Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Asuhan Kala I
a. Penggunaan partograf
Partograf adalah alat untuk memantau kemajuan kala I persalinan dan informasi untuk
membuat keputusan klinik.
Tujuan utama dari penggunaan partograf adalah untuk :
0. Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan serviks
melalui periksa dalam.
1. Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan normal. Dengan demikian juga dapat
mendeteksi secara dini kemungkinan terjadinya partus lama.
2. Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu, kondisi bayi, grafik
kemajuan proses persalinan, bahan dan medikamentosa yang diberikan, pemeriksaan
laboratorium, membuat keputusan klinik dan asuhan atau tindakan yang diberikan dimana
semua itu dicatatkan secara rinci pada status atau rekam medik ibu bersalin dan bayi baru
lahir.
Partograf harus digunakan :
0. Untuk semua ibu dalam fase aktif kala satu persalinan dan merupakan elemen penting
dari asuhan persalinan.
1. Selama persalinan dan kelahiran bayi di semua tempat (rumah, puskesmas, klinik bidan
swasta, RS, dll).
2. Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan asuhan persalinan
kepada ibu dan proses kelahiran bayinya.
(Pusdiknakes, 2003).
b. Memberi dukungan persalinan
1. Ketika persalinan sudah maju dan kontraksi menjadi semakin nyeri, ibu biasanya
mendapat manfaat besar dari dukungan berkesinambungan bidan mereka.
2. Bila perlu, bidan dapat menggosok punggung ibu, berbicara dengan ibu di antara
kontraksi, mengatakan kepada ibu betapa baiknya ia melakukan koping dan berikan
penjelasan maupun kata-kata yang memberi dorongan.
3. Bagian dari pemberian dukungan adalah mendengarkan ibu dan merespon bahasa
tubuh verbal maupun nonverbal.
4. Sensivitas diperlukan bias menjadi saat kilas balik bagi ibu yang pernah menjadi
korban penganiayaan seksual di masa kanak-kanak.
c. Pengurangan rasa sakit
1. Lakukan perubahan posisi
2. Posisi sesuai dengan keinginan ibu, tetapi jika ibu ingin di tempat tidur sebaiknya
dianjurkan tidur miring kekiri.
3. Sarankan ibu untuk berjalan.
4. Ajaklah orang yang menemaninya (suami atau ibunya) untuk memijat atau menggosok
punggungnya atau membasuh mukanya diantara kontraksi.
5. Ibu diperbolehkan melakukan aktifitas sesuai dengan kesanggupannya.
6. Ajarkan kepadanya teknik bernafas : Ibu diminta untuk menarik nafas panjang,
menahan nafasnya sebentar kemudian dilepaskan dengan cara meniup udara keluar
sewaktu tersa kontraksi.
7. Jika diperlukan, berikan petidin 1 mg/kg BB (tetapi jangan melebihi 100mg) I.M atau I.V
secara perlahan atau morfin 0,1 mg/kg BB I.M atau tramadol 50 mg per oral atau 100 mg
supositoria atau metamizol 500 mg per oral.
8. Sentuhan dan masase.
9. Kompres hangat dan kompres dingin.
10. Mendengarkan music.
11. Kehadiran pendamping yang terus menerus, sentuhan yang nyaman, dan dorongan dari
orang yang mendukung.
12. Visualisasi dan pemusatan perhatian
d. Persiapan persalinan
1. Bagi Bidan :
a) Mempersiapkan Ruangan untuk Persalinan dan Kelahiran
Bayi.
b) Di manapun persalinan dan kelahiran bayi terjadi, diperlukan
hal-hal pokok sebagai berikut :
1) Ruangan yang hangat dan bresih, memiliki sirkulasi udara yang baik dan terlindung dari
tiupan angin.
2) Sumber air bersih dan mengalir untuk cuci tangan dan memandikan ibu sebelum dan
sesudah melahirkan.
3) Air disinfeksi tingkat tinggi (air yang dididihkan dan didinginkan) untuk membersihkan
vulva dan perineum sebelum dilakukan periksa dalam dan membersihkan perineum ibu
setelah bayi lahir.
4) Kecukupan air bersih, klorin, deterjen, kain pembersih, kain pel dan sarung tangan karet
untuk membersihkan ruangan, lantai, perabotan, dekomentasi dan proses peralatan.
5) Kamar mandi yang bersih untuk kebersihan pribadi ibu dan penolong persalinan.
6) Tempat yang lapang untuk ibu berjalan-jalan dan menunggu saat persalinan,
melahirkan bayi dan untuk memberikan asuhan bagi ibu dan bayinya setelah persalinan.
Pastikan ibu mendapatkan privasi yang diinginkannya.
7) Tempat tidur yang bersih untuk ibu.
8) Meja yang bersih atau tempat untuk menaruh peralatan persalinan.
9) Meja untuk tindakan resusitasi BBL.
(Saifuddin, 2006).
Primipara dalam persalinan fase aktif dengan palpasi kepala janin masih 5/5
1. Baringkan ibu miring ke kiri
2. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan pembedahan bedah sesar.
3. Dampingi ibu ke tempat rujukan dan berikan dukungan dan semangat.
Presentasi bukan belakang kepala (sungsang, letak lintang, dll)
1. Baringkan ibu miring ke kiri.
2. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan penatalaksanaan kegawat
daruratan obstetri dan BBL.
3. Dampingi ibu ke tempat rujukan dan berikan dukungan dan semangat.
Presentasi ganda (majemuk) (adanya bagian janin, seperti misalnya lengan atau tangan,
bersamaan dengan presentasi belakang kepala)
1. Baringkan ibu dengan posisi lutut menempel ke dada atau miring ke kiri.
2. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan penatalaksanaan kegawat
daruratan obstetri dan BBL.
3. Dampingi ibu ke tempat rujukan dan berikan dukungan dan semangat.
Tali pusat menumbung (jika tali pusat masih berdenyut)
1. Gunakan sarung tangan disinfeksi tingkat, letakan satu tangan divagina dan jauhkan
kepala janin dari tali pusat janin. Gunakan tangan yang lain pada abdomen untuk membantu
menggeser bayi dan menolong bagian terbawah bayi tidak menekan tali pusatnya. (keluarga
mungkin dapat membantu).
2. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan penatalaksanaan kegawat
daruratan obstetri dan BBL.
3. Dampingi ibu ke tempat rujukan dan berikan semangat serta dukungan
ATAU
1. Minta ibu untuk melakukan posisi bersujud dimana posisi bokong tinggi melebih kepala
ibu, hingga tiba ke tempat rujukan.
2. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan penatalaksanaan
kegawatdaruratan obstetri dan BBL.
3. Dampingi ibu ke tempat rujukan dan berikan semangat serta dukungan.
Tanda-tanda gejala syok :
a. Nadi cepat, lemah (lebih dari 110 kali/menit)
b. Tekanan darahnya rendah (sistolik kurang dari 90 mm Hg
c. Pucat
d. Berkeringat atau kulit lembab, dingin.
e. Napas cepat (lebih dari 30 x/menit)
f. Cemas, bingung atau tidak sadar
g. Produksi urin sedikit (kurang dari 30 ml/jam)
1. Baringkan ibu miring ke kiri
2. Jika mungkin naikkan kedua kaki ibu untuk meningkatkan aliran darah ke jantung.
3. Pasang infus menggunakan jarum berdiameter besar (ukuran 16 atau 18) dan berikan
RL atau cairan garam fisiologis (NS), infuskan 1 liter dalam waktu 15 20 menit, jika
mungkin infuskan 2 liter dalam waktu 1 jam pertama, kemudian turunkan tetesan menjadi
125 m/jam.
4. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan penatalaksanaan kegawat
daruratan obstetri dan BBL.
5. Dampingi ibu ke tempat rujukan dan berikan dukungan dan semangat.
Tanda-tanda gejala persalinan dengan fase laten yang memanjang.
a. Pembukaan serviks kurang dari 4 cm setelah 8 jam.
b. Kontraksi teratur lebih dari 2 dalam 10 menit)
1. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kapasitas kegawatdaruratan obstetri dan
BBL.
2. Dampingi ibu ke tempat rujukan dan berikan dukungan serta semangat.
Tanda dan gejala belum inpartu
a. Kurang dari 2 kontraksi dalam 10 menit, berlangsung kurang dari 20 detik
b. Tidak ada perubahan serviks dalam waktu 1 2 jam.
1. Anjurkan ibu untuk minum dan makan.
2. Anjurkan ibu untuk bergerak bebas dan leluasa.
3. Jika kontraksi berhenti dan/atau tidak ada perubahan serviks, evaluasi djj, jika tidak ada
tanda-tanda kegawatan pada ibu dan janin. Persilahkan ibu pulang dengan nasehat untuk :
a. Menjaga cukup makan dan minum
b. Datang untuk mendapatkan asuhan jika terjadi peningkatan frekuensi dan lama
kontraksi.
h. Pendokumentasian kala I
1. Bidan harus mendokumentasikan secara akurat semua asuhan dalam catatan ibu
termasuk DJJ, kontraksi, dan tiap observasi yang dilakukan maupun bagaimana ibu
melakukan koping.
2. Partograf biasanya diperbaharui tiap setengah jam, atau secepatnya bila
memungkinkan.
3. Selain itu setiap intervensi, masalah atau rujukan juga harus didokumentasi jelas dan
ditandatangani dalam catatan ibu.
Hal-hal yang perlu di dokumentasikan:
Pendokumentasian dapat dilakukan dengan menggunakan hasil temuan dari anamnesis
dan pemeriksaan fisik :
1. Anamnesis
a. Nama, umur dan alamat
b. Gravida dan para
c. HPHT
d. Tapsiran persalinan
e. Alergi obat-obatan
f. Riwayat kehamilan, sekarang dan sebelumnya
g. Riwayat medis lainnya.
h. Masalah medis saat ini, dll.
2. Pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan abdomen
1) Menentukan TFU
2) Memantau kontraksi uterus
3) Memantau DJJ
4) Memantau presentasi
5) Memantau penurunan bagian terbawah janin
b. Pemeriksaan dalam
1) Menilai cairan vagina
2) Memeriksa genetalia eksterna
3) Menilai penurunan janin
4) Menilai penyusupan tulang kepala
5) Menilai kepala janin apakah sesuai dengan diameter jalan lahir.
6) Jangan melakukan pemeriksaan dalam jika ada perdarahan pervaginam.
Format pendokumentasian kala I
Digunakan SOAP untuk mendokumentasikannya.
S : Subjektif
Menggambarkan hasil pendokumentasian anamnesis.
O : Objektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil dari pemeriksaan
laboratorium dan tes diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung
asuhan sebagai langkah I varney.
A : Assesment
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi data objektif dalam
identifikasi yang meliputi:
1. Diagnosa atau masalah
2. Antisipasi diagnosa atau masalah potensial
3. Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter, konsultasi, kolaborasi dan atau
rujukan sebagai langkah II, III dan IV varney.
P : Planning
Menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan pelaksanaan tindakan dan evaluasi
berdasarkan asuhan yang diberikan.
ASUHAN KALA I
Post a Comment
Home
View web version
PERSONALITY
My photo
Bid. Diah Widyatun, S.ST
Semarang, Indonesia
. Dosen kebidanan POLITEKNIK Banjarnegara . Bidan praktisi . Mahasiswa S2 BIOMEDIK
Fakultas Kedokteran UNISSULA Contact : diiediahwidy@gmail.com
View my complete profile
Powered by Blogger.
Lumayan mirip dengan: jurnalbidandiah.-blogspot.-com/-2012/-07/-asuhan--kala--i.-html
Hal-hal yang bisa dicoba:
Telusuri jurnalbidandiah.blogspot.co.id:
Asuhan Kala I
a. Penggunaan partograf
Partograf adalah alat untuk memantau kemajuan kala I persalinan dan informasi untuk
membuat keputusan klinik.
Tujuan utama dari penggunaan partograf adalah untuk :
0. Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan serviks
melalui periksa dalam.
1. Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan normal. Dengan demikian juga dapat
mendeteksi secara dini kemungkinan terjadinya partus lama.
2. Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu, kondisi bayi, grafik
kemajuan proses persalinan, bahan dan medikamentosa yang diberikan, pemeriksaan
laboratorium, membuat keputusan klinik dan asuhan atau tindakan yang diberikan dimana
semua itu dicatatkan secara rinci pada status atau rekam medik ibu bersalin dan bayi baru
lahir.
Partograf harus digunakan :
0. Untuk semua ibu dalam fase aktif kala satu persalinan dan merupakan elemen penting
dari asuhan persalinan.
1. Selama persalinan dan kelahiran bayi di semua tempat (rumah, puskesmas, klinik bidan
swasta, RS, dll).
2. Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan asuhan persalinan
kepada ibu dan proses kelahiran bayinya.
(Pusdiknakes, 2003).
b. Memberi dukungan persalinan
1. Ketika persalinan sudah maju dan kontraksi menjadi semakin nyeri, ibu biasanya
mendapat manfaat besar dari dukungan berkesinambungan bidan mereka.
2. Bila perlu, bidan dapat menggosok punggung ibu, berbicara dengan ibu di antara
kontraksi, mengatakan kepada ibu betapa baiknya ia melakukan koping dan berikan
penjelasan maupun kata-kata yang memberi dorongan.
3. Bagian dari pemberian dukungan adalah mendengarkan ibu dan merespon bahasa
tubuh verbal maupun nonverbal.
4. Sensivitas diperlukan bias menjadi saat kilas balik bagi ibu yang pernah menjadi
korban penganiayaan seksual di masa kanak-kanak.
c. Pengurangan rasa sakit
1. Lakukan perubahan posisi
2. Posisi sesuai dengan keinginan ibu, tetapi jika ibu ingin di tempat tidur sebaiknya
dianjurkan tidur miring kekiri.
3. Sarankan ibu untuk berjalan.
4. Ajaklah orang yang menemaninya (suami atau ibunya) untuk memijat atau menggosok
punggungnya atau membasuh mukanya diantara kontraksi.
5. Ibu diperbolehkan melakukan aktifitas sesuai dengan kesanggupannya.
6. Ajarkan kepadanya teknik bernafas : Ibu diminta untuk menarik nafas panjang,
menahan nafasnya sebentar kemudian dilepaskan dengan cara meniup udara keluar
sewaktu tersa kontraksi.
7. Jika diperlukan, berikan petidin 1 mg/kg BB (tetapi jangan melebihi 100mg) I.M atau I.V
secara perlahan atau morfin 0,1 mg/kg BB I.M atau tramadol 50 mg per oral atau 100 mg
supositoria atau metamizol 500 mg per oral.
8. Sentuhan dan masase.
9. Kompres hangat dan kompres dingin.
10. Mendengarkan music.
11. Kehadiran pendamping yang terus menerus, sentuhan yang nyaman, dan dorongan dari
orang yang mendukung.
12. Visualisasi dan pemusatan perhatian
d. Persiapan persalinan
1. Bagi Bidan :
a) Mempersiapkan Ruangan untuk Persalinan dan Kelahiran
Bayi.
b) Di manapun persalinan dan kelahiran bayi terjadi, diperlukan
hal-hal pokok sebagai berikut :
1) Ruangan yang hangat dan bresih, memiliki sirkulasi udara yang baik dan terlindung dari
tiupan angin.
2) Sumber air bersih dan mengalir untuk cuci tangan dan memandikan ibu sebelum dan
sesudah melahirkan.
3) Air disinfeksi tingkat tinggi (air yang dididihkan dan didinginkan) untuk membersihkan
vulva dan perineum sebelum dilakukan periksa dalam dan membersihkan perineum ibu
setelah bayi lahir.
4) Kecukupan air bersih, klorin, deterjen, kain pembersih, kain pel dan sarung tangan karet
untuk membersihkan ruangan, lantai, perabotan, dekomentasi dan proses peralatan.
5) Kamar mandi yang bersih untuk kebersihan pribadi ibu dan penolong persalinan.
6) Tempat yang lapang untuk ibu berjalan-jalan dan menunggu saat persalinan,
melahirkan bayi dan untuk memberikan asuhan bagi ibu dan bayinya setelah persalinan.
Pastikan ibu mendapatkan privasi yang diinginkannya.
7) Tempat tidur yang bersih untuk ibu.
8) Meja yang bersih atau tempat untuk menaruh peralatan persalinan.
9) Meja untuk tindakan resusitasi BBL.
(Saifuddin, 2006).
Primipara dalam persalinan fase aktif dengan palpasi kepala janin masih 5/5
1. Baringkan ibu miring ke kiri
2. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan pembedahan bedah sesar.
3. Dampingi ibu ke tempat rujukan dan berikan dukungan dan semangat.
Presentasi bukan belakang kepala (sungsang, letak lintang, dll)
1. Baringkan ibu miring ke kiri.
2. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan penatalaksanaan kegawat
daruratan obstetri dan BBL.
3. Dampingi ibu ke tempat rujukan dan berikan dukungan dan semangat.
Presentasi ganda (majemuk) (adanya bagian janin, seperti misalnya lengan atau tangan,
bersamaan dengan presentasi belakang kepala)
1. Baringkan ibu dengan posisi lutut menempel ke dada atau miring ke kiri.
2. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan penatalaksanaan kegawat
daruratan obstetri dan BBL.
3. Dampingi ibu ke tempat rujukan dan berikan dukungan dan semangat.
Tali pusat menumbung (jika tali pusat masih berdenyut)
1. Gunakan sarung tangan disinfeksi tingkat, letakan satu tangan divagina dan jauhkan
kepala janin dari tali pusat janin. Gunakan tangan yang lain pada abdomen untuk membantu
menggeser bayi dan menolong bagian terbawah bayi tidak menekan tali pusatnya. (keluarga
mungkin dapat membantu).
2. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan penatalaksanaan kegawat
daruratan obstetri dan BBL.
3. Dampingi ibu ke tempat rujukan dan berikan semangat serta dukungan
ATAU
1. Minta ibu untuk melakukan posisi bersujud dimana posisi bokong tinggi melebih kepala
ibu, hingga tiba ke tempat rujukan.
2. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan penatalaksanaan
kegawatdaruratan obstetri dan BBL.
3. Dampingi ibu ke tempat rujukan dan berikan semangat serta dukungan.
Tanda-tanda gejala syok :
a. Nadi cepat, lemah (lebih dari 110 kali/menit)
b. Tekanan darahnya rendah (sistolik kurang dari 90 mm Hg
c. Pucat
d. Berkeringat atau kulit lembab, dingin.
e. Napas cepat (lebih dari 30 x/menit)
f. Cemas, bingung atau tidak sadar
g. Produksi urin sedikit (kurang dari 30 ml/jam)
1. Baringkan ibu miring ke kiri
2. Jika mungkin naikkan kedua kaki ibu untuk meningkatkan aliran darah ke jantung.
3. Pasang infus menggunakan jarum berdiameter besar (ukuran 16 atau 18) dan berikan
RL atau cairan garam fisiologis (NS), infuskan 1 liter dalam waktu 15 20 menit, jika
mungkin infuskan 2 liter dalam waktu 1 jam pertama, kemudian turunkan tetesan menjadi
125 m/jam.
4. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan penatalaksanaan kegawat
daruratan obstetri dan BBL.
5. Dampingi ibu ke tempat rujukan dan berikan dukungan dan semangat.
Tanda-tanda gejala persalinan dengan fase laten yang memanjang.
a. Pembukaan serviks kurang dari 4 cm setelah 8 jam.
b. Kontraksi teratur lebih dari 2 dalam 10 menit)
1. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kapasitas kegawatdaruratan obstetri dan
BBL.
2. Dampingi ibu ke tempat rujukan dan berikan dukungan serta semangat.
Tanda dan gejala belum inpartu
a. Kurang dari 2 kontraksi dalam 10 menit, berlangsung kurang dari 20 detik
b. Tidak ada perubahan serviks dalam waktu 1 2 jam.
1. Anjurkan ibu untuk minum dan makan.
2. Anjurkan ibu untuk bergerak bebas dan leluasa.
3. Jika kontraksi berhenti dan/atau tidak ada perubahan serviks, evaluasi djj, jika tidak ada
tanda-tanda kegawatan pada ibu dan janin. Persilahkan ibu pulang dengan nasehat untuk :
a. Menjaga cukup makan dan minum
b. Datang untuk mendapatkan asuhan jika terjadi peningkatan frekuensi dan lama
kontraksi.
h. Pendokumentasian kala I
1. Bidan harus mendokumentasikan secara akurat semua asuhan dalam catatan ibu
termasuk DJJ, kontraksi, dan tiap observasi yang dilakukan maupun bagaimana ibu
melakukan koping.
2. Partograf biasanya diperbaharui tiap setengah jam, atau secepatnya bila
memungkinkan.
3. Selain itu setiap intervensi, masalah atau rujukan juga harus didokumentasi jelas dan
ditandatangani dalam catatan ibu.
Hal-hal yang perlu di dokumentasikan:
Pendokumentasian dapat dilakukan dengan menggunakan hasil temuan dari anamnesis
dan pemeriksaan fisik :
1. Anamnesis
a. Nama, umur dan alamat
b. Gravida dan para
c. HPHT
d. Tapsiran persalinan
e. Alergi obat-obatan
f. Riwayat kehamilan, sekarang dan sebelumnya
g. Riwayat medis lainnya.
h. Masalah medis saat ini, dll.
2. Pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan abdomen
1) Menentukan TFU
2) Memantau kontraksi uterus
3) Memantau DJJ
4) Memantau presentasi
5) Memantau penurunan bagian terbawah janin
b. Pemeriksaan dalam
1) Menilai cairan vagina
2) Memeriksa genetalia eksterna
3) Menilai penurunan janin
4) Menilai penyusupan tulang kepala
5) Menilai kepala janin apakah sesuai dengan diameter jalan lahir.
6) Jangan melakukan pemeriksaan dalam jika ada perdarahan pervaginam.
Format pendokumentasian kala I
Digunakan SOAP untuk mendokumentasikannya.
S : Subjektif
Menggambarkan hasil pendokumentasian anamnesis.
O : Objektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil dari pemeriksaan
laboratorium dan tes diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung
asuhan sebagai langkah I varney.
A : Assesment
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi data objektif dalam
identifikasi yang meliputi:
1. Diagnosa atau masalah
2. Antisipasi diagnosa atau masalah potensial
3. Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter, konsultasi, kolaborasi dan atau
rujukan sebagai langkah II, III dan IV varney.
P : Planning
Menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan pelaksanaan tindakan dan evaluasi
berdasarkan asuhan yang diberikan.
ASUHAN KALA I
Post a Comment
Home
View web version
PERSONALITY
My photo
Bid. Diah Widyatun, S.ST
Semarang, Indonesia
. Dosen kebidanan POLITEKNIK Banjarnegara . Bidan praktisi . Mahasiswa S2 BIOMEDIK
Fakultas Kedokteran UNISSULA Contact : diiediahwidy@gmail.com
View my complete profile
Powered by Blogger.
Lumayan mirip dengan: jurnalbidandiah.-blogspot.-com/-2012/-07/-asuhan--kala--i.-html
Hal-hal yang bisa dicoba:
Telusuri jurnalbidandiah.blogspot.co.id: