Вы находитесь на странице: 1из 4

PEMERIKSAAN DI TEMPAT KEJADIAN\

Pemeriksaan di tempat kejadian penting untuk membantu penentuan penyebab kematian


dan menentukan cara kematian. Pemeriksaan harus ditujukan untuk menjelaskan apakah
mungkin orang itu mati akibat keracunan, misalnya dengan memeriksa tempat obat, apakah ada
sisa obat atau pembungkusnya. Jika diduga korban adalah morfinis, cari bubuk heroin,
pembungkusnya atau alat penyuntik.

Bila terdapat muntahan, pakah berbau fosfor (bau bawang putih), bagaimana sifat
muntahan misalnya seperti bubuk kopi (zat kaustik), berwarna hitam (H2SO4 pekat), kuning
(HNO3), biru kehijauan (CuSO4).

Apakah terdapat gelas atau alat minum lain atau ada surat perpisahan/peninggalan jika
merupakan kasus bunuh diri.

Mengumpulkan keterangan sebanyaj mungkin tentang saat kematian, kapan terakhir kali
ditemukan dalam keadaan sehat, sebelum kejadian ini apakah ia sehar-sehat saja. Berapa lama
gejala timbul setelah makan/minum terakhir dan apa gejala-gejalanya. Bila sebelumnya sudah
sakit, apa penyakitnya dan obat-obat apa yang diberikan serta siapa yang memberi. Harus
ditanyakan pada dokter yang memberi obat, apa penyakitnya, obat-obat yang diberikan dan
berapa banyak, juga ditanyakan apakah apotik memberikan obat yang sesuai. Obat yang tersisa
dihitung jumlahnya.

Pada kasus kecelakaam, misalnya pada anak-anak tanyakan dimana zat beracun
disimpan, apakah dekat dengan makanan-minuman. Apakah anak biasa makan sesuatu yang
bukan makanan.

Bagaimana keadaan emosi korban tersebut sebelumnya dan apakah pekerjaan korban,
sebab mungkin saja racun diambil dari tempat dia bekerja atau mengalami industrial poisoning.

Mengumpulkan barang bukti. Kumpulkan obat-obatan dan pembungkusnya, muntahan


harus diambil dengan kertas saring dan disimpan dalam toples, periksa adanya etiket dari apotik
dan jangan lupa untuk memeriksa tempat sampah.
PEMERIKSAAN LUAR

Bau. Dari bau yang tercium dapat diperoleh petunjuk racun apa kiranya yang ditelan oleh
korban. Pemeriksa dapat menciium bau amandel pada penelanan sianida, bau minyak tanah pada
penelanan larutan insektida, bau kutu busuk pada malation, bau ammonia, fenol (asam karbolat),
lisol, alcohol, eter, kloroform, dll. Maka pada tiap kasus keracunan pemeriksa selalu harus
memperhatikan bau yang tercium dari pakaian, lubang hidung dan mulut serta rongga badan.

Segera setelah pemeriksa berada disamping mayat ia harud menekan dada mayat dan
menentukan apakah ada suatu bau yang tidak biasa keluar dari lubang-lubang hidung dan mulut.
Bila pemeriksa sebelumnya telah melakukan autopsy atas mayat lain atau berada dalam kamar
autopsi untuk sekian waktu, maka hendaknya ia keluar dari kamar autopsy, menghirup udara
segar untuk beberapa menit supaya daya tangkap bau menjadi tajam kembali. Beberapa ahli
menganjurkan pada setiap autopsy kasus keracunan untuk membuka pertama-tama rongga
tengkorak dan menentukan bau yang tidak biasa yang keluar dari jaringan otak, sebelum bau itu
tersamarkan oleh bau visera yang lazim terium pada pembukaan rongga-rongga perut dan dada.

Perlu diketahui bahwa tidak semua orang mampu menangkap bau sianida, agaknya
kemampuan untuk menangkap bau sianida ditentukan secara genetic. Selain itu, pada penelanan
KCN atau NaCN mungkin tidak tercium bau amandel tetapi bau ammonia, karena dalam
lambung sebagian KCN atau NaCN telah berubah menjadi ammonia dan karbonat.

Pakaian, pada pakaian dapat ditemukan bercak-bercak yang disebabkan oleh tercecernya
racun yang ditelan atau oleh muntahan . Misalnya bercak berwarna coklat karna asam sukfat atau
kuning karna asam nitrat. Penyebaran bercak perlu diperhatikan karena dari penyebaran itu
kadang dapat diperoleh petunjuk tentang kemauan korban yaitu apakah racun itu ditelan atas
kemauan diri sendiri atau dipaksa. Dalam hal korban dipegangi dan dicocoki secara paksa, maka
bercak-0bercak akan tersebar pada daerah yang luas. Selain itu pada pakaian mungkin melekat
bau racun.

Lebam mayat, warna lebam mayat yang tidak biasa juga mempunyai makna, karena
warna lebam mayat pada dasarnya adalah manifestasi warna darah yang tampak pada kulit.
Perhatikan adanya kelainan ditempat masuknya racun. Zat-zat bersifat kaustik atau
korosif yang menyebabkan luka bakar atau korosi pada bibir mulut dan kulit disekitarnya. Pada
bunuh diri dengan menelan asam sulfat ditemukan luka bakar yang kering berwarna coklat
berbentuk tidak teratur dengan garis-garis yang berjalan dari bibir kearah leher. Pada orang yang
dipaksa menelan zat itu akan ditemukan bercak-bercak luka bakar berbagai bentuk dan ukuran
tersebar dimana-mana. Penyebaran yang luas demikian juga dapat ditemukan pada vitriolisne.
Pada asam nitrat, korosi berwarna kuning atau jingga kuning karena reaksi xanthoproteik. Pada
asam klorida, korosi pada kulit tidak sehebat seperti pada asam sulfat, bahkan kadang-kadang
tidak ditemukan. Pada asam format dapat ditemukan luka-luka bakar berwarna merah coklat,
berbatas tegas dan kelopak mata mungkin membengkak karena ekstravasasi hemoragik.

Pada penelanan alkali kuat ditemukan luka-luka bakar berup daerah-daerah dimana
epidermis membengkak, berwarna kelabu dan diantaranta terdapat bercak-bercak dengan
epidermis mengelupas berwarna merah dan basah.

Kulit diperiksa untuk mencari luka bekas suntikan yang baru. Pada pecandu narkotika
yang mempergunakan cara suntikan intravena dapat ditemukan parut-parut bekas suntikan yang
membentuk sebuah garis sepanjang vena yang terletak superfisial, misalnya pada lengan bawah.
Pada garis itu dicari apakah terdapat luka suntik yang segar. Juga pada tatu dapat ditemukan
bekas-bekas suntikan yang lama dan mungkin juga segar, Mainler biasanya menyuntikkan
narkotika pada vena-vena di lipat siku, lengan bawah, punggung tangan, mungkin pula punggung
kaki. Pada penyuntikan subkutan dapat ditemukan pada daerah pada bagian depan dan samping.
Pada wanita pecandu mungkin ditemukan bekas luka suntikan subkutan pada payudara atau
dibawahnya.

Perubahan kulit, misalnya hiperpigmentasi dan keratosis telapak tangan dan kaki pada
keracunan arsen kronik. Kulit berwarna kelabu kebiru-biruan pada keracunan perak kronik. Kulit
akan berwarna kuning pada keracunan tembaga dan fosfor akibat hemolysis, juga pada
keracunan insektisida hidrokarbon dan arsen karena terjadi gangguan fungsi hati. Dermatitis
pada keracunan kronik salisilat, bromide dan beberapa logam berat seperti arsen dan talium.
Vesikel atau bula pada tumit, bokong dan punggung pada keracunan karbon monoksida dan
barbiturat akut, jika korban sempat hidup beberapa hari. Hal ini mungin juga ditemukan pada
daerah yang tidak mengalami tekanan, dan disebabkan oleh gangguan trofik.
Kuku, pada keracunan arsen kronik dapat ditemukan kuku yang menebal secara tidak
teratur. Juga pada keracunan talium kronik ditemukan kelainan trifuk pada kuk.

Rambut, kebotakan dapat ditemukan pada keracunan talium, air raksa dan boraks.

Sklera tampak ikterik pada keracunan dengan zat hepatotoksik seperti fosfor, karbon tetra
klorida. Perdarahan pada pemakaian dicoumarol atau akibat bias ular.

Вам также может понравиться