Вы находитесь на странице: 1из 17

ESTIMASI PRODUKSI ALAT MUAT DAN ALAT ANGKUT

PADA PENAMBANGAN BIJIH EMAS DI PT. NEWMONT


NUSA TENGGARA BARAT

PROPOSAL TUGAS AKHIR

Disusun sebagai salah satu syarat dalm melaksanakan


Tugas Akhir pada Jurusan Teknik Pertambangan

Oleh :
ENDAH NURSANTI
112020089

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UPN VETERAN YOGYAKARTA
2005
BAB I
PENDAHULUAN

A. Judul

ESTIMASI PRODUKSI ALAT MUAT DAN ALAT ANGKUT PADA


PENAMBANGAN BIJIH EMAS DI PT. NEWMONT NUSA TENGGARA
BARAT

B. Alasan Pemilihan judul


Peralatan produksi pada operasi penambangan merupakan salah satu
sarana produksi yang vital untuk menunjang target produksi akhir yang telah
ditentukan perusahaan. Pentingnya mengestimasi produksi dari alat muat dan alat
angkut ini karena adan kaitannya dengan target produksi yang harus dicapai oleh
perusahaan. Interaksi antara target produksi dengan produksi per unit alat ini akan
menentukan jumlah alat muat dan alat angkut serta kapasitas yang harus dipakai
guna memenuhi target tersebut, disamping itu harus disesuaikan dengan kondisi
material yang ditangani, kemudahan pengoperasian serta perawatannya. Pada sisi
lain, pemilihan kapasitas alat muat angkut disesuaikan dengan kondisi medan
kerja. Disamping itu, dengan bertambahnya jam operasi alat akan mengurangi
kemampuannya yang pada akhirnya akan menurunkan kinerja alat, sehingga biaya
operasi dan perawatan akan meningkat. Untuk mengetahui kemampuan suatu alat
sudah menurun perlu dilakukan pengontrolan secara kontiyu terhadap
kapabilitasnya yang diestimasi melalui perhitungan produksi alat tersebut. Oleh
sebab itu mengestimasi produksi alat muat angkut dan membuat keseimbangan
mendapat perhatian yang mendalam untuk menghindari waktu tunggu terlalu lam,
baik truck maupun alat muatnya.

C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan waktu kerja efektif
dari alat muat-angkut dengan cara melakukan penilaian terhadap kemampuan
produksi alat muatangkut serta sinkronisasi jumlah alat muat dan alat angkut
untuk mengeleminir waktu tunggu alat-alat tersebut, sehingga target produksi dari
perusahaan dapat tercapai.

D. Rumusan Masalah
1. Mengetahui kemampuan produksi dari alat muat dan alat angkut yang
digunakan pada penambangan emas di PT. Newmont Nusa Tenggara Barat.
2. Mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya waktu tunggu,
sehingga berkurangnya waktu efektif, dan memberikan alternative penyelesain
masalah tersebut.
3. Mengetahui kebutuhan dari alat muat dan alat angkut sehingga terjadi
keseimbangan diantara keduanya dan target produksi terpenuhi.
BAB II
ANALISIS MASALAH

A. Dasar Teori
Peralatan produksi pada operasi penambangan merupakan sarana produksi
yang vital untuk menunjang target produksi akhgir yang telah ditentukan oleh
manajemen perusahaan. Ditinjau dari fungsinya, peralatan produksi dapat
diklasifikasikan sebagai :
1. alat gali isi, adalah alat-alat produksi untuk menggalidan mengisikan material
hasil; galiannya ke alat angkut.
Contoh : power shovel, backhoe, dragline, front-end loader, claimshell,
bucket wheel excavator (BWE), bucket chain excavator (BCE), dsb.
2. alat angkut, adalah alat-alat produksi untuk mengangkut material menuju
proses berikutnya.
Contoh : Truck, lori-lokomotif (train), belt conveyor, pipa Lumpur (slurry),
scrapper, dsb.
3. alat bantu, adalah alat-alat berat yang digunakan untuk kelancaran produksi
Contoh : bulldozer, ripper, grader, lubrication truck, water truck, fuel
truck, dsb.
Beberapa faktor yang harus dipertimbangkan di dalam memilih alat
berat antara lain : jenis material, altitude, kapasitas, system penambangan,
medan kerja dan ketersediaan dana.

I. Elemen-elemen Produksi
Produksi adalah laju material yang dapat dipindahkan atau dialirkan
per satuan waktu (biasanya per jam). Untuk memperoleh angka produksi
ada emnpat parameter yang harus diperrhitungkan, yaitu :(1) kapasitas alat,
(2) tenaga kendaraan atau alat, (3) waktu edar (cycle time) dan (4) efisiensi
kerja. Umumnya perpindahan material dihitung berdasarkan volume (m3
atau cuyd), sedangkan pada tambang bijih dinyatakan dalam ton.
Mengetahui prinsip elemen-elemen produksi penting artinya karena tidak
diinginkan adanya kesalahan estimasi produksi alat-alat berat.

1.1 Kapasitas Alat

Kapasitas alat adalah jumlah material yang diisi, dimuat atau diangkut
oleh suatu alat berat. Kapasitas alat berkaitan erat dengan jenis material
yang diisi atau dimuat, baik berupa tanah maupun batu lepas.

1.1.1 Volume Material


Dikenal ada tiga bentuk volume material yang mempengaruhio
perhitungan pemindahannya, yaitu dinyatakan dalam bank cubic meter
(BCM), loose cubic meter (LCM) dan compacted cubic meter (CCM).
Perubahan ini terjadi karena adanya perbedaan densitas akibat
penggalian atau pemadatan dari densitas aslinya. BCM adalah volume
material pada kondisi aslinya di tempat (insitu)yang belum terganggu. LCM
adalah volume material yang sudah lepas akibat penggalian, sehingga
volumenya akan mengembang dengan berat tetap sama. CCM adalah
volume material yang mengalami pemadatan kembali setelah penggalian,
sehingga volumenya akan lebih kecil disbanding volume aslinya dengan
berat tetap sama.

1.1.2 Pemberaian (swell)


Adalah persentase pemberaian volume material dari volume asli yang
dapat mengakibatkan bertambahnya jumlah material yang harus
dipindahkan dari kedudukan aslinya.
Rumus yang berkaitan dengan pemberaian material sebagai berikut :
volume loose
% swell x 100%
volume bank

volume loose = volume material setelah dibongkar (m 3 )


volume bank = volume material dalam keadaan asli (m 3 )
1.1.3 Faktor Muat (load Factor)
Pada saat material sebanyak 1 BCM dimuatkan kedalam sebuah
mangkok (bucket), material yang terangkat oleh mangkok tersebut akan
kurang dari 1 BCM karena sepanjang proses penggalian terjadi pengurangan
volume akibat adanya pemberaian. Faktor muatnya dapat dihitung sebagai
berikut :
100%
LF
100% % swell

Jadi untuk mengestimasi muatan pada kondisi BCM, kapasitas mangkok


pada LCM harus dikalikan dengan LF.

Muatan (BCM) = Muatan (LCM) x LF

Penciutan material (shrinkage) merupakan perbandingan antara volume


material yang telah dipadatkan dengan kondisi bank disebut juga Shrinkage
Factor (SF). Jadi rumusnya adalah :

SF = CCM / BCM

1.1.4 Densitas Material


Densitas adalah berat per unit volume dari suatu material. Material
mempunyai densitas yang berbeda karena dipengaruhi sifat-sifat fisiknya,
antara lain: ukuran partikel, kandungan air, pori-pori dan kondisi fisik
lainnya.Densitas material tentunya akan berubah akibat adanya penggalian
yaitu dari kondisi bank ke loose. Pada kondisi loose, densitas material akan
berkurang disbanding densitas pada kondisi bank karena adanya pori-pori
udara. Untuk mengkonversi densitas material dari bank ke loose digunakan
rumus sbb :
Kg/BCM
(1 % swell)
Kg/LCM
1.1.5. Faktor Isi (Fill Factor)
Adalah persentase volume yang sesuai atau sesungguhnya dapat
diisikan ke dalam bak truck atau mangkok dibandingkan dengan kapasitas
teoritisnya. Suatu bak truck mempunyai faktor isi 87%, artinya 13% volume
bak tersebut tidak dapat diisi. Mangkok loader, backhoe, dragline, dsb.
Biasanya memiliki faktor isi lebih dari 100% karena dapat diisi munjung.

1.2. Tenaga kendaraan (alat)


Didalam memilih suatu alat untuk pekerjaan penggalian material,
bijih, atau overburden harus dipertimbangkan tenaga kendaraan yang
mampu mengatasi medan kerja. Medan kerja yang dimaksud adalah kondisi
jalan; misalnya jalan kering mulus dan padat, becek dan lembek, lurus,
banyak tikungan, mendaki, menuru, dsb. Yang mempengaruhi laju
kendaraan pada saat bermuatan atau kosong.

1.3. Waktu edar


Waktu edar atau cycle time maksudnya adalah waktu yang diperlukan
alat mulai dari aktifitas pengisian atau pemuatan (loading), pengangkutan
(hauling) untuk truck dan sejenisnya atau swing backhoe dan power shovel,
pengosongan (dumping), kembali kosong, dan mempersiapkan posisi
(maneuver) untuk diisi. Disamping aktifitas-aktifitas tersebut terdapat pula
waktu menunggu (delay) bila terjadi antrian untuk mengisi atau dimuat.

1.4. Efisiensi kerja


Efisiensi kerja merupakan elemen produksi yang harus
diperhitungkan di dalam upaya mendapatkan harga produksi alat per satuan
waktu yang akurat. Sebagian besar harga efisiensi kerja diarahkan terhadap
operator, yaitu orang yang menjalankan atau mengoperasikan unit alat.
Walaupun demikian , apabila ternyata efisiensi kerjanya rendah belum tentu
penyebabnya adalah kemalasan operator yang bersangkutan. Mungkin ada
penyebab lain yang tidak dapat dihindari, antara lain cuaca, kerusakan
mendadak, kabut dan lain-lain.
Pekerjaan mekanik untuk perawatan tidak dapat dimasukan sebagai
penyebab berkurangnya efisiensi kerja operator, karena pekerjaan perawatan
alat harus sudah terjadwal untuk masuk bengkel. tabel 4.1 mungkin dapat
dipakai sebagai acuan untuk membatasi porsi pekerjaan operasional dan
mekanik. Mungkin setiap perusahaan memberikan definisi yang berbeda
tentang pengertian waktu tertunda, terhenti dsb.

Tabel 4.1.
Parameter Pengukuran Effisiensi

TERJADWAL (SCHEDULED); S
TERSEDIA (AVAILABEL); A PERAWATAN (MAINTRANCE); M
JALAN (OPERATION); O TERHENTI PERBAIKAN PERAWATAN
KERJA TERTUNDA (IDLE); I MENDADAK; TERJADWAL;
(WORKING); (DELAY); D UM SM
w
Kerja lancar Mengisi BBM Diminta Waktu perbaikan Waktu
Ganti bit stanby
Tunggu suku perbaikan
Peledakan Tak ada
Tunggu alat operator cadang Tunggu suku
muat Makan
dll cadang
Tunggu Truck &istirahat
Maneuver alat Hujan lebat, dll
dll kabut
Rapat
dll

Dari tabel 4.1 dapat diukur tingkat efisiensi kerja operator yang lebih
teliti karena pengelompokan penyebab alat berhenti dibuat atas dasar
kondisi yang sebenarnya dan yang lebih pentingpengelompokan tersebut
telah disepakati dan dipahami oleh seluruh karyawan. Dengan demikian
dapat dibuat tiga ukuran efisiensi menggunakan data waktu dalam tabel,
yaitu:
1. Efektifitas artinya jam kerja efektif selama waktu yang disediakan untuk
operasi, persamaannya adalah :
W
E x 100%
O
2. Ketersediaan Fisik adalah ukuran sehat tidaknya alat untuk beroperasi,
rumusnya adalah :
A
PA x 100 %
S
3. Utilitas adalah alat yang sehat terpaksa tidak dioperasikan karena
beberapa sebab, misalnya hujan lebat, rapat, kecelakaan tambang dll,
persamaanya adalah :
O
U x 100%
A
4. Efisiensi kerja rata-rata merupakan penjumlahan persamaan 1, 2 dan 3
dibagi tiga, jadi :
E PA U
Eff. Rata - rata
3

II. Estimasi Produksi Alat Berat


Secara umum perhitungan untuk memperkirakan produksi alat berat
dapat dirumuskan sebagai berikut :
IxH
PEx
C
Dimana : P = Produksi alat, m3/jam atau ton/jam
E = Efisiensi kerja, menit/jam
I = Faktor Berai (swell Faktor)
H = Kapasitas Alat, m3 atau ton
C = Waktu edar, menit
Pada dasarnya hampir semua produksi alat berat dapat dihitung
dengan persamaan diatas, walaupun terdapat sedikit modifikasi karena sifat
pemakaian alat yang spesifik. Dari persamaan tersebut terlihat bahwa
elemen-elen produksi yang telah diuraikan merupakan parameter pokok.
Apabila diketahui target produksi sebesar Tp, maka jumlah alat yang
diperlukan (n) adalah :

N = Tp / P (2)

Hal menarik yang perlu dipahami adalah system pemuatan


pengangkutan yang diterapkan pada penambangan terbuka di Indonesia
banyak menerapkan system tersebut. Oleh karena itu mengestimasi produksi
truck-loader dan membuat keseimbangan jumlah armada truck dengan alat
muatnya mendapat perhatian yang mendalam untuk menghindari waktu
tunggu terlalu lama, baik truck maupun alat muatnya.

2.1. Produksi dan Armada Truk


Dump truck yang digunakan untuk operasi penambangan berbeda
dengan truck biasa, baik bentuk, kapasitas maupun tenaganya dan umumnya
disebut Off-Highway Truck. Truck tersebut diklasifikasikan kedalam tiga
tipe, yaitu: (1) conventional real dump truck, (2) tracktor-trailer, bottom,
side, dan rear dump truck.
Produksi dan armada truck yang diperlukan dipengaruhi banyak
factor, yaitu; rencana penambangan, kondisi jalan, alat angkut target
produksi, kinerja dan waktu edar truck, metoda operasi, keseimbangan
truck-loader, dan avaibilitas serta utilitas truck-loader. Estimasi truck-loader
dititik beratkan untuk mengeliminir waktu tunggu truck maupun alat
muatnya.
Berikut ini diperlihatkan kasus produksi armada truck berkapasitas
109 ton dengan simulasi jam operasinya dan jumlah truck. Dari hasil
pengamatan lapangan waktu edar truck menjadi lambat seiring dengan
bertambahnya jumlah truck dalam satu armada (lihat Tabel 2.1). Penyebab
lambatnya waktu edar tersebut disebabkan karena perputaran truck akan
saling mempengaruhi satu dengan lainnya, sehingga mengakibatkan
munculnya waktu tunggu. Jadi, untuk alat muat yang tetap jumlahnya,
apabila alat angkutnya ditambahkan pada armada tersebut, maka waktu
tunggunya pun bertambah pula yang mengakibatkan waktu edar semakin
lama.

Tabel 2.1.
Waktu edar truck kapasitas nyata 109 ton

Jumlah Truck per armada 1 2 3 4 5 6


Siklus waktu Truck
maneuver dan
3,20 3,20 3,20 3,20 3,20 3,20
pemuatan
Angkut muatan 7,50 7,50 7,00 7,00 7,00 7,00
Belok dan
0,60 0,60 0,60 0,60 0,60 0,60
pengosongan
Kembali kosong 4,00 4,00 4,50 4,50 4,50 4,50
Tunggu dimuat 0 0 0,45 1,15 2,40 4,40
Tunda dll. 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50
Total 15,80 15,80 16,25 16,95 18,20 20,20

2.2.1. Keseimbangan truck dan alat muat


Untuk menghitung jumlah truck, disamping berdasarkan target
seperti pada persamaan (2), dapat pula dihitung berdasarka data waktu edar
tanpa komponen waktu tunggu. Jadi rumusnya :
Ttc
Nt
Td

Dimana: N T = jumlah truck

T tc = Total waktu edar truck teoritis tanpa waktu tunggu

T d = Waktu pemuatan termasuk maneuver truck


Perlu dicatat bahwa harga Td adalah lama waktu sebuah truck
dimuati material termasuk maneuver atau spoting time truck agar siap diisi.
Jadi, Td adalah waktu edar alat muat ditambah waktu maneuver atau spoting
time. Keseimbangan atau sinkronisasi kerja antara truck dengan alat muat,
dapat diukur dengan menggunakan Faktor Keseimbangan atau Match
Factor (MF) yang dirumuskan sebagai berikut:
nH x Ctl
MF
nL x CtH

dimana harga n H, n L, C tH, dan C tl masing-masing adalah jumlah alat angkut,


jumlah alat muat, waktu edar alat angkut dan waktu edar alat muat. Dari
persamaan (2.3) akan muncul tiga kemungkinan, yaitu :
MF = 1 , Jumlah alat angkut dan alat muat seimbang atau sinkron, hamper
dipastikan tidak ada waktu tunggu. Alat muat dan alat angkut
sama-sama sibuk
MF < 1 , Jumlah alat angkut kurang, akibatnya alat muat banyak menunggu,
sementara alat angkut sibuk.
MF > 1 , Jumlah alat angkut lebih, sehingga muncul waktu tunggu dimuat
untuk alat angkut, sementara alat muat sibuk.
Untuk mendapatkan MF = 1 memang tidak mudah, namun harga MF
ini hendaknya diupayakan mendekati angka satu dengan melakukan
berbagai percobaan dan dengan mempertimbangkan target produksi yang
telah ditetapkan perusahaan.

2.2.2. Mengukur Probabilitas


Waktu operasi nyata sebuah truck ditandai dengan aktifitas pemuatan
, pengangkutan, pengosongan muatan, kembali kosong, tunggu dimuat, dan
waktu tunda lainya. Probabilitas ketersediaan sebuah truck untuk beroperasi
adalah kemungkinan selalu tersedianya sebuah truck pada setiap waktu
tertentu di dalam batas waktu yang sudah dijadwalkan selalu terdapat
sebuah truck beroperasi tanpa terjadi waktu menunggu. Dengan demikian
probabilitas (P) dapat ditentukan sebagai berikut:
Waktu operasi tersedia
P
Waktu operasi terjadwal

Apabila ketersediaan (avaibilitas) sebuah truck tertentu untuk


beroperasi bebas dari ketersediaan truck lainnya dalam armada, maka
probabilitas sejumlah truck lainnya atau sisanya (k truck) ditentukan sbb:
P k = P k x (1-p) n-k x C n k
Dimana: Pk = Probabilitas truck sisa sejumlah k truck
p = Probabilitas ketersediaan sebuah truck
n = Jumlah total truck dalam armada
k = sejumlah truck sisa
n!
C n k = --------------------
k! (n-k)!

B. Data Pendukung
Yang dimaksud dengan data pendukung adalah data-data yang
dapat mendukung data-data dari lapangan guna menganalisa permasalahan yang
ada untuk mencari alternatif penyelesaian masalah.
Data pendukung dapat diambil antara lain dari data hasil
pengamatan di lapangan, laporan penelitian terdahulu dari perusahaan, brosur--
brosur dari perusahaan, data dari instansi yang terkait dan dari literatur-literatur.

C. Urutan kerja Penelitian


Dalam melakukan penelitian,
dilakukan dengan menggabungkan antara teori dengan data-data dilapangan,
sehingga dari keduanya didapatkan pendekatan penyelesaian masalah.
Adapun urutan pekerjaan penelitian :
1. Observasi terhadap kegiatan penambangan.
2. Penentuan tempat pengamatan langsung untuk pengambilan data.
3. Pengambilan data primer (langsung dari lapangan) dan data sekunder dari
laporan bulanan perusahaan.
4. Pengelompokan data, pengujian data.
5. Pengolahan data penelitian.
6. Analisa hasil penelitian dan memberikan alternatif pemecahan masalah.

D. Analisa Penyelesaian Masalah


Permasalahan yang ada di lapangan selanjutnya dipelajari dan
dikaji berdasarkan data yang ada, baik data yang dikumpulkan dari hasil
penyelidikan maupun data penunjang dan didukung berbagai teori yang
menunjang permasalahan tersebut, selanjutnya dicarikan alternatif
penyelesaiannnya.
Adapun rincian dari analisa penyelesaian masalah estimasi produksi alat muat dan
alat angkut adalah sebagai berikut :
1. Tahap Persiapan
Untuk dapat mengestimasi alat pada suatu tambang terbuka, maka perlu
dipelajari tentang metoda opersi, jenis material, target produksi perusahaan,
jumlah dan spesifikasi dari alat muat-angkut.
2. Tahap Penyelidikan pendahuluan
Tahap penyelidikan pendahuluan dimaksudkan untuk mendapatkan deskripsi
umum daerah yang akan diselidiki, meliputi kondisi jalan, Lebar jalan angkut,
kemiringan jalan angkut dan lebar tikungan, dimensi jenjang dan data curah
hujan.
3. Tahap Penyelidikan Terinci
Tahap penyelidikan terinci dimaksudkan untuk mendapatkan data-data yang
diperlukan untuk penyelesaian masalah , adapu data yang akan diambil, yaitu :
i. Waktu edar dari suatu alat, baik waktu untuk manufer waktu tunggu,
waktu pemuatan, waktu pengangkutan, waktu penumpahan dan waktu
antri.
ii. Kapasitas alat muat dan alat angkut
iii. Kecepatan rata-rata dump truck
iv. Waktu kerja efektif
v. Penentuan effisiensi kerja dari alat
vi. Swell factor
Sehingga dengan mengetahui parameter-parameter diatas diharapkan didapatkan
alternative penyelesain masalah

BAB III
PENELITIAN LAPANGAN

A. Metodelogi Penelitian
Didalam melaksanakan penelitian permasalahan ini, penulis
menggabungkan antara teori dengan data-data lapangan, sehingga dari keduanya
didapat pendekatan penyelesaian masalah. Adapun urutan pekerjaan penelitian
yaitu :
1. Study literatur, brosur-brosur, laporan penelitian terdahulu dari perusahaan.
2. Pengamatan langsung di lapangan, dilakukan dengan cara peninjauan
lapangan untuk melakukan pengamatan langsung terhadap semua kegiatan
di daerah yang akan diteliti
3. Pengambilan Data, dengan pengukuran langsung di lapangan maupun
penelitian di laboratorium.
4. Akuisisi Data
a. Pengelompokan data
b. Jumlah data
c. Uji realitas
5. Pengolahan data
6. Analisis hasil Pengolahan data
7. Kesimpulan

B. Rencana Jadwal Kegiatan Penelitian


C. RENCANA DAFTAR ISI

WAKTU MINGGU

I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII


JENIS KEGIATAN
1. STUDI LITERATUR

2. PENGAMATAN

3. PENGAMBILAN DATA

4. PENGOLAHAN DAN
ANALISIS DATA
5. PEMBUATAN
LAPORAN

RINGKASAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG
BAB
I PENDAHULUAN
II TINJAUAN UMUM
2.1 Lokasi dan Kesampaian Daerah
2.2 Keadaan Geologi dan Topografi
2.3 Iklim dan Curah Hujan
2.4 Kegiatan Penambangan
III DASAR TEORI
3.1 Elemen-elemen Produksi
3.1.1 Kapasitas Alat
3.1.2 Tenaga Kendaraan
3.1.3 Waktu Edar
3.1.4 Efisiensi Kerja
3.2 Estimasi Produksi Alat Muat dan Alat Angkut
3.2.1. Keseimbangan Truck Dengan Alat Muat
IV KONDISI LAPANGAN DAN SISTEM PRODUKSI ALAT MUAT - ALAT
ANGKUT
4.1 Tinjauan Terhadap Dimensi Jenjang
4.2 Geometri Keadaan Jalan Angkut
4.3 Pola Pemuatan
4.4 Analisa Kemampuan Kerja Alat-alat Mekanis
4.5 Efesiensi Kerja Alat-alat Mekanis
4.6 Penentuan Total Waktu Edar
4.7 Produksi Alat
V PEMBAHASAN
5.1 Kebutuhan Alat Muat dan Alat Angkut
5.2 Kemampuan Produksi dari Alat Muat dan Alat Angkut
VI KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

D. RENCANA DAFTAR PUSTAKA

1. Frederic.S. Hiller & Gerald J. Lieberman.(1981), Introduction to Operation


Research, 3rd Edition, Holden-Day,Inc., Sanfrancisco.

2. Hamdy.A. Taha.(1990), Operation Research An Introduction, 3rd Edition ,


Macmillan Publishing Co.,Inc.,New York.

3. Pangestu Subagio, SE, MBA.(1983), Dasar-dasar Operasi Riset (Operation


Research), BPFE, Yogyakarta.

4. Partanto Prodjosumarto.(1995), Pemindahan Tanah Mekanis, Jurusan Teknik


Pertambangan, ITB, Bandung.

5. Ir. Edy Purwanto ME. (2002), Diktat Perencanaan Tambang Terbuka, Pusat
Pendidikan dan Pelatihan Teknologi Mineral dan Batubara, Bandung.

Вам также может понравиться