Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Oleh
1. Iriani Faizah (150210102043)
2. M. Fahimul Fuad (150210102045)
3. Nelly Nur Ayu M. (150210102046)
4. Linda Ali Ramadani (150210102048)
5. Nur Aida (150210102078)
UNIVERSITAS JEMBER
2017
Mengapa harus ada model-model dari inti atom? Sebenarnya sampai saat ini struktur
real dari inti atom itu sendiri belum diketahui, dan untukmempermudah dalam mempelajari
inti-inti dari suatu atom maka dibuatlah model. Gampangnya suatu model disini merupakan
suatu bentuk sederhana dari sistem fisis yang sedang dipelajari. Berdasarkan data-data tentang
inti atom yang dikumpulkan oleh para ilmuwan, terdapat beberapa model inti:
1. Model Tetes Cairan (Liquid Drp Model)
Model tetes cairan digunakan untuk menentukan massa real dari suatu inti atom. Model
ini mengasumsikan bahwa sifat-sifat inti atom mirip dengan sifat-sifat yang terdapat dalam
tetes cairan. Sifat-sifat tetes cairan tersebut adalah kerapatannya adalah konstan, ukurannya
sebanding dengan jumlah partikel atau molekul di dalam cairan, energi ikatnya berbanding
lurus dengan massa atau jumlah partikel yang membentuk tetesan. Adanya sifat-sifat ini dapat
membuka sebuah peluang untuk mendapatkan persamaan untuk massa inti atom.
Atom terdiri atas inti atom dan elektron-elektron yang mengelilinginya. Inti atom terdiri
atas partikel proton dan neutron. Partikel-partikel penyusun inti atom ini biasa disebut
nukleon. Nukelon penyusun inti memiliki massa yang hampir sama yaitu m p = 938,3 MeV
untuk proton dan mn = 939,6 MeV untuk neutron. Adapun elektron massanya sangat kecil jika
dibandingkan massa proton dan neutron, yaitu 0,511. Jumlah proton atau elektron biasa
diwakili oleh huruf Z (jumlah proton dan elektron dalam satu jenis atom adalah sama)
sedangkan jumlah neutron disimbolkan dengan huruf N. Jumlah antara proton (Z) dan neutron
(N) menghasilkan suatu nomor massa dari atom dan disimbolkan dengan huruf A. Jadi,
sebagai asumsi awal massa inti M yang tersusun dari proton dan neutron dapat ditulis dengan
persamaan :
M = Zmp + A(A-Z)mn
Dalam inti terdapat gaya ikat (gaya tarik antar partikel penyusun inti), sehingga massa
inti seharusnya lebih kecil daripada ketika nukleon-nukleon inti terpisah seperti yang
diterapkan pada rumus yang pertama. Energi ikat sebanding dengan jumlah nukleon inti, oleh
karena itu akibat energi ikat ini persamaan massa inti harus dikurangi faktor koreksi sebesar
b1A
dimana b1 adalah suatu konstanta yang diperoleh secara eksperimen.
Tetapi besarnya gaya ikat setiap nukleon yang terdapat pada koreksi pertama dianggap
sama, padahal pengaruh gaya ikat inti bagi nukleon di permukaan lebih lemah daripada
nukleon inti yang lebih dalam. Dalam kasus ini inti atom dianggap menyerupai bola sempurna
dengan jari-jari R, sehingga besar kecilnya pengaruh gaya ikat inti terhadap nukleon
sebanding dengan besar luas permukaan bola.
Jari inti diperoleh dengan persamaan R = roA1/3. Sehingga
= 4R2
1 2
= 4 (r0 A3 )
Konstanta persamaan diatas ditentukan dari data eksperimen; nilainya (dalam satuan energi)
yang dapat diambil adalah
b1 = 14,0 MeV
b2 = 13,0 MeV
b3 = 0,58 MeV
b4 = 19,3 MeV
dan b5 ditentukan berdasarkan skema berikut ini :
A Z b5
Genap Genap -33,5 MeV
Ganjil
Genap Genap +33,5 MeV
Dan urutan penempatan nukleon dapat ditunjukkan pada gambar dibawah ini:
Selain berada dalam potensial, juga terdapat interaksi spin-orbit dalam inti sehingga
diperoleh bilangan-bilangan ajaib yang sesuai ( 2, 8, 20, 28, 50, 82, dan 126) dan tingkat-
tingkat energi inti ditunjukan pada gambar berikut :
Energi dihitung dari dasar potensial, maka energi dapat dikatakan sebagai energi kinetik.
Dalam ruang momentum, tiap keadaan menempati ruang sebesar (2)3 /, maka dalam
sebuah bola berradius p tersedia keadaan yang mungkin sebanyak :
Dalam ruang spin terdapat dua keadaan yang mungkin, spin up dan spin down. Maka, jika
spin ikut diperhitungkan, jumlah keadaan N di atas menjadi:
Nukleon memiliki isospin , maka terdapat dua keadaan: isospin up (proton) dan isospin
down (netron). Dengan demikian, untuk sebuah nukleon dalam inti yang besar momentumnya
p tersedia keadaan yang mungkin ditempatinya sebanyak:
Untuk inti pada keadaan dasar, tiap keadaan dari dasar sampai permukaan fermin terisi satu
nukleon. Nukleon pada permukaan fermin memiliki momentum tertinggi yaitu, momentum
fermin pf , serta energi fermin EF sebagai berikut:
163 4 1
= 3(2)3
, 3 03 ---------> = 2 (9)3
0
2
2 2
= 2--------> = 82 (9) 3
0
Perhitungan sebelum ini menggunakan isospin: proton dan netron dianggap partikel
yang sama yaitu, nukleon, keduanya merupakan dua keadaan isospin nukleon. Karena itu,
contoh, keadaan untuk proton dan netron di gabungkan menjadi jumlah keadaan nukleon.
Pilihan lain, proton dan netron dilihat sebagai partikel berbeda. Perhitungan di lakukan
terpisah, untuk proton dan netron. Di sini di kanal, contoh, energi fermin proton dan energi
fermin netron, energi total proton dan energi totol netron.
Rapat proton gp(E) dan rapat netron gn(E) masing-masing dinyatakan sebagai:
2 0 3
() = () = () = ( ) (2)1/2 1/2
3
Selisish energi kintik total untuk Z = N dan untuk Z N dengan A yang sama:
=
=
3
=[ + ( )]
5
2 5
3 2 9 3 3 5 5
= ( ) ( ) [(1 ) 3 + (1 + )3 2]
5 202 4 2
dengan
2
=1 (jika ZA/2, 1
Maka:
5 5 5 51 2 5 51 2
(1 )3 + (1 + )3 2 = 1 + + 1 + + + 2
3 32 3 32
10 2 1
= (1 + 2 + ) > 0
9 27
Inti dengan jumlah proton dan netron tidak sama memiliki energi kinetik total nukleon
yang lebih besar dari inti yang memiliki jumlah proton dan netron sama pada satu isobar.
Energi kinetik lebih besar mengakibatkan ikatan lebuh lemah. Ini cocok dengan pengamatan,
bahwa pada satu isobar inti dengan jumlah proton dan netron sama lebih setabil dari yang
lain.
Sehingga:
2 5
3 2 9 3 3 10 2 1 ( )2
= ( ) ( ) =
5 202 4 2 9 3
()2
Ingat satu suku pada rumus masa semiemiris
4. Model Rotasional
Berdasarkan beberapa sifat inti, diperoleh akan adanya gerak kolektif nukleon-nukleon
di dalam inti. Gerak kolektif nukleon-nukleon menyebabkan perubahan bentuk (deformasi)
inti dari bentuk seperti bola. Deformasi mampu bersifat lunak maupun permanen. Deformasi
lunak berarti bentuk inti berubah-ubah di sekitar bentuk bola, sedangkan deformasi permanen
berarti mengalami perubahan bentuk yang permanen (inti tidak lagi berbentuk seperti bola).
Terdapat 2 macam gerak kolektif inti, antara lain :
1. Rotasi, menyebabkan deformasi permanen
2. Getaran, menyebabkan deformasi lunak
Gerak kolektif rotasi dan getaran menghasilkan tingkat-tingkat keadaan. Inti dapat menjalani
transisi antar tingkat-tingkat keadaan berupa eksitasi atau peluruhan ke tingkat keadaan yang
lebih rendah.
Deformasi yang paling sederhana dari bentuk bola adalah deformasi elipsoidal
(deformasi yang menjadi bentuk elips atau lonjong). Terdapat 2 macam deformasi elipsoidal,
yaitu : Prolate dan Oblate.
Keterangan :
Sumbu rotasi
Nukleon tidak dapat dibedakan (indistinguishable), sehingga rotasi inti dapat diamati jika
sumbu rotasinya tegak lurus terhadap sumbu simetrinya.
Bentuk
Sesuai prinsip energi minimum, rotasi yang lambat dapat menyebabkan deformasi, baik ke
bentuk prolate maupun oblate, sedangkan rotasi yang cepat dapat menyebabkan deformasi ke
bentuk prolate saja.
2
=
2
Keterangan :
= Momentum Angular
= Momen Inersia
Untuk momentum angular tetap akan bernilai kecil apabila nilai besar. Nilai yang
besar diperoleh apabila bentuk inti prolate dan berotasi pada sumbu yang tegak lurus terhadap
sumbu simetri.
Spektrum eksitasi yang dihitung berdasarkan energi rotasi adalah sebagai berikut.
Klasik
2
= +
2
Kuantum
2 ( + 1)
= +
2
5. Model Vibrasional
Salah satu modus gerak kolektif nukleon di dalam inti adalah getaran/vibrasi. Menurut
model vibrasi, permukaan inti tidaklah diam (bergetar) seperti halnya selaput yang bergetar.
Model vibrasi ini memperhitungkan adanya gerak secara kolektif nukleon-nukleon di
permukaan inti. Getaran ini menyebabkan bentuk inti tidak tetap (berubah-ubah) secara
periodik di sekitar bentuk bola.
Modus getaran permukaan inti ditandai oleh suatu konstanta , contohnya :
Keterangan :
= 0 : Untuk modus getaran kembang kempis, yang tidak dipertimbangkan karena energinya
terlalu besar
1 : Untuk modus getaran translasi, yaitu pusat massa inti bergeser bolak balik. Modus ini
tidak dimasukkan karena yang diperhitungkan hanya pada getaran dengan pusat massa inti
yang diam.
Model inti vibrasi dapat menjelaskan giant dipole resonance pada reaksi (,n) pada
208
Pb ( datang ke target 208Pb, lalu neutron yang terhambur dideteksi). Giant dipole resonance
ditunjukkan sebagai sebuah peak besar pada distribusi penampang lintang total proses tersebut
pada energi yang datang.
Keterangan :
Proton bergetar terhadap neutron pada suatu frekuensi tertentu. Foton yang datang ke inti
berinteraksi elektromagnetik dengan proton, namun tidak dengan neutron. Apabila frekuensi
(energi) foton sesuai dengan frekuensi getar proton terhadap neutron, maka terjadilah
resonansi yang menyebabkan getaran proton semakin kuat. Kejadian ini ditandai dengan peak
pada penampang lintang total.
6. Model Nilson
Dari keberhasilan teori model kulit dalam meramalkan sifat-sifat sebagian intiinti bulat,
dan keberhasilan model kolektif dalam meramalkan adanya gerak-gerak rotasi pada sebagian
inti-inti yang sangat menyimpang dari bentuk bulat, maka S.G.Nilsson membuat modifikasi
pada teori model kulit sehingga model ini dapat diaplikasikan untuk inti-inti yang sangat
menyimpang dari bentuk yang bulat. Modifikasi terutama dilakukan dengan mengubah
potensial rata-rata yang dalam model kulit berbentuk simetri bola (sferis) dengan bentuk yang
tidak simetri bola, sehingga potensial yang tidak bulat ini terbukti sangat berperan dalam
meramalkan adanya gerak kolektif dari inti yang bersangkutan. Selanjutnya diketahui bahwa
gerak kolektif dapat berinteraksi dengan gerak partikel individu yang menimbulkan adanya
pita-pita energi yang tersusun di atas masing-masing energi partikel individunya.
Dalam hal itu terlihat bahwa memperhitungkan hanya salah satu dari dua modus gerak
nukleon, yaitu gerak independent dan gerak kolektif, tidak cukup untuk menjelaskan sifat inti.
Lalu orang berusaha menggabungkan kedua ide model independent dan model kolektif.
Berangkat dari model kulit (elemen model independent), lalu digunakan potensial yang
mengandung juga faktor deformasi inti (elemen model kolektif). Yang pertama melakukan
perhitungan berdasarkan ide ini yaitu Nilsson, yang menggunakan potensial:
7. Model Alfa
Model alfa termasuk model kulit (model independent). Pada model ini bukan nukleon
yang dilihat sebagai satuan partikel penyusun inti melainkan partikel . Jadi, nukleon-nukleon
di dalam inti dipilah-pilah dalam clustercuster, yang masing-masing cluster membentuk
partikel ( clustering). Model ini dapat bermanfaat untuk inti-inti ringan, seperti juga untuk
proses-proses seperti peluruhan .