Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Selama itu anak-anak yang memiliki perbedaan kemampuan (difabel) disediakan fasilitas
pendidikan khusus disesuaikan dengan derajat dan jenis difabelnya yang disebut dengan
Sekolah Luar Biasa (SLB). Secara tidak disadari sistem pendidikan SLB telah membangun
tembok eksklusifisme bagi anak-anak yang berkebutuhan khusus. Tembok eksklusifisme
tersebut selama ini tidak disadari telah menghambat proses saling mengenal antara anak-anak
difabel dengan anak-anak non-difabel. Akibatnya dalam interaksi sosial di masyarakat
kelompok difabel menjadi komunitas yang teralienasi dari dinamika sosial di masyarakat.
Masyarakat menjadi tidak akrab dengan kehidupan kelompok difabel. Sementara kelompok
difabel sendiri merasa keberadaannya bukan menjadi bagian yang integral dari kehidupan
masyarakat di sekitarnya
Sementara itu lembaga pendidikan tidak hanya di tunjukkan kepada anak yang memiliki
kelengkapan fisik, tetapi juga kepada anak yang memiliki keterbelakangan mental. Mereka
dianggap sosok yang tidak berdaya, sehingga perlu di bantu dan di kasihani untuk mengatasi
permasalahan tersebut perlu di sediakan berbagai bentuk layanan pendidikan atau sekolah
bagi mereka. Pada dasarnya pendidikan untuk berkebutuhan khusus sama dengan pendidikan
anak- anak pada umumnya. Disamping itu pendidikan luar biasa, tidak hanya bagi anak
anak yang berkebutuhan khusus, tetapi juga di tujukan kepada anak-anak normal yang
lainnya.
Beberapa sekolah telah dibuka bagi anak-anak dengan kebutuhan khusus ini. System
pembelajaran yang disesuaikan dengan keadaan siswa menjadi salah satu keunggulan yang
ditawarkan sekolah sekolah ini. Jadi anda tidak perlu khawatir dengan masa depan anak
anda karena sekolah ini membekali anak untuk bisa hidup mandiri dalam hidupnya dengan
segala kekurangan dan kelebihannya.
Pendidikan luar biasa adalah merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat
kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik,emosional, mental
sosial, tetapi memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. Selain itu pendidikan luar
biasa juga berarti pembelajaran yang dirancang khususnya untuk memenuhi kebutuhan yang
unik dari anak kelainan fisik. Pendidikan luar biasa akan sesuai apabila kebutuhan siswa tidak
dapat diakomodasikan dalam program pendidikan umum. Secara singkat pendidikan luar
biasa adalah program penbelajaran yang disiapakan untuk memenuhi kebutuhan unik dari
individu siswa.
Para ahli sejarah pendidikan biasanya menggambarkan mulainya pendidikan luar biasa pada
akhir abad ke 18 atau awal abad ke 19. Di indonesia sejarah perkembangan luar biasa dimulai
ketika belanda masuk ke indonesia,( 1596 1942 ) meraka memperkenalkan system
persekolahan dengan orientasibarat. untuk pendidikan bagi anakanak penyandang cacat di
buka lembaga-lembaga khusus.lembaga pertama untuk pendidikan anak tuna netra,tuna
grahita tahun 1927 dan untuk tuna rungu tahn 1930. Ketiganya terletak di kota Bandung.
Seluruh warga negara tanpa terkecuali apakah dia mempunyai kelainan atau tidak
mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan. Hal ini dijamin oeh UUD 1945
pasal 31 ayat1 yang mengumumkan. Bahwa tiap-tiap warga negara berhak mendapat
pengajaran.
Bab IV ( pasal 5 ayat 1 ) Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh
pendidikan yang bermutu baik yang memiliki kelainan fisik,emosionl,mental,intelektual atau
sosial berhakmemperoleh pendidikan khusus.
Bab Vbagian 11 Pendidikan khusus (pasal 32 ayat 1 ) Pendidikan khusus bagi pesertayang
memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan
fisik,emosional,mental,sosial atau memiliki potensi kecerdasan.
Anak berkebutuhan khusus dapat dimaknai dengan anak-anak yang tergolong cacat atau yang
menyandang ketunaan, dan juga anak lantib dan berbakat (Mulyono, 2006:26). Dalam
perkembangannya, saat ini konsep ketunaan berubah menjadi berkelainan (exception) atau
luar biasa. Ketunaan berbeda dengan konsep berkelainan. Konsep ketunaan hanya berkenaan
dengan dengan kecacatan sedangkan konsep berkelainan atau luar bisa mencakup anak yang
menyandang ketunaan maupun yang dikaruniai keunggulan.
Tekankan keunikan dan nilai dari semua anak daripada perbedaan mereka.
Pikirkan cara anak yang tidak berkemampuan dapat melakukan sesuatu sendiri ayau untuk
anak yang lain.
Berikan lingkungan di mana anak yang bermasalah ikut serta dalam kegiatan dengan anak
yang tidak bermasalah dan cara-cara yang bermanfaat satu sama lainnnya.
Pada kenyataannya, di berbagai Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini (LPAUD), baik di TK,
Kelompok Bermain, Taman Penitipan Anak dan satuan PAUD sejenislainnya selalu saja
terdapat anak-anak yang membutuhkan perhatian khusus. Hal ini dijelaskan oleh Jamaris
(2006:80-92) dan Mulyono (2006:6-9), bahwa terdapat masalah-masalah perilaku psikososial,
berkesulitan belajar, ataupun anak dengan gangguan pemusatan perhatian/hiperaktif. Disisi
lain, Jamaris (2006:94-100) juga menjelaskan bahwa terdapat anak dengan tingkat intelegensi
yang luar biasa, seperti anak tuna grahita atau anak gifted dan berbakat.
(1)Penakut, seperti takut pada binatang, takut pada gelap, kilatan petirdan suara gemuruhyang
menyertainya,takut pada orang asing dan atau rasa takut yang muncul dalam benak anak
berdasarkan fantasi yang dibuatnya sendiri;
(2)Perilaku agresif, yang tampak pada tindakan-tindakan anak yang cenderung melukai anak
lain, seperti menggigit, mencakar atau memukul. Biasanya perilaku seperti ini muncul sejak
usia 2,5-3 tahun, selanjutnya perilaku tersebut seolah hilang dan berganti dengan ekspresi
mencela, mencaci atau memaki (Jamaris 2006:81);
(3)Pendiam, menarik diri dan atau rendah diri, perilaku ini disebabkan oleh sikap orang tua
yang terlalu berlebihan dalam mengontrol perilaku anak, yaitu adanya berbagai larangan
yangg pada akhirnya berujung pada pengekangan pada diri anak. Hal ini tampak pada
orangtua yang selalu mengatakan tidak boleh ini, tidak boleh itu...atau jangan begini, jangan
begitu....
Belakangan ini, seringkali juga terdengar istilah anak dengan budaya Autisme. Kanner dalam
Jamaris (2006:85) adalah orang yang mengemukakan istilah autisme; Anak autis adalah anak
yang mengalami outstanduing fundamentaldisorder, sehingga tidak mampu melakukan
interaksi dengan lingkungannya. Oleh sebab itu, anak autis bersifat menutup diri dan tidak
peduli, serta tidak memperhatikan lingkungannya (Greenspan dan Wider dalam Jamaris,
(2006:85).
Anak yang mengalami kesulitan belajar adalah anak yang memiliki intelegensi normal atau
diatas normal, akan tetapi mengalami satu atau lebih dalam aspek-aspek yang dibutuhkan
untuk belajar. Istilah kesulitanbelajar terjemahan dari learning disability, sebenarnya tidak
tepat, seharusnya diterjemahkan sebagai ketidakmampuan belajar (Mulyono, 2006:6)
Kesulitan belajar ini disebabkan karena terjadi disfungsi ringan dalam susunan syaraf pusat
(minimal brain disfunction). Kesulitan belajar dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok,
yaitu:
2.Kesulitan belajar akademik (academic learing disabilities) yang ditunjukan pada adanya
kagagalan-kagagalan dalam pencapaian prestasi akademik yang sesuai dengan kapasitas yang
diharapkan, mencakup kegagalan dalam penguasaan keterampilan dalam membaca, manulis,
dan atau matematika.
Selanjutnya, dijelaskan bahwa penyebab kesulitan belajar adalah faktor internal, yaitu
kemungkinan adanya disfungsi neurologis, sedangkan penyebab utama problema belajar
(learning problems) adalah faktor eksternal yaitu antara lain berapa strategi pembelajaran
tang keliru, pengelolaan kagiatan belajar yang tidak memebangkitkan motivasi belajar anak,
dan pemberian ulangan penguatan (reinforcement) yang tidak tepat (Mulyono, 2006:13).
Selain berbagai masalah dan kesulitan yang telah dikemukakan di atas, terdapat juga anak
usia dini dengan tingkat intelegensi yang luar biasa, yaitu anak tunagrahita serta anak gifted
dan berbakat. Jamaris (2006:94-95) menjelaskan bahwa anak tunagrahita atau anak mentally
retarded adalah kelompok anak yang memiliki tingkat intelegensi dibawah normal.
Ketunagrahitaan tampak dalam kesulitan adaptive behavior atau penyesuaian perilaku,
dimana mereka tidak dapat mencapai kemandirian yang sesuai dengan ukuran (standar)
kemandirian dan tanggungjawab sosial. Anak tunagarahita juga mengalami masalah dalam
keterampilan akademik dan berpartisipasi dengan kelompok teman yang memiliki usia
sebaya.
Disisi lain, suatu ramhat bagi beberapa orangtua yang dikaruniai anak gifted dan berbakat,
anak gifted dan talented (berbakat) adalah anak yang memiliki kemampuan yang luar biasa,
baik intelegensinya maupun bakat khusus dan kreativitasnya, sehingga anak mampu
mencapai kinerja dengan kualitas yang luar biasa. Untuk mewujudkan potensi yang
tersembunyi tersebut, maka diperlukan layanan pendidikan khusus disamping pendidikan
yang diberikan pada anak normal di sekolah biasa (Jamaris 2006:100-101). Anak gifted dan
talented biasanya memiliki kreativitas yang tinggi, seperti:
(3)Kemampuan dalam menghasilkan berbagai ide atau karya yang merupakan keaslian dari
hasil pikirannya sendiri. Bakat khusus ditunjukkan oleh anak dalam beberapa bidang tertentu,
misalnya sangat berbakat pada bidang musik, atau bidang IPA seperti menciptakan berbagai
temuan dalam sains.
Diperkirakan antara 3-7 % atau sekitar 5,5-10,5 juta anak usia di bawah 18 tahun
menyandang ketunaan atau masuk kategori anak berkebutuhan khusus. Apabila ditambah
dengan anak-anak yang menggunakan kacamata, jumlahnya akan lebih banyak lagi, ungkap
Prof dr Sunartini, SpA (K), PhD dalam pidato pengukuhan jabatan guru besar pada Fakultas
Kedokteran Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta di gedung senat perguruan tinggi
itu, Kamis (28/5). Secara global, tuturnya, diperkirakan ada 370 juta penyandang cacat atau
sekitar 7 % populasi dunia,kurang lebih 80 juta di antaranya membutuhkan rehabilitasi. Dari
jumlah tersebut, hanya 10 persen mempunyai akses pelayanan.
Istilah anak berkebutuhan khusus adalah klasifikasi untuk anak dan remaja secara fisik,
psikologis dan atau sosial mengalami masalah serius dan menetap. Anak berkebutuhan
khusus ini dapat diartikan mempunyai kekhususan dari segi kebutuhan layanan kesehatan,
kebutuhan pendidikan khusus, pendidikan layanan khusus, pendidikan inklusi, dan kebutuhan
akan kesejahteraan sosial dan bantuan sosial. Selama dua dekade terakhir istilah anak cacat
telah digantikan dengan istilah anak dengan kebutuhan kesehatan khusus, jelasnya.
Menurut Sunartini, istilah anak dengan kemampuan dan kebutuhan khusus sebagai pengganti
istilah anak cacat. Ini dinilainya manusiawi, tapi di Indonesia belum disepakati. Karena itu
perlu ditetapkan dalam peraturan perundangan agar dapat dimasukkan sebagai program yang
diutamakan di berbagai departemen yang berkaitan. Namun dia mengakui, masalah anak
dengan kebutuhan khusus di bidang kesehatan belum menjadi prioritas, masih kalah dengan
penyakit infeksi dan berbagai keadaan kurang gizi.
Selain itu, ia menambahkan, sampai saat ini terjadi keterbatasan dan belum disediakannya
fasilitas khusus seperti jalan yang bisa dilalui kursi roda, jalan yang aman bagi anak dengan
palsi serebral, jalan yang dibuat khusus bagi anak tuna netra hingga bisa mandiri sampai
tujuan. Penggunaan jalan seringkali menyebabkan kesulitan bagi anak berkebutuhan khusus.
Demikian juga fasilitas kesehatan, masih sukar dicapai para penyandang cacat, di samping
petugas kurang tanggap.
Banyak faktor penyebab gangguan pembentukan dan perkembangan otak anak sejak saat
pembuahan, lahir, saat bayi, masa anak sampai remaja. Pada awal kehamilan terutama
minggu kedua sampai keenambelas di saat pembentukan organ ada berbagai hal yang dapat
menyebabkan pembentukan otak tidak sempurna atau rusak antara lain karena kekurangn gizi
dan mikronutrien seperti iodium, zink, selenium, kekurangan asam folat, obat-obatan
teratogenik seperti obat peluntur haid. Juga obat penenang seperti talidomid, keracunan
logam berat seperti Hg atau Pb (timbal), infeksi intra uterin seperti TORCH dan kekerasan
karena usaha pengguguran dengan pijatan.
Secara uji multivariat, bahan organik pada ibu hamil yang bekerja di pabrik menunjukkan
adanya pengaruh kurang baik terhadap perkembangan motorik, tingkah laku, perhatian dan
hiperaktivitas. Demikian halnya ibu yang mengalami depresi dalam periode satu tahun
pertama dapat mengakibatkan gangguan perkembangan kognitif sampai umur 18 bulan
gangguan tingkah laku, gangguan perkembangan sosial dan perilaku terutama pada anak laki-
laki usia balita.
System pendidikan dimana anak berkelainan terpisah dari system pendidikan anak normal.
Penyelenggaraan system pendidikan segregasi di laksanakan secara khusus dan terpisah dari
penyelenggaran pendidikan untuk anak normal.
Keuntungan system pendidikan segregasi
-Metode pembelajaran yang khusus sesuai dengan kondisi dan kemampuan anak
-Sosialisasi terbatas
System pendidikan luar biasa yang bertujuan memberikan pendidikan yang memungkinkan
anak luar biasa memperoleh kesempatan mengikuti proses pendidikan bersama dengan siswa
normal agar dapat mengembangkan diri secara optimal.
Pendidikan inklusi adalah termasuk hal yang baru di Indonesia umumnya. Ada beberapa
pengertian mengenai pendidikan inklusi, diantaranya adalah pendidikan inklusi merupakan
sebuah pendekatan yang berusaha mentransformasi sistem pendidikan dengan meniadakan
hambatan-hambatan yang dapat menghalangi setiap siswa untuk berpartisipasi penuh dalam
pendidikan. Hambatan yang ada bisa terkait dengan masalah etnik, gender, status sosial,
kemiskinan dan lain-lain. Dengan kata lain pendidikan inklusi adalah pelayanan pendidikan
anak berkebutuhan khusus yang dididik bersama-sama anak lainnya (normal) untuk
mengoptimalkan potensi yang dimilikinya.
Salah satu kelompok yang paling tereksklusi dalam memperoleh pendidikan adalah siswa
penyandang cacat. Tapi ini bukanlah kelompok yang homogen. Sekolah dan layanan
pendidikan lainnya harus fleksibel dan akomodatif untuk memenuhi keberagaman kebutuhan
siswa. Mereka juga diharapkan dapat mencari anak-anak yang belum mendapatkan
pendidikan.
Pengelompokan anak berkebutuhan khusus dan jenis pelayanannya, sesuai dengan Program
Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa Tahun 2006 dan Pembinaan Direktorat Jenderal
Manajemen Pendidikan Dasar Dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional Pendidikan
adalah sebagai berikut :
1)Tuna Netra
2)Tuna Rungu
6)Tuna Grahita Berat (IQ 125 ) J. Talented : Potensi bakat istimewa (MultipleIntelligences :
Language, Logico mathematic, Visuo-spatial, Bodily-kinesthetic, Musical, Interpersonal,
Intrapersonal, Natural, Spiritual).
8)Lambat Belajar ( IQ = 70 90 )
9)Autis
11)Indigo
Gagagasan pendidikan inklusi
Sekolah inklusi adalah sekolah reguler yang mengkoordinasi dan mengintegrasikan siswa
reguler dan siswa penyandang cacat dalam program yang sama, dari satu jalan untuk
menyiapkan pendidikan bagi anak penyandang cacat adalah pentingnya pendidikan inklusi,
tidak hanya memenuhi target pendidikan untuk semua dan pendidikan dasar 9 tahun, akan
tetapi lebih banyak keuntungannya tidak hanya memenuhi hak-hak asasi manusia dan hak-
hak anak tetapi lebih penting lagi bagi kesejahteraan anak, karena pendidikan inklusi mulai
dengan merealisasikan perubahan keyakinan masyarakat yang terkandung di mana akan
menjadi bagian dari keseluruhan, dengan demikian penyandang cacat anak akan merasa
tenang, percaya diri, merasa dihargai, dilindungi, disayangi, bahagia dan bertanggung jawab.
inklusi terjadi pada semua lingkungan sosial anak, Pada keluarga, pada kelompok teman
sebaya, pada sekolah, pada institusi-institusi kemasyarakatan lainnya. Sebuah masyarakat
yang melaksanakan pendidikan inklusi berkeyakinan bahwa hidup dan belajar bersama
adalah cara hidup (way of life) yang terbaik, yang menguntungkan semua orang, karena tipe
pendidikan ini dapat menerima dan merespon setiap kebutuhan individual anak. Dengan
demikian sekolah atau pendidikan menjadi suatu lingkungan belajar yang ramah anak-anak.
Pendidikan inklusi adalah sebuah sistem pendidikan yang memungkinkan setiap anak penuh
berpartisipasi dalam kegiatan kelas reguler tanpa mempertimbangkan kecacatan atau
karakteristik lainnya.
LANDASAN HUKUM
-Landasan Spiritual
1.Surat An Nisa ayat 9 Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya
meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah yang mereka khawatir terhadap
(kesejahteraan) mereka. Maka hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah dan hendaklah
mereka mengucapkan perkataan yang benar.
2.Surat Az Zuhruf ayat 32 Allah telah menentukan diantara manusia penghidupan mereka
dalam kehidupan dunia, dan Allah telah meninggikan sebagian dari mereka atas sebagian
yang lain beberapa derajat agar sebagian mereka dapat saling mengambil
manfaat(membutuhkan).
-Landasan Yuridis
1.Konvensi PBB tentang Hak anak tahun 1989.
Kalau kita cermati lebih teliti, landasa spiritual maupun landasan yuridis tersebut telah
memberikan dasar hukum yang jelas tentang bagaiman penyelenggaraan pendidikan inklusi
yang memang merupakan sebuah kebutuhan yang tidak dapat ditunda-tunda lagi.
-Implementasi Di Lapangan
Indonesia Menuju Pendidikan inklusi Secara formal dideklarasikan pada tanggal 11 agustus
2004 di Bandung, dengan harapan dapat menggalang sekolah reguler untuk mempersiapkan
pendidikan bagi semua anak termasuk penyandang cacat anak. Setiap penyandang cacat
berhak memperolah pendidikan pada semua sektor, jalur, jenis dan jenjang pendidikan (Pasal
6 ayat 1). Setiap penyandang cacat memiliki hak yang sama untuk menumbuh kembangkan
bakat, kemampuan dan kehidupan sosialnya, terutama bagi penyandang cacat anak dalam
lingkungan keluarga dan masyarakat (Pasal 6 ayat 6 UU RI No. 4 tahun 1997 tentang
penyandang cacat).
Disamping pendidikan atau sekolah reguler, pemerintah dan badan-badan swasta
menyelenggarakan pendidikan atau sekolah khusus yang biasa disebut Sekolah Luar Biasa
(SLB) untuk melayani beberapa jenis kecacatan. Tidak seperti sekolah reguler yang tersebar
luas baik di daerah perkotaan maupun daerah pedesaan. SLB dan SDLB sebagian besar
berlokasi di perkotaan dan sebagian kecil sekali yang berlokasi di pedesaan. Penyandang
cacat anak untuk menjangkau SLB atau SDLB relatif sangat jauh hingga memakan biaya
cukup tinggi yang tidak terjangkau penyandang cacat anak dari pedesaan. Ini pula masalah
yang dapat diselesaikan oleh pendidikan atau sekolah inklusi, di samping memecahkan
masalah golongan penyandang cacat yang merata karena diskriminasi sosial, karena dari
sejak dini tidak bersama, berorientasi dengan yang lain.
Sejak tahun 2001, pemerintah mulai uji coba perintisan sekolah inklusi seperti di Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta dengan 12 sekolah didaerah Gunung Kidul dan di Provinsi
daerah Khusus Ibukota Jogyakarta dengan 35 sekolah. Pada sekolah sekolah reguler yang
dijadikan perintis itu memang diuntukkan anak-anak lambat belajar dan anak-anak sulit
belajar sehingga perlu mendapat pelayanan khusus. Karena masih dalam tahap rintisan
sampai sekarang belum ada informasi yang berarti dari sekolah-sekolah tersebut.
Menurut Prof. Dr. Fawzie Aswin Hadi (Universitas Negeri Jakarta) mengisahkan sekolah
Inklusi (SD. Muhamadiyah di Gunung Kidul) sekolah ini punya murid 120 anak, 2 anak laki-
laki diantaranya adalah Tuna Grahita, dua anak ini dimasukan oleh kedua ibunya ke kelas I
karena mau masuk SLBC lokasinya jauh dari tempat tinggalnya yang di pegunungan.
Keluarga ini tergolong keluarga miskin oleh sebab itu mereka memasukkan anak-anaknya ke
SD. Muhamadiyah. Perasaan mereka sangat bahagia dan bangga bahwa kenyataannya anak
mereka diterima sekolah. Satu anak tampak berdiam diri dan cuek, sedang satu lagi tampak
ceria dan gembira, bahkan ia menyukai tari dan suka musik, juga ia ramah dan bermain
dengan teman sekolahnya yang tidak cacat. Gurunya menyukai mereka, mengajar dan
mendidik mereka dengan mengunakan modifikasi kurikulum untuk matematika dan mata
pelajaran lainnya, evaluasi disesuaikan dengan kemampuan mereka. Hal yang sangat penting
disini yang berkaitan dengan guru adalah anak Tuna Grahita dapat menyesuaikan diri dengan
baik, bahagia dan senang di sekolah. Ini merupakan potret anak Tuna Grahita di tengah-
Tengah teman yang sedang belajar.
Di Indonesia telah dilakukan Uji coba dibeberapa daerah sejak tahun 2001, secara formal
pendidikan inklusi dideklarasikan di Bandung tahun 2004 dengan beberapa sekolah reguler
yang mempersiapkan diri untuk implementasi pendidikan inklusi. Awal tahun 2006 ini tidak
ada tanda-tanda untuk itu, informasi tentang pendidikan inklusi tidak muncul kepada publik,
isu ini tenggelam ketika isu menarik lainnya seperti biaya operasional sekolah, sistem SKS
SMA dan lain-lain.
PENGEMBANGAN KURIKULUM
A. Lingkup Pengembangan Kurikulum
1.alokasi waktu,
2.isi/materi kurikulum,
3.proses belajar-mengajar,
4.sarana prasarana,
6.pengelolaan kelas.
B. Pengembang Kurikulum
Modifikasi alokasi waktu disesuaikan dengan mengacu pada kecepatan belajar siswa.
Misalnya materi pelajaran (pokok bahasan) tertentu dalam kurikulum reguler (Kurikulum
Sekolah Dasar) diperkirakan alokasi waktunya selama 6 jam.
* Untuk anak berkebutuhan khusus yang memiliki inteligensi di atas normal (anak berbakat)
dapat dimodifikasi menjadi 4 jam.
* Untuk anak berkebutuhan khusus yang memiliki inteligensi relatif normal dapat
dimodifikasi menjadi sekitar 8 jam;
* Untuk anak berkebutuhan khusus yang memiliki inteligensi di bawah normal (anak lamban
belajar) dapat dimodifikasi menjadi 10 jam, atau lebih; dan untuk anak tunagrahita menjadi
18 jam, atau lebih; dan seterusnya.
2.Modifikasi isi/materi
* Untuk anak berkebutuhan khusus yang memiliki inteligensi di atas normal, materi dalam
kurikulum sekolah reguler dapat digemukkan (diperluas dan diperdalam) dan/atau ditambah
materi baru yang tidak ada di dalam kurikulum sekolah reguler, tetapi materi tersebut
dianggap penting untuk anak berbakat.
* Untuk anak berkebutuhan khusus yang memiliki inteligensi relatif normal materi dalam
kurikulum sekolah reguler dapat tetap dipertahankan, atau tingkat kesulitannya diturunkan
sedikit.
* Untuk anak berkebutuhan khusus yang memiliki inteligensi di bawah normal (anak lamban
belajar/tunagrahita) materi dalam kurikulum sekolah reguler dapat dikurangi atau diturunkan
tingkat kesulitannya seperlunya, atau bahkan dihilangkan bagian tertentu.
* Mengembangkan proses berfikir tingkat tinggi, yang meliputi analisis, sintesis, evaluasi,
dan problem solving, untuk anak berkebutuhan khusus yang memiliki inteligensi di atas
normal;
Namun, dengan pendekatan pembelajaran kompetitif ini, ada dampak negatifnya, yakni
mungkin ego-nya akan berkembang kurang baik. Anak dapat menjadi egois.
Untuk menghindari hal ini, maka pendekatan pembelajaran kompetitif ini perlu diimbangi
dengan pendekatan pembelajaran kooperatif.
Melalui pendekatan pembelajaran kooperatif, setiap anak dikembangkan jiwa kerjasama dan
kebersamaannya. Mereka diberi tugas dalam kelompok, secara bersama mengerjakan tugas
dan mendiskusikannya. Penekanannya adalah kerjasama dalam kelompok, dan kerjasama
dalam kelompok ini yang dinilai. Dengan cara ini sosialisasi anak dan jiwa kerjasama serta
saling tolong menolong akan berkembang dengan baik.
Dengan demikian, jiwa kompetisi dan jiwa kerjasama anak akan berkembang harmonis.
* Disesuaikan dengan berbagai tipe belajar siswa (ada yang bertipe visual; ada yang bertipe
auditoris; ada pula yang bertipe kinestetis).
Tipe visual, yaitu lebih mudah menyerap informasi melalui indera penglihatan.Tipe auditoris,
yaitu lebih mudah menyerap informasi melalui indera pendengaran.Tipe kinestetis, yaitu
lebih mudah menyerap informasi melalui indera perabaan/gerakan.Guru hendaknya tidak
monoton dalam mengajar sehingga hanya akan menguntungkan anak yang memiliki tipe
belajar tertentu saja.
Untuk mengatasi permasalahan pendidikan bagi anak anak yang berkebutuhan khusus,maka
telah disediakan berbagai bentuk layanan pedidikan ( sekolah ) bagi merekapada dasarnya
sekolah untuk anak-anak berkebutuhan khusus sama dengan sekolah anak-anak pada
umumnya. Namun kondisi dan karekteristik kelainan anak yang disandang anak yang
berkebutuhan khusus, maka sekolah bagi mereka di rancang secara khusus sesuai dengan
jenis dan kareteristik kelainannya.
Yaitu sekolah yang dirancang khusus anak-anak berkebutuhan dari satu jenis kelainan.di
indonesia kita mengenal bermacam- macam SLB,antara lain :
Dalam satu unit SLB biasanya terdapat berbagai jenjang pendidikan mulai dari
SD.SMP,hingga lanjutan.
Yaitu bentuk persekolahan ( layanan pendidikan) bagi anak berkebutuhan khusus hanya satu
jenjang pendidikam SD. Selain itu siswa SDLB tidak hanya tetdiri dari satu jenis kelainan
saja,tetapi bisa dari berbagai jenis kelainan. Misalkan dalam satu unit SDB dapat menerima
siwa tuna netra,tuna rungu,tuna daksa, bahkansiswa autis.
Provinsi NAD
SLB-C Karya Tulus Yayasan Setia Jl. Palang Merah no 15 Medan Sumatra Utara
Provinsi Riau
Provinsi Jambi
SLB-C C1Karya ibu Jl. Sosial km.5,Ario Kemuning Ilit Timur, Palembang, Sumsel
Provinsi Bengkulu
ProvinsiLampung
SLB-C C1 PKK jl. Letkol Endro Suratmin Sukarame, Bandar Lampung KP.
b.SLB Negeri Cileunyi, Jl. Pandan Wangi Cibubur Indah III Bandung,Jabar
Provinsi Banten
a.SLB-C Pembina Tingkat Nasional J. Dr Cipto Gg VIII /32 Lawang Malang Jatim
Provinsi DIY
SLB-C Pembina Tingkat Provinsi Jl. A Yani Km 20Landasan Ulin. Kotib.Banjar baru Kalsel
SLB Khatolik St.Anna Tomohon Palatan Ii Jl. Raya Tomohon,Minahasa KP.95362 Manado,
Sulut
Provinsi Gorontalo
SLB Pembina Tingkat ProvinsiJl. Daeng Tata, Parang Tambung, Makassar, Sulsel
Provinsi Sulawesi Tenggara
Provinsi Maluku
SLB Kota AmbonJl. Sedap Malam Nani Atas, Nania, Teluk Ambon 97232, Maluku
SDLB Negeri Ternate. Jl. Rambutan, Makassar, Ternate Utara,Maluku 97224 Maluku Utara
Provinsi Bali
b.SLB-A Karya Murni, Cabang Ruteng. Jl. Pelita tromo pos 801 NTT
KESIMPULAN
Sementara itu lembaga pendidikan tidak hanya di tunjukkan kepada anak yang memiliki
kelengkapan fisik, tetapi juga kepada anak yang memiliki keterbelakangan mental. Mereka
dianggap sosok yang tidak berdaya, sehingga perlu di bantu dan di kasihani untuk mengatasi
permasalahan tersebut perlu di sediakan berbagai bentuk layanan pendidikan atau sekolah
bagi mereka. Pada dasarnya pendidikan untuk berkebutuhan khusus sama dengan pendidikan
anak- anak pada umumnya. Disamping itu pendidikan luar biasa, tidak hanya bagi anak
anak yang berkebutuhan khusus, tetapi juga di tujukan kepada anak-anak normal yang
lainnya.
Beberapa sekolah telah dibuka bagi anak-anak dengan kebutuhan khusus ini. System
pembelajaran yang disesuaikan dengan keadaan siswa menjadi salah satu keunggulan yang
ditawarkan sekolah sekolah ini. Jadi anda tidak perlu khawatir dengan masa depan anak
anda karena sekolah ini membekali anak untuk bisa hidup mandiri dalam hidupnya dengan
segala kekurangan dan kelebihannya.
REFERENSI
1.Geoniofam, Mengasuh dan Mensukseskan Anak Berkebutuhan Khusus,Garailmu,
Jogjakarta2010
2.Nurani Sujiono Yuliani, Konsep Dasar Pendidikan anak Usia Dini, PT INDEKS.Jakarta
2009
3.https://getmyhope.wordpress.com/2010/04/23/anak-berkebutuhan-khusus-di-indonesia/
4.https://zaifbio.wordpress.com/2010/01/14/pendidikan-anak-luar-
biasa/https://my.opera.com/gusdar99/blog/show.dml/4479602