Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
KARBUNKEL
Diajukan untuk memenuhi sebagian tugas kepaniteraan klinik dan melengkapi salah satu syarat
menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter di Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin RS
Islam Sultan Agung Semarang
Oleh :
Muhammad Dhiya Rahadian
30101206667
Pembimbing :
dr. Hesti Wahyuningsih Karyadini, Sp.KK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2017
BAB I
PENDAHULUAN
Furunkel (boil) dan karbunkel merupakan tonjolan yang nyeri dan berisi nanah yang
terbentuk dibawah kulit ketika bakteri menginfeksi dan menyebabkan inflamasi pada satu atau
lebih folikel rambut. Furunkel yang berdekatan dapat bergabung membentuk karbunkel.
Karbunkel merupakan beberapa furunkel yang membentuk kelompok (cluster). Karbunkel
memiliki lesi inflamasi yang lebih luas, dasarnya dalam, dan ditandai dengan nyeri yang luar biasa
pada tempat lesi yang biasanya ditemui pada tengkuk, punggung atau paha. Penyebab dari furunkel
atau karbunkel ini biasanya bakteri Stafilokokus aureus.1,2,3,4
Furunkel atau karbunkel dapat muncul dimana saja pada kulit, tetapi terutama muncul pada
wajah, leher, ketiak, pantat atau paha area yang terdapat rambut dan banyak mengeluarkan
keringat atau mengalami gesekan. Walaupun setiap orang memiliki potensi untuk terkena furunkel
atau karbunkel, beberapa orang dengan diabetes, sistem imun yang lemah, jerawat atau problem
kulit lainnya memiliki resiko lebih tinggi.2,5,6
Karbunkel merupakan penyakit yang agak jarang. Belum ada data yang spesifik yang
menunjukkan prevalensi penyakit ini. Statistik Departemen Kesehatan Inggris menunjukkan
bahwa pada tahun 2002 dan 2003 terdapat sekitar 0,19% atau 24.525 penderita berobat ke Rumah
Sakit Inggris dengan diagnosa furunkel abses kutaneus dan karbunkel.7
Bartholinitis merupakan infeksi kelenjar Bartholini (nama diambil dari seorang ahli
anatomi belanda) yang letaknya bilateral pada bagian dasar labia minor. Kelenjar ini bermuara
pada posisi kira2 jam 4 dan jam 8. Ukurannya sebesar kacang (0,5-1 cm) dan tidak melebihi 1 cm,
dan pada pemeriksaan dalam keadaan normal kelenjar ini tidak dapat di palpasi, bertugas
mensekresi lendir dengan duktus sepanjang1,5-2cm.Bartolinitis terjadi bila ada sumbatan pada
duktus ini. Bartolinitis ini dapat terjadi berulang-ulang dan akhirnya dapat menjadi menahun dalam
bentuk kista bartolini.
Veruka plana merupakan hyperplasia epidermis disebabkan oleh human papilloma virus
tipe tertentu, dengan klinis timbul kutil miliar atau lentikular, permukaan licin dan rata, berwarna
sama dengan warna kulit atau agak kecoklatan.
Insidensi terutama terjadi pada anak dan usia muda, walaupun dapat ditemukan pada orang
tua.
Cara transmisi veruka plana menyebar dengan kontak langsung atau tidak langsung
langsung (melalui objek yang terkontaminasi). Autoinokulasi (melalui garukan) dari satu lokasi
ke lokasi yang lain di badan juga bisa menyebarkan virus HPV. Penurunan fungsi penghalang
epitel, oleh trauma (termasuk lecet ringan), maserasi atau keduanya, adalah predisposisi
untuk inokulasi virus, dan umumnya diasumsikan sebagai port dentre infeksi pada lapisan
keratin kulit.
Diagnosis veruka plana ditegakkan dari anamnesis dan gambaran ujud kelainan kulit yang
ada pada pemeriksaan fisik. Dapat juga dilakukan pemeriksaan penunjang histopatologi untuk
membedakan berbagai macam papilloma. Veruka plana dapat menimbulkan keluhan nyeri ringan
hingga asimtomatik. Veruka plana pada plantaris juga perlu dibedakan dengan clavus.
BAB II
Tinjauan Pustaka
A. Karbunkel
a. Definisi
Karbunkel adalah infeksi yang dalam oleh S.aureus pada sekelompok folikel
rambut yang berdekatan. Karbunkel merupakan gabungan beberapa furunkel yang dibatasi
oleh trabekula fibrosa yang berasal dari jaringan subkutan yang padat. Perkembangan dari
furunkel menjadi karbunkel bergantung pada status imunologis penderita.8 Karbunkel
merupakan nodul inflamasi pada daerah folikel rambut yang lebih luas dan dasarnya lebih
dalam daripada furunkel.1
Gambar 2. Gambar karbunkel. Drainase bedah diperlukan pada karbunkel seperti ini.4
b. Epidemiologi
Insidensi karbunkel agak jarang. Insidensinya terutama pada usia setelah pubertas
yaitu remaja dan dewasa muda. Furunkel atau karbunkel jarang didapatkan pada anak-anak
kecuali terdapat keadaan imunodefisiensi (misalnya dapat muncul pada anak wanita
dengan sindrom stafilokokal hiperimunoglobulin E [sindrom Job]). Insidensi pada laki-laki
sama dengan perempuan.6
Berdasarkan statistik Departemen Kesehatan Inggris, pada tahun 2002 dan 2003
terdapat sekitar 0,19% atau 24.525 penderita yang berobat ke Rumah Sakit Inggris dengan
diagnosa furunkel abses kutaneus dan karbunkel. Dari 24.525 pasien tersebut terdapat 90%
yang memerlukan rawat inap. 54% dari pasien yang berobat tersebut adalah laki-laki dan
46% pasien adalah perempuan. Usia rata-rata dari pasien yang berobat adalah 37 tahun.
72% berusia 15-59 tahun dan 6% berusia diatas 75 tahun.7
Furunkel atau karbunkel biasanya terbentuk ketika satu atau beberapa folikel
rambut terinfeksi oleh bakteri stafilokokus (Stafilokokus aureus). Bakteri ini, yang
merupakan flora normal pada kulit dan kadang-kadang pada tenggorokan dan saluran
hidung. Sekitar 25-30% populasi membawa bakteri ini pada hidungnya tanpa menjadi sakit
dan sekitar 1% populasi membawa MRSA (methicillin resistant staphylococcus aureus).
MRSA merupakan strain dari S.aureus yang resisten terhadap antibiotik beta-laktam,
termasuk methicillin, penisilin, amoksisilin, oxacilllin dan nafcillin sehingga sering
menyebabkan infeksi kabunkel yang serius dan sering berulang. Bakteri S.aureus
berbentuk bulat (coccus), memiliki diameter 0,5 1,5 m, memiliki susunan bergerombol
seperti anggur, tidak memiliki kapsul, nonmotil, katalase positif dan pada pewarnaan gram
tampak berwarna ungu. Bakteri ini bertanggung jawab untuk sejumlah penyakit penyakit
serius seperti pneumonia, meningitis, osteomielitis dan endokarditis (lihat gambar 3).
Bakteri ini juga merupakan penyebab utama infeksi nosokomial dan penyakit yang didapat
dari makanan.1,2,3,5
Gambar 3. Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh S.aureus.2
g. Diagnosis Banding
Diagnosa banding yang paling utama dari karbunkel adalah kista epidermal yang
mengalami inflamasi. Kista epidermal yang mengalami inflamasi dapat dengan tiba-tiba
menjadi merah, nyeri tekan dan ukurannya bertambah dalam satu atau beberapa hari
sehingga dapat menjadi diagnosa banding karbunkel. Diagnosa banding berupa kista
epidermal yang mengalami inflamasi ini dapat disingkirkan berdasarkan terdapatnya
riwayat kista sebelumnya pada tempat yang sama, terdapatnya orificium kista yang terlihat
jelas dan penekanan lesi tersebut akan mengeluarkan masa seperti keju yang berbau tidak
sedap sedangkan pada karbunkel mengeluarkan material purulen.9
Diagnosa banding yang lain antara lain sporotrikosis, blastomikosis dan akne
konglobata. Sporotrikosis merupakan infeksi kronik dari jamur Sporotrichum schenkii dan
ditandai oleh nodula berjejer sepanjang aliran limfe. Blastomikosis ditandai nodula kronik
dengan multipel fistula. Akne konglobata ditandai oleh nodul-nodul merah hitam dengan
kebanyakan berada pada daerah punggung daripada wajah dan lengan.8
h. Komplikasi
Masalah utama pada furunkel dan karbunkel adalah penyebaran bakteremia dari
infeksi dan masalah rekurensi. Bakteri dari furunkel atau karbunkel dapat masuk kedalam
aliran darah dan berkelana menuju bagian tubuh yang lain. Manipulasi pada lesi dapat
memfasilitasi penyebaran infeksi ini melalui aliran darah. Infeksi yang menyebar,
umumnya diketahui sebagai septikemia dapat dengan cepat mengancam nyawa.2
Invasi bakteri kedalam aliran darah biasanya terjadi kapan saja, tidak dapat ditebak,
menyebabkan infeksi metastasis seperti endokarditis, vertebral osteomyelitis/discitis,
septik arthritis, abses splenik, mycotic aneurysms, meningitis, atau abses jaringan.
Frekuensi infeksi metastasis selama bakteremia diperkirakan sekitar 31%. Manipulasi pada
lesi berbahaya dan dapat memfasilitasi penyebaran infeksi melalui aliran darah.
Untungnya, komplikasi seperti ini jarang. 2,5
Masalah serius lainnya adalah timbulnya resistensi obat pada strain Stafilokokus
aureus. Stafilokokus aureus yang resisten methicillin (methicillin-resistant Staphylococcus
aureus / MRSA) sekarang meningkat jumlahnya, terutama didapatkan pada siswa militer,
penghuni penjara, atlet, bahkan anak-anak. Menurut Centers for Disease Control and
Prevention, sekitar 1 persen orang amerika membawa MRSA pada tubuh mereka. 2,5
MRSA sangat menular dan menyebar dengan cepat pada daerah yang padat atau
tidak higienis atau dimana handuk atau peralatan atletik dipakai bersama-sama. Walaupun
MRSA memiliki respon baik terhadap beberapa antibiotik, MRSA resisten terhadap
penisilin dan sulit untuk diobati. Furunkulosis rekuren menjadi masalah yang dapat
berlanjut betahun-tahun.2
i. Pengobatan
Bila lesi besar, nyeri dan fluktuasi, insisi dan drainase diperlukan. Bila infeksi
terjadi berulang atau memiliki komplikasi dengan komorbiditas, kultur dapat dilakukan.
Terapi antimikrobial harus dilanjutkan sampai semua bukti inflamasi berkurang dan
berubah apalagi ketika hasil kultur tersedia. Lesi yang didrainase harus ditutupi untuk
mencegah autoinokulasi dan mencuci tangan harus sering dilakukan.
Kelenjar bartolini merupakan salah satu organ genetalia eksterna, disebut juga
glandula vestibularis mayor, kelenjar ini biasanya berukuran sebesar kacang dan
ukurannya jarang melebihi 1 cm, berjumlah dua buah berbentuk bundar, dan terletak
posterolateral dari vestibulum arah jam 4 dan 8. Saluran keluar dari kelenjar ini bermuara
pada celah yang terdapat diantara labium minus pudendi dan tepi hymen. Glandula ini
homolog dengan glandula bulbourethralis pada pria. Kelenjar ini tertekan pada waktu
coitus dan mengeluarkan sekresinya untuk membasahi atau melicinkan permukaan vagina
di bagian caudal. kelenjar bartolini diperdarahi oleh arteri bulbi vestibuli, dan dipersarafi
oleh nervus pudendus dan nervushemoroidal inferior. Kelenjar bartolini sebagian tersusun
dari jaringan erektil dari bulbus, jaringan erektil dari bulbus menjadi sensitif selama
rangsangan seksual dan kelenjar ini akan mensekresi sekret yang mukoid yang bertindak
sebagai lubrikan. Drainase pada kelenjar ini oleh saluran dengan panjang kira-kira 2-2,5
cm yang terbuka ke arah orificium vagina sebelah lateral hymen, normalnya kelenjar
bartolini tidak teraba pada pemeriksaan palapasi, kecuali pada keadaan penyakit atau
infeksi.
b. Epidemiologi
Kista Bartholini merupakan kista yang sering terjadi pada vulva, 2% wanita
mengalami kista Bartolini atau abses kelenjar pada suatu saat dalam kehidupannya. Abses
umumnya hampir terjadi tiga kali lebih banyak daripada kista. Salah satu penelitian kasus
kontrol menemukan bahwa wanita berkulit putih dan hitam yang lebih cenderung untuk
mengalami kista bartolini atau abses bartolini daripada wanita hispanik, dan bahwa
perempuan dengan paritas yang tinggi memiliki risiko terendah. Kista Bartolini yang
paling umum terjadi pada labia majora. Involusi bertahap dari kelenjar Bartolini dapat
terjadi pada saat seorang wanita mencapai usia 30 tahun. Hal ini mungkin menjelaskan
lebih seringnya terjadi kista Bartolini dan abses selama usia reproduksi, antara 20 sampai
30 tahun. Namun, tidak menutup kemungkinan dapat terjadi pada wanita yang lebih tua
atau lebih muda. Biopsi eksisional mungkin diperlukan lebih dini karena massa pada
wanita pascamenopause dapat berkembang menjadi kanker. Beberapa penelitian telah
menyarankan bahwa eksisi pembedahan tidak diperlukan karena rendahnya risiko kanker
kelenjar Bartholin (0,114 kanker per 100.000 wanita/tahun). Namun, jika diagnosis kanker
tertunda, prognosis dapat menjadi lebih buruk. Sekitar 1 dalam 50 wanita akan mengalami
kista Bartolini atau abses di dalam hidup mereka.
Kista Bartolini berkembang ketika saluran keluar dari kelenjar Bartolini tersumbat.
Penyebab penyumbatan diduga akibat infeksi atau adanya pertumbuhan kulit pada penutup
saluran kelenjar bartholini. Cairan yang dihasilkan oleh kelenjar kemudian terakumulasi,
menyebabkan kelenjar membengkak dan membentuk suatu kista. Suatu abses terjadi bila
kista menjadi terinfeksi. Abses Bartolini dapat disebabkan oleh sejumlah bakteri. Ini
termasuk organisme yang menyebabkan penyakit menular seksual seperti Klamidia dan
Gonore serta bakteri yang biasanya ditemukan di saluran pencernaan, seperti Escherichia
coli. Umumnya abses melibatkan lebih dari satu jenis organisme. Obstruksi distal saluran
Bartolini bisa mengakibatkan retensi cairan, dengan dihasilkannya dilatasi dari duktus dan
pembentukan kista. Kista dapat terinfeksi, dan abses dapat berkembang dalam kelenjar.
Kista Bartolini tidak selalu harus terjadi sebelum abses kelenjar. Meskipun Neisseria
gonorrhoeae adalah mikroorganisme aerobik yang dominan mengisolasi, bakteri anaerob
adalah patogen yang paling umum. Chlamydia trachomatis juga mungkin menjadi
organisme kausatif. Namun, kista saluran Bartolini dan abses kelenjar tidak lagi dianggap
sebagai bagian eksklusif dari infeksi menular seksual. Selain itu operasi vulvovaginal
adalah penyebab umum kista dan abses tersebut.
Penyebab sumbatan :
1. Infeksi :
Sejumlah bakteri dapat menyebabkan infeksi, termasuk bakteri yang umum,
seperti Escherichia coli (E. coli), serta bakteri yang menyebabkan penyakit
menular seksual seperti gonore dan klamidia.
2. Non infeksi :
Stenosis / atresia congenital
Trauma mekanik
Inspissated mucous
d. Manifestasi Klinis
Adapun jika kista terinfeksi maka dapat berkembang menjadi abses bartolini
dengan gejala klinik berupa:
e. Diagnosis
Anamnesis yang baik dan pemeriksaan fsik sangat mendukung suatu diagnosis.
Pada anamnesis ditanyakan tentang gejala seperti panas, gatal, sudah berapa lama gejala
berlangsung, kapan mulai muncul, Faktor yang memperberat gejala, apakah pernah
berganti pasangan seks, keluhan saat berhubungan, riwayat penyakit menulat seksual
sebelumnya, riwayat penyakit kelamin pada keluarga, riwayat keluarga mengidap penyakit
kanker kelamin, riwayat penyakit yang lainnya misalnya diabetes dan hipertensi, serta
riwayat pengobatan sebelumnya.
f. Tatalaksana
Penanganan tergantung kondisi kista dan keluhan yang dirasakan, kalau kelenjar
kista bartholininya kecil dan tidak mengganggu bisa diobservasi saja. Tapi kalau kistanya
besar dan menyebabkan keluhan atau terinfeksi menjadi bisul (abses) terapi definitifnya
berupa operasi kecil (marsupialisasi). Marsupialisasi yaitu sayatan dan pengeluaran isi
kista diikuti penjahitan dinding kista yang terbuka pada kulit vulva yang terbuka.
Marsupialisasi merupakan suatu tehnik membuat muara saluran kelenjar bartholin yang
baru sebagai alternatif lain dari pemasangan word kateter. Tindakan ini terbukti tidak
beresiko dan hasilnya memuaskan. Insisi dilakukan vertical pada vestibulum sampai
tengah kista dan daerah luar cincin hymen. Lebar insisi sekitar 1,5 3 cm, tergantung
besarnya kista kemudian kavitas segera dikeringkan. Kemudian dilakukan penjahitan pada
bekas irisan. Bedrest total dimulai pada hari pertama post operatif. Komplikasi berupa
dispareuni, hematoma, infeksi.
Langkah-langkah marsupialisasi:
Veruka plana atau flat warts merupakan hyperplasia epidermis dengan permukaan
halus yang disebabkan oleh human papillomavirus (HPV) tipe tertentu. Saat ini, lebih dari
70 jenis HPV telah diidentifikasi. HPV tipe tertentu cenderung terjadi di lokasi anatomi
tertentu, namun kutil dari setiap jenis HPV dapat terjadi di daerah manapun.
Human Papilloma virus dapat ditemukan pada manusia dan sejumlah spesies
lain dan merupakan genum dari papillomaviridae.
Virus ini tidak menghasilkan tanda-tanda akut atau gejala, tetapi menyebabkan lesi
yang tumbuh lambat yang dapat tetap subklinis untuk jangka waktu yang lama.
b. Epidemiologi
Insidensi paling sering terjadi pada anak-anak dan usia muda, walaupun penyakit
ini dapat muncul pada orang tua. Tidak terdapat perbedaan insidensi pada pria dan wanita.
c. Etiologi
Kutil disebabkan oleh Human Papilloma Virus (HPV) yang ada lebih dari 70 jenis
yang berbeda. HPV adalah virus DNA rantai ganda dengan kapsid icosahedral dari 72
capsomers dan berukuran 50-55 nm yang merupakan family Papovaviridae, kelompok
Papova dan sub kelompok papiloma. Lebih dari 55 jenis HPV telah diakui. Karakteristik
virus ini adalah replikasi terjadi intranuklear.
HPV sulit untuk dipahami karena tidak dapat dibiakkan pada kultur jaringan.
Namun kemajuan dalam biologi molekuler telah memungkinkan karakterisasi dari genom
HPV dan identifikasi beberapa fungsi gen HPV
d. Gambaran Klinis
Tempat predileksi yang umum ada pada muka dan leher, dorsum manum dan pedis,
pergelangan tangan dan lutut. Namun sesuai cara transmisinya, kutil dapat terjadi dimana saja
Kutil ini ukurannya miliar hingga lenticular, dengan permukaan yang licin dan rata,
berwarna seperti kulit di sekitarnya atau bisa agak kecoklatan. Kulit bisa timbul soliter atau
e. Patogenesis
Infeksi HPV terjadi melalui inokulasi virus pada epidermis yang viabel melalui defek
pada epitel.Maserasi kulit mungkin merupakan faktor predisposisi yang penting, seperti yang
ditunjukkan dengan meningkatnya insidens Veruka Plantar pada perenang yang sering
menggunakan kolam renang umum.Mesti faktor reseptor seluler untuk HPV belum
diidentifikasi, permukaan sel heparan sulfat, yang dikode oleh proteoglikan dan berikatan
dengan partikel HPV dengan afinitas tinggi, dibutuhkan sebagai jalan masuknya. Untuk
mendapat infeksi yang persisten, mungkin penting untuk memasuki sel basal epidermis yang
juga sel punca (sel stem) atau diubah oleh virus menjadi sesuatu dengan properti
(kemampuan/karakter) seperti sel punca. Dipercayai bahwa single copy atau sebagian besar
sedikit copy genom virus dipertahankan sebagai suatu plasmid ekstrakromosom dalam sel
basal epitel yang terinfeksi. Ketika sel-sel ini membelah, genom virus juga bereplikasi dan
berpartisi menjadi tiap sel progeni, kemudian ditranportasikan dalam sel yang bereplikasi saat
Jika gambaran klinis tidak jelas dapat dilakukan pemeriksaan histopatologim melalui
Keratinosit besar dengan nukleus piknosis eksentrik dikelilingi oleh halo perinukleus
(sel koilositotik atau koilosit) merupakan karakteristik dari papilloma yang dikaitkan dengan
tanda terjadinya infeksi HPV. Sel yang terinfeksi HPV mungkin memiliki granul-granul
tersebut dapat terdiri dari protein HPV E4 (E1-E4) dan tidak menunjukkan banyaknya
partikel-partikel virus. Kutil yang datar kurang memiliki akantosis dan hiperkeratosis dan
tidak memiliki parakeratosis atau papillomatosis. Sel koilositotik biasanya sangat banyak,
Sebenarnya, sebagian veruka dapat mengalami involusi (sembuh) spontan dalam masa
1 atau 2 tahun. Pengobatan dapat berupa tindakan bedah atau non bedah. Tindakan bedah
antara lain bedah beku N2 cair (Cryoteraphy), bedah listrik, bedah scalpel dan bedah laser.
Cara non bedah antara lain dengan bahan keratolitik, misalnya asam salisilat; bahan kaustik
misalnya AgNO3 25%, asam triklorosetat 50%, dan fenol likuifaktum, serta bahan lain
misalnya kantaridin.
BAB III
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. W
Umur : 62 tahun
Alamat : Semarang
Agama : Islam
Nomor RM : 116xxxx
Tanggal pemeriksaan : 16 November 2017
II. ANAMNESA
Autoanamnesa penderita di poli Kulit dan Kelamin RSISA tanggal 06 Oktober 2017 jam
10.30 WIB
Keluhan Utama
Keluhan Subyektif : Benjolan yang nyeri di daerah kelamin
Keluhan Obyektif` : Benjolan berjumlah satu buah berbentuk kerucut diameter 2 cm
Riwayat Penyakit Sekarang
Onset : 1 bulan yang lalu
Riwayat Kebiasaan
Sosial Ekonomi
Pasien sebagai ibu rumah tangga. Berobat dengan BPJS Non PBI, kesan
ekonomi cukup
Status Dermatologi
Inspeksi
Lokasi I : Di facies externa labia mayor sinistra
UKK : Tampak Nodul eritem berbentuk kerucut diameter 2 cm
dengan erosi di tengah
Pasien wanita berusia 62 tahun datang ke Poli Kulit RS Islam Sultan Agung
Semarang pada tanggal 16 November 2017 dengan keluhan benjolan yang nyeri berjumlah
satu buah di labium majus sinistra sejak 1 bulan yang lalu. Benjolan awalnya kecil seperti
plentingan dan semakin membesar, saat ini berukuran diameter 2 cm. Pemeriksaan fisik
ditemukan keadaan umum tampak sakit sedang. Pada pemeriksaan status lokalis,
ditemukan nodul eritem berbentuk kerucut ukuran diameter 2 cm dengan erosi di bagian
tengahnya. Nyeri sentuh (+), tidak mobile, konsistensi padat. Selain itu ditemukan pada
dasar nodul tampak labium majus sinistra edem dan eritem dengan batas tidak tegas.
Ditemukan pula papul lenticular multiple warna kecoklatan, permukaan rata dan licin, tidak
gatal di labium majus sisi kanan dan kiri.
V. DIAGNOSIS BANDING
UKK I :
o Karbunkel
o Furunkel
o Hidradenitis supurative
o Skrofuloderma
UKK II :
o Bartholinitis
o Kista Pilosebasea
o Hidradenoma Papillaris
UKK III :
o Veruka Plana Juvenilis
o Kondiloma Akuminata
o Veruka Vulgaris
o Kondiloma Lata
VIII. TERAPI
R/ Amoxycillin 500 mg no. XXX
S.4.d.d tab I
_________________________________________
R/ Paracetamol tab 500 mg no XV
S.3.d.d tab 1 p.r.n
_________________________________________
Terapi Bedah :
a. Marsupialisasi kelenjar bartholini
b. Elektrodesikasi veruka plana juvenilis
IX. PROGNOSIS
Ad Vitam : bonam
Ad Sanam : dubia ad bonam
Ad Kosmetikum : dubia ad bonam
X. EDUKASI
Aspek klinis
Minum dan gunakan obat secara teratur
Menjaga kebersihan diri, pakaian dan lingkungan
Hindari intervensi berlebihan pada bagian yang sakit
Aspek Islami