Вы находитесь на странице: 1из 15

PENGERTIAN FARMAKOKINETIK

Farmakokinetik atau kinetika obat adalah nasib obat dalam tubuh atau efek tubuh terhadap
obat. Farmakokinetik mencakup 4 proses, yaitu proses absorpsi (A), distribusi (D),
metabolisme (M), dan ekskresi (E). Metabolisme atau biotransformasi dan ekskresi bentuk
utuh atau bentuk aktif merupakan proses eliminasi obat.

1. Absorpsi

Absorpsi merupakan proses masuknya obat dari tempat pemberian ke dalam darah.
Bergantung pada cara pemberiannya, tempat pemberian obat adalah saluran cerna (mulut
sampai rektum), kulit, paru, otot, dan lain-lain. Yang terpenting adalah cara pemberian obat
per oral, dengan cara ini tempat absorpsi utama adalah usus halus karena memiliki
permukaan absorpsi yang sangat luas, yakni 200 meter persegi (panjang 280 cm, diameter 4
cm, disertai dengan vili dan mikrovili ) (Gunawan, 2009).

Absorpsi obat meliputi proses obat dari saat dimasukkan ke dalam tubuh,
melalui jalurnya hingga masuk kedalam sirkulasi sistemik. Pada level seluler,
obat diabsorpsi melalui beberapa metode, terutama transport aktif dantransport pasif.

Gambar 1. 1 Proses Absorbsi Obat

1
Metode absorpsi

Transport pasif

Transport pasif tidak memerlukan energi, sebab hanya dengan proses difusi obat dapat
berpindah dari daerah dengan kadar konsentrasi tinggi ke daerah dengan konsentrasi rendah.
Transport aktif terjadi selama molekul-molekul kecil dapat berdifusi sepanjang membrane
dan berhenti bila konsentrasi pada kedua sisi membrane seimbang.

Transport Aktif

Transport aktif membutuhkan energy untuk menggerakkan obat dari daerah dengan
konsentrasi obat rendah ke daerah dengan konsentrasi obat tinggi

Kecepatan Absorpsi

Apabila pembatas antara obat aktif dan sirkulasi sitemik hanya sedikit sel. Absorpsi terjadi
cepat dan obat segera mencapai level pengobatan dalam tubuh.

Detik s/d menit: SL, IV, inhalasi


Lebih lambat: oral, IM, topical kulit, lapisan intestinal, otot
Lambat sekali, berjam-jam / berhari-hari: per rektal/ sustained frelease.

Faktor yang mempengaruhi penyerapan :


Aliran darah ke tempat absorpsi
Total luas permukaan yang tersedia sebagai tempat absorpsi
Waktu kontak permukaan absorpsi
Kecepatan Absorpsi

Diperlambat Oleh Nyeri Dan Stress

Nyeri dan stress mengurangi aliran darah, mengurangi pergerakan saluran cerna, retensi
gaster.

2
Makanan Tinggi Lemak

Makanan tinggi lemak dan padat akan menghambat pengosongan lambung dan
memperlambat waktu absorpsi obat

Faktor bentuk obat

Absorpsi dipengaruhi formulasi obat: tablet, kapsul, cairan, sustained release, dll)

Kombinasi dengan obat lain

Interaksi satu obat dengan obat lain dapat meningkatkan atau memperlambat tergantung jenis
obat

Obat yang diserap oleh usus halus ditransport ke hepar sebelum beredar ke seluruh tubuh.
Hepar memetabolisme banyak obat sebelum masuk ke sirkulasi. Hal ini yang disebut dengan
efek first-pass. Metabolisme hepar dapat menyebabkan obat menjadi inaktif sehingga
menurunkan jumlah obat yang sampai ke sirkulasi sistemik, jadi dosis obat yang diberikan
harus banyak.

2. Distribusi

Distribusi obat adalah proses obat dihantarkan dari sirkulasi sistemik ke jaringan dan cairan t
ubuh.

Distribusi obat yang telah diabsorpsi tergantung beberapa faktor:

Aliran darah

Setelah obat sampai ke aliran darah,


segera terdistribusi ke organ berdasarkan jumlah aliran darahnya. Organ
denganaliran darah terbesar adalah Jantung, Hepar, Ginjal. Sedangkan distribusi ke organ
lain seperti kulit, lemak dan ototlebih lambat

Permeabilitas kapiler

Tergantung pada struktur kapiler dan struktur obat

3
Ikatan protein

Obat yang beredar di seluruh tubuh dan berkontak dengan protein dapat terikat atau bebas.
Obat yang terikat protein tidak aktif dan tidak dapat bekerja. Hanya obat bebas yang dapat
memberikan efek. Obat dikatakan berikatan protein tinggi bila >80% obat terikat protein

3. Metabolisme

Metabolisme/biotransformasi obat adalah proses tubuh merubah komposisi obat sehingga


menjadi lebih larut air untuk dapat dibuang keluar tubuh.

Obat dapat dimetabolisme melalui beberapa cara:


o Menjadi metabolit inaktif kemudian diekskresikan;
o Menjadi metabolit aktif, memiliki kerja farmakologi tersendiri dfan bisa dimetabolisme
lanjutan.

Beberapa obat diberikan dalam bentuk tidak aktif kemudian setelah dimetabolisme baru
menjadi aktif (prodrugs).

Metabolisme obat terutama terjadi di hati, yakni di membran endoplasmic reticulum


(mikrosom) dan di cytosol. Tempat metabolisme yang lain (ekstrahepatik) adalah : dinding
usus, ginjal, paru, darah, otak, dan kulit, juga di lumen kolon (oleh flora usus).

Tujuan metabolisme obat adalah mengubah obat yang nonpolar (larut lemak) menjadi polar
(larut air) agar dapat diekskresi melalui ginjal atau empedu. Dengan perubahan ini obat aktif
umunya diubah menjadi inaktif, tapi sebagian berubah menjadi lebih aktif, kurang aktif, atau
menjadi toksik.

Faktor-faktor yang mempengaruhi metabolisme:


o Kondisi Khusus

Beberapa penyakit tertentu dapat mengurangi metabolisme, al. penyakit hepar seperti sirosis.

4
Pengaruh Gen

Perbedaan gen individual menyebabkan beberapa orang dapat memetabolisme obat dengan
cepat, sementara yang lain lambat.

Pengaruh Lingkungan

Lingkungan juga dapat mempengaruhi metabolisme, contohnya: Rokok, Keadaan stress,


Penyakit lama, Operasi, Cedera

Usia

Perubahan umur dapat mempengaruhi metabolisme, bayi vs dewasa vs orang tua.

4. Ekskresi

Ekskresi obat artinya eliminasi/pembuangan obat dari tubuh. Sebagian besar obat dibuang
dari tubuh oleh ginjal dan melalui urin. Obat jugadapat dibuang melalui paru-paru, eksokrin
(keringat, ludah, payudara), kulit dan taraktusintestinal.

Organ terpenting untuk ekskresi obat adalah ginjal. Obat diekskresi melalui ginjal dalam
bentuk utuh maupun bentuk metabolitnya. Ekskresi dalam bentuk utuh atau bentuk aktif
merupakan cara eliminasi obat melui ginjal. Ekskresi melalui ginjal melibatkan 3 proses,
yakni filtrasi glomerulus, sekresi aktif di tubulus. Fungsi ginjal mengalami kematangan pada
usia 6-12 bulan, dan setelah dewasa menurun 1% per tahun. Ekskresi obat yang kedua
penting adalah melalui empedu ke dalam usus dan keluar bersama feses. Ekskresi melalui
paru terutama untuk eliminasi gas anastetik umum (Gunawan, 2009).

Hal-hal lain terkait Farmakokinetik:


o Waktu Paruh

Waktu paruh adalah waktu yang dibutuhkan sehingga setengah dari obat dibuang dari tubuh.
Faktor yang mempengaruhi waktu paruh adalah absorpsi, metabolism dan ekskresi. Waktu
paruh penting diketahui untuk menetapkan berapa sering obat harus diberikan.

Onset, puncak, and durasi

5
Onset adalah Waktu dari saat obat diberikan hingga obat terasa kerjanya. Sangat tergantung
rute pemberian dan farmakokinetik obat

Puncak, Setelah tubuh menyerap semakin banyak obat maka konsentrasinya di dalam tubuh
semakin meningkat, Namun konsentrasi puncak~ puncak respon Durasi, Durasi kerja adalah
lama obat menghasilkan suatu efek terapi.

JENIS-JENIS FARMAKOKINETIK

AMFETAMIN

Amphetamine dapat memengaruhi otak (susunan saraf pusat). Ketika seseorang


menggunakan upper, zat tersebut akan merangsang sistem saraf pusat penggunanya.
Zat bekerja pada sistem neurotransmiter norepinefrin dan dopamin otak. Menggunakan
amfetamin dapat menyebabkan otak untuk menghasilkan tingkat dopamin yang lebih tinggi.
Jumlah dopamin yang berlebih di dalam otak akan menghasilkan perasaan euforia dan
kesenangan yang biasa dikenal sebagai high

GANJA

Zat psikoaktif utama yang terdapat pada ganja adalah delta-9-tetrahydrocannabinol, atau
THC. Saat ganja dihisap, maka dengan cepat THC akan masuk ke dalam paru-paru lalu ke
aliran darah. Oleh darah, THC lalu dialirkan ke otak dan mengalami penyerapan. Kecepatan
penyerapan THC akan lebih lambat jika ganja/marijuana tersebut ditelan bersama makanan
atau minuman.
Di dalam otak, THC akan berikatan dengan cannabinoid, sebuah reseptor yang terdapat
pada otak (CB1 dan CB2). THC kemudian mengaktifkan reseptor ini meskipun tidak
sesempurna seperti yang dilakukan endocannabinoid (zat kimia dalam tubuh yang
mengaktifkan cannabinoid). Akibat dari aktifasi cannanbinoid ini adalah seseorang dapat
mengatur suasana hati, tidur, dan nafsu makan pada jangka waktu tertentu. Dan ini lah yang
mendasari efek yang ditimbulkan oleh ganja.
Tingginya kadar cannabinoid reseptor pada otak dapat mempengaruhi mood, daya ingat,
kemampuan berpikir, konsentrasi, dan persepsi. Namun, penggunaan ganja jangka panjang
dapat menyebabkan overaktivitas sistem endocannabinoid yang dapat menyebabkan efek
negatif seperti terjadinya gangguan persepsi dan halusinasi, gangguan koordinasi, kesulitan

6
dalam berpikir dan memecahkan masalah, dan dapat mengganggu proses belajar dan daya
ingat

HEROIN

Dihasilkan dari pengolahan morfin secara kimiawi. Akan tetapi, reaksi yang ditimbulkan
heroin menjadi lebih kuat dari pada morfin itu sendiri, sehingga mengakibatkan zat ini sangat
mudah menembus ke otak

EKSTASI

Menurut pakar farmakologi amphetamin dan turunannya (termasuk ecstacy) merupakan


bahan neurotransmiter ( pengantar rangsang ) simpatik, yang merangsang organ jantung dan
otak.

Zat ini merangsang pengeluaran adrenalin dan nor adrenalin yang mengakibatkan kerja
jantung semakin keras, yang ditandai dengan rasa berdebar-debar, pembuluh darah menciut
dan tekanan darah naik.sedangkan di otak zat tersebut menyebabkan rasa "alert" (waspada,
curiga dan berjaga-jaga), sehingga orang yang meminumnya tidak terserang rasa mengantuk.

Adrenalin dan nor adrenalin merupakan hormon yang berfungsi mengubah glukosa
menjadi energi. hal inilah yang menyebabkan pemakai ecstacy selalu mempunyai energi
untuk beraktivitas tanpa kenal lelah. Padahal perubahan untuk membentuk energi itu sangat
berbahaya, karena tidak berlangsung alamiah, atau dipaksakan. setelah menelan pil ini, suhu
tubuh meningkat dan rasa panas menjalar ke seluruh tubuh. Bila sudah klimaks, atau sering
disebut dengan istilah on, sinar lampu menjadi begitu indah dan hentakan musik keras house
music menyebabkan tubuh serasa tersedot mengikuti gerak iramanya. Reaksi pil ini
umumnya berkisar tiga sampai lima jam, tergantung kualitasnya.

Para pakar farmakologi dan kedokteran di berbagai negara, menyebut pil ini bisa
menimbulkan kelumpuhan otak. Di AS disebutkan sudah puluhan orang meninggal setelah
menelan pil ini. Itu pula sebabnya pil ini diharamkan dibanyak negara. MDMA
(methylenedioxy-phenethylamine) merupakan unsur utama ecstacy yang berefek
menstimulasi otak. MDMA bukan tergolong obat, juga tak termasuk narkotika, tapi zat ini

7
termasuk sebagai salah satu zat psikotropik, digunakan untuk menimbulkan rasa senang.
MDMA berpengaruh neurotoksik khususnya terhadap sel-sel neuron dari otak.

DIAZEPAM PADA FARMAKOKINETIK

Diazepam adalah turunan dari benzodiazepine dengan rumus molekul 7-kloro-1,3-dihidro-1-


metil-5-fenil-2H-1,4-benzodiazepin-2-on. Merupakan senyawa Kristal tidak berwarna atau
agak kekuningan yang tidak larut dalam air. Secara umum , senyawa aktif benzodiazepine
dibagi kedalam empat kategori berdasarkan waktu paruh eliminasinya, yaitu :

1.Benzodiazepin ultra short-acting

2.Benzodiazepin short-acting, dengan waktu paruh kurang dari 6 jam. Termasuk


didalamnya triazolam, zolpidem dan zopiclone.

3.Benzodiazepin intermediate-acting, dengan waktu paruh 6 hingga 24 jam. Termasuk


didalamnya estazolam dan temazepam.

4.Benzodiazepin long-acting, dengan waktu paruh lebih dari 24 jam. Termasuk


didalamnya flurazepam, diazepam dan quazepam.

Dipasaran, diazepam tersedia dalam bentuk tablet, injeksi dan gel rectal, dalam
berbagai dosis sediaan. Beberapa nama dagang diazepam dipasaran yaitu Stesolid,
Valium, Validex dan Valisanbe, untuk sediaan tunggal dan Neurodial, Metaneuron
dan Danalgin, untuk sediaan kombinasi dengan metampiron dalam bentuk sediaan tablet.

MEKANISME KERJA

Bekerja pada sistem GABA, yaitu dengan memperkuat fungsi hambatan neuron
GABA. Reseptor Benzodiazepin dalam seluruh sistem saraf pusat, terdapat dengan kerapatan
yang tinggi terutama dalam korteks otak frontal dan oksipital, di hipokampus dan dalam otak
kecil. Pada reseptor ini, benzodiazepin akan bekerja sebagai agonis. Terdapat korelasi tinggi
antara aktivitas farmakologi berbagai benzodiazepin dengan afinitasnya pada tempat ikatan.
Dengan adanya interaksi benzodiazepin, afinitas GABA terhadap reseptornya akan
meningkat, dan dengan ini kerja GABA akan meningkat. Dengan aktifnya reseptor GABA,

8
saluran ion klorida akan terbuka sehingga ion klorida akan lebih banyak yang mengalir
masuk ke dalam sel. Meningkatnya jumlah ion klorida menyebabkan hiperpolarisasi sel
bersangkutan dan sebagai akibatnya, kemampuan sel untuk dirangsang berkurang.

PROFIL FARMAKOKINETIKA

t : Diazepam 20-40 jam, DMDZ 40-100 jam. Tergantung pada variasi subyek. t
meningkat pada mereka yang lanjut usia dan bayi neonatus serta penderita gangguan
liver. Perbedaan jenis kelamin juga harus dipertimbangkan.

Volume Distribusi : Diazepam dan DMDZ 0,3-0,5 mL/menit/Kg. Juga meningkat


pada mereka yang lanjut usia.

Waktu untuk mencapai plasma puncak : 0,5 2 jam.

Distribusi dalam Darah : Plasma (perbandingan dalam darah) Diazepam 1,8 dan
DMDZ 1,7.Ikatan Protein : Diazepam 98 99% dan DMDZ 97%.Didistribusi secara
luas. Menembus sawar darah otak. Menembus plasenta dan memasuki ASI.

Jalur metabolisme : Oksidasi

Dimetabolisme terutama oleh hati. Beberapa produk metabolismenya bersifat aktif


sebagai depresan SSP.

Metabolit klinis yang signifikan : Desmetildiazepam (DMDZ) , temazepam &


oksazepam.

PENGGUNAAN TERAPI

Indikasi

Diazepam digunakan untuk memperpendek mengatasi gejala yang timbul seperti gelisah
yang berlebihan, diazepam juga dapat diinginkan untuk gemeteran, kegilaan dan dapat
menyerang secara tiba-tiba. Halusinasi sebagai akibat mengkonsumsi alkohol. diazepam
juga dapat digunakan untuk kejang otot, kejang otot merupakan penyakit neurologi.

9
dizepam digunakan sebagai obat penenang dan dapat juga dikombinasikan dengan obat
lain.

Kontraindikasi

1.Hipersensitivitas
2.Sensitivitas silang dengan benzodiazepin lain
3.Pasien koma
4.Depresi SSP yang sudah ada sebelumnya
5.Nyeri berat tak terkendali
6.Glaukoma sudut sempit
7.Kehamilan atau laktasi
8.Diketahui intoleran terhadap alkohol atau glikol propilena (hanya injeksi)

EFEK SAMPING & PERHATIAN

Efek Samping

Sebagaimana obat, selain memiliki efek yang menguntungkan diazepam juga memiliki efek
samping yang perlu diperhatikan dengan seksama. Efek samping diazepam memiliki tiga
kategori efek samping, yaitu :

1.Efek samping yang sering terjadi, seperti : pusing, mengantuk


2.Efek samping yang jarang terjadi, seperti : Depresi, Impaired Cognition
3.Efek samping yang jarang sekali terjadi,seperti : reaksi alergi, amnesia, anemia,
angioedema, behavioral disorders, blood dyscrasias, blurred vision, kehilangan
keseimbangan, constipation, coordination changes, diarrhea, disease of liver, drug
dependence, dysuria, extrapyramidal disease, false Sense of well-being, fatigue, general
weakness, headache disorder, hypotension, Increased bronchial secretions, leukopenia, libido
changes, muscle spasm, muscle weakness, nausea, neutropenia disorder, polydipsia, pruritus
of skin, seizure disorder, sialorrhea, skin rash, sleep automatism, tachyarrhythmia,
trombositopenia, tremors, visual changes, vomiting, xerostomia.

10
Perhatian

Peringatan peringatan yang perlu diperhatikan bagi pengguna diazepam sebagai berikut :

1.Pada ibu hamil diazepam sangat tidak dianjurkan karena dapat sangat berpengaruh pada
janin. Kemampuan diazepam untuk melalui plasenta tergantung pada derajat relativitas
dari ikatan protein pada ibu dan janin. Hal ini juga berpengaruh pada tiap tingkatan
kehamilan dan konsentrasi asam lemak bebas plasenta pada ibu dan janin. Efek samping
yang dapat timbul pada bayi neonatus selama beberapa hari setelah kelahiran disebabkan
oleh enzim metabolism obat yang belum lengakp. Kompetisi antara diazepam dan
bilirubin pada sisi ikatan protein dapat menyebabkan hiperbilirubinemia pada bayi
neonatus.
2.Sebelum menggunakan diazepam harap kontrol pada dokter terlebih dahulu.
3.Jika berusia diatas 65 tahun dosis yang diberikan tidak boleh terlalu tinggi karena dapat
membahayakan jiwa pasien tersebut. Usia lanjut dapat mempengaruhi distribusi, eliminasi
dan klirens dari benzodiazepine.
4.Obat ini tidak diperbolehkan diminum pada saat membawa kendaraan karena obat ini
menyebabkan mengantuk.
5.Pada pasien yang merokok harus konsultasi pada dokter lebih dahulu sebelum
menggunakan diazepam, karena apabila digunakan secara bersamaan dapat menurunkan
efektifitas diazepam.
6.Jangan menggunakan diazepam apabila menderita glukoma narrowangle karena dapat
memperburuk penyakit
7.Katakan pada dokter jika memiliki alergi.
8.Hindarkan penggunaan pada pasien dengan depresi CNS atau koma, depresi pernafasan,
insufisiensi pulmonari akut,, miastenia gravis, dan sleep apnoea
9.Hati-hati penggunaan pada pasien dengan kelemahan otot serta penderita gangguan hati
atau ginjal, pasien lanjut usia dan lemah.
10.Diazepam tidak sesuai untuk pengobatan psikosis kronik atau obsesional states.

11
INTERAKSI OBAT

Obat-obat :

1.Alkohol, antidepresan, antihistamin dan analgesik opioid pemberian bersama


mengakibatkan depresi SSP tambahan.
2.Simetidin, kontrasepsi oral, disulfiram, fluoksetin, isoniazid, ketokonazol, metoprolol,
propoksifen, propranolol, atau asam valproat dapat menurunkan metabolisme
diazepam, memperkuat kerja diazepam.
3.Dapat menurunkan efisiensi levodopa.
4.Rifampicin atau barbiturat dapat meningkatkan metabolisme dan mengurangi efektifitas
diazepam.
5.Efek sedatifnya dapat menurun karena teofilin.
6.Ikatan plasma dari diazepam dan DMDZ akan direduksi dan konsentrasin obat yang
bebas akan meningkat, segera setelah pemberian heparin secara intravena.
7.Diazepam yang diberikan secara oral akan sangat cepat diabsorbsi stelah pamberian
metoclorpropamida secara intravena. Perubahan motilitas dari gastrointestinal juga
memberikan pengaruh terhadap proses absorbsi.
8.Benzodiazepin tidak digunakan bersamaan dengan intibitor protease-HIV, termasuk
alprazolam, clorazepate, diazepam, estazolam, flurazepam, dan triazolam.

RUTE & DOSIS PEMBERIAN


Antiansietas, Antikonvulsan.
1.PO (Dewasa) : 2-10 mg 2-4 kali sehari atau 15-30 mg bentuk lepas lambat sekali
sehari.
2.PO (anak-anak > 6 bulan) : 1-2,5 mg 3-4 kali sehari.
3.IM, IV (Dewasa) : 2-10 mg, dapat diulang dalam 3-4 jam bila perlu.
Pra-kardioversi

IV (Dewasa) : 5-15 mg 5-10 menit prakardioversi.

Pra-endoskopi
1.IV (Dewasa) : sampai 20 mg.
2.IM (Dewasa) : 5-10 mg 30 menit pra-endoskopi.
Status Epileptikus

12
1.IV (Dewasa) : 5-10 mg, dapat diulang tiap 10-15 menit total 30 mg, program
pengobatan ini dapat diulang kembali dalam 2-4 jam (rute IM biasanya digunakan
bila rute IV tidak tersedia).
2.IM, IV (Anak-anak > 5 tahun) : 1 mg tiap 2-5 menit total 10 mg, diulang tiap 2-4
jam.
3.IM, IV (Anak-anak 1 bulan 5 tahun) : 0,2-0,5 mg tiap 2-5 menit sampai
maksimum 5 mg, dapat diulang tiap 2-4 jam.
4.Rektal (Dewasa) : 0,15-0,5 mg/kg (sampai 20 mg/dosis).
5.Rektal (Geriatrik) : 0,2-0,3 mg/kg.
6.Rektal (Anak-anak) : 0,2-0,5 mg/kg.
Relaksasi Otot Skelet
1.PO (Dewasa) : 2-10 mg 3-4 kali sehari atau 15-30 mg bentuk lepas lambat satu kali
sehari. 2-2,5 mg 1-2 kali sehari diawal pada lansia atau pasien yang sangat lemah.
2.IM, IV (Dewasa) : 5-10 mg (2-5 mg pada pasien yang sangat lemah) dapat diulang
dalam 2-4 jam.
Putus Alkohol
1.PO (Dewasa) : 10 mg 3-4 kali pada 24 jam pertama, diturunkan sampai 5 mg 3-4
kali sehari.
2.IM, IV (Dewasa) : 10 mg di awal, keudian 5-10 mg dalam 3-4 jam sesuai keperluan.

OVER DOSIS

Keracunan benzodiazepin dapat menyebabkan lemahnya kesadaran secara cepat. Koma yang
mendalam atau manifestasi lain depresi beratpada fungsi batang otak yang terganggu, pada
keadaan ini pasien seperti tidur dan dapat sadar sesaat dengan rangsangan yang cepat. Pada
keadaan ini biasanya disertai sedikit atau tanpa depresi pernapasan, curah dan irama jantung
tetap normal pada saat anoxia atau hipertensi berat. Toleransi benzodiazepin terjadi dengan
cepat, keadaan sering kembali pada saat konsentrasi obat dalam darah tinggi kemudian dapat
diikuti dengan terjadinya koma. Pada overdosis akut selama pemulihannya dapat terjadi
ansietas dan insomnia, yang dapat berkembang menjadi withdrawal syndrome (gangguan
mental akibat penghentian penggunaan zat psikoaktif), dapat pula diikuti dengan kejang yang
hebat, ini dapat terjadi pada pasien yang sebelumnya menjadi pemakai kronik.

13
Sejak tahun 1980-1989, 1576 keracunan fatal di Inggris dihubungkan dengan penggunaan
benzodiazepin. 891 kasus dihubungkan dengan over dosis benzodiazepin sendiri dan 591
kasus lainnya over dosis terjadi karena dikombinasikan dengan alkohol. Perbandingan tingkat
kematian dengan data penulisan resep pada periode yang sama, untuk menghitung indeks
kematian karena keracunan per sejuta resep, pada individu yang overdosis benzodiazepin
memberikan kesan keracunan yang relatif berbeda. sStudi terakhir dari 303 kasus keracunan
benzodiazepin didukung oleh perbedaan penemuan dalam menilai keracunan akibat overdosis
benzodiazepin yang relatif aman.

Pada over dosis benzodiazepine, penanganan secara umum dengan monitoring pernaafasan dan
tekanan darah. Reaksi muntah diinduksi (selama 1 jam) bila pasien tetap sadar.
Mempertahankan keluar masuknya udara adalah hal yang penting apabila pasien dalam
keadaan tidak sadar. Tidak ada keuntungan khusus dengan pengosongan lambung, pemberian
arang aktif (carbo adsorben) untuk mereduksi absorbsi. Flumazenil, merupakanantagonis
spesifik reseptor benzodiazepine, diindikasikan untuk penanganan parsial atau menyeluruh
pada efek sedative benzodiazepine dan digunakan pada keadaan over dosis benzodiazepine.

TOKSISITAS

Efek toksis dapat terjadi bila konsentrasi dalam darah lebih besar dari 1,5 mg/L;
kondisi fatal yang disebabkan oleh penggunaan tunggal diazepam jarang ditemukan, tetapi
dapat terjadi bila konsentrasi dalam darah lebih besar dari 5 mg/L.

LD50 oral dari diazepam adalah 720 mg/Kg pada mencit dan 1240 mg/Kg pada tikus.
Pemberian intraperitoneal pada dosis 400 mg/Kg menyebabkan kematian pada hari keenam
setelah pemberian pada hewan coba, monyet.

14
Daftar Pustaka

Alfred Goodman Gilman, 2006, Goodman & Gilmans The Pharmacological Basis of
Therapeutics 11th Edition (electronic Version), Mc-Graw Hill Medical Publishing Division,
New York.

Barbara G. Wells, et.all., 2006, Pharmacotherapy Handbook 6th Edition (Electronic Version),
Mc Graw-Hill Book Company, New York.

Ernst Mutschler, 1986, Dinamika Obat ; Farmakologi dan Toksikologi (terjemahan), ITB,
Bandung.

Gunawan, Gan Sulistia. 2009. Farmakologi dan Terapi edisi 5. Jakarta: Departemen
Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Laurent C. Galichet, 2005, Clarkes Analysis of Drugs and Poisons 3rd Edition (Electronic
Version), Pharmaceutical Press, London.

Sean C. Sweetman, et.all., 2007, Martindale : The Complete Drugs Reference 35th Edition
(Electronic Version), Pharmaceutical Press, London.

15

Вам также может понравиться