Вы находитесь на странице: 1из 26

BAB IV

PERENCANAAN ELEMEN LENTUR DAN AKSIAL


4.1 Denah Kolom
Perencanaan elemen lentur dan aksial berdasarkan dari denah kolom pada
koordinat B-2 pada lantai 2 seperti pada Gambar 4.1.Dasar peninjauan yaitu kolom
yang memiliki panjang terbesar dan mempertimbangkan efek dari beban gempa
terbesar.

Gambar 4.1 Denah Kolom


4.2 Gambar BMD , SFD , dan NFD pada Kolom
Gambar 4.2 hingga Gambar 4.6 berikut ini adalah gambar sketsa pembebanan
dan bidang gaya dalam yang bekerja pada kolom yang ditinjau (K1-50x50) pada
lantai 2 koordinat B-2.

Gambar 4.2 Gambar Sketsa Pembebanan Portal Memanjang ( Sumbu X )

70
Gambar 4.3 Gaya dalam akibat beban mati pada kolom (K1-50 x50)

Gambar 4.4 Gaya dalam akibat beban hidup pada kolom (K1-50 x50)

Gambar 4.5 Gaya dalam akibat beban gempa arah X pada kolom (K1-50 x50)

Gambar 4.6 Gaya dalam akibat beban gempa arah Y pada kolom (K1-50 x50)

71
4.3 Disain Tulangan Lentur dan Aksial Kolom

4.3.1 Kriteria Portal (Bergoyang atau tidak Bergoyang)


Elemen tekan (kolom) pada struktur harus dikelompokkan sebagai
portal tidak bergoyang atau portal bergoyang. Berdasarkan SNI 03-2847-
2002, suatu portal dapat dianggap tak bergoyang bila perbesaran momen-
momen di ujung akibat pengaruh orde dua tidak melebihi 5% dari momen-
momen ujung orde satu. Suatu tingkat pada struktur boleh dianggap tidak
bergoyang bila nilai :
Pu o
Q= < 5%
Vus x lc
dimana : Pu adalah total beban vertikal tiap lantai
Vus adalah beban gempa nominal tiap lantai
o adalah simpangan relatif antar tingkat
lc adalah panjang komponen struktur tekan
Hasil analisis apakah portal melintang termasuk portal bergoyang atau tidak
ditunjukkan pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Cek Portal Melintang Bergoyang atau Tidak


Lantai (i) Pu (ton) o (mm) Vu (ton) L (mm) Q Keterangan
3 18,623 3,71 7,04 3500,0 0,28% Tidak Bergoyang
2 26,488 6,19 6,18 3500,0 0,76% Tidak Bergoyang
1 26,488 5,31 3,51 3500,0 1,15% Tidak Bergoyang
Hasil analisis apakah portal memanjang termasuk portal bergoyang atau
tidak ditunjukkan pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Cek Portal Memanjang Bergoyang atau Tidak


Lantai (i) Pu (ton) o (mm) Vu (ton) L (mm) Q Keterangan
3 67,586 3,71 11,73 3500,0 0,61% Tidak Bergoyang
2 99,776 6,19 10,30 3500,0 1,71% Tidak Bergoyang
1 99,776 5,31 5,85 3500,0 2,59% Tidak Bergoyang
Hasil analisis menunjukkan baik portal melintang maupun portal
memanjang termasuk portal tidak bergoyang.

72
4.3.2 Perbesaran Momen pada Kolom
Berdasarkan SNI 03-2847-2002 Pasal 12.12.2, perhitungan
kelangsingan portal bergoyang (untuk komponen tekan yang tidak ditahan
terhadap goyangan samping), boleh diabaikan apabila :
M1
34 12 ( )
M2

I
dimana : r (radius girasi) = atau 0,3h untuk kolom persegi.
A

lu adalah panjang bersih kolom


k (faktor panjang efektif)
M1 adalah momen ujung terfaktor yang lebih kecil pada komponen
tekan; bernilai positif bila komponen struktur melentur
dengan kelengkungan tunggal, negative bila komponen
struktur melentur dengan kelengkungan ganda.
M2 adalah momen ujung terfaktor yang lebih besar pada
komponen struktur tekan; selalu bernilai positif
Faktor panjang efektif (k) komponen struktur tekan atau kolom sangat
dipengaruhi oleh rasio dari komponen struktur tekan terhadap komponen
struktur lentur pada salah satu ujung komponen struktur tekan yang dihitung
dalam bidang rangka yang ditinjau () seperti yang tercantum pada SNI 03-
2847-2002 Pasal 12.11.6 sebagai berikut:
Ik
( Ec)
lu
=
I
( Ec b )
lu
1. Sisi atas kolom yang ditinjau:
a. Kolom yang didisain
b = 500 mm; h = 500 mm; lu = 3500 mm
Ec = 4700f c = 470040 = 29725,41 MPa
1 1
Ig = bh3 = 500 5003 = 2,133 109 mm4
12 12
Ic = 0,70Ig = 0,70 2,133 109 = 1,493 109 mm4

73
b. Kolom atas
b = 500 mm; h = 500 mm; lu = 3500 mm
Ec = 4700f c = 470040 = 29725,41 MPa
1 1
Ig = bh3 = 500 5003 = 2,133 109 mm4
12 12
Ic = 0,70Ig = 0,70 2,133 109 = 1,493 109 mm4
c. Balok atas kanan
b = 400 mm; h = 600 mm; lu = 6500 mm
Ec = 4700f c = 470040 = 29725,41 MPa
1 1
Ig = bh3 = 400 6003 = 3,125 109 mm4
12 12
Ib = 0,35Ig = 0,35 3,125 109 = 1,09375 109 mm4
d. Balok atas kiri
b = 400 mm; h = 600 mm; lu = 6500 mm
Ec = 4700f c = 470040 = 29725,41 MPa
1 1
Ig = bh3 = 400 6003 = 3,125 109 mm4
12 12
Ib = 0,35Ig = 0,35 3,125 109 = 1,09375 109 mm4

Nilai untuk kolom bagian atas adalah


29725,41x1,49 109 29725,41x1,49 109
( )+( )
3500 3500
atas =
29725,41 1,09 109 29725,41 1,09 109
( )+( )
6500 6500
= 2,54

2. Sisi bawah kolom yang ditinjau:


a. Kolom bawah
b = 500 mm; h = 500 mm; lu = 3500 mm
Ec = 4700f c = 470040 = 29725,41 MPa
1 1
Ig = bh3 = 500 5003 = 2,133 109 mm4
12 12
Ic = 0,70Ig = 0,70 2,133 109 = 1,493 109 mm4

74
b. Kolom yang didisain
b = 500 mm; h = 500 mm; lu = 3500 mm
Ec = 4700f c = 470040 = 29725,41 MPa
1 1
Ig = bh3 = 500 5003 = 2,133 109 mm4
12 12
Ic = 0,70Ig = 0,70 2,133 109 = 1,493 109 mm4
c. Balok bawah kanan
b = 400 mm; h = 600 mm; lu = 6500 mm
Ec = 4700f c = 470040 = 29725,41 MPa
1 1
Ig = bh3 = 400 6003 = 3,125 109 mm4
12 12
Ib = 0,35Ig = 0,35 3,125 109 = 1,09375 109 mm4
d. Balok bawah kiri
b = 400 mm; h = 600 mm; lu = 6500 mm
Ec = 4700f c = 470040 = 29725,41 MPa
1 1
Ig = bh3 = 400 6003 = 3,125 109 mm4
12 12
Ib = 0,35Ig = 0,35 3,125 109 = 1,09375 109 mm4

Nilai untuk kolom bagian bawah adalah


bawah
29725,41x1,49 109 29725,41x1,49 109
( )+( )
3500 3500
= = 2,54
29725,41 1,09 109 29725,41 1,09 109
( )+( )
6500 6500

Nilai k diperoleh dengan menggunakan monogram untuk portal tidak


bergoyang seperti yang ditunjukkan Gambar 4.4 dengan memplotkan nilai atas
= 2,54 dan bawah = 2,54. Buat garis antara atas dan bawah sehinnga
memotoing garis k. Nilai k adalah nilai yang terpotong oleh garis yang
menghubungkan atas dan bawah .

75
Gambar 4.7 Monogram Faktor Panjang Efektif

Monograf di atas memberikan nilai k = 0,88


klu M1
< 34 12 ( )
r M2
0,88 3000 M1
< 34 12 ( )
120 M2
9,615
22 < 34 -12 ( )
10,195

22 < 24

Hasil perhitungan menunjukkan bahwa kolom pada bangunan bertingkat


tinggi ini termasuk kolom tidak langsing, sehingga tidak perlu
memperhitungkan perbesaran momen yang terjadi.

76
4.3.3 Diagram Interaksi Kolom

Gambar 4.8. Penampang Kolom ( K1-50 x 50 )


Kunci dalam perhitungan diagram interaksi kolom adalah besarnya nilai c.
Besarnya nilai c mempengaruhi apakah suatu tulangan sudah mencapai kondisi
leleh atau belum. Kondisi leleh suatu tulangan ditentukan oleh regangannya.
Perhitungan regangan menggunakan sifat perbandingan segitiga.
0,003 1
=
c cs1
cs1
1 = x 0,003
c
kalikan kedua ruas dengan Ebaja = 200000MPa
cs1 c62,5
fs1 = 600 = 600
c c
lakukan hal yang sama untuk 2, 3, dan 4
cs2 c187,5
fs2 = 600 = 600
c c
cs3 c312,5
fs3 = 600 = 600
c c
cs4 c437,5
fs4 = 600 = 600
c c
nilai f maksimal adalah saat mencapai kondisi leleh yaitu fy = 360MPa
Besarnya nilai c diperoleh dari Persamaan
P = 0
Cc + Cs1 + Cs2 Ts1 Ts2 = 0
dimana Cc = 0,85 x fc x a x b
Cs1 = As1 x fs1

77
Cs2 = As2 x fs2
Ts1 = As3 x fs3
Ts2 = As4 x fs4
Nilai momen didapat dari besarnya gaya dikali jarak / lengan. Pada perhitungan
tugas ini nilai momen diukur dari pusat plastis kolom (0,5 h).
h a h h h h
Mn = Cc x( )+ Cs1 x ( s1)+ Cs2 x ( s2)+ Ts1 x (s3 ) +Ts2 x (s4 )
2 2 2 2 2 2
a. Kondisi Balance, regangan beton maksimum mencapai 0,003 dan tulangan tarik
sisi terluar pasti mencapai tegangan leleh.
600d 600 x 437,5
Cb = = = 273,4375 mm
600+fy 600+360
Gambar 4.9. adalah diagram regangan dan gaya dalam pada kolom ( K1-50 x 50 )
ketika kondisi balance dan perhitungannya disajikan dalam tabel 4.3.

Mn 526,8413
X = Pno = 2633,8975 1000 = 200,023 mm

Gambar 4.9. Diagram regangan dan gaya gaya dalam kondisi balance pada
kolom (K1-50 x 50 )
Tabel 4.3. Regangan , tegangan , dan Gaya Dalam pada Tulangan Kondisi Balance
pada Kolom ( K1 50 X 50 )

kondisi C a Material A (mm2) lengan baja f (Mpa) P (kN) M (kNm)


Balance 273,4 232,4219 Beton Cc 116210,938 133,7891 - -40 -3951,172 -528,624
4 Baja Cs1 1963,495 187,5 0,00231 -360 -706,858 -132,536
2 Baja Cs2 981,748 62,5 0,000943 -188,571 -185,1 -11,571
2 Baja Ts1 981,748 -62,5 0,000429 85,714 84,1 -5,259
4 Baja Ts2 1963,495 -187,5 0,0018 360 706,858 -132,536
-4052,15 -810,525

Pno = 0,65 x 4052,15 kN = 2633,8975 kN


Mn = 0,65 x 810,525 kN = 526,8413 kNm
78
b. Kondisi Pno, aksial maksimum tekan terjadi saat e = 0
Pno = Pconcrete + Psteel
Pno = 0,85 x fc x (Ag As) + fy x As
Pno = 0,85 x 40 MPa x (250000 5890,5) mm2 + 360 MPa x 5890,5 mm2
Pno = 10420300 N = 10420,3 kN
Pno = 0,65 x 10420,3 kN = 6773,194 kN

c. Kondisi lentur murni, terjadi saat Pu = 0 dan tulangan tarik sisi terluar pasti
mencapai tegangan leleh
Gambar 4.10. adalah diagram regangan dan gaya dalam pada kolom ( K1-50 x 50)
ketika kondisi lentur murni dan perhitungannya disajikan dalam tabel 4.4.

Mb 379,20
X = Pnb = 0
1000 = ~

Gambar 4.10. Diagram regangan dan gaya gaya dalam kondisi lentur murni
pada kolom (K1-50 x 50 )

Tabel 4.4. Regangan , tegangan , dan Gaya Dalam pada Tulangan Kondisi Lentur
Murni pada Kolom ( K1 50 X 50 )
kondisi C a Material A (mm2) lengan baja f (Mpa) P (kN) M (kNm)
Lentur 86,2531 73,31514 Beton Cc 36657,57 213,3424 - -40 -1088,928 -265,901
murni 4 Baja Cs1 1963,495 187,5 0,000443 -165,233 -324,434 -60,8314
2 Baja Ts1 981,7477 62,5 0,00467 360 353,25 24,54369
2 Baja Ts2 981,7477 -62,5 0,00978 360 353,25 -24,5437
4 Baja Ts3 1963,495 -187,5 0,0149 360 706,858 -147,262
0 -473,994

Mb = 0,8 x 473,994 kN = 379,20 kN m

79
d. Kondisi aksial maksimum tarik, semua tulangan pasti mencapai tegangan leleh,
terjadi saat e = 0
Pu = Psteel
Pu = fy x As
Pu = 360 MPa x 5890,5 mm2
Pu = 2120575 N = 2120,575 kN
Pu = 0,65 x 2120,575 kN = 1378 kN

e. Kondisi runtuh zona tekan 1, tulangan tekan sisi terluar pasti mencapai tegangan
leleh, terjadi saat C > Cb
Gambar 4.11. adalah diagram regangan dan gaya dalam pada kolom ( K1-50 x 50)
ketika kondisi tekan zona 1 dan perhitungannya disajikan dalam tabel 4.5.

Mn 473,0085
X = Pno = 3825,2305 1000 = 123,654 mm

Gambar 4.11. Diagram regangan dan gaya gaya dalam kondisi tekan zona 1
pada kolom (K1-50 x 50 )

Tabel 4.5. Regangan , tegangan , dan Gaya Dalam pada Tulangan Kondisi tekan
zona 1 pada Kolom ( K1 50 X 50 )
kondisi C a Material A (mm2) lengan baja f (Mpa) P (kN) M (kNm)
Runtuh 350 297,5 Beton Cc 148750 101,25 - -40 -5057,500 -512,072
tekan 4 Baja Cs1 1963,495 187,5 0,00246 -360 -706,858 -147,262
2 Baja Cs2 981,748 62,50 0,00139 -278,571 -273,487 -17,093
2 Baja Cs3 981,748 -62,50 0,000321 -64,286 -63,112 3,945
4 Baja Ts1 1963,495 -187,5 0,00075 150 294,524 -55,223
-5884,97 -727,706

Pno = 0,65 x 5884,97 kN = 3825,2305 kN


Mn = 0,65 x 727,706 kN = 473,0085 kN m
80
f. Kondisi runtuh zona tekan 2, tulangan tekan sisi terluar pasti mencapai tegangan
leleh, terjadi saat C > Cb
Gambar 4.12. adalah diagram regangan dan gaya dalam pada kolom ( K1-50 x 50)
ketika kondisi tekan zona 2 dan perhitungannya disajikan dalam tabel 4.6.

Mn 516,6733
X= = 1000 = 166,405 mm
Pno 3104,9135

Gambar 4.12. Diagram regangan dan gaya gaya dalam kondisi tekan zona 2
pada kolom (K1-50 x 50 )

Tabel 4.6. Regangan , tegangan , dan Gaya Dalam pada Tulangan Kondisi tekan
zona 2 pada Kolom ( K1 50 X 50 )
kondisi C a Material A (mm2) lengan Baja f (Mpa) P (kN) M (kNm)
Runtuh 300 255 Beton Cc 127500 122,5 - -40 -4335,000 -531,038
tekan 4 Baja Cs1 1963,495 187,5 0,002125 -360 -706,858 -147,262
2 Baja Cs2 981,748 62,50 0,001125 -225 -220,893 -13,806
2 Baja Cs3 981,748 -62,50 0,000125 25 24,544 -1,534
4 Baja Ts1 1963,495 -187,5 0,001375 275 539,961 -101,243
-4776,79 -794,882

Pno = 0,65 x 4776,79 kN = 3104,9135 kN


Mb = 0,65 x 794,882 kN = 516,6733 kN m

g. Kondisi runtuh zona tarik 1, tulangan tarik sisi terluar pasti mencapai tegangan
leleh, terjadi saat C < Cb
Gambar 4.13. adalah diagram regangan dan gaya dalam pada kolom ( K1-50 x 50)
ketika kondisi tarik zona 1 dan perhitungannya disajikan dalam tabel 4.7.

81
Mn 516,6733
X = Pno = 1687,062 1000 = 306,064 mm

Gambar 4.13. Diagram regangan dan gaya gaya dalam kondisi tarik zona 1
pada kolom (K1-50 x 50 )

Tabel 4.7. Regangan , tegangan , dan Gaya Dalam pada Tulangan Kondisi tarik
zona 1 pada Kolom ( K1 50 X 50 )
kondisi C a Material A (mm2) lengan baja f (Mpa) P (kN) M (kNm)
Runtuh 200 170 Beton Cc 85000 165 - -40 -2890,0 -476,850
tarik 4 Baja Cs1 1963,495 187,5 0,002063 -360 -706,858 -147,262
2 Baja Ts1 981,748 62,50 0,000187 -37,5 -36,816 -2,301
2 Baja Ts2 981,748 -62,50 0,001687 337,5 331,340 -20,709
4 Baja Ts3 1963,495 -187,5 0,003562 360 706,858 -147,262
-2595,48 -794,384

Pno = 0,65 x 2595,48 kN = 1687,062 kN


Mb = 0,65 x 794,384 kN = 516,349 kN m

h. Kondisi runtuh zona tarik 2, tulangan tarik sisi terluar pasti mencapai tegangan
leleh, terjadi saat C < Cb
Gambar 4.14. adalah diagram regangan dan gaya dalam pada kolom ( K1-50 x 50)
ketika kondisi tarik zona 2 dan perhitungannya disajikan dalam tabel 4.8.

82
Mn 556,1224
X= = 1000 = 454,538 mm
Pno 1223,488

Gambar 4.14. Diagram regangan dan gaya gaya dalam kondisi tarik zona 2
pada kolom (K1-50 x 50 )

Tabel 4.8. Regangan , tegangan , dan Gaya Dalam pada Tulangan Kondisi tarik
zona 2 pada Kolom ( K1 50 X 50 )
kondisi C a Material A (mm2) lengan baja f (Mpa) P (kN) M (kNm)
Runtuh 150 127,5 Beton Cc 63750 186,25 - -40 -2167,500 -403,697
tarik 4 Baja Cs1 1963,495 187,5 0,00175 -350 -687,223 -128,854
2 Baja Ts1 981,748 62,50 0,00075 150 147,262 9,204
2 Baja Ts2 981,748 -62,50 0,00325 360 353,250 -24,544
4 Baja Ts3 1963,495 -187,5 0,00575 360 706,858 -147,262
-1529,36 -695,153

Pno = 0,8 x 1529,36 kN = 1223,488 kN


Mb = 0,8 x 695,153 kN = 556,1224 kN m

i. Kondisi Pn = 0,1Pno, tulangan tarik sisi terluar pasti mencapai tegangan leleh,
terjadi saat Pn = 0,1Pno.
Gambar 4.15. adalah diagram regangan dan gaya dalam pada kolom ( K1-50 x 50)
ketika kondisi 0,1 Pno dan perhitungannya disajikan dalam tabel 4.9.

83
Mn 439,821
X = Pno = 894,3155 1000 = 491,796 mm

Gambar 4.15. Diagram regangan dan gaya gaya dalam kondisi 0,1 Pno pada
kolom (K1-50 x 50 )
Tabel 4.9. Regangan , tegangan , dan Gaya Dalam pada Tulangan Kondisi 0,1 Pno
pada Kolom ( K1 50 X 50 )
kondisi C a Material A (mm2) lengan baja f (Mpa) P (kN) M (kNm)
Pn = 0,1 Pn0 143,33 121,8305 Beton Cc 60915,25 189,0848 -40 -2071,119 -391,617
4 Baja Cs1 1963,495 187,5 0,001691 -338,366 -664,380 -124,571
2 Baja Ts1 981,748 62,50 0,000924 184,902 181,527 11,345
2 Baja Ts2 981,748 -62,50 0,003508 360 353,250 -24,544
4 Baja Ts3 1963,495 -187,5 0,006157 360 706,858 -147,262
-1375,87 -676,649

Pno = 0,65 x 1375,87 kN = 894,3155 kN


Mb = 0,65 x 676,649 kN = 439,821 kN m
Kondisi f Mn f Pn C e
Aksial Tekan maks 0 6773 0 0
Runtuh Tekan 473 3825 350 123,6549
Runtuh Tekan 517 3105 300 166,4052
Balance 536 2685 273,4375 199,7853
Runtuh Tarik 516 1687 200 306,0649
Pn = 0,1 Pno 440 894 143,33 491,7954
Lentur Murni 308 0 86,2531 -
Runtuh Tarik 140 -994 150 -141,054
Aksial Tarik maks 0 -1378 0 0
Pn maks 0 4403 0 0

84
Sehingga diperoleh diagram interaksi seperti ditunjukkan pada Gambar 4.16

Diagram Interaksi Kolom


8000

7000
6773

6000

5000

4000
3825
P (kN)

3000 3105
2685

2000
1687
894
1000

0 0
0 100 -994 200 300 400 500 600
-1000
-1378
-2000
M (kNm)

Gambar 4.16 Gambar Diagram Interaksi Kolom

85
4.3.4 Tinjauan Biaksial Bending pada Kolom
Perhitungan lentur biaksial menggunakan metode Beban Berlawanan dari
Bresler. Menurut Wang dan Salmon (1987) , Besler menyatakan bahwa Pi yang
dihitung menggunakan persamaan metode beban berlawanan adalah sangat cocok
dengan hasil-hasil percobaan , seperti penyebaran (deviasi) 9,4%, dan dengan rata
rata 3,3%.Tabel 4.3. menunjukan gaya-gaya dalam dan kombinasi pembebanan
yang bekerja pada kolom yang ditinjau untuk dilakukan peninjauan lentur biaksial.

Tabel 4.3. Gaya-gaya dalam dan kombinasi pembebanan yang terjadi pada Kolom
(K1-50 x 50)

Beban Kombinasi
Gaya Gempa Gempa
Mati Hidup 1,2 D + 1,0 LL 1,2 D + 1,0 LL
Dalam arah arah 1,2 DL + 1,6 LL
(DL) (LL) +1,0 Ex +1,0 Ey
X(Ex) Y(Ey)
P(kN) 429,02 166,56 6,40 0,65 781,32 687,784 682,034
Vmax(kN) 1,55 1,12 69,16 99,25 3,652 72,140 102,23
M2b M2s M2b M2s M2b M2s
Mx (kNm) 3,70 1,22 89,00 31,45 6,392 0 5,66 94,66 5,66 37,11
My (kNm) 0,00 0,00 26,70 104,05 0 0 0 26,70 0 104,05

1. Perhitungan Lentur Biaksial


a. Untuk Kombinasi 1,2 DL + 1,6 LL
Pu = 781,32 kN
Muy = 0,00 kNm dan Mux = 6,392kNm
Eksentrisitas minimum emin = 15 + 0,03h = 15 +0,03 (500) = 30 mm
Eksentrisitas arah X adalah :
Muy 6,392 (1000)
ex = = = 8,181 mm < emin maka digunakan emin
Pu 781,32

Eksentrisitas arah Y adalah :


Mux 0,00 (1000)
ey = = = 0,00 mm < emin maka digunakan emin
Pu 781,32

Gambar 4.17. merupakan diagram interaksi P dan e pada kolom yang


ditinjau untuk kombinasi 1,2 DL + 1,6 LL

86
Diagram Biaxial
6773
7000

6000 30mm;5610 kN

5000

3825
4000
P(kN)
3105
3000 2685

2000 1687
1256
1000

0
0 25 50 75 100125150175200225250275300325350375400425450475500525
e (mm)

Gambar 4.17. Diagram Interaksi P-e Kolom (K1-500x500) dengan tulangan 12 D 25


1 1 1 1
= + -
Pni Pnx Pny Po
1 1 1 1
= + -
Pni 5610 5610 10420,3

Pni = 3838,186 kN
pni = 0,65*(3838,186) = 2494,81 kN > 781,32 kN
Berarti penampang cukup karena kemampuan penampang Pni lebih besar dari gaya yang
bekerja pada penampang yaitu Pu untuk kombinasi 1,2 DL + 1,6 LL
b. Untuk Kombinasi 1,2 DL + 1,0 LL + Ex

Pu = 687,784 kN
Muy = 26,70 kNm dan Mux = 94,66 kNm
Eksentrisitas minimum emin = 15 + 0,03h = 15 +0,03 (500) = 30 mm
Eksentrisitas arah X adalah :
Muy 26,70 (1000)
ex = = = 38,820 mm > emin maka digunakan ex
Pu 687,784

87
Eksentrisitas arah Y adalah :
Mux 94,66 (1000)
ey = = = 137,630 mm > emin maka digunakan ey
Pu 687,784

Gambar 4.18. merupakan diagram interaksi P dan e pada kolom yang ditinjau untuk
kombinasi 1,2 DL + 1,0 LL + 1,0 Ex

Diagram Biaxial
6773
7000

6000 38,820mm;5510 kN

5000

3825
4000
P(kN) 137,630;3325 kN
3105
3000 2685

2000 1687
1256
1000

0
0 25 50 75 100125150175200225250275300325350375400425450475500525
e (mm)

Gambar 4.18. Diagram Interaksi P-e Kolom (K1-500x500) dengan tulangan 12 D 25


1 1 1 1
= + -
Pni Pnx Pny Po
1 1 1 1
= + -
Pni 5510 3325 10420,3

Pni = 2588,838 kN
pni = 0,65*(3838,186) = 1682,745 kN > 687,784 kN
Berarti penampang cukup karena kemampuan penampang Pni lebih besar dari gaya yang
bekerja pada penampang yaitu Pu untuk kombinasi 1,2 DL + 1,0 LL + 1,0 Ex
c. Untuk Kombinasi 1,2 DL + 1,0 LL + Ey
Pu = 682,034 kN
Muy = 104,05 kNm dan Mux = 37,11 kNm

88
Eksentrisitas minimum emin = 15 + 0,03h = 15 +0,03 (500) = 30 mm
Eksentrisitas arah X adalah :
Muy 104,05 (1000)
ex = = = 152,55 mm > emin maka digunakan ex
Pu 682,034

Eksentrisitas arah Y adalah :


Mux 37,11 (1000)
ey = = = 54,410 mm > emin maka digunakan ey
Pu 682,034

Gambar 4.19. merupakan diagram interaksi P dan e pada kolom yang ditinjau untuk
kombinasi 1,2 DL + 1,0 LL + 1,0 Ey

Diagram Biaxial
6773
7000

6000
54,410mm;5170 kN
5000

3825
4000
P(kN)
3105 152,55;3170 kN
3000 2685

2000 1687
1256
1000

0
0 25 50 75 100125150175200225250275300325350375400425450475500525
e (mm)

Gambar 4.19. Diagram Interaksi P-e Kolom (K1-500x500) dengan tulangan 12 D 25


1 1 1 1
= + -
Pni Pnx Pny Po
1 1 1 1
= + -
Pni 3170 5170 10420,3

Pni = 2421,808 kN
pni = 0,65*(2421,808) = 1574,175 kN > 682,034 kN
Berarti penampang cukup karena kemampuan penampang Pni lebih besar dari gaya yang
bekerja pada penampang yaitu Pu untuk kombinasi 1,2 DL + 1,0 LL + 1,0 Ey

89
4.4 Desain Struktur Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK)

4.4.1 Persyaratan SRPMK

Desain tulangan kolom sesuai SNI 03-2847-2002 Pasal 23.4.


a. Gaya tekan aksial terfaktor maksimum > 0,1 Ag fc
Pu maksimal = 1,2 (429020) + 1 (166560) + 1 (6400) + 1 (650)
= 688434 N
Pu > 0,1 x (500 x 500) mm2 x 40 MPa
688434 N > 100000 N (OK)

b. Sisi terpendek kolom tidak kurang dari 300 mm


Sisi terpendek = 500 mm
500 mm > 300 mm (OK)
Syarat sisi terpendek kolom terpenuhi.

b
c. > 0,4
h
500
> 0,4
500
1 > 0,4 (OK)
Syarat geometri balok terpenuhi.

d. Tinggi efektif kolom


d = h p D/2 = 500 40 10 25/2 = 437,5 mm

e. Check konfigurasi penulangan


Asumsi digunakan tulangan baja 12D25 (As = 5890,486 mm2),
sehingga s = 5890,486/250000 = 2,356 %.
Syarat konfigurasi penulangan terpenuhi, 1% < < 6%.

90
4.4.2 Kontrol Kekuatan Kolom (Strong Column Weak Beam)

Gambar 4.20 Skema Kolom ( K1 50 x 50 )


Kuat kolom Mn berdasarkan SNI 03-2847-2002 Pasal 23.4.2.2 harus
memenuhi Mc > 1,2 Mg. Nilai gaya-gaya berdasarkan :
a. Gaya normal pada kolom atas adalah 2677,104 kN
b. Gaya normal pada kolom disain adalah 4118,621 kN
Berdasarkan diagram interaksi pada gambar 4.16, diperoleh momen
kapasitas sebagai berikut :
a. Kolom atas = 525 kNm
b. Kolom disain = 396 kNm
Konsep strong column weak beam didasarkan pada momen nominal dari
balok yang mengekang kolom. Nilai momen nominal yang digunakan
berdasarkan pada kombinasi momen kopel terbesar.
a. Balok lantai 1
Mpr1 akibat tulangan tarik 399,184 kN m (goyangan ke kanan)
Mpr3 akibat tulangan tekan 221,004 kN m (goyangan ke kanan)
Cek strong column weak beam lantai 1
Mc > 1,2 Mg
Mc_atas + Mc_desain > 1,2 (Mpr1_tarik + Mpr3_tekan)
(525+ 396) > 1,2 (399,184 + 221,004)
921 kNm >744,2256 kNm OK

91
4.4.3 Perencanaan Tulangan Confinement
4.4.3.1 Untuk Bentang di Lo
Tulangan hoops harus dipasang sepanjang lo terhadap ln (dari bawah
muka balok dan atas muka lantai). Berdasarkan SNI 03-2847-2002 Pasal
23.4..4.4, panjang lo dipilih yang terbesar di antara:
a. h = 500 mm
b. 1/6 Ln = 1/6 x 2900 = 483,33 mm 500 mm
c. 500 mm
Total cross section hoops berdasarkan SNI 03-2847-2002 Pasal
23.4.4.1 tidak kurang dari salah satu yang tebesar antara
s x hc x f c Ag
Ash_1 = 0,3 ( )( 1)
fyh Ach

0,09 x s x hc x f c
Ash_2 = ( )
fyh
Coba gunakan 3 leg D13 (Av = 397,995 mm2)
hc = b 2(40 + db) = 500 2(40 + x 13) = 407 mm
Ach = (bw 2(40)) x (bw 2(40)) = (500 80)2 = 102400 mm2
Ash_1 hc x f c Ag 407 x 40 160000 mm2
= 0,3 ( )( 1) = 0,3 ( )( 1) = 4,256
s fyh Ach 360 102400 mm

Ash_2 0,09 x hc x f c 0,09 x 407 x 40 mm2


=( )=( ) = 3,07
s fyh 360 mm

mm2
Ambil nilai terbesar 4,256
mm
Spasi maksimum adalah yang terkecil di antara :
a. cross section dimensi kolom = 500/4 = 125 mm
b. 6 kali diameter tulangan longitudinal = 6 x 25 = 150 mm
350 hx
c. sx < 100 + , dimana hx = 2/3 hc dan 100 mm < sx < 150 mm
3
2
3503 x 407
sx < 100 + = 148,444 mm
3
Digunakan spasi 100 mm

92
Ahoops = 4,256 x 100 = 425,6 mm2, maka digunakan
Av > Ahoops (OK)

4.4.3.2 Untuk Bentang di luar lo


1 1
Vc regular = fc x b x d = 40 x 500 x 437,5 = 119,58 kN
6 6
SNI persamaan (47) memberikan harga Vc
Nu 1
Vc = (1 + ) x fc x b x d
14Ag 6
688434 1
= (1 + ) x 40 x 500 x 437,5
14 x 250000 6
= 144,641 kN
Vu
Vsperlu = Vc

Vsperlu = 208,096 144,641 kN = 63,455 kN
Coba gunakan D10 200 (Av = 157,08 mm2)
Av x fy x d 157,08 x 360 x 437,5
Vs = = = 98,960 kN
s 200
Vs > Vsperlu
98,960 kN > 63,455 kN (OK)
4.4.4 Desain Shear Reinforcement ( Design Tulangan Geser )

Mpr_top x DF + Mpr_btm x DF
Vsway =
Ln
399,184 x 0,5+399,184x0,5
= = 156,072 kN
3
Vsway > Vanalitis
156,072 kN > 60,37 kN
1 1
Vc = fc x b x d = 40 x 500 x 437,5 = 119,58 kN
6 6

Checking
Vu 1
> Vc
2

93
156,072 1
> x 119,58
0,75 2
208,096 kN > 59,79 kN
Check
Vu 1
> Vc + xbxd
3
1
208,096 kN > 119,58 + x (500 x 437,5)/1000
3
208,096 kN > 143,885 kN
Vu
Vsperlu = Vc

Vsperlu = 208,096 143,885 kN = 64,211 kN
(Av+Ash) x fy x d
Vsperlu =
s
(Av+Ash) x fy x d (157,08+425,6) x 360 x 437,5
s = Vsperlu
= = 212,393 200 mm
64211
Av x fy x d (157,08+425,6) x 360 x 437,5
Vs = = = 91,772 kN
s 200
Vs > Vsperlu
91,772 kN > 64,211 kN (OK)

94
4.5 Gambar Penulangan Kolom
Gambar Penulangan dan Potongan Kolom ditunjukkan pada Gambar 4.21 dan
Gambar 4.22.

Gambar 4.21 Penulangan Kolom

Gambar 4.22 Potongan Kolom

95

Вам также может понравиться