjadi
kesalah pahaman klien terhadap kehadiran perawat. Disamping
itu juga untuk menghindari adanya harapan yang terlalu tinggi
dari klien terhadap perawat karena klien menganggap perawat
seperti dewa penolong yang serba bisa dan serba tahu (Gerald, D
dalam Suryani, 2005). Perawat perlu menekankan bahwa
perawat hanya membantu, sedangkan kekuatan dan keinginan
untuk berubah ada pada diri klien sendiri (Suryani, 2005).
3) Menggali pikiran dan perasaan serta mengidentifikasi masalah
klien. Pada tahap ini perawat mendorong klien untuk
mengekspresikan perasaannya. Dengan memberikan pertanyaan
terbuka, diharapkan perawat dapat mendorong klien untuk
mengekspresikan pikiran dan perasaannya sehingga dapat
mengidentifikasi masalah klien. merumuskan tujuan dengan
klien. Perawat perlu merumuskan tujuan interaksi bersama klien
karena tanpa keterlibatan klien mungkin tujuan sulit dicapai.
Tujuan ini dirumuskan setelah klien diidentifikasi.

65
4) Fase orientasi, fase ini dilaksanakan pada awal setiap pertemuan
kedua dan seterusnya, tujuan fase ini adalah memvalidasi
keakuratan data, rencana yang telah dibuat dengan keadaan klien
saat ini, dan mengevaluasi hasil tindakan yang lalu. Umumnya
dikaitkan dengan hal yang telah dilakukan bersama klien
(Cristina, dkk, 2002).

c. Tahap kerja
Tahap kerja ini merupakan tahap inti dari keseluruhan proses
komunikasi terapeutik (Stuart, G.W dalam Suryani, 2005). Pada
tahap ini perawat dan klien bekerja bersama-sama untuk mengatasi
masalah yang dihadapi klien. Pada tahap kerja ini dituntut
kemampuan perawat dalam mendorong klien mengungkap perasaan
dan pikirannya. Perawat juga dituntut untuk mempunyai kepekaan
dan tingkat analisis yang tinggi terhadap adanya perubahan dalam
respons verbal maupun nonverbal klien.
Pada tahap ini perawat perlu melakukan active listening karena
tugas perawat pada tahap kerja ini bertujuan untuk menyelesaikan
masalah klien. Melalui active listening, perawat membantu klien
untuk mendefinisikan masalah yang dihadapi, bagaimana cara
mengatasi masalahnya, dan mengevaluasi cara atau alternatif
pemecahan masalah yang telah dipilih.
Perawat juga diharapkan mampu menyimpulkan
percakapannya dengan klien. Tehnik menyimpulkan ini merupakan
usaha untuk memadukan dan menegaskan hal-hal penting dalam
percakapan, dan membantu perawat-klien memiliki pikiran dan ide
yang sama (Murray, B & Judth dalam Suryani, 2005). Tujuan tehnik

66
menyimpulkan adalah membantu klien menggali hal-hal dan tema
emosional yang penting (Fontaine & Fletcner dalam Suryani, 2005)

d. Tahap terminasi
Terminasi merupakan akhir dari pertemuan perawat dengan
(Christina, dkk, 2002). Tahap ini dibagi dua yaitu terminasi
sementara dan terminasi akhir (Stuart, G.W dalam Suryani, 2005).
Terminasi sementara adalah akhir dari tiap pertemuan perawat-
klien, setelah terminasi sementara, perawat akan bertemu kembali
dengan klien pada waktu yang telah ditentukan. Terminasi akhir
terjadi jika perawat telah menyelesaikan proses keperawatan secara
keseluruhan.
Tugas perawat pada tahap ini antara lain:
1) Mengevaluasi pencapaian tujuan dari interaksi yang telah
dilaksanakan. Evaluasi ini juga disebut evaluasi objektif. Dalam
mengevaluasi, perawat tidak boleh terkesan menguji
kemampuan klien, akan tetapi sebaiknya terkesan sekedar
mengulang atau menyimpulkan.
2) Melakukan evaluasi subjektif. Evaluasi subjektif dilakukan
dengan menanyakan perasaan klien setelah berinteraksi dengan
perawat. Perawat perlu mengetahui bagaimana perasaan klien
setelah berinteraksi dengan perawat. Apakah klien merasa
bahwa interaksi itu dapat menurunkan kecemasannya? Apakah
klien merasa bahwa interaksi itu ada gunanya? Atau apakah
interaksi itu justru menimbulkan masalah baru bagi klien.
3) Menyepakati tindak lanjut terhadap interaksi yang telah
dilakukan. Tindakan ini juga disebut sebagai pekerjaan rumah

67
untuk klien. Tindak lanjut yang diberikan harus relevan dengan
interaksi yang akan dilakukan berikutnya. Misalnya pada akhir
interaksi klien sudah memahami tentang beberapa alternative
mengatasi marah. Maka untuk tindak lanjut perawat mungkin
bisa meminta klien untuk mencoba salah satu dari alternative
tersebut.
4) Membuat kontrak untuk pertemuan berikutnya. Kontrak ini
penting dibuat agar terdapat kesepakatan antara perawat dan
klien untuk pertemuan berikutnya. Kontrak yang dibuat
termasuk tempat, waktu, dan tujuan interaksi. Stuart G.W.
(1998) dalam Suryani (2005), menyatakan bahwa proses
terminasi perawat-klien merupakan aspek penting dalam asuhan
keperawatan, sehingga jika hal tersebut tidak dilakukan dengan
baik oleh perawat, maka regresi dan kecemasan dapat terjadi
lagi pada klien. Timbulnya respon tersebut sangat dipengaruhi
oleh kemampuan perawat untuk terbuka, empati dan responsif
terhadap kebutuhan klien

68
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penyakit sistemik adalah symptom penyakit yang


bertalian dengan adanya kelainan kondisi system metabolisme
tubuh manusia bisa karena adanya alergi/kepekaan tubuh
terhadap suatu unsur / zat tertentu bakteri tertentu atau suatu
kondisi yang memicu berkembangnya suatu penyakit menadi
komplikatip.

Contoh : karena seseorang sangat buruk kondisi


ksehatan giginya , maka muncul simtom penyakit leukimia,
anemia, DM (diabetes melitus), herpes, dll.

B. Saran
1. Saran Bagi Mahasiswa Keperawatan

Seluruh mahasiswa keperawatan agar meningkatkan


pemahamannya terhadap penyakit sistemik, oral fisioterapi,
dan kebutuhan dasar manusia yang sehingga dapat
dikembangkan dalam tatanan layanan keperawatan.

2. Saran Bagi Perawat


Diharapkan agar perawat bisa menindaklanjuti penyakit
tersebut melalui kegiatan riset sebagai dasar untuk
pengembangan Evidence Based Nursing Practice di

69
Lingkungan Rumah Sakit dalam seluruh tatanan layanan
kesehatan

3. Saran Bagi Institusi Pendidikan


Bagi institusi pendidikan hendaknya menyediakan buku
buku yang ada kaitannya dengan penyakitsistemik, oral
fisioterapi, kebutuhan dasar manusia, sehingga menambah
referensi.

70
Daftar Pustaka

Dingwall Lindsay. 2002. Higiene Personal. UK: University of Dundee.

H. A. Aziz Alimul. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba Medika.

Wangsaraharja Kartika. 2009. Penyakit Mukosa Mulut. Tangerang: Binarupa Aksara.

71

Вам также может понравиться