Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
70
Gambar 4.3 Gaya dalam akibat beban mati pada kolom (K1-50 x50)
Gambar 4.4 Gaya dalam akibat beban hidup pada kolom (K1-50 x50)
Gambar 4.5 Gaya dalam akibat beban gempa arah X pada kolom (K1-50 x50)
Gambar 4.6 Gaya dalam akibat beban gempa arah Y pada kolom (K1-50 x50)
71
4.3 Disain Tulangan Lentur dan Aksial Kolom
72
4.3.2 Perbesaran Momen pada Kolom
Berdasarkan SNI 03-2847-2002 Pasal 12.12.2, perhitungan
kelangsingan portal bergoyang (untuk komponen tekan yang tidak ditahan
terhadap goyangan samping), boleh diabaikan apabila :
M1
34 12 ( )
M2
I
dimana : r (radius girasi) = atau 0,3h untuk kolom persegi.
A
73
b. Kolom atas
b = 500 mm; h = 500 mm; lu = 3500 mm
Ec = 4700f c = 470040 = 29725,41 MPa
1 1
Ig = bh3 = 500 5003 = 2,133 109 mm4
12 12
Ic = 0,70Ig = 0,70 2,133 109 = 1,493 109 mm4
c. Balok atas kanan
b = 400 mm; h = 600 mm; lu = 6500 mm
Ec = 4700f c = 470040 = 29725,41 MPa
1 1
Ig = bh3 = 400 6003 = 3,125 109 mm4
12 12
Ib = 0,35Ig = 0,35 3,125 109 = 1,09375 109 mm4
d. Balok atas kiri
b = 400 mm; h = 600 mm; lu = 6500 mm
Ec = 4700f c = 470040 = 29725,41 MPa
1 1
Ig = bh3 = 400 6003 = 3,125 109 mm4
12 12
Ib = 0,35Ig = 0,35 3,125 109 = 1,09375 109 mm4
74
b. Kolom yang didisain
b = 500 mm; h = 500 mm; lu = 3500 mm
Ec = 4700f c = 470040 = 29725,41 MPa
1 1
Ig = bh3 = 500 5003 = 2,133 109 mm4
12 12
Ic = 0,70Ig = 0,70 2,133 109 = 1,493 109 mm4
c. Balok bawah kanan
b = 400 mm; h = 600 mm; lu = 6500 mm
Ec = 4700f c = 470040 = 29725,41 MPa
1 1
Ig = bh3 = 400 6003 = 3,125 109 mm4
12 12
Ib = 0,35Ig = 0,35 3,125 109 = 1,09375 109 mm4
d. Balok bawah kiri
b = 400 mm; h = 600 mm; lu = 6500 mm
Ec = 4700f c = 470040 = 29725,41 MPa
1 1
Ig = bh3 = 400 6003 = 3,125 109 mm4
12 12
Ib = 0,35Ig = 0,35 3,125 109 = 1,09375 109 mm4
75
Gambar 4.7 Monogram Faktor Panjang Efektif
22 < 24
76
4.3.3 Diagram Interaksi Kolom
77
Cs2 = As2 x fs2
Ts1 = As3 x fs3
Ts2 = As4 x fs4
Nilai momen didapat dari besarnya gaya dikali jarak / lengan. Pada perhitungan
tugas ini nilai momen diukur dari pusat plastis kolom (0,5 h).
h a h h h h
Mn = Cc x( )+ Cs1 x ( s1)+ Cs2 x ( s2)+ Ts1 x (s3 ) +Ts2 x (s4 )
2 2 2 2 2 2
a. Kondisi Balance, regangan beton maksimum mencapai 0,003 dan tulangan tarik
sisi terluar pasti mencapai tegangan leleh.
600d 600 x 437,5
Cb = = = 273,4375 mm
600+fy 600+360
Gambar 4.9. adalah diagram regangan dan gaya dalam pada kolom ( K1-50 x 50 )
ketika kondisi balance dan perhitungannya disajikan dalam tabel 4.3.
Mn 526,8413
X = Pno = 2633,8975 1000 = 200,023 mm
Gambar 4.9. Diagram regangan dan gaya gaya dalam kondisi balance pada
kolom (K1-50 x 50 )
Tabel 4.3. Regangan , tegangan , dan Gaya Dalam pada Tulangan Kondisi Balance
pada Kolom ( K1 50 X 50 )
c. Kondisi lentur murni, terjadi saat Pu = 0 dan tulangan tarik sisi terluar pasti
mencapai tegangan leleh
Gambar 4.10. adalah diagram regangan dan gaya dalam pada kolom ( K1-50 x 50)
ketika kondisi lentur murni dan perhitungannya disajikan dalam tabel 4.4.
Mb 379,20
X = Pnb = 0
1000 = ~
Gambar 4.10. Diagram regangan dan gaya gaya dalam kondisi lentur murni
pada kolom (K1-50 x 50 )
Tabel 4.4. Regangan , tegangan , dan Gaya Dalam pada Tulangan Kondisi Lentur
Murni pada Kolom ( K1 50 X 50 )
kondisi C a Material A (mm2) lengan baja f (Mpa) P (kN) M (kNm)
Lentur 86,2531 73,31514 Beton Cc 36657,57 213,3424 - -40 -1088,928 -265,901
murni 4 Baja Cs1 1963,495 187,5 0,000443 -165,233 -324,434 -60,8314
2 Baja Ts1 981,7477 62,5 0,00467 360 353,25 24,54369
2 Baja Ts2 981,7477 -62,5 0,00978 360 353,25 -24,5437
4 Baja Ts3 1963,495 -187,5 0,0149 360 706,858 -147,262
0 -473,994
79
d. Kondisi aksial maksimum tarik, semua tulangan pasti mencapai tegangan leleh,
terjadi saat e = 0
Pu = Psteel
Pu = fy x As
Pu = 360 MPa x 5890,5 mm2
Pu = 2120575 N = 2120,575 kN
Pu = 0,65 x 2120,575 kN = 1378 kN
e. Kondisi runtuh zona tekan 1, tulangan tekan sisi terluar pasti mencapai tegangan
leleh, terjadi saat C > Cb
Gambar 4.11. adalah diagram regangan dan gaya dalam pada kolom ( K1-50 x 50)
ketika kondisi tekan zona 1 dan perhitungannya disajikan dalam tabel 4.5.
Mn 473,0085
X = Pno = 3825,2305 1000 = 123,654 mm
Gambar 4.11. Diagram regangan dan gaya gaya dalam kondisi tekan zona 1
pada kolom (K1-50 x 50 )
Tabel 4.5. Regangan , tegangan , dan Gaya Dalam pada Tulangan Kondisi tekan
zona 1 pada Kolom ( K1 50 X 50 )
kondisi C a Material A (mm2) lengan baja f (Mpa) P (kN) M (kNm)
Runtuh 350 297,5 Beton Cc 148750 101,25 - -40 -5057,500 -512,072
tekan 4 Baja Cs1 1963,495 187,5 0,00246 -360 -706,858 -147,262
2 Baja Cs2 981,748 62,50 0,00139 -278,571 -273,487 -17,093
2 Baja Cs3 981,748 -62,50 0,000321 -64,286 -63,112 3,945
4 Baja Ts1 1963,495 -187,5 0,00075 150 294,524 -55,223
-5884,97 -727,706
Mn 516,6733
X= = 1000 = 166,405 mm
Pno 3104,9135
Gambar 4.12. Diagram regangan dan gaya gaya dalam kondisi tekan zona 2
pada kolom (K1-50 x 50 )
Tabel 4.6. Regangan , tegangan , dan Gaya Dalam pada Tulangan Kondisi tekan
zona 2 pada Kolom ( K1 50 X 50 )
kondisi C a Material A (mm2) lengan Baja f (Mpa) P (kN) M (kNm)
Runtuh 300 255 Beton Cc 127500 122,5 - -40 -4335,000 -531,038
tekan 4 Baja Cs1 1963,495 187,5 0,002125 -360 -706,858 -147,262
2 Baja Cs2 981,748 62,50 0,001125 -225 -220,893 -13,806
2 Baja Cs3 981,748 -62,50 0,000125 25 24,544 -1,534
4 Baja Ts1 1963,495 -187,5 0,001375 275 539,961 -101,243
-4776,79 -794,882
g. Kondisi runtuh zona tarik 1, tulangan tarik sisi terluar pasti mencapai tegangan
leleh, terjadi saat C < Cb
Gambar 4.13. adalah diagram regangan dan gaya dalam pada kolom ( K1-50 x 50)
ketika kondisi tarik zona 1 dan perhitungannya disajikan dalam tabel 4.7.
81
Mn 516,6733
X = Pno = 1687,062 1000 = 306,064 mm
Gambar 4.13. Diagram regangan dan gaya gaya dalam kondisi tarik zona 1
pada kolom (K1-50 x 50 )
Tabel 4.7. Regangan , tegangan , dan Gaya Dalam pada Tulangan Kondisi tarik
zona 1 pada Kolom ( K1 50 X 50 )
kondisi C a Material A (mm2) lengan baja f (Mpa) P (kN) M (kNm)
Runtuh 200 170 Beton Cc 85000 165 - -40 -2890,0 -476,850
tarik 4 Baja Cs1 1963,495 187,5 0,002063 -360 -706,858 -147,262
2 Baja Ts1 981,748 62,50 0,000187 -37,5 -36,816 -2,301
2 Baja Ts2 981,748 -62,50 0,001687 337,5 331,340 -20,709
4 Baja Ts3 1963,495 -187,5 0,003562 360 706,858 -147,262
-2595,48 -794,384
h. Kondisi runtuh zona tarik 2, tulangan tarik sisi terluar pasti mencapai tegangan
leleh, terjadi saat C < Cb
Gambar 4.14. adalah diagram regangan dan gaya dalam pada kolom ( K1-50 x 50)
ketika kondisi tarik zona 2 dan perhitungannya disajikan dalam tabel 4.8.
82
Mn 556,1224
X= = 1000 = 454,538 mm
Pno 1223,488
Gambar 4.14. Diagram regangan dan gaya gaya dalam kondisi tarik zona 2
pada kolom (K1-50 x 50 )
Tabel 4.8. Regangan , tegangan , dan Gaya Dalam pada Tulangan Kondisi tarik
zona 2 pada Kolom ( K1 50 X 50 )
kondisi C a Material A (mm2) lengan baja f (Mpa) P (kN) M (kNm)
Runtuh 150 127,5 Beton Cc 63750 186,25 - -40 -2167,500 -403,697
tarik 4 Baja Cs1 1963,495 187,5 0,00175 -350 -687,223 -128,854
2 Baja Ts1 981,748 62,50 0,00075 150 147,262 9,204
2 Baja Ts2 981,748 -62,50 0,00325 360 353,250 -24,544
4 Baja Ts3 1963,495 -187,5 0,00575 360 706,858 -147,262
-1529,36 -695,153
i. Kondisi Pn = 0,1Pno, tulangan tarik sisi terluar pasti mencapai tegangan leleh,
terjadi saat Pn = 0,1Pno.
Gambar 4.15. adalah diagram regangan dan gaya dalam pada kolom ( K1-50 x 50)
ketika kondisi 0,1 Pno dan perhitungannya disajikan dalam tabel 4.9.
83
Mn 439,821
X = Pno = 894,3155 1000 = 491,796 mm
Gambar 4.15. Diagram regangan dan gaya gaya dalam kondisi 0,1 Pno pada
kolom (K1-50 x 50 )
Tabel 4.9. Regangan , tegangan , dan Gaya Dalam pada Tulangan Kondisi 0,1 Pno
pada Kolom ( K1 50 X 50 )
kondisi C a Material A (mm2) lengan baja f (Mpa) P (kN) M (kNm)
Pn = 0,1 Pn0 143,33 121,8305 Beton Cc 60915,25 189,0848 -40 -2071,119 -391,617
4 Baja Cs1 1963,495 187,5 0,001691 -338,366 -664,380 -124,571
2 Baja Ts1 981,748 62,50 0,000924 184,902 181,527 11,345
2 Baja Ts2 981,748 -62,50 0,003508 360 353,250 -24,544
4 Baja Ts3 1963,495 -187,5 0,006157 360 706,858 -147,262
-1375,87 -676,649
84
Sehingga diperoleh diagram interaksi seperti ditunjukkan pada Gambar 4.16
7000
6773
6000
5000
4000
3825
P (kN)
3000 3105
2685
2000
1687
894
1000
0 0
0 100 -994 200 300 400 500 600
-1000
-1378
-2000
M (kNm)
85
4.3.4 Tinjauan Biaksial Bending pada Kolom
Perhitungan lentur biaksial menggunakan metode Beban Berlawanan dari
Bresler. Menurut Wang dan Salmon (1987) , Besler menyatakan bahwa Pi yang
dihitung menggunakan persamaan metode beban berlawanan adalah sangat cocok
dengan hasil-hasil percobaan , seperti penyebaran (deviasi) 9,4%, dan dengan rata
rata 3,3%.Tabel 4.3. menunjukan gaya-gaya dalam dan kombinasi pembebanan
yang bekerja pada kolom yang ditinjau untuk dilakukan peninjauan lentur biaksial.
Tabel 4.3. Gaya-gaya dalam dan kombinasi pembebanan yang terjadi pada Kolom
(K1-50 x 50)
Beban Kombinasi
Gaya Gempa Gempa
Mati Hidup 1,2 D + 1,0 LL 1,2 D + 1,0 LL
Dalam arah arah 1,2 DL + 1,6 LL
(DL) (LL) +1,0 Ex +1,0 Ey
X(Ex) Y(Ey)
P(kN) 429,02 166,56 6,40 0,65 781,32 687,784 682,034
Vmax(kN) 1,55 1,12 69,16 99,25 3,652 72,140 102,23
M2b M2s M2b M2s M2b M2s
Mx (kNm) 3,70 1,22 89,00 31,45 6,392 0 5,66 94,66 5,66 37,11
My (kNm) 0,00 0,00 26,70 104,05 0 0 0 26,70 0 104,05
86
Diagram Biaxial
6773
7000
6000 30mm;5610 kN
5000
3825
4000
P(kN)
3105
3000 2685
2000 1687
1256
1000
0
0 25 50 75 100125150175200225250275300325350375400425450475500525
e (mm)
Pni = 3838,186 kN
pni = 0,65*(3838,186) = 2494,81 kN > 781,32 kN
Berarti penampang cukup karena kemampuan penampang Pni lebih besar dari gaya yang
bekerja pada penampang yaitu Pu untuk kombinasi 1,2 DL + 1,6 LL
b. Untuk Kombinasi 1,2 DL + 1,0 LL + Ex
Pu = 687,784 kN
Muy = 26,70 kNm dan Mux = 94,66 kNm
Eksentrisitas minimum emin = 15 + 0,03h = 15 +0,03 (500) = 30 mm
Eksentrisitas arah X adalah :
Muy 26,70 (1000)
ex = = = 38,820 mm > emin maka digunakan ex
Pu 687,784
87
Eksentrisitas arah Y adalah :
Mux 94,66 (1000)
ey = = = 137,630 mm > emin maka digunakan ey
Pu 687,784
Gambar 4.18. merupakan diagram interaksi P dan e pada kolom yang ditinjau untuk
kombinasi 1,2 DL + 1,0 LL + 1,0 Ex
Diagram Biaxial
6773
7000
6000 38,820mm;5510 kN
5000
3825
4000
P(kN) 137,630;3325 kN
3105
3000 2685
2000 1687
1256
1000
0
0 25 50 75 100125150175200225250275300325350375400425450475500525
e (mm)
Pni = 2588,838 kN
pni = 0,65*(3838,186) = 1682,745 kN > 687,784 kN
Berarti penampang cukup karena kemampuan penampang Pni lebih besar dari gaya yang
bekerja pada penampang yaitu Pu untuk kombinasi 1,2 DL + 1,0 LL + 1,0 Ex
c. Untuk Kombinasi 1,2 DL + 1,0 LL + Ey
Pu = 682,034 kN
Muy = 104,05 kNm dan Mux = 37,11 kNm
88
Eksentrisitas minimum emin = 15 + 0,03h = 15 +0,03 (500) = 30 mm
Eksentrisitas arah X adalah :
Muy 104,05 (1000)
ex = = = 152,55 mm > emin maka digunakan ex
Pu 682,034
Gambar 4.19. merupakan diagram interaksi P dan e pada kolom yang ditinjau untuk
kombinasi 1,2 DL + 1,0 LL + 1,0 Ey
Diagram Biaxial
6773
7000
6000
54,410mm;5170 kN
5000
3825
4000
P(kN)
3105 152,55;3170 kN
3000 2685
2000 1687
1256
1000
0
0 25 50 75 100125150175200225250275300325350375400425450475500525
e (mm)
Pni = 2421,808 kN
pni = 0,65*(2421,808) = 1574,175 kN > 682,034 kN
Berarti penampang cukup karena kemampuan penampang Pni lebih besar dari gaya yang
bekerja pada penampang yaitu Pu untuk kombinasi 1,2 DL + 1,0 LL + 1,0 Ey
89
4.4 Desain Struktur Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK)
b
c. > 0,4
h
500
> 0,4
500
1 > 0,4 (OK)
Syarat geometri balok terpenuhi.
90
4.4.2 Kontrol Kekuatan Kolom (Strong Column Weak Beam)
91
4.4.3 Perencanaan Tulangan Confinement
4.4.3.1 Untuk Bentang di Lo
Tulangan hoops harus dipasang sepanjang lo terhadap ln (dari bawah
muka balok dan atas muka lantai). Berdasarkan SNI 03-2847-2002 Pasal
23.4..4.4, panjang lo dipilih yang terbesar di antara:
a. h = 500 mm
b. 1/6 Ln = 1/6 x 2900 = 483,33 mm 500 mm
c. 500 mm
Total cross section hoops berdasarkan SNI 03-2847-2002 Pasal
23.4.4.1 tidak kurang dari salah satu yang tebesar antara
s x hc x f c Ag
Ash_1 = 0,3 ( )( 1)
fyh Ach
0,09 x s x hc x f c
Ash_2 = ( )
fyh
Coba gunakan 3 leg D13 (Av = 397,995 mm2)
hc = b 2(40 + db) = 500 2(40 + x 13) = 407 mm
Ach = (bw 2(40)) x (bw 2(40)) = (500 80)2 = 102400 mm2
Ash_1 hc x f c Ag 407 x 40 160000 mm2
= 0,3 ( )( 1) = 0,3 ( )( 1) = 4,256
s fyh Ach 360 102400 mm
mm2
Ambil nilai terbesar 4,256
mm
Spasi maksimum adalah yang terkecil di antara :
a. cross section dimensi kolom = 500/4 = 125 mm
b. 6 kali diameter tulangan longitudinal = 6 x 25 = 150 mm
350 hx
c. sx < 100 + , dimana hx = 2/3 hc dan 100 mm < sx < 150 mm
3
2
3503 x 407
sx < 100 + = 148,444 mm
3
Digunakan spasi 100 mm
92
Ahoops = 4,256 x 100 = 425,6 mm2, maka digunakan
Av > Ahoops (OK)
Mpr_top x DF + Mpr_btm x DF
Vsway =
Ln
399,184 x 0,5+399,184x0,5
= = 156,072 kN
3
Vsway > Vanalitis
156,072 kN > 60,37 kN
1 1
Vc = fc x b x d = 40 x 500 x 437,5 = 119,58 kN
6 6
Checking
Vu 1
> Vc
2
93
156,072 1
> x 119,58
0,75 2
208,096 kN > 59,79 kN
Check
Vu 1
> Vc + xbxd
3
1
208,096 kN > 119,58 + x (500 x 437,5)/1000
3
208,096 kN > 143,885 kN
Vu
Vsperlu = Vc
Vsperlu = 208,096 143,885 kN = 64,211 kN
(Av+Ash) x fy x d
Vsperlu =
s
(Av+Ash) x fy x d (157,08+425,6) x 360 x 437,5
s = Vsperlu
= = 212,393 200 mm
64211
Av x fy x d (157,08+425,6) x 360 x 437,5
Vs = = = 91,772 kN
s 200
Vs > Vsperlu
91,772 kN > 64,211 kN (OK)
94
4.5 Gambar Penulangan Kolom
Gambar Penulangan dan Potongan Kolom ditunjukkan pada Gambar 4.21 dan
Gambar 4.22.
95