Вы находитесь на странице: 1из 27

CASE BASED DISCUSSION

KARBUNKEL
Diajukan untuk memenuhi sebagian tugas kepaniteraan klinik dan melengkapi salah satu syarat
menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter di Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin RS
Islam Sultan Agung Semarang

Oleh :
Muhammad Dhiya Rahadian
30101206667

Pembimbing :
dr. Hesti Wahyuningsih Karyadini, Sp.KK

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2017
BAB I

PENDAHULUAN

Furunkel (boil) dan karbunkel merupakan tonjolan yang nyeri dan berisi nanah yang
terbentuk dibawah kulit ketika bakteri menginfeksi dan menyebabkan inflamasi pada satu atau
lebih folikel rambut. Furunkel yang berdekatan dapat bergabung membentuk karbunkel.
Karbunkel merupakan beberapa furunkel yang membentuk kelompok (cluster). Karbunkel
memiliki lesi inflamasi yang lebih luas, dasarnya dalam, dan ditandai dengan nyeri yang luar biasa
pada tempat lesi yang biasanya ditemui pada tengkuk, punggung atau paha. Penyebab dari furunkel
atau karbunkel ini biasanya bakteri Stafilokokus aureus.1,2,3,4

Furunkel atau karbunkel dapat muncul dimana saja pada kulit, tetapi terutama muncul pada
wajah, leher, ketiak, pantat atau paha area yang terdapat rambut dan banyak mengeluarkan
keringat atau mengalami gesekan. Walaupun setiap orang memiliki potensi untuk terkena furunkel
atau karbunkel, beberapa orang dengan diabetes, sistem imun yang lemah, jerawat atau problem
kulit lainnya memiliki resiko lebih tinggi.2,5,6

Karbunkel merupakan penyakit yang agak jarang. Belum ada data yang spesifik yang
menunjukkan prevalensi penyakit ini. Statistik Departemen Kesehatan Inggris menunjukkan
bahwa pada tahun 2002 dan 2003 terdapat sekitar 0,19% atau 24.525 penderita berobat ke Rumah
Sakit Inggris dengan diagnosa furunkel abses kutaneus dan karbunkel.7

Bartholinitis merupakan infeksi kelenjar Bartholini (nama diambil dari seorang ahli
anatomi belanda) yang letaknya bilateral pada bagian dasar labia minor. Kelenjar ini bermuara
pada posisi kira2 jam 4 dan jam 8. Ukurannya sebesar kacang (0,5-1 cm) dan tidak melebihi 1 cm,
dan pada pemeriksaan dalam keadaan normal kelenjar ini tidak dapat di palpasi, bertugas
mensekresi lendir dengan duktus sepanjang1,5-2cm.Bartolinitis terjadi bila ada sumbatan pada
duktus ini. Bartolinitis ini dapat terjadi berulang-ulang dan akhirnya dapat menjadi menahun dalam
bentuk kista bartolini.

Veruka plana merupakan hyperplasia epidermis disebabkan oleh human papilloma virus
tipe tertentu, dengan klinis timbul kutil miliar atau lentikular, permukaan licin dan rata, berwarna
sama dengan warna kulit atau agak kecoklatan.
Insidensi terutama terjadi pada anak dan usia muda, walaupun dapat ditemukan pada orang
tua.

Cara transmisi veruka plana menyebar dengan kontak langsung atau tidak langsung
langsung (melalui objek yang terkontaminasi). Autoinokulasi (melalui garukan) dari satu lokasi
ke lokasi yang lain di badan juga bisa menyebarkan virus HPV. Penurunan fungsi penghalang
epitel, oleh trauma (termasuk lecet ringan), maserasi atau keduanya, adalah predisposisi
untuk inokulasi virus, dan umumnya diasumsikan sebagai port dentre infeksi pada lapisan
keratin kulit.

Diagnosis veruka plana ditegakkan dari anamnesis dan gambaran ujud kelainan kulit yang
ada pada pemeriksaan fisik. Dapat juga dilakukan pemeriksaan penunjang histopatologi untuk
membedakan berbagai macam papilloma. Veruka plana dapat menimbulkan keluhan nyeri ringan
hingga asimtomatik. Veruka plana pada plantaris juga perlu dibedakan dengan clavus.
BAB II

Tinjauan Pustaka

A. Karbunkel
a. Definisi

Karbunkel adalah infeksi yang dalam oleh S.aureus pada sekelompok folikel
rambut yang berdekatan. Karbunkel merupakan gabungan beberapa furunkel yang dibatasi
oleh trabekula fibrosa yang berasal dari jaringan subkutan yang padat. Perkembangan dari
furunkel menjadi karbunkel bergantung pada status imunologis penderita.8 Karbunkel
merupakan nodul inflamasi pada daerah folikel rambut yang lebih luas dan dasarnya lebih
dalam daripada furunkel.1

Gambar 1. Karbunkel. Lesi menunjukkan furunkel konfluens multipel yang sebagian


mengeluarkan pus.1

Gambar 2. Gambar karbunkel. Drainase bedah diperlukan pada karbunkel seperti ini.4
b. Epidemiologi

Insidensi karbunkel agak jarang. Insidensinya terutama pada usia setelah pubertas
yaitu remaja dan dewasa muda. Furunkel atau karbunkel jarang didapatkan pada anak-anak
kecuali terdapat keadaan imunodefisiensi (misalnya dapat muncul pada anak wanita
dengan sindrom stafilokokal hiperimunoglobulin E [sindrom Job]). Insidensi pada laki-laki
sama dengan perempuan.6

Berdasarkan statistik Departemen Kesehatan Inggris, pada tahun 2002 dan 2003
terdapat sekitar 0,19% atau 24.525 penderita yang berobat ke Rumah Sakit Inggris dengan
diagnosa furunkel abses kutaneus dan karbunkel. Dari 24.525 pasien tersebut terdapat 90%
yang memerlukan rawat inap. 54% dari pasien yang berobat tersebut adalah laki-laki dan
46% pasien adalah perempuan. Usia rata-rata dari pasien yang berobat adalah 37 tahun.
72% berusia 15-59 tahun dan 6% berusia diatas 75 tahun.7

c. Etiologi Dan Patogenesis

Furunkel atau karbunkel biasanya terbentuk ketika satu atau beberapa folikel
rambut terinfeksi oleh bakteri stafilokokus (Stafilokokus aureus). Bakteri ini, yang
merupakan flora normal pada kulit dan kadang-kadang pada tenggorokan dan saluran
hidung. Sekitar 25-30% populasi membawa bakteri ini pada hidungnya tanpa menjadi sakit
dan sekitar 1% populasi membawa MRSA (methicillin resistant staphylococcus aureus).
MRSA merupakan strain dari S.aureus yang resisten terhadap antibiotik beta-laktam,
termasuk methicillin, penisilin, amoksisilin, oxacilllin dan nafcillin sehingga sering
menyebabkan infeksi kabunkel yang serius dan sering berulang. Bakteri S.aureus
berbentuk bulat (coccus), memiliki diameter 0,5 1,5 m, memiliki susunan bergerombol
seperti anggur, tidak memiliki kapsul, nonmotil, katalase positif dan pada pewarnaan gram
tampak berwarna ungu. Bakteri ini bertanggung jawab untuk sejumlah penyakit penyakit
serius seperti pneumonia, meningitis, osteomielitis dan endokarditis (lihat gambar 3).
Bakteri ini juga merupakan penyebab utama infeksi nosokomial dan penyakit yang didapat
dari makanan.1,2,3,5
Gambar 3. Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh S.aureus.2

Bakteri stafilokokus yang menyebabkan furunkel atau karbunkel umumnya masuk


melalui luka, goresan, atau robekan pada kulit. Respon primer host terhadap infeksi
S.aureus adalah pengerahan sel PMN ke tempat masuk kuman tersebut untuk melawan
infeksi yang terjadi. Sel PMN ini ditarik ke tempat infeksi oleh komponen bakteri seperti
formylated peptides atau peptidoglikan dan sitokin TNF (tumor necrosis factor) dan
interleukin (IL) 1 dan 6 yang dikeluarkan oleh sel endotel dan makrofag yang teraktivasi.
Hal ini menimbulkan inflamasi dan pada akhirnya membentuk pus (gabungan dari sel
darah putih, bakteri dan sel kulit yang mati).2,5
d. Faktor Resiko
Walaupun setiap orang termasuk orang yang sehat dapat terkena furukel atau
karbunkel, beberapa faktor ini dapat meningkatkan resiko1,2,3,5,6 :
Karier S.aureus kronik (pada hidung, aksila, perineum, vagina).
Diabetes. Pada diabetes terjadi gangguan fungsi leukosit sehingga membuat tubuh sulit
untuk melawan infeksi.
Higiene yang buruk.
Pakaian yang ketat. Iritasi yang terus menerus dari pakaian yang ketat dapat
menyebabkan luka pada kulit, membuat bakteri mudah untuk masuk kedalam tubuh.
Kondisi kulit tertentu. Karena kerusakan barier protektif kulit, masalah kulit seperti
jerawat, dermatitis, scabies, atau pedukulosis membuat kulit rentan menjadi furunkel
atau karbunkel.
Penggunaan kortikosteroid. Hal ini terkait dengan efek kortikosteroid berupa supresi
sistem imun tubuh.
Defek fungsi netrofil seperti pada pasien yang mendapatkan obat kemoterapi atau
mendapat obat omeprazole.
Penyakit imunodefisiensi primer seperti penyakit granulomatosa kronik, sindrom
Chediak-Higashi, defisiensi C3, hiperkatabolisme C3, hipogammaglobulinemia
transient, timoma dengan imunodefisiensi, dan sindrom Wiskott-Aldrich.
e. Gambaran Klinis

Karbunkel biasanya pertama muncul sebagai tonjolan yang nyeri, permukaannya


halus, berbentuk kubah dan berwarna merah. Tonjolan tersebut biasanya juga indurasi.
Ukuran tonjolan tersebut meningkat dalam beberapa hari dan dapat mencapai diameter 3-
10 cm atau bahkan lebih. Supurasi terjadi setelah kira-kira 5-7 hari dan pus dikeluarkan
melalui saluran keluar yang multipel (multiple follicular orifices). Demam dan malaise
sering muncul dan pasien biasanya tampak sakit berat. Karbunkel yang pecah dan kering
kemudian membentuk lubang yang kuning keabuan ireguler pada bagian tengah dan
sembuh perlahan dengan granulasi. Walaupun beberapa karbunkel menghilang setelah
beberapa hari, kebanyakan memerlukan waktu dua minggu untuk sembuh. Jaringan parut
permanen yang terbentuk biasanya tebal dan jelas.1,2,3,4
f. Pemeriksaan Laboratorium Dan Diagnosis

Furunkulosis ekstensif atau karbunkel biasanya menunjukkan leukositosis.


S.aureus merupakan penyebab utama. Pemeriksaan histologis dari karbunkel menunjukkan
proses inflamasi dengan PMN yang banyak di dermis dan lemak subkutan. Pada karbunkel,
abses multipel yang dipisahkan oleh trabekula jaringan ikat menyusup dermis dan melewati
sepanjang pinggir folikel rambut, mencapai permukaan melalui lubang pada epidermis
yang terkikis. Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan gambaran klinis yang dikonfirmasi
dengan pewarnaan gram dan kultur bakteri. Pewarnaan gram akan menunjukkan
sekelompok kokus berwarna ungu (gram positif) dan kultur bakteri pada medium agar
darah domba memberikan gambaran koloni yang lebar (6-8 mm), permukaan halus, sedikit
cembung, dan warna kuning keemasan.1,3,4

g. Diagnosis Banding

Diagnosa banding yang paling utama dari karbunkel adalah kista epidermal yang
mengalami inflamasi. Kista epidermal yang mengalami inflamasi dapat dengan tiba-tiba
menjadi merah, nyeri tekan dan ukurannya bertambah dalam satu atau beberapa hari
sehingga dapat menjadi diagnosa banding karbunkel. Diagnosa banding berupa kista
epidermal yang mengalami inflamasi ini dapat disingkirkan berdasarkan terdapatnya
riwayat kista sebelumnya pada tempat yang sama, terdapatnya orificium kista yang terlihat
jelas dan penekanan lesi tersebut akan mengeluarkan masa seperti keju yang berbau tidak
sedap sedangkan pada karbunkel mengeluarkan material purulen.9

Diagnosa banding seperti hidradenitis suppurativa (apokrinitis) juga sering


membuat salah diagnosis karbunkel. Berbeda dengan karbunkel, penyakit ini ditandai oleh
abses steril dan sering berulang. Selain itu, daerah predileksinya berbeda dengan karbunkel
yaitu pada aksila, lipat paha, pantat atau dibawah payudara. Adanya jaringan parut yang
lama, adanya sinus dan fistel serta kultur bakteri yang negatif memastikan diagnosis
penyakit ini dan juga membedakannya dengan karbunkel.9

Diagnosa banding yang lain antara lain sporotrikosis, blastomikosis dan akne
konglobata. Sporotrikosis merupakan infeksi kronik dari jamur Sporotrichum schenkii dan
ditandai oleh nodula berjejer sepanjang aliran limfe. Blastomikosis ditandai nodula kronik
dengan multipel fistula. Akne konglobata ditandai oleh nodul-nodul merah hitam dengan
kebanyakan berada pada daerah punggung daripada wajah dan lengan.8

h. Komplikasi

Masalah utama pada furunkel dan karbunkel adalah penyebaran bakteremia dari
infeksi dan masalah rekurensi. Bakteri dari furunkel atau karbunkel dapat masuk kedalam
aliran darah dan berkelana menuju bagian tubuh yang lain. Manipulasi pada lesi dapat
memfasilitasi penyebaran infeksi ini melalui aliran darah. Infeksi yang menyebar,
umumnya diketahui sebagai septikemia dapat dengan cepat mengancam nyawa.2

Awalnya, septikemia memberikan tanda dan gejala seperti menggigil, demam


disertai gelisah, denyut jantung yang cepat dan perasaan menderita sakit sangat berat.
Tetapi kondisi ini dapat dengan cepat berkembang menjadi syok, yang ditandai dengan
turunnya tekanan darah dan temperatur tubuh, bingung, serta manifestasi kelainan
pembekuan dan pendarahan pada kulit. Septikemia merupakan keadaan emergensi medis
yang bila tidak ditangani dapat menyebabkan kematian.2

Invasi bakteri kedalam aliran darah biasanya terjadi kapan saja, tidak dapat ditebak,
menyebabkan infeksi metastasis seperti endokarditis, vertebral osteomyelitis/discitis,
septik arthritis, abses splenik, mycotic aneurysms, meningitis, atau abses jaringan.
Frekuensi infeksi metastasis selama bakteremia diperkirakan sekitar 31%. Manipulasi pada
lesi berbahaya dan dapat memfasilitasi penyebaran infeksi melalui aliran darah.
Untungnya, komplikasi seperti ini jarang. 2,5

Infeksi metastasis seperti endokarditis merupakan akibat tersering dari bakteremia


akibat S.aureus. Insidensi endokarditis disebabkan S.aureus meningkat selama 20 tahun
terakhir dan sekarang menjadi penyebab utama endokarditis di seluruh dunia, terhitung
sekitar 25-30% kasus. Peningkatan ini disebabkan karena peningkatan penggunaan alat
TEE (Transesophageal Echocardiography) yang dikatakan memiliki insidensi 25% dari
seluruh kasus S.aureus bakteremia dan penggunaan kateter intrvasular. Faktor lain yang
terkait dengan peningkatan resiko endokarditis adalah penggunaan obat injeksi,
hemodialisa, penggunaan alat prosetetik intrvaskular dan keadaan system imun tubuh yang
lemah.5
Lesi pada bibir dan hidung menyebabkan bakteremia melalui vena-vena emisaria
wajah dan sudut bibir yang menuju sinus kavernosus. Komplikasi yang jarang berupa
trombosis sinus kavernosus dapat terjadi.1,3,4

Masalah serius lainnya adalah timbulnya resistensi obat pada strain Stafilokokus
aureus. Stafilokokus aureus yang resisten methicillin (methicillin-resistant Staphylococcus
aureus / MRSA) sekarang meningkat jumlahnya, terutama didapatkan pada siswa militer,
penghuni penjara, atlet, bahkan anak-anak. Menurut Centers for Disease Control and
Prevention, sekitar 1 persen orang amerika membawa MRSA pada tubuh mereka. 2,5

MRSA sangat menular dan menyebar dengan cepat pada daerah yang padat atau
tidak higienis atau dimana handuk atau peralatan atletik dipakai bersama-sama. Walaupun
MRSA memiliki respon baik terhadap beberapa antibiotik, MRSA resisten terhadap
penisilin dan sulit untuk diobati. Furunkulosis rekuren menjadi masalah yang dapat
berlanjut betahun-tahun.2

i. Pengobatan

Pengobatan karbunkel sama saja dengan pengobatan furunkel. Karbunkel atau


furunkel dengan selulitis disekitarnya atau yang disertai demam, harus diobati dengan
antibiotik sistemik (lihat tabel 1). Untuk infeksi berat atau infeksi pada area yang
berbahaya, dosis antibiotik maksimal harus diberikan dalam bentuk perenteral. Bila infeksi
berasal dari methicillin resistent Streptococcus aureus (MRSA) atau dicurigai infeksi
serius, dapat diberikan vankomisin (1 sampai 2 gram IV setiap hari dalam dosis terbagi).
Pengobatan antibiotik harus berlanjut paling tidak selama 1 minggu.1

Tabel 1. Pengobatan furunkel atau karbunkel*


Topikal Sistemik
Lini pertama Mupirocin 2x1 Dikloxacillin 250-500 mg PO 4x1 selama 5-7 hari
Asam fusidat 2x1 Amoksisilin + asam klavulanat (cephalexin) 25
mg/kgBB 3x1; 250-500 mg 4x1
Lini kedua Azitromisin 500 mg x1, kemudian 250 mg sehari
(bila alergi selama 4 hari
penisilin) Klindamisin 15 mg/kgBB/hari 3x1
Eritromisin 250-500 mg PO 4x1 selama 5-7 hari
* mencuci tangan dan menjaga kebersihan penting dalam semua regimen

Bila lesi besar, nyeri dan fluktuasi, insisi dan drainase diperlukan. Bila infeksi
terjadi berulang atau memiliki komplikasi dengan komorbiditas, kultur dapat dilakukan.
Terapi antimikrobial harus dilanjutkan sampai semua bukti inflamasi berkurang dan
berubah apalagi ketika hasil kultur tersedia. Lesi yang didrainase harus ditutupi untuk
mencegah autoinokulasi dan mencuci tangan harus sering dilakukan.

B. Bartholinitis dan Kista Bartholin


a. Anatomi glandula bartholin

Kelenjar bartolini merupakan salah satu organ genetalia eksterna, disebut juga
glandula vestibularis mayor, kelenjar ini biasanya berukuran sebesar kacang dan
ukurannya jarang melebihi 1 cm, berjumlah dua buah berbentuk bundar, dan terletak
posterolateral dari vestibulum arah jam 4 dan 8. Saluran keluar dari kelenjar ini bermuara
pada celah yang terdapat diantara labium minus pudendi dan tepi hymen. Glandula ini
homolog dengan glandula bulbourethralis pada pria. Kelenjar ini tertekan pada waktu
coitus dan mengeluarkan sekresinya untuk membasahi atau melicinkan permukaan vagina
di bagian caudal. kelenjar bartolini diperdarahi oleh arteri bulbi vestibuli, dan dipersarafi
oleh nervus pudendus dan nervushemoroidal inferior. Kelenjar bartolini sebagian tersusun
dari jaringan erektil dari bulbus, jaringan erektil dari bulbus menjadi sensitif selama
rangsangan seksual dan kelenjar ini akan mensekresi sekret yang mukoid yang bertindak
sebagai lubrikan. Drainase pada kelenjar ini oleh saluran dengan panjang kira-kira 2-2,5
cm yang terbuka ke arah orificium vagina sebelah lateral hymen, normalnya kelenjar
bartolini tidak teraba pada pemeriksaan palapasi, kecuali pada keadaan penyakit atau
infeksi.

Bartolinitis adalah infeksi pada glandula bartholin yang selanjutnya dapat


menyebabkan retensi sekresi dan dilatasi kistik. Jika kelenjar ini mengalami infeksi yang
berlangsung lama dapat menyebabkan terjadinya kista bartolini. Kista bartolini adalah
salah satu bentuk tumor jinak pada vulva. Kista bartolini merupakan suatu pembesaran
berisi cairan yang terjadi akibat sumbatan pada salah satu duktus sehingga mucus yang
dihasilkan tidak dapat disekresi. Kista dapat berkembang pada kelenjar itu sendiri atau pada
duktus bartolini. Sumbatan biasanya disebabkan oleh infeksi pada glandula bartholin.
Dimana isi di dalam kista ini dapat berupa nanah yang dapat keluar melalui duktus atau
bila tersumbat dapat dapat mengumpul di dalam menjadi abses. Kista bartolini ini
merupakan masalah pada wanita usia subur, kebanyakan kasus terjadi pada usia 20 sampai
30 tahun dengan sekitar 1 dalam 50 wanita akan mengalami kista bartholin. Namun, tidak
menutup kemungkinan dapat terjadi pada wanita yang lebih tua atau lebih muda. Bentuk
kista bartholin seperti gambar dibawah:

b. Epidemiologi

Kista Bartholini merupakan kista yang sering terjadi pada vulva, 2% wanita
mengalami kista Bartolini atau abses kelenjar pada suatu saat dalam kehidupannya. Abses
umumnya hampir terjadi tiga kali lebih banyak daripada kista. Salah satu penelitian kasus
kontrol menemukan bahwa wanita berkulit putih dan hitam yang lebih cenderung untuk
mengalami kista bartolini atau abses bartolini daripada wanita hispanik, dan bahwa
perempuan dengan paritas yang tinggi memiliki risiko terendah. Kista Bartolini yang
paling umum terjadi pada labia majora. Involusi bertahap dari kelenjar Bartolini dapat
terjadi pada saat seorang wanita mencapai usia 30 tahun. Hal ini mungkin menjelaskan
lebih seringnya terjadi kista Bartolini dan abses selama usia reproduksi, antara 20 sampai
30 tahun. Namun, tidak menutup kemungkinan dapat terjadi pada wanita yang lebih tua
atau lebih muda. Biopsi eksisional mungkin diperlukan lebih dini karena massa pada
wanita pascamenopause dapat berkembang menjadi kanker. Beberapa penelitian telah
menyarankan bahwa eksisi pembedahan tidak diperlukan karena rendahnya risiko kanker
kelenjar Bartholin (0,114 kanker per 100.000 wanita/tahun). Namun, jika diagnosis kanker
tertunda, prognosis dapat menjadi lebih buruk. Sekitar 1 dalam 50 wanita akan mengalami
kista Bartolini atau abses di dalam hidup mereka.

c. Etiologi dan Patofisiologi

Kista Bartolini berkembang ketika saluran keluar dari kelenjar Bartolini tersumbat.
Penyebab penyumbatan diduga akibat infeksi atau adanya pertumbuhan kulit pada penutup
saluran kelenjar bartholini. Cairan yang dihasilkan oleh kelenjar kemudian terakumulasi,
menyebabkan kelenjar membengkak dan membentuk suatu kista. Suatu abses terjadi bila
kista menjadi terinfeksi. Abses Bartolini dapat disebabkan oleh sejumlah bakteri. Ini
termasuk organisme yang menyebabkan penyakit menular seksual seperti Klamidia dan
Gonore serta bakteri yang biasanya ditemukan di saluran pencernaan, seperti Escherichia
coli. Umumnya abses melibatkan lebih dari satu jenis organisme. Obstruksi distal saluran
Bartolini bisa mengakibatkan retensi cairan, dengan dihasilkannya dilatasi dari duktus dan
pembentukan kista. Kista dapat terinfeksi, dan abses dapat berkembang dalam kelenjar.
Kista Bartolini tidak selalu harus terjadi sebelum abses kelenjar. Meskipun Neisseria
gonorrhoeae adalah mikroorganisme aerobik yang dominan mengisolasi, bakteri anaerob
adalah patogen yang paling umum. Chlamydia trachomatis juga mungkin menjadi
organisme kausatif. Namun, kista saluran Bartolini dan abses kelenjar tidak lagi dianggap
sebagai bagian eksklusif dari infeksi menular seksual. Selain itu operasi vulvovaginal
adalah penyebab umum kista dan abses tersebut.

Penyebab sumbatan :

1. Infeksi :
Sejumlah bakteri dapat menyebabkan infeksi, termasuk bakteri yang umum,
seperti Escherichia coli (E. coli), serta bakteri yang menyebabkan penyakit
menular seksual seperti gonore dan klamidia.
2. Non infeksi :
Stenosis / atresia congenital
Trauma mekanik
Inspissated mucous
d. Manifestasi Klinis

Pada bartolinitis akut kelenjar membesar disertai keterbatasan aktivitas/gerakan,


merah, nyeri unilateral atau dispareuni, lebih panas dari sekittarnya dan dapat terjadi ruptur
spontan. Kista bartolini tidak selalu menyebabkan keluhan akan tetapi kadang dirasakan
sebagai benda yang berat dan menimbulkan kesulitan pada waktu koitus. Jika kista
bartolini masih kecil dan tidak terinfeksi, umumnya asimtomatik. Tetapi bila berukuran
besar dapat menyebabkan rasa kurang nyaman saat berjalan atau duduk. Tanda kista
bartolini yang tidak terinfeksi berupa penonjolan yang tidak nyeri pada salah satu sisi vulva
disertai kemerahan atau pembengkakan pada daerah vulva.

Adapun jika kista terinfeksi maka dapat berkembang menjadi abses bartolini
dengan gejala klinik berupa:

Nyeri saat berjalan, duduk, beraktifitas fisik, atau berhubungan seksual


Umumnya tidak disertai demam kecuali jika terinfeksi dengan organisme yang
ditularkan melalui hubungan seksual
Pembengkakan area vulva selama 2-4 hari
Biasanya ada sekret di vagina, terutama jika infeksi yang disebabkan oleh bakteri
yang ditularkan melalui hubungan seksual
Dapat terjadi ruptur spontan
Labium mayor dapat berfluktuasi

e. Diagnosis

Anamnesis yang baik dan pemeriksaan fsik sangat mendukung suatu diagnosis.
Pada anamnesis ditanyakan tentang gejala seperti panas, gatal, sudah berapa lama gejala
berlangsung, kapan mulai muncul, Faktor yang memperberat gejala, apakah pernah
berganti pasangan seks, keluhan saat berhubungan, riwayat penyakit menulat seksual
sebelumnya, riwayat penyakit kelamin pada keluarga, riwayat keluarga mengidap penyakit
kanker kelamin, riwayat penyakit yang lainnya misalnya diabetes dan hipertensi, serta
riwayat pengobatan sebelumnya.

Keluhan pasien pada umumnya adalah :


Benjolan
Nyeri saat berjalan, duduk, beraktifitas fisik, atau berhubungan seksual
Umumnya tidak disertai demam, kecuali jika terinfeksi dengan mikroorganisme
yang ditularkan melalui hubungan seksual atau ditandai dengan adanya perabaan
kelenjar limfe pada inguinal
Pembengkakan area vulva selama 2-4 hari
Biasanya ada sekret di vagina, kira-kira 4 sampai 5 hari pasca pembengkakan,
terutama jika infeksi yang disebabkan oleh bakteri yang ditularkan melalui
hubungan seksual
Dapat terjadi ruptur spontan
Teraba massa unilateral pada labia mayor sebesar telur ayam, lembut, dan
berfluktuasi, atau terkadang tegang dan keras

Kista atau abses Bartholini di diagnosis melalui pemeriksaan fisik, khususnya


dengan pemeriksaan ginekologis pelvis. Pada pemeriksaan fisis dengan posisi litotomi,
kista terdapat di bagian unilateral, nyeri, fluktuasi dan terjadi pembengkakan yang eritem
pada posisi jam 4 atau 8 pada labium minus posterior. Jika kista terinfeksi, pemeriksaan
kultur jaringan dibutuhkan untuk mengidentifikasikan jenis bakteri penyebab abses dan
untuk mengetahui ada tidaknya infeksi akibat penyakit menular seksual seperti Gonorrhea
dan Chlamydia. Untuk kultur diambil swab dari abses atau dari daerah lain seperti serviks.
Hasil tes ini baru dilihat setelah 48 jam kemudian, tetapi hal ini tidak dapat menunda
pengobatan. Dari hasil ini dapat diketahui antibiotik yang tepat yang perlu diberikan.
Biopsi dapat dilakukan pada kasus yang dicurigai keganasan. Karena kelenjar Bartholini
biasanya mengecil saat menopause, pertumbuhan vulva pada wanita postmenopause harus
dievaluasi untuk kemungkinan terjadinya keganasan, khususnya jika massa irregular,
nodular dan indurasi persisten.

f. Tatalaksana

Penatalaksanaan bartholinitis dapat dilakukan dengan pemberian antibiotik


spektrum luas. Pemberian antibiotik sesuai dengan bakteri penyebab yang diketahui secara
pasti dari hasil pengecatan gram maupun kultur, antara lain:
Infeksi Neisseria gonorrhoe:
- Ciprofloxacin 500 mg single dose
- Ofloxacin 400 mg single dose
- Cefixime 400 mg oral ( aman untuk anak dan bumil)
- Cefritriaxon 200 mg i.m ( aman untuk anak dan bumil)
Infeksi Chlamidia trachomatis:
- Tetrasiklin 4 X500 mg/ hari selama 7 hari, po
- Doxycyclin 2 X100 mg/ hari selama 7 hari, po
Infeksi Escherichia coli:
- Ciprofoxacin 500 mg oral single dose
- Ofloxacin 400 mg oral single dose
- Cefixime 400 mg single dose
Infeksi Staphylococcus dan Streptococcus :
- Penisilin G Prokain injeksi 1,6-1,2 juta IU im, 1-2 x hari
- Ampisilin 250-500 mg/ dosis 4x/hari, po.
- Amoksisillin 250-500 mg/dosi, 3x/hari po.

Penatalaksanaan kista bartholini tergantung pada beberapa faktor seperti gejala


klinik nyeri atau tidak, ukuran kista, dan terinfeksi tidaknya kista. Jika kistanya tidak besar
dan tidak menimbulkan ganguan tidak perlu dilakukan tindakan apa-apa. Pada kasus jika
kista kecil hanya perlu diamati beberapa waktu untuk melihat ada tidaknya pembesaran.

Kista bartholini tidak selalu menyebabkan keluhan, akan tetapi kadang-kadang


dirasakan sebagai benda berat dan menimbulkan kesulitan pada saat coitus. Jika
kistanya tidak besar dan tidak menimbulkan gangguan, tidak perlu dilakukan tindakan apa-
apa. Dalam hal ini perlu dilakukan tindakan pembedahan, tindakan itu terdiri atas
ekstirpasi, akan tetapi tindakan ini bisa menyebabkan perdarahan. Akhir-akhir ini
dianjurkan marsupisialisasi sebagai tindakan tanpa resiko dan dengan hasil yang
memuaskan. Pada tindakan ini setelah diadakan sayatan dan isi kista dikeluarkan, dinding
kista yang terbuka dijahit pada kulit yang terbuka pada sayatan.

Penanganan tergantung kondisi kista dan keluhan yang dirasakan, kalau kelenjar
kista bartholininya kecil dan tidak mengganggu bisa diobservasi saja. Tapi kalau kistanya
besar dan menyebabkan keluhan atau terinfeksi menjadi bisul (abses) terapi definitifnya
berupa operasi kecil (marsupialisasi). Marsupialisasi yaitu sayatan dan pengeluaran isi
kista diikuti penjahitan dinding kista yang terbuka pada kulit vulva yang terbuka.
Marsupialisasi merupakan suatu tehnik membuat muara saluran kelenjar bartholin yang
baru sebagai alternatif lain dari pemasangan word kateter. Tindakan ini terbukti tidak
beresiko dan hasilnya memuaskan. Insisi dilakukan vertical pada vestibulum sampai
tengah kista dan daerah luar cincin hymen. Lebar insisi sekitar 1,5 3 cm, tergantung
besarnya kista kemudian kavitas segera dikeringkan. Kemudian dilakukan penjahitan pada
bekas irisan. Bedrest total dimulai pada hari pertama post operatif. Komplikasi berupa
dispareuni, hematoma, infeksi.

Langkah-langkah marsupialisasi:

Disinfeksi dinding kista sampai labia dengan menggunakan betadine.


Dilakukan lokal anastesi dengan menggunakan lidokain 1 %.
Dibuat insisi vertikal pada kulit labium sedalam 0,5cm (insisi sampai diantara jaringan
kulit dan kista/ abses) pada sebelah lateral dan sejajar dengan dasar selaput himen.
Dilakukan insisi pada kista dan dinding kista dijepit dengan klem pada 4 sisi, sehingga
rongga kista terbuka dan kemudian dinding kista diirigasi dengan cairan salin.
Dinding kista dijahit dengan kulit labium dengan atraumatik catgut. Jika
memungkinkan muara baru dibuat sebesar mungkin(masuk 2 jari tangan), dan dalam
waktu 1 minggu muara baru akan mengecil separuhnya, dan dalam waktu 4 minggu
muara baru akan mempunyai ukuran sama dengan muara saluran kelenjar bartholin
sesungguhnya.
C. Veruka Plana Juvenilis
a. Definisi

Veruka plana atau flat warts merupakan hyperplasia epidermis dengan permukaan
halus yang disebabkan oleh human papillomavirus (HPV) tipe tertentu. Saat ini, lebih dari
70 jenis HPV telah diidentifikasi. HPV tipe tertentu cenderung terjadi di lokasi anatomi
tertentu, namun kutil dari setiap jenis HPV dapat terjadi di daerah manapun.

Human Papilloma virus dapat ditemukan pada manusia dan sejumlah spesies
lain dan merupakan genum dari papillomaviridae.

Virus ini tidak menghasilkan tanda-tanda akut atau gejala, tetapi menyebabkan lesi
yang tumbuh lambat yang dapat tetap subklinis untuk jangka waktu yang lama.

b. Epidemiologi

Insidensi paling sering terjadi pada anak-anak dan usia muda, walaupun penyakit
ini dapat muncul pada orang tua. Tidak terdapat perbedaan insidensi pada pria dan wanita.
c. Etiologi

Kutil disebabkan oleh Human Papilloma Virus (HPV) yang ada lebih dari 70 jenis
yang berbeda. HPV adalah virus DNA rantai ganda dengan kapsid icosahedral dari 72
capsomers dan berukuran 50-55 nm yang merupakan family Papovaviridae, kelompok
Papova dan sub kelompok papiloma. Lebih dari 55 jenis HPV telah diakui. Karakteristik
virus ini adalah replikasi terjadi intranuklear.

HPV sulit untuk dipahami karena tidak dapat dibiakkan pada kultur jaringan.
Namun kemajuan dalam biologi molekuler telah memungkinkan karakterisasi dari genom
HPV dan identifikasi beberapa fungsi gen HPV

d. Gambaran Klinis

Tempat predileksi yang umum ada pada muka dan leher, dorsum manum dan pedis,

pergelangan tangan dan lutut. Namun sesuai cara transmisinya, kutil dapat terjadi dimana saja

jika ada port dentre berupa luka kecil ataupun maserasi.

Kutil ini ukurannya miliar hingga lenticular, dengan permukaan yang licin dan rata,

berwarna seperti kulit di sekitarnya atau bisa agak kecoklatan. Kulit bisa timbul soliter atau

multiple dengan adanya Kobner phenomenon.

e. Patogenesis

Infeksi HPV terjadi melalui inokulasi virus pada epidermis yang viabel melalui defek

pada epitel.Maserasi kulit mungkin merupakan faktor predisposisi yang penting, seperti yang

ditunjukkan dengan meningkatnya insidens Veruka Plantar pada perenang yang sering

menggunakan kolam renang umum.Mesti faktor reseptor seluler untuk HPV belum
diidentifikasi, permukaan sel heparan sulfat, yang dikode oleh proteoglikan dan berikatan

dengan partikel HPV dengan afinitas tinggi, dibutuhkan sebagai jalan masuknya. Untuk

mendapat infeksi yang persisten, mungkin penting untuk memasuki sel basal epidermis yang

juga sel punca (sel stem) atau diubah oleh virus menjadi sesuatu dengan properti

(kemampuan/karakter) seperti sel punca. Dipercayai bahwa single copy atau sebagian besar

sedikit copy genom virus dipertahankan sebagai suatu plasmid ekstrakromosom dalam sel

basal epitel yang terinfeksi. Ketika sel-sel ini membelah, genom virus juga bereplikasi dan

berpartisi menjadi tiap sel progeni, kemudian ditranportasikan dalam sel yang bereplikasi saat

mereka berimigrasi ke atas untuk membentuk lapisan yang berdifferensiasi.

f. Pemeriksaan Penunjang Histopatologi

Jika gambaran klinis tidak jelas dapat dilakukan pemeriksaan histopatologim melalui

biopsy kulit. Gambaran histopatologis dapat membedakan bermacam-macam papilloma.

Keratinosit besar dengan nukleus piknosis eksentrik dikelilingi oleh halo perinukleus

(sel koilositotik atau koilosit) merupakan karakteristik dari papilloma yang dikaitkan dengan

HPV. Koilosit yang divisualisasikan dengan pengecatan Papanicolaou (Pap) menggambarkan

tanda terjadinya infeksi HPV. Sel yang terinfeksi HPV mungkin memiliki granul-granul

eosinofilik kecil dan kelompok padat granul-granul keratohialin basofilik. Granul-granul

tersebut dapat terdiri dari protein HPV E4 (E1-E4) dan tidak menunjukkan banyaknya

partikel-partikel virus. Kutil yang datar kurang memiliki akantosis dan hiperkeratosis dan

tidak memiliki parakeratosis atau papillomatosis. Sel koilositotik biasanya sangat banyak,

menunjukkan sumber lesi virus.


g. Penatalaksanaan

Sebenarnya, sebagian veruka dapat mengalami involusi (sembuh) spontan dalam masa

1 atau 2 tahun. Pengobatan dapat berupa tindakan bedah atau non bedah. Tindakan bedah

antara lain bedah beku N2 cair (Cryoteraphy), bedah listrik, bedah scalpel dan bedah laser.

Cara non bedah antara lain dengan bahan keratolitik, misalnya asam salisilat; bahan kaustik

misalnya AgNO3 25%, asam triklorosetat 50%, dan fenol likuifaktum, serta bahan lain

misalnya kantaridin.
BAB III
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. W
Umur : 62 tahun
Alamat : Semarang
Agama : Islam
Nomor RM : 116xxxx
Tanggal pemeriksaan : 16 November 2017

II. ANAMNESA

Autoanamnesa penderita di poli Kulit dan Kelamin RSISA tanggal 06 Oktober 2017 jam
10.30 WIB

Keluhan Utama
Keluhan Subyektif : Benjolan yang nyeri di daerah kelamin
Keluhan Obyektif` : Benjolan berjumlah satu buah berbentuk kerucut diameter 2 cm
Riwayat Penyakit Sekarang
Onset : 1 bulan yang lalu

Lokasi : Bibir luar kemaluan sisi kiri

Kronologi : Benjolan muncul sejak 1 bulan lalu, awalnya kecil dan

semakin membesar disertai rasa nyeri yang ikut meluas

Kualitas : Benjolan ada terus menerus, nyeri

Kuantitas : Benjolan muncul satu buah, dengan ukuran diameter 2 cm

Faktor memperberat : Benjolan tersenggol

Faktor memperingan : Pasien merasa lebih nyaman jika beristirahat

Gejala penyerta : demam dan keputihan disangkal oleh pasien


Riwayat penyakit dahulu

Belum pernah sakit dengan keluhan yang sama sebelumnya


Riwayat muncul benjolan-benjolan kecil pada bibir luar kemaluan yang tidak
nyeri 2 bulan lalu, sudah dilakukan tindakan pengobatan di RSISA
Riwayat gatal-gatal pada kemaluan dan area sekitarnya 2 bulan lalu, sudah
dilakukan pengobatan di RSISA
Riwayat Diabetes Mellitus (+), Hipertensi (+), Asma (+)

Riwayat penyakit keluarga

Tidak ada keluarga dengan keluhan serupa


Riwayat Diabetes Mellitus (+) pada ibu pasien

Riwayat Kebiasaan

Pasien berhubungan seksual hanya dengan suaminya


Kebiasaan minum jamu-jamuan diakui
Pasien membersihkan daerah kemaluan dengan air tiap selesai BAK

Riwayat Alergi Obat/ Makanan

Tidak ada riwayat alergi makanan dan obat

Sosial Ekonomi
Pasien sebagai ibu rumah tangga. Berobat dengan BPJS Non PBI, kesan
ekonomi cukup

III. PEMERIKSAAN FISIK


Status Generalis
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Komposmentis
Tekanan Darah : Tidak dilakukan
Nadi : Tidak dilakukan
Suhu : Tidak dilakukan
Respirasi Rate : Tidak dilakukan
BB : 65 kg
TB : 160 cm
IMT : 25.39 kg/m2
Kepala : Tidak dilakukan
Leher : Tidak dilakukan
Thorax : Tidak dilakukan
Abdomen : Tidak dilakukan
Ekstremitas : Tidak dilakukan

Status Dermatologi
Inspeksi
Lokasi I : Di facies externa labia mayor sinistra
UKK : Tampak Nodul eritem berbentuk kerucut diameter 2 cm
dengan erosi di tengah

Lokasi II : Labium majus sinistra


UKK : Edem dan Eritema dengan batas tidak tegas

Lokasi III : Labium majus dextra et sinistra


UKK : Papul lenticular multiple permukaan licin dan rata,
warna kecoklatan/hiperpigmentasi
IV. RESUME

Pasien wanita berusia 62 tahun datang ke Poli Kulit RS Islam Sultan Agung
Semarang pada tanggal 16 November 2017 dengan keluhan benjolan yang nyeri berjumlah
satu buah di labium majus sinistra sejak 1 bulan yang lalu. Benjolan awalnya kecil seperti
plentingan dan semakin membesar, saat ini berukuran diameter 2 cm. Pemeriksaan fisik
ditemukan keadaan umum tampak sakit sedang. Pada pemeriksaan status lokalis,
ditemukan nodul eritem berbentuk kerucut ukuran diameter 2 cm dengan erosi di bagian
tengahnya. Nyeri sentuh (+), tidak mobile, konsistensi padat. Selain itu ditemukan pada
dasar nodul tampak labium majus sinistra edem dan eritem dengan batas tidak tegas.
Ditemukan pula papul lenticular multiple warna kecoklatan, permukaan rata dan licin, tidak
gatal di labium majus sisi kanan dan kiri.

V. DIAGNOSIS BANDING
UKK I :
o Karbunkel
o Furunkel
o Hidradenitis supurative
o Skrofuloderma
UKK II :
o Bartholinitis
o Kista Pilosebasea
o Hidradenoma Papillaris
UKK III :
o Veruka Plana Juvenilis
o Kondiloma Akuminata
o Veruka Vulgaris
o Kondiloma Lata

VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Pengecatan Gram
Kultur Bakteri
Pemeriksaan Histopatologis

VII. DIAGNOSIS KERJA


UKK I : Karbunkel
UKK II : Bartholinitis
UKK III : Veruka planan juvenilis

VIII. TERAPI
R/ Amoxycillin 500 mg no. XXX
S.4.d.d tab I
_________________________________________
R/ Paracetamol tab 500 mg no XV
S.3.d.d tab 1 p.r.n
_________________________________________

R/ Bacitracin ungt 500U/gr tube no. I


S.u.e
_________________________________________

R/ NaCl 0,9% No. I


Povidon Iodine No. I
Kassa steril No. I
S.kompres
_________________________________________

Terapi Bedah :
a. Marsupialisasi kelenjar bartholini
b. Elektrodesikasi veruka plana juvenilis

IX. PROGNOSIS

Ad Vitam : bonam
Ad Sanam : dubia ad bonam
Ad Kosmetikum : dubia ad bonam

X. EDUKASI
Aspek klinis
Minum dan gunakan obat secara teratur
Menjaga kebersihan diri, pakaian dan lingkungan
Hindari intervensi berlebihan pada bagian yang sakit

Aspek Islami

Sabar dan mengambil hikmah dalam menghadapi penyakit yang diderita


Senantiasa berusaha berobat, berdoa, dan tawakkal untuk kesembuhan

Вам также может понравиться

  • Hematologi
    Hematologi
    Документ4 страницы
    Hematologi
    dhiyarahadian
    Оценок пока нет
  • Kegawatdaruratan Anak
    Kegawatdaruratan Anak
    Документ52 страницы
    Kegawatdaruratan Anak
    dhiyarahadian
    Оценок пока нет
  • 1407 - BISMILLAH Bedah
    1407 - BISMILLAH Bedah
    Документ15 страниц
    1407 - BISMILLAH Bedah
    dhiyarahadian
    Оценок пока нет
  • Khutbah Idul Adha
    Khutbah Idul Adha
    Документ4 страницы
    Khutbah Idul Adha
    dhiyarahadian
    Оценок пока нет
  • Pembahasan Soal Osce Lomba
    Pembahasan Soal Osce Lomba
    Документ1 страница
    Pembahasan Soal Osce Lomba
    dhiyarahadian
    Оценок пока нет
  • Khutbah Sholat Ied
    Khutbah Sholat Ied
    Документ3 страницы
    Khutbah Sholat Ied
    dhiyarahadian
    Оценок пока нет
  • CP SC
    CP SC
    Документ5 страниц
    CP SC
    dhiyarahadian
    Оценок пока нет
  • CP Inpartu Kala 1
    CP Inpartu Kala 1
    Документ4 страницы
    CP Inpartu Kala 1
    dhiyarahadian
    Оценок пока нет
  • CL Pertubasi
    CL Pertubasi
    Документ4 страницы
    CL Pertubasi
    dhiyarahadian
    Оценок пока нет
  • CP Kuretase
    CP Kuretase
    Документ4 страницы
    CP Kuretase
    dhiyarahadian
    Оценок пока нет
  • CP Heg
    CP Heg
    Документ3 страницы
    CP Heg
    dhiyarahadian
    Оценок пока нет
  • QUIZ 3 Juli
    QUIZ 3 Juli
    Документ2 страницы
    QUIZ 3 Juli
    dhiyarahadian
    Оценок пока нет
  • CL Kuretase
    CL Kuretase
    Документ4 страницы
    CL Kuretase
    dhiyarahadian
    Оценок пока нет
  • CP Laparotomi KET
    CP Laparotomi KET
    Документ5 страниц
    CP Laparotomi KET
    dhiyarahadian
    Оценок пока нет
  • CP Blighted Ovum
    CP Blighted Ovum
    Документ3 страницы
    CP Blighted Ovum
    dhiyarahadian
    Оценок пока нет
  • CP Kuretase
    CP Kuretase
    Документ4 страницы
    CP Kuretase
    dhiyarahadian
    Оценок пока нет
  • CP Inpartu Kala 1
    CP Inpartu Kala 1
    Документ4 страницы
    CP Inpartu Kala 1
    dhiyarahadian
    Оценок пока нет
  • CP Heg
    CP Heg
    Документ3 страницы
    CP Heg
    dhiyarahadian
    Оценок пока нет
  • CP KPD Aterm
    CP KPD Aterm
    Документ4 страницы
    CP KPD Aterm
    dhiyarahadian
    Оценок пока нет
  • CP KPD Preterm Baru
    CP KPD Preterm Baru
    Документ4 страницы
    CP KPD Preterm Baru
    dhiyarahadian
    Оценок пока нет
  • CP Anemia Perdarahan
    CP Anemia Perdarahan
    Документ3 страницы
    CP Anemia Perdarahan
    dhiyarahadian
    Оценок пока нет
  • CP Inpartu Kala 1
    CP Inpartu Kala 1
    Документ4 страницы
    CP Inpartu Kala 1
    dhiyarahadian
    Оценок пока нет
  • CP Abortus Imminens
    CP Abortus Imminens
    Документ3 страницы
    CP Abortus Imminens
    dhiyarahadian
    Оценок пока нет
  • CP Inpartu Kala 1
    CP Inpartu Kala 1
    Документ4 страницы
    CP Inpartu Kala 1
    dhiyarahadian
    Оценок пока нет
  • CP Abortus Insipiens Dan Inkomplete
    CP Abortus Insipiens Dan Inkomplete
    Документ3 страницы
    CP Abortus Insipiens Dan Inkomplete
    dhiyarahadian
    Оценок пока нет
  • Muskuloskeletal
    Muskuloskeletal
    Документ6 страниц
    Muskuloskeletal
    dhiyarahadian
    Оценок пока нет
  • Urogenitalia
    Urogenitalia
    Документ3 страницы
    Urogenitalia
    dhiyarahadian
    Оценок пока нет
  • Kardio
    Kardio
    Документ9 страниц
    Kardio
    dhiyarahadian
    Оценок пока нет
  • Psikiatri
    Psikiatri
    Документ2 страницы
    Psikiatri
    dhiyarahadian
    Оценок пока нет
  • Soal JKN
    Soal JKN
    Документ9 страниц
    Soal JKN
    dhiyarahadian
    Оценок пока нет