Вы находитесь на странице: 1из 27

Case Study Research inAccounting

David J. Cooper and Wayne Morgan

Sinopsis: Kami membahas tentang penelitian studi kasus dan menjelaskan manfaatnya bagi
pengembangan teori dan praktik. Daripada memperbandingkan sifat komplementer antar
metode penelitian, kami lebih menekankan pada manfaat studi kasus untuk memahami situasi
ketidakpastian, ketidakstabilan, keunikan, dan konflik nilai. Kami memperkenalkan konsep
phronesis - analisis tentang tindakan-tindakan yang dianggap praktis dan rasional dalam
konteks tertentu - dan menunjukkan nilai studi kasus untuk pengembangan, dan refleksi
terhadap pengetahuan profesional. Hasil-hasil penelitian studi kasus dalam akuntansi
manajerial, audit, dan akuntansi keuangan menggambarkan kekuatan studi kasus untuk
pengembangan teori dan potensinya untuk menghasilkan pengetahuan baru. Kami menarik
kesimpulan atas perdebatan kesalahpahaman umum tentang penelitian studi kasus dan
menyarankan bagaimana penghambat penelitian studi kasus dapat diatasi, yang menurut kami
hal tersebut merupakan langkah penting agar penelitian akuntansi menjadi lebih relevan.
Latar Belakang
Penelitian akuntansi selalu dipertanyakan tentang manfaat praktis dan capaian ilmiahnya.
Studi kasus dapat membantu peneliti menanggapi tantangan ini dan berkontribusi pada
pengetahuan yang relevan. Kami menggunakan contoh-contoh dari keuangan, akuntansi
manajerial dan audit untuk menunjukkan manfaat studi kasus dalam penelitian akuntansi,
baik untuk pengembangan teori dan untuk memperbaiki praktik. Untuk itu, kami
mengidentifikasi empat jenis studi kasus dan menunjukkan bagaimana masing-masing jenis
dapat meningkatkan penelitian dan praktik akuntansi.
Kebanyakan akuntan terbiasa dengan studi kasus dalam kaitannya dengan pengajaran.
Mereka memberikan contoh nyata yang dapat digunakan untuk berbagai tujuan, paling tidak
untuk menghasilkan apresiasi terhadap bagaimana prinsip umum dapat diterapkan dalam
situasi yang spesifik, dan sering kali kompleks. Dalam artikel ini, kami fokus pada studi
kasus untuk tujuan penelitian, untuk menunjukkan bagaimana manfaatnya yang telah diakui
secara luas untuk tujuan pengajaran juga dapat meningkatkan penelitian akuntansi. Perbedaan
mendasar antara pengajaran dan penelitian dengan studi kasus adalah peran utama teori.
Selain itu, kami menunjukkan bagaimana penelitian studi kasus sangat berharga bagi praktisi.
Studi kasus adalah pendekatan penelitian, cara yang sistematis dan terorganisir untuk
menghasilkan informasi tentang suatu topik, dan juga menghasilkan suatu produk dari
pendekatan ini, misalnya, sebuah artikel (Stake, 2000). Untuk pendekatan yang kami

1
rekomendasikan, berbagai persyaratan dapat digunakan, termasuk studi lapangan, studi
interpretif, penelitian kualitatif, studi kecil (sampel kecil), penelitian tindakan, dan penelitian
konstruktif. Sayangnya, tidak satupun dari istilah ini sepenuhnya memuaskan karena berbagai
alasan. Bagi kami, penelitian studi kasus adalah pemeriksaan yang mendalam dan kontekstual
mengenai organisasi atau kejadian spesifik yang secara eksplisit mengarah pada teori.
Pendekatan studi kasus tidak menentukan teori apa atau metode mana yang harus digunakan
untuk mengumpulkan dan menganalisis data. Berdasarkan permasalahan dan pertanyaan
penelitian yang diajukan, berbagai metode dapat digunakan, termasuk analisis bahan arsip,
observasi, wawancara, dan teknik kuantitatif. Studi kasus berfokus pada suatu organisasi
tertentu, kejadian, atau fenomena, dan meneliti aktivitas dan pengalaman dari mereka yang
terlibat, serta konteks di mana aktivitas dan pengalaman ini terjadi (Stake,2000). Pendekatan
penelitian studi kasus berguna dimana peneliti sedang menyelidiki:
fenomena kompleks dan dinamis dimana banyak variabel (termasuk variabel yang
tidak dapat dikuantifikasikan) yang terlibat.
praktik aktual, termasuk rincian suatu kegiatan yang mungkin biasa, tidak biasa, atau
jarang terjadi, (misalnya perubahan peraturan akuntansi); dan
fenomena di mana konteksnya sangat penting karena konteksnya mempengaruhi
fenomena yang diteliti (dan di mana fenomena tersebut juga dapat berinteraksi dan
mempengaruhi konteksnya).
Yin 1989 mencatat bahwa studi kasus cocok untuk menjawab pertanyaan "bagaimana" dan
"mengapa". Selanjutnya, penelitian studi kasus yang dilakukan dengan baik menjawab
bagaimana dan mengapa untuk meyakinkan dan menjelaskan kepada pembaca dalam
memahami dan mengingat temuan yang diteliti.
Praktisi menyatakan pertanyaan "bagaimana" adalah sangat penting - misalnya, studi kasus
sangat berharga dalam menjelaskan rincian tentang bagaimana inovasi akuntansi dan auditing
benar-benar dilakukan. Memberikan rincian membantu mengubah pengetahuan yang bersifat
pribadi, misalnya, prosedur dan perhitungan terperinci yang tersembunyi dalam laporan atau
pikiran sang inovator menjadi pengetahuan yang tersedia untuk umum. Berbeda dengan
"penelitian tindakan" (Kaplan 1998), sebuah theory-oriented case study memerlukan
penjelasan mendalam tentang teori yang mendasari analisis kasus, dan dalam kontribusi
terhadap pengembangan atau pengujian teori.

2
Studi kasus juga membahas pertanyaan "mengapa", yang menggambarkan mengapa sesuatu
dilakukan atau terjadi, atau kapan dan mengapa sesuatu bekerja. Schon (1983, 50)
berpendapat bahwa studi kasus sangat berharga untuk "keseluruhan proses refleksi-tindakan,
yang merupakan 'seni' bagi para praktisi dalam memahami situasi ketidakpastian,
ketidakstabilan, keunikan dan konflik nilai. "Penelitian kasus semacam itu
mempertimbangkan nilai, minat, dan operasi kekuasaan yang terlibat - siapa yang
mendapatkan, siapa yang kalah, dan mengapa. Sementara peneliti mungkin tidak setuju
tentang apa yang harus dilakukan, kasus yang baik akan merangsang refleksi dan
pembelajaran tentang tindakan semua pihak yang terlibat, termasuk peneliti. Para periset atau
peneliti konstruktivis sering menggunakan kasus untuk menggambarkan contoh-contoh
intervensi akuntansi, namun mereka juga sering mengabaikan pelajaran teoritis yang bisa
dipelajari (Jonsson dan Lukka 2007)
Meskipun pendekatan penelitian lain juga dapat berfokus pada how atau why, pendekatan
non-kasus biasanya menekankan pertanyaan yang berbeda. Analisis statistik dengan
menggunakan kumpulan data yang besar memiliki keunggulan komparatif dalam menjawab
pertanyaan "how much", seperti ukuran rata-rata kompensasi CEO atau perbedaan rata-rata
kompensasi untuk perusahaan, misalnya ROA tinggi versus rendah. Percobaan mungkin
sangat membantu dalam menjawab pertanyaan "what" seperti jenis respons individu terhadap
ukuran atau pengungkapan akuntansi yang diusulkan. Studi kasus, archival research, dan
eksperimen merupakan pendekatan penelitian yang saling melengkapi.
Untuk menggambarkan sifat komplementer dari tiap pendekatan yang berbeda, misalnya
sebuah perusahaan akuntansi ingin memperbaiki auditnya, maka hal yang dapat dilakukan
adalah:
menganalisis data secara statistik terhadap akun-akun tertentu;
melakukan pilot studi (eksperiment) sebelum menerapkan suatu prosedur audit baru; dan
melakukan studi kasus (study the best-practice cases of audit), untuk mengetahui
bagaimana klien, staf audit, regulator, dan mitra mungkin berbeda dalam penilaian mereka
tentang hal terbaik.
Kualitas keseluruhan analisis dan keputusan perusahaan akuntansi ditingkatkan dengan
menggunakan semua pendekatan untuk memperoleh dan menilai pengetahuan. Apakah
digunakan sendiri atau bersamaan dengan pendekatan penelitian lainnya, studi kasus dapat
memberi kontribusi wawasan bagi praktisi dan peneliti.

3
DEVELOPING KNOWLEDGE VIA CASES
Penelitian studi kasus terdapat dalam berbagai bentuk, dan memiliki potensi signifikan untuk
membuat penelitian yang relevan dalam dunia praktik. Pembatasan ini mengharuskan kita
menjelaskan lebih jauh kriteria untuk menilai relevansi penelitian akuntansi dan bagaimana
kaitannya dengan keahlian profesional. Sementara itu, idealnya pengetahuan umumnya dapat
direplikasi, dapat ditiru, dapat dicapai oleh ilmu alam secara empiris, dan dapat membantu
menjawab berbagai pertanyaan dalam akuntansi, beberapa komentator telah menunjukkan
keterbatasan dari keberhasilan penelitian akuntansi yang menghasilkan pengetahuan yang
bermanfaat. Penelitian akuntansi hanya memiliki sedikit keberhasilan dalam kapasitasnya (1)
untuk menggeneralisasi (Bricker et al. 2003) ditemukan sedikit dampak penelitian akuntansi
mengenai keuangan atau ekonomi, atau (2) yang relevan dengan praktisi (Reiter & Williams,
2002) dalam menggambarkan pertanyaan praktisi mengenai relevansi penelitian akuntansi,
asumsi yang digunakan, dan ketidakmampuan untuk menguji kompleksitas fenomena.
Demski dkk. (1991) memberikan kritik lebih lanjut tentang keadaan sebagian besar penelitian
akuntansi dalam hal kurangnya kontribusi intelektual dan praktis. Dengan menambahkan
pendekatan metode studi kasus terhadap pengembangan, pengujian, dan penggunaan
pengetahuan, kami percaya bahwa penelitian akuntansi dapat dilakukan menjadi lebih sukses.
Penelitian studi kasus sangat berguna dalam mengajukan pertanyaan, menyoroti isu,
pengembangan dan pengujian teori, dan memberikan panduan dalam memecahkan
masalah.
Studi Kasus dapat dipilih untuk memahami diskontinuitas dan disekuilibrium,
sedangkan studi dengan sampel besar cenderung mengasumsikan stabilitas temporal
dan menekankan ekuilibrium. Ini adalah sebuah keuntungan penting dari studi kasus.
Starbuck (1993) mengemukakan bahwa untuk memahami perbedaan yang signifikan,
dibandingkan berbagi semua sifat umum organisasi, orang harus melihat sistem untuk
mencegah dan mencari beragam perspektif. Studi kasus sering dipilih untuk belajar dari
kejadian ekstrim yang mengganggu rutinitas; mengekspos perbedaan antara aktor, sistem,
dan organisasi yang serupa; dan mengaktifkan proses yang berusaha mengembalikan
keseimbangan. Proses ini lebih mungkin daripada studi ekuilibrium untuk mengungkapkan
kondisi yang tersembunyi dan kendala sistem. Banyak kasus penting di Indonesia, akuntansi
manajemen memeriksa organisasi yang membuat perubahan substantif terhadap budaya,
sistem manajemennya, atau praktik akuntansi (Berry et al. 1985; Dent 1991; Miller dan
O'Leary 1993). Melemahnya pasar saham juga dapat dianggap sebagai goncangan, dan Rosen

4
(1990) Analisis etnografi dari melemahnya pasar saham tahun 1987 mengambil keuntungan
dari kesempatan yang diberikan oleh goncangan ini dalam meneliti jaringan sosial, ekonomi,
dan politik yang terlibat dalam upaya mengembalikan keseimbangan dan kepercayaan pasar.
Sensitivitas terhadap konteks penelitian studi kasus memungkinkan dan mendorong
peneliti untuk mempertimbangkan pertanyaannya yang mungkin tidak dipertimbangkan
dalam pendekatan penelitian lainnya. Peneliti dapat memilih kasus dimana penggunaan
informasi akuntansi diperdebatkan, mungkin mengakibatkan keputusan penutupan pabrik
atau memindahkan pekerjaan di luar negeri ke upah rendah atau ekonomi yang kurang diatur.
Funnell (1998) menyediakan sebuah kasus dramatis dan provokatif yang meneliti peraturan
akuntansi dalam korban yang tidak manusiawi melalui kuantifikasinya. Kasus selanjutnya
kemudian dapat dipilih untuk mengidentifikasi situasi serupa di mana akuntansi mungkin
telah membuat orang-orang terkena keputusan yang tak manusiawi. Kasus provokatif bisa
meningkatkan keprihatinan umum yang penting, dan pertimbangan tentang mereka dapat
membantu akuntan dan pembuat kebijakan menilai batas dalam melihat akuntansi sebagai
teknologi netral. Tentu saja, Penelitian provokatif harus dilaksanakan dengan baik, sehingga
pembaca bisa yakin bahwa buktinya diperiksa secara hati-hati, Seperti catatan Yin (1989),
kasus ini harus menunjukkan bukti yang cukup, mempertimbangkan perspektif alternatifnya,
dan lengkap.
Isu kritis dalam penelitian akuntansi, dan juga praktiknya, adalah cara terbaik untuk
menghasilkannya informasi yang relevan terkait dengan beberapa masalah atau teori. Banyak
penelitian di bidang akuntansi berfokus pada penentuan rata-rata variabel perilaku dalam
sampel besar dengan tujuan menghasilkan generalisasi yang andal dan valid untuk populasi
yang lebih luas. Penelitian semacam itu sesuai untuk masalah seperti reaksi pasar modal
terhadap peraturan akuntansi baru atau tanggapan rata-rata pekerja mengubah standar kinerja.
Seperti yang diamati oleh Starbuck (1993), pengetahuan yang dihasilkannya, Metode ini
berguna untuk beberapa masalah, tapi bukan yang lain. Pernyataan mungkin benar untuk
populasi tapi salah untuk setiap anggota populasi tersebut (misalnya, rata-rata keluarga
memiliki 2.1 anak). Selanjutnya, untuk meningkatkan pembelajaran, kita mungkin juga
tertarik pada hasil yang ekstrem. Resonansi populer buku manajemen, seperti Collins (2001),
menyarankan manajer yang ingin belajar dari perusahaan terbaik, untuk memahami apa yang
mereka lakukan untuk memecahkan masalah utama daripada apa yang rata-rata perusahaan
melakukan. Studi kasus dapat menghasilkan dan mengkomunikasikan informasi tentang apa
yang terbaik, dan bagaimana mereka melakukannya. Keanekaragaman detail yang diberikan
dan diperiksa oleh studi kasus meningkatkan kemungkinan menghasilkan teori baru dan

5
wawasan kreatif. Studi empiris berskala besar mengandalkan ringkasan statistik yang
cenderung melihat outlier dan varians sebagai masalah; Studi kasus, sebaliknya, sering secara
khusus dipusatkan pada outlier dan anomali. Bailey (1992) menunjukkan akumulasi anomali
mengarah pada identifikasi paradigma ilmiah baru. Sebuah stimulus penting untuk
pengembangan teori adalah penyelidikan dari anomali Ragin (1992, 225) mencatat:
"penelitian kualitatif N-kecil paling sering terjadi pada perkembangan teoretis di masa yang
akan datang. Pemaparan bukti kontradiktif atau paradoks (Eisenhardt 1989, 546) memaksa
para periset untuk membingkai kembali persepsinya saat mereka mencoba untuk
menyesuaikan anomali. Dihadapkan dengan data yang kontradiktif dan kompleks dan
terfokus dalam bukti yang sulit diringkas cenderung mencurahkan pemikiran lebih dari
sekedar "teori yang dibangun dari studi inkremental atau kemapanan, deduksi aksiomatik".
Phronesis: Context-Specific Wisdom
Studi kasus dapat memiliki comparative advantagesuntuk menghasilkan pengetahuan dan
dapat melengkapi pendekatan tradisional. Fokus situasional dan spesifik dari studi kasus
memiliki keuntungan lain: wawasan tentang jenis pengetahuan yang disebut phronesis, yang
oleh Aristoteles dianggap sebagai practical wisdom":
Phronesis, istilah ini mungkin tidak biasa, namun praktisi cenderung mengenali apa
yang digambarkannya. Flyvbjerg 2001 mengemukakan bahwa ilmuwan sosial harus
mampu tidak hanya menggunakan metode ilmu pengetahuan alam, tapi juga
merangkul studi nilai dan penerapan pengetahuan formal dan tacit knowledge yang
komplek, spesifik, dan sering konflik. Sementara keberhasilan penelitian eksperimental dan
arsip menunjukkan manfaat mengikuti metode dan pendekatan ilmu pengetahuan alam,
penelitian akuntansi juga harus menyadari bahwa aktivitas organisasi, ekonomi, dan sosial
dipengaruhi oleh nilai, minat, dan kekuatan orang-orang yang terlibat.
Nilai juga penting bagi praktisi, yang menyadari bahwa rekomendasi untuk klien bergantung
pada tujuan baik praktisi maupun kepentingan klien. Pengetahuan ilmiah dan teknis dapat
seperti yang ditemukan, misalnya, dalam GAAP, manual audit, dan template anggaran -
namun keahlian fronetik memerlukan penerapan pengetahuan ini dengan pertimbangan
sehubungan dengan konteks spesifik kasus ini. Phronesis tidak hanya mengambil konteks
seperti yang diberikan, namun memeriksa konteks dengan detail yang cukup untuk
menghargai nilai, minat, dan kekuatan yang mempengaruhi situasi.
Pentingnya nilai, kekuatan, dan minat dapat ditunjukkan melalui studi manuskrip
Schn 1983. Studi kasusnya tentang bagaimana para ahli profesional membuat dan menguji
model pengetahuan juga menunjukkan bahwa praktisi "merenungkan pengetahuan intuitif

6
mereka di tengah tindakan" Schn's 1983 dan cenderung menganggap setiap kasus adalah
unik. Konsep nilai, minat, dan kekuatan telah diperdebatkan dalam ilmu sosial untuk waktu
yang lama,dimana nilai dan minat sama-sama merupakan masukan untuk pengambilan
keputusan, dan juga hasil interaksi Burchell dkk. 1980; Robson 1993.
Schn 1983, menekankan "reflection-in-action sebagai inti pengetahuan dan
praktik profesional, phronesis menekankan bagaimana para profesional menghadapi
perubahan di dunia yang tidak pasti.Refleksi dalam tindakan dalam kasus yang unik dapat
digeneralisasi untuk kasus lain, bukan dengan menimbulkan prinsip umum, namun
berkontribusi untuk praktisi tentang tema yang layak ditiru dalam kasus praktik selanjutnya
dan dapat membuat variasi baru. Jadi studi kasus membantu mengembangkan pengetahuan
akuntansi yang relevan, studi kasus praktik di semua bidang akuntansi; membantu para
praktisi merefleksikan pengalaman mereka; membangun inventaris contoh dari mana variasi
baru dapat diidentifikasi dan bereksperimen; membantu mengartikulasikan dan
mengeksplorasi konflik tentang nilai, minat, dan kekuasaan.
Penelitian kasus berfokus pada pengetahuan spesifik dan konteks mendalam, dan
penekanan ini membuat penelitian kasus sangat berguna dalam memeriksa penerapan nilai
dan kekuatan dalam situasi yang kompleks dan berantakan. Pengamatan yang seksama dan
cermat mengenai bagaimana refleksi praktisi berperilaku dalam keadaan tertentu dapat
menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana kepekaan mereka terhadap konteks, dan
apresiasi terhadap batasan peraturan, akan mempengaruhi keputusan.
Misalnya, apakah auditor sebagai virtuoso karena kemampuannya untuk
menyesuaikan teknologi dengan sifat organisasi yang diaudit dan kekhususannya? Menjadi
seorang praktisi virtuoso atau reflektif juga membutuhkan kemampuan untuk
mengidentifikasi, menganalisis, dan menilai apa yang tujuan, kepada siapa dan mengapa.
Penelitian berdasarkan beberapa pengamatan yang dipilih dengan cermat memiliki
keuntungan untuk memahami dan mengkomunikasikan aspek aktivitas bisnis yang rinci
dibandingkan dengan penelitian yang menggunakan sampel besar dan beberapa variabel
relative. "Studi kasus menghasilkan jenis penelitian kontekstual tentang pembelajaran
sehingga memungkinkan orang berkembang dari pemula berbasis aturan hingga pakar
virtuoso" Flyvbjerg 2004.
Phronesis: Interface with Theory
Phronesis melibatkan pengetahuan intelektual, kontekstual, dan politis dalam penggunaan
pengetahuan teknis dan ilmiah. Hal ini tidak hanya untuk mengidentifikasi dan
mengeksplorasi isu-isu keahlian dan nilai, namun juga memungkinkan peneliti untuk

7
berdialog dengan praktisi, peneliti lain, dan masyarakat yang tertarik. Studi kasus
disamping berkontribusi dalam praktik, juga dapat bermanfaat secara teoretis dalam
mengidentifikasi masalah baru untuk diteliti dan menguji teori penalaran, pengambilan
keputusan, dan justifikasi dalam konteks yang kompleks dan sarat akan nilai. Ini
mungkin menarik dan dapat mengembangkan teori dari disiplin apapun; mungkin
menggunakan bukti dan analisis kuantitatif atau kualitatif; menggunakan pengetahuan ilmiah
atau teknis untuk memecahkan masalah apapun; tetapi akan tetap mempertanyakan siapa
yang diuntungkan dan siapa yang dirugikan.
Penelitian berbasis kasus ini memiliki keuntungan yang memungkinkan peneliti
untuk berinteraksi dengan dunia sosial dan ekonomi.Penelitian serupa dengan
percakapan; kontribusi yang berguna akan dinilai oleh peserta yang dapat menilai
persuasi dan validitas komunikasi, lalu ke suatu titik kesimpulan.

EXAMPLES OF CASE STUDY RESEARCH


Disni digambarkan bagaimana studi kasus dapat meningkatkan penelitian dalam akuntansi
manajerial, audit, dan akuntansi keuangan. Meskipun contoh ini tidak sempurna, tetapi studi
kasus dapat menunjukkan nilai di bidang akuntansi. Ada empat jenis kasus disajikan yang
berorientasi pada memaksimalkan isi informasi penelitian: kasus ekstrim, kasus variasi
maksimum, kasus kritis, dan kasus paradigmatik. Tabel 1 merangkum berbagai tujuan studi
kasus dalam mengembangkan teori dan pengetahuan maju. Kesesuaian jenis studi kasus akan
tergantung pada tujuan dan masalah yang sedang diteliti. Kasus ekstrim bisa sangat kuat
dalam mengkomunikasikan ide, berdasarkan prinsip bahwa banyak nilai dapat dipelajari
dengan melihat outlier atau bahkan kasus-kasus yang menyimpang. Kasus variasi maksimum
memberikan wawasan berharga mengenai masalah atau teori tertentu dengan memilih kasus
yang berbeda berkenaan dengan beberapa dimensi, seperti jenis sistem akuntansi. Kasus kritis
memiliki kepentingan strategis dalam kaitannya dengan masalah umum atau teori, misalnya
menunjukkan bahwa jika sebuah teori dipalsukan untuk kasus ini, maka hal itu dipalsukan
untuk semua kasus. Isu krusial kemudian menjadi pilihan dari kasus kritis, sebuah pilihan
yang didorong oleh teori. Dengan cara ini, penelitian kasus mungkin memiliki tujuan untuk
menguji, merevisi, atau membangun teori baru.

8
Tabel 1 menunjukkan berbagai tipe studi kasus yaitu pertama yang ekstrem, dipilih
untuk mempelajari isu yang tidak biasa tetapi merupakan kejadian atau situasi penting. Untuk
yang variasi maksimum, dipilih untuk mempelajari tentang suatu fenomena yang berpotensi
moderat. Mempelajari logika deduksi tentang pemalsuan teori, merupakan tipe kasus kritis.
Paradigmatik akan dipilih untuk menunjukkan perspektif atau pemahaman teori baru.
McCloskey 1994 menunjukkan bahwa kasus sering diremehkan dengan anekdot, tetapi
sangat penting dalam ekonomi karena mereka memberikan teladan yang meyakinkan, kaya
akan informasi kontekstual dan resonansi. Paradigma baru merupakan contoh yang jelas
tentang hubungan baru, orientasi baru, atau fenomena baru yang teori dan perspektif teoretis
saat ini belum teridentifikasi Dyer dan Wilkins 1991, 617.
Bukan hal yang mudah menulis cerita yang menarik dan mudah dipahami, seringkali
melibatkan kompleksitas dan ambiguitas yang cukup besar. Tapi pengisahan cerita yang kuat
dapat merangsang penelitian lebih lanjut danmeningkatkan kenikmatan dalam membaca dan
menulis penelitian akuntansi Van Maanen 1979; Czarniawska 2004; Alvesson 2003.
McCloskey 1994 menunjukkan bahwa semua penulisan penelitian melibatkan retorika:
grafik, statistik, dan bahkan struktur konvensional.
Case Study Research in Management Accounting
Penelitian studi kasus dalam akuntansi manajerial lebih populer daripada di bidang akuntansi
lainnya, misalnya, Keating 1995; Ahrens dan Dent 1998; Baxter dan Chua 1998, 2003;
Merchant dan Van der Stede 2006; Ahrens dkk. Kaplan 1986, 1998 telah memainkan peran
penting dalam mempopulerkan penelitian kasus dalam akuntansi manajemen. Disini akan
lebih menekankan pada bagaimana sistem akuntansi manajemen digunakan.Secara umum,

9
studi kasus menekankan kontekstualisasi fenomena yang diteliti, pengakuan akan pentingnya
menggabungkan dan memahami nilai dan kepentingan yang berbeda, serta kekuasaan.
Townley dkk. 2003 melakukan studi kasus longitudinal mengenai penerapan
ukuran kinerja. Kasus ini mengembangkan teori, terutama seputar masalah
kekuasaan, pengetahuan diri, dan kolonisasi nilai bisnis ke dalam budaya dan
organisasi pemerintah. Penggunaan teori baru membawa kita untuk
mengklasifikasikannya sebagai kasus paradigmatik. Hal ini diinformasikan oleh teori
bagaimana anggota sebuah organisasi dapat merasionalisasi perubahan organisasi
Habermas 1984, 1987 dan keinginan untuk memahami apa yang dianggap oleh para
manajer sebagai komunikasi etis. Studi ini didasarkan pada 143 wawancara yang
dilakukan selama periode enam tahun, serta pemeriksaan dokumen arsip dan observasi
pertemuan.
Kasus Townley et al 2003 dimulai dengan usaha oleh departemen pemerintah di
provinsi Kanada untuk memperkenalkan sistem pengukuran kinerja strategis. Ini
bagaimana mendokumentasikannya, tidak seperti kebanyakan pandangan teoretis
mengenai implementasi sistem, para manajer memiliki antusiasme awal untuk
reformasi, karena perubahan tersebut merangsang peluang untuk musyawarah dan
diskusi. Namun, karena lembaga pemerintah pusat meresmikan dan membakukan sistem atas
nama peningkatan kemampuan akun, sistem menjadi kurang berguna untuk musyawarah. Hal
ini menimbulkan sinisme dan manipulasi terhadap tindakan dan hasil yang dilaporkan.
Kesempatan untuk dialog dan musyawarah seputar isu-isu nilai tidak terpenuhi, banyak
manajer merasa pandangan mereka terpinggirkan, dan dialog tentang kepentingan menjadi
tidak legal Townley et al. 2003, 1064, 1067.
Gagasan tentang phronesis sangat penting bagi Townley dkk. 2003. Selama studi,
banyak manajer tertarik untuk mendiskusikan hasilnya dengan para peneliti. Para peneliti
diundang dalam beberapa kesempatan untuk mempresentasikan dan memdiskusikan temuan
mereka. Para manajer itu sendiri menemukan temuan tak terduga tentang dinamika
antusiasme dan sinisme. Sistem pengukuran kinerja dipandang memiliki potensi untuk
meningkatkan justifikasi dan pengembangan pembelajaran dan keahlian, sekaligus bekerja
menuju salah satu dominasi dan manipulasi, dan menjadi tidak efektif Townley dkk. 2003,
1064.
Preston 1989 mempelajari pembuatan sistem akuntansi dalam sebuah organisasi
anarkis yang secara eksplisit bersifat anarkis. Penelitian ini mencoba menerapkan teori
interaksi simbolis untuk memahami formalisasi management control system. Preston

10
1989 menyajikan sebuah kasus kritis di mana peneliti memilih kasus ini untuk
memungkinkan sebuah teori dipalsukan; Dalam contoh ini, kondisi di mana akuntansi
formal berkembang. Preston 1989 memeriksa tekanan untuk perusahaan di sektor
budaya, berkomitmen untuk bekerja tanpa kontrak dan catatan formal, untuk
mengembangkan sistem akuntansi formal dan standar. Dia juga memeriksa dampak
sistem akuntansi bagaimana hal itu merusak logika organisasi yang dimaksud dan
mempengaruhi tingkat kerjasama di antara anggota organisasi. Dengan memilih sebuah
organisasi yang menjauhkan segala bentuk kontrak, dia dapat mengidentifikasi tekanan
institusional lainnya mengenai persyaratan otoritas pajak untuk catatan akuntansi yang tepat.
Preston (1989) juga menunjukkan bahwa sistem akuntansi pencatatan secara dramatis
mempengaruhi cara orang-orang yang terlibat dalam organisasi saling berhadapan satu sama
lain. Kasus tersebut tidak melibatkan phronesis kecuali dalam mengenali kekuatan otoritas
pajak.
Menerapkan argumen Eisenhardt (1989), Lindsay (2004) mengemukakan bahwa pendekatan
multi kasus akan menghasilkan banyak manfaat bagi penelitian akuntansi manajemen, baik
dalam pengujian maupun pengembangan teori. Beberapa kasus juga memberi wawasan
kepada pakar akuntansi manajemen yang bercita-cita tinggi dalam memahami kondisi di
mana rekomendasi spesifik mungkin efektif. Contoh yang bagus adalah Simons (1990), yang
menggunakan beberapa kasus mendalam di industri yang sama untuk menyelidiki bagaimana
desain sistem kontrol bervariasi tergantung pada strategi perusahaan, dan Merchant dan
Manzoni (1989), yang meneliti pencapaian target anggaran di 12 perusahaan yang berbeda
sesuai berbagai dimensi, seperti industri, pertumbuhan, dan teknologi. Merchant dan
Manzoni (1989) merupakan studi kasus "variasi maksimum", di mana serangkaian kasus
yang dipilih dengan hati-hati yang berlawanan pada beberapa dimensi digunakan untuk
memberikan wawasan tentang masalah tertentu atau teori.
Pentingnya dimensi untuk proses atau hasil yang diminati kemudian dapat dinilai.
Merchant dan Manzoni (1989) mampu memberikan wawasan tentang penetapan anggaran
yang tidak mengikuti teks baku dalam hal pencapaian target. Kasus-kasus tersebut dapat
mengidentifikasi beberapa alasan untuk menetapkan target yang mudah, dan studi kasus
memungkinkan para periset untuk melakukannya mengeksplorasi makna kompleks yang
melekat pada penetapan target dan pencapaian. Studi Kasus menunjukkan bahwa Pengaturan
target hanya satu komponen dari satu paket kontrol. Studi kasus memfasilitasi eksplorasi
pengaturan target dan konteks organisasi yang lebih luas dengan cara yang tidak mungkin
dilakukan dalam studi sampel yang lebih besar. Dalam hal penelitian kasus variasi

11
maksimum, studi ini akan ditingkatkan jika masing-masing kasus lebih rinci dan jika pilihan
dimensi di mana kasus tersebut bervariasi lebih eksplisit. Namun, kasus Merchant dan
Manzoni (1989) lebih lanjut menghasilkan penelitian teoritis dan empiris mengenai prinsip
kontrol dan kontrol yang dapat dicapai, misalnya, Hartmann (2000) dan dengan demikian
memprakarsai penelitian lebih lanjut yang memungkinkan beberapa hasil digeneralisasikan
(isu yang kemudian diteliti di masa depan).
Case Study Research in Auditing
Ada kecenderungan meningkatnya studi kasus tentang pekerjaan audit dan
pengoperasian perusahaan audit (misalnya, Dirsmith dan Covaleski 1985; Covaleski dkk.
1998). Pada bagian ini kita membahas kasus penelitian yang lebih fokus pada cara audit
dihasilkan. Studi kasus Pentland (1993) tentang auditor membantu menstimulasi
serangkaian studi kasus pada audit (Power, 2003). Dengan cara inilah Pentland (1993)
Kasus dapat dilihat sebagai contoh kasus paradigmatik, menawarkan cara baru untuk
melihat aktivitas biasanya. Dia mempelajari aktivitas dua tim audit dalam upaya untuk
lebih memahami bagaimana auditor merasa nyaman dengan jumlah dalam laporan keuangan
dan representasi yang diberikan oleh manajemen. Pentland (1993) tertarik pada proses sosial
yang menghasilkan kenyamanan, sebuah konsep yang, meski mungkin akrab bagi praktisi,
sulit dipelajari tanpa secara langsung mengamati auditor dan memahami bagaimana mereka
merasa nyaman. Studi kasus khususnya cocok untuk pertanyaan penelitian yang berusaha
memahami perilaku manusia yang kompleks. Seperti catatan Pentland (1993), auditor berada
dalam konteks interaksi intensif dan berkelanjutan dengan anggota tim lain, firmanya,
organisasi klien, dan profesinya; mereka bekerja sembarangan, ruang rapat yang penuh sesak,
bukan laboratorium.
Pentland (1993) mempelajari audit antara 1.000 dan 2000 jam dan kasus terpilih
dengan variasi signifikan, memberikan variasi kasus maksimum. Perusahaan yang
sama telah melakukan audit selama sepuluh tahun; pada perusahaan lain telah
mengaudit klien hanya selama satu tahun. Selanjutnya, Pentland (1993) menganalisis
aktivitas rutin auditor, seperti jumlah inventaris kehadiran, sebanyak Aktivitas auditor yang
kompleks, seperti penilaian portofolio sekuritas. Dengan menggunakan beberapa metode
untuk mengumpulkan data, termasuk observasi, wawancara, dan protokol verbal dari review
kertas kerja, dia mengumpulkan lebih dari 200 halaman catatan, dimana dia dapat
menyampaikan pengalaman pribadi dan emosi para auditor, menempatkan mereka dalam
analisis teoritis tentang identitas dan presentasi diri.

12
Studi kasus Pentland (1993) melengkapi dan memperluas penelitian mengenai penilaian
auditor. Dia menggambarkan bagaimana kenyamanan yang dihasilkan dalam proses audit
memungkinkan auditor mencapai suatu kesimpulan. Konsepsi dominan tentang penilaian
auditor hanya mengikuti serangkaian peraturan menyiratkan bahwa seseorang dapat menjadi
mitra audit yang baik dengan mempelajari peraturan. Sebaliknya, menjadi seorang virtuoso
membutuhkan lebih banyak. Dengan mengamati praktik tim pelaksana, seperti catatan
review, tanda tangan, dan perilaku pasangan, Pentland (1993) dapat memahami bagaimana
kenyamanan dihasilkan selama proses audit, yang memungkinkannya untuk memajukan
perspektif teoretis mengenai penilaian auditor. Pentland (1993) berpendapat kenyamanan
yang tercipta dalam interaksi mikro anggota tim audit mengarah pada kenyamanan di
opini audit, kenyamanan dalam dokumen sekuritas (misalnya melalui "surat
kenyamanan") dan kenyamanan oleh pelaku pasar modal dan masyarakat dalam
laporan keuangan. Pentland (1993) memiliki sejumlah keterbatasan sebagai penelitian kasus
phronetic. Periode pengamatan dan pendataan singkat, sehingga datanya tidak seluas yang
diinginkan. Investigasi kontekstualisasi objek terbatas. Pilihan untuk variasi antara kasus
tidak didasarkan pada dasar teoritis yang kuat, juga tidak dapat dibenarkan dengan baik.
Peneliti tidak secara eksplisit mengakui perannya dalam penelitian ini. Misalnya, siapakah
pemenang dan pecundang dalam proses menghasilkan kenyamanan? Namun, penelitian ini
inovatif dan telah merangsang pengembangan dan badan penelitian kumulatif yang
menguraikan teori tentang keahlian audit, kenyamanan, dan perilaku auditor.
Case Study Research in Financial Accounting
Berbeda dengan akuntansi manajemen dan audit, isi jurnal akuntansi dan pernyataan
beberapa editor Zimmerman (2001) menyiratkan bahwa peneliti akuntansi keuangan
melakukannya tidak menghargai nilai penelitian berbasis kasus. Pada kenyataannya, kita
menemukan sejumlah studi kasus di akuntansi keuangan (misalnya, Flegm 1989; Hitam
1993; DioGuardi 1995; Beresford 1997; Xiang 1998; Soffer 2000; Lipe 2002) Pada bagian
ini kami menarik perhatian pada penelitian akuntansi keuangan berbasis studi kasus untuk
menunjukkan beberapa keuntungan dari memperluas penelitian studi kasus di bidang
akuntansi keuangan.
Mungkin jenis studi kasus yang paling terkenal dalam akuntansi keuangan berkaitan
dengan bagaimana peraturan akuntansi mempengaruhi perilaku investor dan manajer.
Misalnya, Lys dan Vincent (1995) dapat dianggap sebagai contoh "kasus ekstrem"
karena menggambarkan keadaan yang tidak biasa, dimaksudkan untuk
mengembangkan wawasan teoritis baru, ekstensi, atau pengubah. Lys dan Vincent

13
(1995) memeriksa mengapa AT & T mengejar akuisisi NCR, meskipun terjadi
penurunan nilai saham AT & T, dan khususnya mengapa AT & T membayar ekstra
untuk mencapai penyatuan kepentingan akuntansi. Dalam memeriksa Pertanyaan
"bagaimana", studi kasus juga menyelidiki langkah-langkah yang diambil AT & T
untuk mencapai perolehan keduanya dan penanganan perlakuan akuntansi
kepentingan yang diinginkannya. Studi Lys dan Vincent (1995) mengilustrasikan
beberapa fitur pendekatan studi kasus. Mereka menggunakan beragam sumber data,
termasuk laporan tahunan, harga saham, surat kabar, dan informan kunci. Mereka
mengumpulkan data melalui wawancara, meninjau dokumen, dan teknik kuantitatif.
Penelitian ini juga menggunakan teori yang berbeda dalam menafsirkan data, seperti
teori pasar yang efisien dari ekonomi keuangan, eskalasi teori komitmen dari psikologi,
dan "efek samping" dari perilaku organisasi. Lys dan Vincent (1995, 376) menyatakan
bahwa pola akuisisi AT & T konsisten, namun lebih kuat dari pada penelitian sampel
besar dan kenyaman AT & T dengan EPS (dan penggunaan Penyatuan kepentingan
akuntansi) bisa bertentangan dengan badan penelitian yang signifikan. Kami
menyarankan Temuan Lys dan Vincent (1995), yang mungkin bertentangan dengan
teori yang sudah ada sebelumnya, menunjukkan kekuatan kasus ekstrem untuk
berkontribusi pada perkembangan teoritis. Selanjutnya, Studi Kasus Lys dan Vincent
(1995) mengandung unsur-unsur phronesis, mereka memeriksa bagaimana nilai
dihancurkan (yang menang dan yang kehilangan sekitar $ 3 miliar), dan dengan
mekanisme apa. Kasus ini juga berisi, Meskipun secara tidak langsung, sebuah analisis
tentang bagaimana peserta kasus menggunakan kekuatan mereka untuk
mempengaruhi pendapatan tertinggi - dalam kasus ini, diskusi AT & T dengan SEC.
Neimark juga mempelajari praktik pelaporan satu perusahaan besar, namun tidak
membatasi informasi keuangannya dalam laporan tahunan. Dia memiliki ketertarikan yang
jelas terhadap isu-isu kekuasaan dan efek sosial representasi sosial yang lebih luas dalam
laporan akuntansi. Di Neimark (1992) and Tinker dan Neimark (1987), berfokus pada pesan
yang dihasilkan oleh komponen non finansial dari laporan tahunan General Motor, dengan
alasan bahwa mereka adalah elemen penting dalam memberlakukan dan memperkuat sikap
sosial. Dia memeriksa berbagai kondisi historis yang berbeda antara tahun 1917 dan 1987 di
mana laporan tahunan GM diproduksi, dan menggunakan analisis isi dari teks laporan
tahunan tersebut. Studinya dapat dianggap sebagai kasus paradigmatik, karena dia
menerapkan teori ideologi memeriksa bagaimana sifat laporan tahunan bervariasi dalam
kondisi historis yang berbeda. Pertanyaan penelitiannya berkaitan dengan pemahaman

14
berbagai bentuk eksploitasi terhadap pekerja, wanita, dan lingkungan fisik oleh manajemen
senior dan bagaimana laporan tahunan beroperasi sebagai bentuk ideologi. Dia memeriksa
bagaimana laporan tahunan tercermin dan juga pergeseran sikap sosial yang diperkuat seperti
nilai pengeluaran dan peraturan negara, peran perempuan, identifikasi hubungan manajemen
buruh yang diinginkan, dan manfaat sains, teknologi, dan konsumsi. Studi Neimark jelas-
jelas berkaitan dengan analisis terhadap nilai-nilai yang melekat dalam laporan
tahunan GM, dan perhatiannya terhadap kesejahteraan sosial memengaruhi
pilihannya dari isu-isu yang dia teliti. Karakteristik penelitian kasus pronetik, studi ini
mempertimbangkan isu-isu kekuatan relatif GM dan serikat pekerja. Fokusnya pada peran
ideologis laporan tahunan membuat dia menyarankan agar akuntabilitas perusahaan akan
meningkat jika hubungan ekonomi antara perusahaan audit dan perusahaan menjadi rusak
dan jika unsur non finansial dari laporan tahunan menjadi tanggung jawab unit independen
dari manajemen perusahaan.
Beberapa kasus akuntansi keuangan meneliti isu-isu dalam peraturan akuntansi, mulai dari
negosiasi mengenai standar spesifik (misalnya, Robson 1993) untuk eksplorasi teori inovatif
proses keputusan oleh badan penetapan standar tertentu (misalnya, Mezias dan Scarselletta
1994). Kasus ini terutama berkaitan dengan perkembangan teoritis dan elaborasi. Martino dan
Neimark 1982 dapat dianggap sebagai kasus kritis, dengan tujuan menguji apakah peraturan
akuntansi tersebut fokus pada informasi untuk pengambilan keputusan investor. Studi kasus
historis tahun 1933-1934 tentang Securities Acts menunjukkan bahwa perubahan peraturan
tidak ada hubungannya dengan penyediaan informasi yang berkualitas untuk meningkatkan
pengambilan keputusan atau perlindungan investor sebagaimana diasumsikan oleh penelitian
semacam itu (Chow 1983), namun didasarkan pada kebutuhan yang dirasakan untuk
memperbaiki legitimasi saham pasar.
Dengan demikian mereka membandingkan teori yang didasarkan pada peran
informasi akuntansi pasar modal dengan teori institusional yang menekankan legitimasi dan
peran politis akuntansi misalnya, (Burchell dkk. 1980). Merino dan Neimark (1982)
mengumpulkan data sekunder, dan fokus pada kasus tertentu, mereka juga menggabungkan
elemen kontekstual, termasuk filsafat politik, untuk memahami peran regulasi akuntansi
dalam mendamaikan dominasi perusahaan dengan wacana tentang pentingnya demokrasi.
Studi ini Tinker et al (1982) untuk menyarankan agar peneliti akuntansi memeriksa kasus
ekstrim untuk menghargai penyebab perubahan peraturan karena skandal akuntansi dan
korporat melibatkan opini publik dan perhatian legislator. Studi kasus ekstrem tentang
bagaimana peraturan dipengaruhi oleh skandal dapat membantu regulator belajar kapan dan

15
bagaimana mereka bisa menanggapi kejadian semacam itu. Mereka memberikan wawasan
yang berbeda, atau tidak mudah diakses, studi n besar yang mempertimbangkan, misalnya,
rata-rata perusahaan dan apakah mengelola pendapatannya atau memiliki struktur tata kelola
yang kurang dan implikasi untuk perubahan peraturan.
COMMON CONCERNS AND MISCONCEPTIONS ABOUT CASE RESEARCH
Studi kasus saling melengkapi dengan pendekatan penelitian lainnya; Kami tidak
mengklaim studi kasus adalah metode yang disukai untuk penelitian, tidak ada metode
penelitian yang lebih unggul dari semua pertanyaan lain. Namun, sejumlah kekhawatiran dan
kesalahpahaman tentang studi kasus dan membatasinya. Penelitian studi kasus hanya
dapat diarahkan pada "Menemukan sesuatu," menghasilkan gagasan sebelum
menggunakan penelitian "ilmiah", mengembangkan materi untuk pengajaran, atau
menghasilkan hipotesis yang kemudian dapat diuji dengan metode statistik. Zimmerman
2001 mengeluh bahwa seruan Kaplan pada tahun 1986 untuk studi lapangan lebih banyak
tidak menuntut para peneliti untuk masuk ke lapangan dan menguji hipotesis teori, namun
sebaliknya, mendorong peneliti untuk mengamati perusahaan dan pabrik, mencari fakta yang
tidak dapat dipungkiri secara tentatif, (Hipotesis Zimmerman, 2001). Penelitian kasus yang
baik dimulai dengan desain penelitian yang cermat yang mencakup identifikasi hal-hal
berikut: pertanyaan studi bagaimana dan mengapa, unit analisis yang akan diperiksa,
dan kriteria untuk menafsirkan temuan Yin 1989.
Selanjutnya, peneliti kasus harus secara hati-hati mengkoordinasikan kegiatan
mereka dengan organisasi atau individu dengan belajar, menegosiasikan janji, pengaturan,
dan akses. Seperti catatan Yin 1989, pertanyaan penelitian harus mendorong pilihan kasus
apa yang harus dipelajari, siapa yang harus melihat, apa yang harus diperhatikan, dan apa
yang harus didiskusikan serta keputusan mengenai periode waktu, lokasi, dan sumber data -
bukan sumber yang dimiliki peneliti. Karena tim sering melakukan studi kasus, hasil
rancangan kasus yang baik dalam tugas tugas yang hati-hati, memungkinkan kasus tersebut
dilihat dari perspektif perbedaan multipel yang berbeda. pengamat, memberikan kesempatan
untuk menantang dan memperkuat hasil Oakes et al. (1998). Dengan demikian, desain dan
pengumpulan data kasus yang bagus kurang serampangan daripada beberapa orang mungkin
percaya.
Kesalahpahaman yang terkait adalah bahwa penelitian studi kasus tidak
cukup diinformasikan oleh teori. Studi Barrett et al. (2005) tentang koordinasi audit
multinasional global menggambarkan teori tersebut merupakan inti dari perancangan dan
pelaksanaan penelitian studi kasus. Mereka menggunakan wawancara refleksif, sebuah

16
pendekatan yang melibatkan pilihan informasi secara teoritis tentang siapa yang harus
diwawancarai, apa yang harus didiskusikan, dan isu apa yang harus dikemukakan lebih jauh
selama dan setelah wawancara (Alvesson 2003). Seperti pendekatan lain yang membutuhkan
pilihan desain yang didorong secara teoritis, peneliti berperan aktif dari proses penelitian
dalam arti keduanya terlibat dalam pengakuan (dan seringkali produksi data) dan dampaknya
terhadap penelitian dan peserta. Barrett et al (2005) harus memutuskan, misalnya, siapa yang
harus diwawancarai di manajer umum perusahaan klien, auditor internal, staf keuangan
perusahaan, komite audit perusahaan, dewan direksi, atau regulator perusahaan -dan apa yang
harus menjadi fokus diskusi. Kuesioner terstandardisasi tidak tepat karena masing-masing
wawancara diharapkan menimbulkan pertanyaan tentang koordinasi yang dimaksud,
hubungan antara resep global dan tindakan lokal, dan sebagainya. Menggali lebih dalam, para
periset harus memutuskan personil auditor mana yang harus mereka wawancarai: Haruskah
hanya mereka yang benar-benar melaksanakan audit tahun ini? Jika demikian, maka semua
orang harus diwawancarai, termasuk staf pendukung? Seiring semakin banyaknya pekerjaan,
para peneliti menyadari pentingnya sejarah audit untuk praktik koordinasi saat ini dan,
sebagai hasilnya. Dari pemahaman empiris dan teoretis mereka yang disempurnakan, pilihan
tambahan harus dibuat mengenai mewawancarai personil auditor sebelumnya di dalam
perusahaan dan personil auditor di kantor tersebut, namun tidak lagi bertanggung jawab atas
audit tersebut. Daftar ini dapat terus menerus, dan dengan jelas akan mencakup penilaian
tentang keabsahan apa yang diceritakan para peneliti dan batas-batas analisisnya. Pertanyaan
teoretis dan tujuan proyek penelitian menentukan prioritas dan fokus.
Sementara penelitian kasus harus secara teoritis diinformasikan, perhatian yang
terkait namun berlawanan adalah bahwa pemilihan kasus dan pengumpulan data dapat
didorong oleh keinginan untuk mendukung teori favorit peneliti (yang secara kasar sering
disebut sebgai bias). Masalah ini biasa terjadi pada semua metode penelitian, karena data
tersebut dikenali sebagai data melalui lensa teori (Hanson; 1965). Sebagai contoh, Fokus
hanya pada aspek ekonomi (budaya) cenderung mengabaikan aspek budaya (ekonomi) dari
fenomena. Namun demikian, periset kasus cenderung memilih kasus secara teoritis, dan
seleksi tersebut memiliki risiko dan manfaat. Seleksi mungkin didasarkan pada kekhawatiran
tentang teori sebelumnya, misalnya Merino dan Neimark (1982), mengembangkan dan
menguraikan teori Townley dkk. (2003), atau untuk mempelajari isu-isu yang belum diteliti
dari perspektif Pentland (1993). Ini berarti bahwa penelitian kasus dapat memberikan
kontribusi substansial terhadap pengembangan teori. Ketergantungan pada teori dapat,
bagaimanapun, berarti peneliti kasus tidak peka terhadap kejutan empiris; Oleh karena itu

17
tidak mengejutkan bahwa peneliti disarankan untuk terus-menerus dan merenungkan asumsi
mereka dan posisi di bidang akademik Bourdieu dan Wacquant (1992). Selanjutnya,
Eisenhardt (1989) menunjukkan bahwa proses iteratif yang terlibat dalam penelitian studi
kasus, di mana peneliti mengembangkan pemikiran, mengumpulkan data, merevisi
pemikiran, teori penilaian kembali, kembali ke data, mengembangkan pemikiran lebih jauh,
dan mungkin harus meninjau kembali sumber seperti kembali ke peserta atau sejarah arsip,
membatasi kemungkinan ketidaksensitifan empiris atau ketidakfleksibilitasan teoritis.
Selanjutnya, studi kasus biasanya menggunakan beberapa metode untuk mengumpulkan data,
dan membawa perspektif beberapa peneliti untuk ditanggung, yang selanjutnya mengurangi
potensi bias.
Replikabilitas penelitian studi kasus merupakan kesalahpahaman lain.
Apakah temuan Studi kasus dapat direplikasi tergantung pada sejauh mana objek studi dapat
berubah dari waktu ke waktu. Replikasi penting pada prinsipnya, walaupun jurnal akuntansi
jarang menerbitkan replikasi. Beberapa berpendapat bahwa penelitian kasus mengalami
kesulitan dalam replikasi karena peneliti lain tidak dapat memperoleh akses ke organisasi
tertentu pada saat yang sama dengan studi awal, dan bahkan jika bisa, bentuk dan teknik yang
tepat yang digunakan untuk mengumpulkan data mungkin bergantung pada peneliti
(penilaian di atas), sehingga menyebabkan sumber variasi lain antara yang asli dan replikasi.
Tapi ada sedikit alasan mengapa banyak peneliti tidak dapat menyelidiki masalah teoretis
umum di beberapa organisasi dan beberapa studi kasus telah digunakan oleh yang lain untuk
mengembangkan wawasan teoritis baru (Macintosh dan Scapens; 1990). Memang, literatur
tentang filsafat sains menggunakan istilah "replikasi" untuk memasukkan perpanjangan dan
pandangan replikasi yang lebih sempit yang mengharuskan, misalnya, penggunaan
perusahaan yang sama selama periode waktu yang sama, dan variabel yang sama seperti
sebelumnya (Collins; 1992). Baik sampel besar dan studi kasus mungkin mengalami
kesulitan dalam mereplikasi hasil dalam memperluas penelitian ke periode atau perusahaan
lain. Perubahan dari waktu ke waktu memberikan kesempatan untuk menentukan kondisi di
mana generalisasi dapat dilakukan. Sementara peristiwa sejarah tidak dapat direplikasi,
beberapa peneliti dapat mempelajari penjelasan untuk kejadian serupa dalam studi kasus dan
pasar modal. Secara umum, hasil replikasi mungkin sulit dicapai dalam ilmu sosial karena
dunia sosial dan ekonomi berubah saat belajar dan menyesuaikan dengan pengetahuan baru
(Giddens; 1991) mengacu pada refleksivitas kronis. Pasar, individu, dan organisasi
menanggapi pengetahuan baru tentang operasi mereka, dan pembelajaran ini berarti bahwa
instrumen kebijakan, strategi perdagangan, atau praktik yang berhasil jarang bertahan.

18
Perhatian lebih lanjut tentang penelitian kasus berkaitan dengan generalisasi temuan
dan penjelasan. Namun, untuk mempertimbangkan generalisasi, seseorang harus menjawab
pertanyaan seperti generalisasi terhadap apa, dan untuk apa (Cook dan Campbell 1979, 71-
73), dikutip dalam Lindsay (2004) mengidentifikasi dua bentuk generalisasi - statistik
(populasi) dan empiris (seluruh populasi) - dan peneliti akuntansi cenderung terlalu fokus
pada yang pertama. Generalisasi empiris ditujukan saat pengetahuan akan berlaku, dan kapan
tidak. Konsisten dengan generalisasi empiris, studi kasus dapat menjawab pertanyaan tentang
tipe perusahaan mana yang lebih terpengaruh daripada yang lain berdasarkan peraturan atau
teknik akuntansi tertentu, dan mengapa hasilnya berlaku untuk beberapa organisasi namun
tidak lain, misalnya, Lipe (2002). Sementara skala besar, studi arsip membantu
mengidentifikasi pola, Studi kasus yang luas membantu mengidentifikasi secara spesifik dan
kontekstual, yang penting dalam penggunaan hasilnya secara ahli. Studi kasus juga memberi
kesempatan untuk menggeneralisasi teori dalam arti menawarkan penjelasan umum tentang
kejadian, atau mengidentifikasi banyak kejadian yang memiliki teori yang sama. Lukka dan
Kasanen (1995) menyebut ini sebagai generalisasi analitis. Dalam pembahasan kami tentang
contoh penelitian kasus di bidang akuntansi, kami telah menunjukkan bahwa temuan
kumulatif dan generalisasi dapat diproduksi dari waktu ke waktu. Selanjutnya, diskusi kita
tentang kasus ekstrem dan paradigmatik juga menunjukkan bahwa generalisasi mungkin
tidak selalu menjadi perhatian yang relevan; dalam kasus ini, apa yang relevan adalah
terciptanya bidang penelitian baru dan generalisasi dapat diatasi dengan penelitian masa
depan yang dirangsang oleh studi kasus asli.
CONCLUSION
Studi kasus adalah alat yang sangat berharga untuk memahami fenomena
kompleks. Studi kasus memiliki beberapa manfaat penelitian dan dapat digunakan untuk
menguji teori yang ada dan untuk menghasilkan teori baru. Kejelasan studi kasus dapat
mendramatisasi isu teoretis, meningkatkan komunikasi wawasan penting bagi praktisi. Studi
kasus, dengan memeriksa contoh-contoh spesifik dalam konteks mereka dan dengan
memperhatikan nilai, minat, dan operasi kekuasaan dapat berguna untuk belajar menjadi
praktisi virtuoso, berkontribusi terhadap pengetahuan fronetik. Contoh kami menunjukkan
bahwa studi kasus, dengan menggunakan berbagai pendekatan dalam memilih studi kasus
untuk mempelajari dan mengumpulkan data, dapat memberikan wawasan berharga untuk
membuka area baru dan menjanjikan untuk penelitian akuntansi. Contoh-contoh tersebut juga
menunjukkan bagaimana studi kasus dapat bermanfaat bagi praktisi, membantu mereka
memahami penerapannya inovasi akuntansi tertentu dalam konteks kompleks, menilai ulang

19
konseptualisasi masalah mereka, dan belajar bagaimana menjadi lebih terampil dalam
menggunakan peraturan. Namun, kami menemukan beberapa studi kasus dalam penelitian
akuntansi. Mengapa ini bisa terjadi?
Studi kasus sulit dan menantang untuk dilakukan, seringkali membutuhkan
sumber daya waktu dan keuangan yang signifikan. Namun banyak metode penelitian
dalam akuntansi memiliki atribut ini. Satu penjelasan untuk kurangnya studi kasus mungkin
karena banyak peneliti akuntansi pemula mengembangkan sikap mereka terhadap sains dan
studi kasus dari teks seperti Campbell dan Stanley (1966,6) yang menegaskan bahwa studi
tersebut sama sekali tidak memiliki kontrol karena hampir tidak memiliki nilai ilmiah.
"Makalah kami membahas banyak kesalahpahaman yang mendasari sikap tersebut; ada yang
salah tempat; Beberapa kesulitan dibagikan dengan pendekatan lain, dan yang lainnya adalah
masalah yang sah. Lebih jauh lagi, para peneliti pemula yang sama ini mungkin tidak
menghadapi pandangan Campbell yang kemudian mengenai kekuatan studi kasus:
"pengamatan naturalistik ... adalah satu-satunya rute menuju pengetahuan- meskipun
mungkin eror, salah, dan bias "(Campbell 1975, 179). Periset akuntansi ini biasanya tidak
mengetahui studi tentang praktik ilmiah aktual atau diskusi filosofis pengetahuan modern,
berlawanan dengan usulan filosofis lama yang tampaknya berkaitan dengan batasan antara
sains dan non sains melalui peraturan baku. Pelatihan ini mempengaruhi persiapan manuskrip
dan keputusan mereka sebagai penelaah, yang mengakibatkan kelangkaan studi kasus di
banyak jurnal akuntansi. Lebih jauh lagi, banyak jurnal bereputasi memiliki preferensi/aturan
untuk jenis teori tertentu yang memiliki tradisi yang kurang berkembang dalam penelitian
studi kasus, misalnya ekonomi keuangan dan metode penelitian yang memiliki tampilan
objektivitas, kemampuan meniru, dan generalisasi.
Para Ahli sering khawatir tentang bagaimana menilai penelitian studi kasus. Kami telah
mengacu pada faktor-faktor yang harus dipertimbangkan untuk membedakan penelitian studi
kasus yang baik, dan banyak disiplin termasuk sejarah, antropologi, dan sosiologi memiliki
pengalaman yang luas dalam mengevaluasi penelitian studi kasus. Seperti semua pendekatan
penelitian, nilai seperti, "Apakah ini masalah yang menarik?" Dan "Apakah penelitian
memberi kontribusi signifikan?" Dan merasakan gaya penulisan dan apakah presentasi yang
terlibat akan masuk ke dalam evaluasi. Beberapa aturan yang tidak ambigu ada untuk
mengevaluasi penelitian studi kasus, dan konsep kekakuan bervariasi sesuai dengan metode
dan teori yang digunakan. Namun demikian, beberapa pedoman yang jelas dapat ditentukan,
berkaitan dengan persuasi pembelajaran (Yin 1989; McKinnon 1987). Naskah harus
digunakan pada pendalaman yang memadai dalam studi kasus ini, berbagai jenis dokumen

20
yang diteliti, melakukan wawancara, observasi dalam organisasi, dan berbagai sumber yang
digunakan. Peneliti perlu menentukan kondisi akses dan tingkat independensinya dari orang-
orang yang diteliti, untuk meyakinkan pembaca bahwa informasinya benar. Kontribusi, dan
penggunaan, teori harus diartikulasikan, dan pilihan desain penelitian harus memaksimalkan
kesempatan untuk memberikan wawasan tentang teori ini. Singkatnya, kasusnya seharusnya
lengkap.
Penelitian kasus pronetik menimbulkan tantangan tambahan dalam evaluasi, terutama
terkait dengan perhatiannya terhadap nilai, dan isu tentang bagaimana penilaian ini
dapat dinilai. Sebelumnya, kami membandingkan penelitian untuk diskusi; beberapa
ilmuwan (Habermas 1984; Rawls 1993; Bohman 1996) membahas peraturan untuk diskusi
dan komunikasi yang baik yang dapat membantu dalam mengevaluasi kasus-kasus phronetic.
Banyak dari peraturan ini serupa dengan aturan untuk setiap percakapan ilmiah: ketulusan
oleh peserta, komitmen untuk berdebat dan belajar kebenaran, saling menghormati, dan
peraturan yang menentukan siapa yang berhak berkontribusi. Nilai tidak diberikan secara
langsung, namun diperdebatkan secara terbuka. Perdebatan publik menyiratkan peran yang
diperluas untuk jurnal akademik, yang melibatkan kemauan untuk terbuka terhadap dialog,
debat, dan komentar tentang penelitian yang dipublikasikan di dalamnya.
Beberapa tindakan dapat membantu mewujudkan manfaat penelitian studi kasus
untuk memajukan perkembangan teoretis dan berkontribusi pada perkembangan ilmiah dan
praktis. Pelatihan penelitian yang mencakup studi filsafat modern dan sosiologi ilmu sosial
dapat membantu untuk menghindari pemahaman naif tentang "metode ilmiah. Pelatihan
peneliti harus mencakup pengajaran pada metode studi kasus dan filosofi (termasuk etika dan
nilai) yang mengakui pentingnya pengembangan teori dan juga pengujian. Praktisi dan pihak
seperti regulator, penyusun standar, dan manajer dapat memberikan akses ke organisasi atau
data untuk memfasilitasi penelitian yang dapat menjelaskan isu-isu yang mereka hadapi
(Gendron 2000). Tindakan semacam itu dapat membantu untuk menunjukkan nilai penelitian
phronetic. Namun, kami menyadari bahwa penelitian (dan kontribusi praktik) adalah
sebanyak politik sebagai proses ilmiah, dan, dalam mode pronetik , kami menyadari bahwa
saran kami dapat melemahkan kekuatan dan keistimewaan penelitian yang ada (Arrington
dan Schweiker 1992; Hopwood 2007). Setiap beralih ke studi kasus dan penelitian phronetic
dalam akuntansi akan melibatkan politik sebanyak pergeseran ilmiah (Latour, 1999; Dillard
Forthcoming).

21
REFERENCES

Ahrens, T., A. Becker, J. Burns, C. Chapman, M. Granlund, M. Habermas, A. Hansen, T.


Malmi, K. Rihab, A. Mennicken, A. Mikes, F. Panozzo, M. Piber, P. Quattrone, and T.
Scheytt. The future of interpretive accounting research: A polyphonic debate. Critical
Perspectives on Accounting forthcoming .

, and J. F. Dent. 1998. Accounting and organizations: Realizing the richness of field
research. Journal of Management Accounting Researchf 10: 139.

Alvesson, M. 2003. Beyond neopositivists, romantics and localists: A reflexive approach to


interviews in organizational research. Academy of Management Review 28 1 : 1333.

Arrington, C. E., and W. Schweiker. 1992. The rhetoric and rationality of accounting
researchAccounting, Organizations and Society 17 6 : 511533.

Bailey, M. T. 1992. Do physicists use case studies? Thoughts on public administration


research. Public Administration Review 52 1 : 4754.

Bamber, L. S., T. E. Christensen, K. M. Gaver. 2000. Do we really know what we think we


know? A case study of seminal research and its subsequent overgeneralization. Accounting,
Organizations and Soci- ety, 25 2 : 103129.

Barrett, M., D. J. Cooper, and K. Jamal. 2005. Globalization and the coordinating of work in
a global audit. Accounting, Organizations and Society 30 1 : 124.

Baxter, J., and W. F. Chua. 1998. Doing field research: Practice and meta-theory in
counterpoint. Journal of Management Accounting Research 10: 6988.

, and . 2003. Alternative management accounting researchWhence and


whither. Accounting, Organizations and Society 28 2/3 : 97126.

Beresford, D. R. 1997. How to succeed as a standard setter by trying really hard. Accounting
Horizons 11 3 : 7991.

Berry, A. J., T. Capps, D. J. Cooper, P. Ferguson, T. Hopper, and E. A. Lowe. 1985.


Management control in an area of the NCB: Rationales of accounting practice in a public
enterprise. Accounting, Organiza- tions and Society 10: 328.

Black, F. 1993. Choosing accounting rules. Accounting Horizons 7 4 : 117. Bohman, J.


1996. Public Deliberation: Pluralism, Complexity and Democracy. Cambridge, MA: MIT
Press. Bourdieu, P., and L. Wacquant. 1992. An Invitation to Reflexive Sociology. Chicago,
IL: University of

Chicago Press. . 1997. Practical Reason. Cambridge, U.K.: Polity Press. Bricker,
R. J., K. Borokhovich, and B. Simkins. 2003. The impact of accounting research on finance.
Critical

22
Perspectives on Accounting 14 4 : 417438. Burchell, S., C. Clubb, A. G. Hopwood, J.
Hughes, and J. Nahapiet. 1980. The roles of accounting in organizations and society.
Accounting, Organizations and Society 5 1 : 527. Campbell, D. T., and J. C. Stanley.
1966. Experimental and Quasi-Experimental Designs for Research.

Chicago: Rand McNally. . 1975. Degrees of freedom and the case study.
Comparative Political Studies 8 1 : 178193. Chow, C. W. 1983. The impacts of accounting
regulation on bondholder and shareholder wealth: The case of the securities acts. The
Accounting Review 58 3 : 485520. Collins, H. M. 1992. Changing Order: Replication and
Induction in Scientific Practice. Chicago, IL: University of Chicago Press. . 2001.
Good to Great. New York, NY: Harper Collins. Cook, D. T., and T. D. Campbell. 1979.
Quasi-Experimentation: Design and Analysis Issues for Field

Settings. Chicago, IL: Rand-McNally Publishing. Cooper, D. J., and K. Robson. 2006.
Accounting, professions and regulation: Locating the sites of professionalization. Accounting,
Organizations and Society 31 45 : 415444.

, and T. Hopper. 2007. Handbook of Management Accounting Research. Vol. 1. C.


Chapman, A. G. Hopwood, and M. Shields, eds. Oxford, U.K.: Elsevier.

Covaleski, M. A., M. W. Dirsmith, J. Heian, and S. Samuel. 1998. The calculated and the
avowed: Tech- niques of discipline and struggles over identity in Big 6 public accounting
firms. Administrative Science Quarterly 43 2 : 293327.

Czarniawska, B. 2004. Narratives in Social Science Research. Thousand Oaks, CA:


Sage. Demski, J. S., N. Dopuch, B. Lev, J. Ronen, G. Searfoss, and S. Sunder. 1991. A
Statement on the State of Academic Accounting. Statement to the Research Director of the
American Accounting Association.

Sarasota, FL: AAA. Dent, J. 1991. Accounting and organizational cultures: A field study of
the emergence of a new organizational reality. Accounting, Organizations and Society 16 8 :
705732.

Dillard, J. A political base of a polyphonic debate. Critical Perspectives on Accounting


forthcoming .

DioGuardi, J. J. 1995. Our unaccountable federal government: It doesnt add up. Accounting
Horizons 9 2 : 6268.

Dirsmith, M. W., and M. A. Covaleski. 1985. Informal communications, nonformal


communications and mentoring in public accounting firms. Accounting, Organizations and
Society 10 2 : 149169.

Dyer, W. G., Jr., and A. L. Wilkins. 1991. Better stories, not better constructs to generate
better theory:

23
Arejoinder to Eisenhardt. Academy of Management Review 16 3 : 613619. Eisenhardt, K.
M. 1989. Building theories from case study research. Academy of Management Review 14 4 :
532550.

Flegm, E. H. 1989. The limitations of accounting. Accounting Horizons 3 3 : 9098.

Flyvbjerg, B. 2001. Making Social Science Matter. Cambridge, U.K.: Cambridge University
Press.

. 2004. Qualitative Research Practice. C. Seale, G. Gobo, J. Gubrium, and D.


Silverman, eds., 420 434. London, U.K. and Thousand Oaks, CA: Sage.

Funnell, W. 1998. Accounting in the service of the Holocaust. Critical Perspectives on


Accounting 9 4 : 435464. Gendron, Y. 2000. Openness to context based research: The gulf
between the claims and actions of Big Six firms in the USA. Accounting, Auditing &
Accountability Journal 13 2 : 175196.

, D. J. Cooper, and B. Townley. 2007. The construction of auditing expertise in


measuring government performance. Accounting, Organizations and Society 32 12 : 101
129. Giddens, A. 1991. Modernity and Self-Identity: Self and Society in the Late Modern
Age. Stanford, CA:

Stanford University Press. Habermas, J. 1984. The Theory of Communicative Action. Vol.
1. Boston, MA: Beacon Press.

. 1987. The Theory of Communicative Action. Vol. 2. Boston, MA: Beacon Press.

Hanson, N. R. 1965. Patterns of Discovery: An Inquiry into the Conceptual Foundations of


Science. Cambridge, U.K.: Cambridge University Press.

Hartmann, F. 2000. The appropriateness of RAPM: Toward the further development of


theory. Accounting, Organizations and Society 25 4/5 : 451482.

Hopwood, A. G. 2007. Whither accounting research? The Accounting Review 82 5 : 1365


1374.

Jnsson, S., and K. Lukka. 2007. Handbook of Management Accounting Research. Vol. 1. C.
Chapman, A. G.

Hopwood, and M. Shields, eds. Oxford, U.K.: Elsevier. Justesen, L., and P. Skaerbaek.
2005. Accounting in ScandinaviaThe Northern Lights.

S. Jnsson and J. Mouritsen, eds., 321343. Herndon, VA: Copenhagen Business School

24
Press.

Kaplan, R. S. 1986. The role for empirical research in management accounting. Accounting,
Organizations and Society 11 4/5 : 429452.

. 1998. Innovation action research: Creating new management accounting theory and
practice. Journal of Management Accounting Research 10: 89118.

Keating, P. J. 1995. A framework for classifying and evaluating the theoretical contributions
of case research in management accounting. Journal of Management Accounting Research 7:
6686.

Latour, B. 1999. Pandoras Hope. Cambridge, MA: Harvard University Press. Lindsay, R.
M. 2004. Making progress in theory development in management accounting research by
focus- ing on both context and pattern: Towards a broader and more respectable role for case
study research. Unpublished paper, University of Western Ontario.

Lipe, R. 2002. Fair valuing debt turns deteriorating credit quality into positive signals for
Boston Chicken. Accounting Horizons 16 2 : 169182.

Lukka, K., and E. Kasanen. 1995. The problem of generalizability: Anecdotes and evidence
in accounting research. Accounting, Auditing & Accountability Journal 8: 7190.

Lys, T., and L. Vincent. 1995. An analysis of value destruction in AT&Ts acquisition of
NCR. Journal of Financial Economics 39: 353378.

Macintosh, N. M., and R. W. Scapens. 1990. Structuration theory in management accounting.


Accounting, Organizations and Society 15 5 : 455477.

MacIntyre, A. 1984. After Virtue: A Study in Moral Theory. Notre Dame, IN: University of
Notre Dame Press.

McCloskey, D. N. 1994. Knowledge and Persuasion in Economics. New York, NY:


Cambridge University Press.

McKinnon, J. 1988. Reliability and validity in field research: Some strategies and tactics.
Accounting, Au- diting & Accountability Journal 1 1 : 3454.

Merchant, K., and J-F. Manzoni. 1989. The achievability of budget targets in profit centers:
A field study. The Accounting Review 64 3 : 539558.

, and W. Van der Stede. 2006. Field-based research in accounting: Accomplishments


and prospects. Behavioral Research in Accounting 18: 117134.

Merino, B. D., and M. D. Neimark. 1982. Disclosure regulation and public policy: A
sociohistorical reap- praisal. Journal of Accounting and Public Policy 1 1 : 3357.

Mezias, S. J., and M. Scarselletta. 1994. Resolving financial reporting problems: An


institutional analysis of the process. Administrative Science Quarterly 39 4 : 654678.

25
Miller, P., and T. OLeary. 1993. Accounting expertise and the politics of the product:
Economic citizenship and modes of corporate governance. Accounting, Organizations and
Society 18 2/3 : 187206.

Neimark, M. K. 1992. The Hidden Dimensions of Annual Reports. New York, NY: Marcus
Wiener Publishing.

Oakes, L., B. Townley, and D. J. Cooper. 1998. Business planning as pedagogy: Language
and control in a changing institutional field. Administrative Science Quarterly 43 2 : 257
292.

Pentland, B. T. 1993. Getting comfortable with the numbers. Accounting, Organizations and
Society 18 7/8 : 605620.

Power, M. 2003. Auditing and the production of legitimacy. Accounting, Organizations and
Society 28 4 : 379394.

Preston, A. M. 1989. The taxman cometh: Some observations on the interrelationship


between accounting and inland revenue practice. Accounting, Organizations and Society 14
56 : 389413.

Radcliffe, V. S. 1999. Knowing efficiency: The enactment of efficiency in efficiency


auditing. Accounting, Organizations and Society 24 4 : 333363.

Ragin, C. C. 1992. What Is a Case? Exploring the Foundations of Social Inquiry. C. C. Ragin
and H. S. Becker, eds. Cambridge, U.K.: Cambridge University Press.

Rawls, J. 1993. Political Liberalism. New York, NY: Columbia University Press. Reiter, S.,
and P. Williams. 2002. The structure and progressivity of accounting research: The crisis in
the academy revisited. Accounting, Organizations and Society 27 6 : 575607.

Robson, K. 1993. Accounting policy making and interests: Accounting for research and
development. Critical Perspectives on Accounting 4 1 : 127.

Rosen, M. 1990. Staying on the string: The YO and the market in eighty-nine. Critical
Perspectives on Accounting 1 4 : 337365.

Schn, D. 1983. The Reflective Practitioner: How Professionals Think in Action. New York,
NY: Basic Books.

Sharma, N. 2004. Constructing and legitimating audit practice: Value for money studies of
environmental programmes. Ph.D. dissertation, University of Manchester Institute of Science
and Technology.

Simons, R. 1990. The role of management control systems in creating competitive advantage:
New perspectives. Accounting, Organizations and Society 15 12 : 127143.

Soffer, L. C. 2000. SFAS No. 123 disclosures and discounted cash flow valuation.

26
Accounting Horizons 142 : 169180.

Stake, R. E. 2000. Handbook of Qualitative Research. 2nd edition. N. Denzin and Y. Lincoln,
eds. Thousand Oaks, CA: Sage.

Starbuck, W. H. 1993. Keeping a butterfly and an elephant in a house of cards: The elements
of exceptional success. Journal of Management Studies 30 6 : 885921.

Tinker, A. M., B. D. Merino, and M. D. Neimark. 1982. The normative origins of positive
theories: Ideology and accounting thought. Accounting, Organizations and Society 7 2 : 167
200.

, and M. D. Neimark. 1987. The role of annual reports in gender and class
contradictions at General Motors: 19171976. Accounting, Organizations and Society 12 1 :
7188.

Townley, B., D. J. Cooper, and L. Oakes. 2003. Performance measures and the
rationalization of organiza- tions. Organization Studies 24 7 : 10451067.

Van Maanen, J. 1979. The fact of fiction in organizational ethnography. Administrative


Science Quarterly 24 4 : 539550.

Xiang, B. 1998. Institutional factors influencing Chinas accounting reforms and standards.
Accounting Ho- rizons 12 2 : 105120.

Yin, R. K. 1989. Case Study Research: Design and Methods. Revised edition. Newbury Park,
CA: Sage. Zimmerman, J. L. 2001. Conjectures regarding empirical managerial accounting
research. Journal of Accounting and Economics 32 13 : 411427.

27

Вам также может понравиться