Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
ILUSTRASI KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. S
Umur : 57 Tahun
Alamat : Kampar
Pekerjaan : PNS
Agama : Islam
Status Perkawinan : Menikah
Tanggal Konsultasi : 15 Agustus 2017
B. ANAMNESIS : Alloanamnesis/autoanamnesis
I. Keluhan Utama:
Kedua kaki terasa kaku sejak 7 bulan yang lalu.
II. Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang ke poliklinik saraf RSUD Bangkinang dengan
keluhan kedua kaki terasa kaku sejak 7 bulan yang lalu. Awalnya kaku
dirasakan perlahan-lahan dimana pasien merasa kaki sulit digerakkan
namun pasien masih dapat berjalan namun sedikit lambat. Pasien juga
mengeluhkan tangan dan kaki bergetar. Keluhan diraskan hilang timbul,
sehingga pasien sering mengabaikannya. Bergetar terutama saat pasien
istirahat atau tidak melakukan apa-apa. Pasien mengurangi keluhan
dengan cara menggerakkan tangan dan kaki serta melakukan aktivitas
seperti berjalan.
3 bulan ini, keluhan dirasakan semakin berat. Kaku dirasakan
semakin berat sehingga pasien tidak bisa melakukan ativitas tanpa
bantuan orang lain. Pasien berdiri dan berjalan membutuhkan bantuan
orang lain dan menggunakan tongkat untuk berjalan. Pasien juga berjalan
sangat sulit dan lambat, tidak dapat melangkah dan harus menyeret
kakinya untuk berjalan dengan langkah cepat namun dengan jarak yang
pendek. Tangan dan kaki bergetar pun semakin sering timbul, terutama
46
ketika setelah pasien berjalan. Pasien merasa setelah berjalan sekitar 2
meter, kemudian beristirahat tangan dan kakinya bergetar sendiri. Pasien
sudah melakukan fisioterapi 1 bulan yang lalu sebanyak 8 kali, keluhan
bergetar dirasakan berkurang, namun kaki masih terasa kaku.
Pasien juga mengeluhkan nyeri kepala berdenyut dan tengkuk
terasa tegang 1 minggu belakangan ini. Pasien juga sering merasa mudah
lupa dengan tindakan dan aktivitas yang dilakukannya. Tidak ada
demam, mual maupun muntah. BAB dan BAK lancar, namun terkadang
pasien tidak dapat menahan keluarnya air kencing ketika ingin BAK.
Nafsu makan pasien menurun.
III. Riwayat Penyakit Dahulu:
- 1 tahun yang lalu pasien sering merasa keluhan bergetar ringan pada
kaki dan tangannya. Bergetar tidak menentu dan hilang-timbul,
sehingga pasien sering mengabaikannya. Sehari dapat timbul lebih
dari 3 kali. Bergetar terutama saat pasien istirahat dan tidak
melakukan apa-apa. Keluhan dirasakan berkurang ketika pasien
menggerakkan tangan dan kakinya.
- Pasien tidak pernah merasakan keluhan seperti ini sebelumnya.
- Pasien mempunyai riwayat hipertensi sejak 8 tahun yang lalu. Pasien
tidak minum obat secara teratur.
- Riwayat minum obat dalam jangka waktu lama disangkal.
- Riwayat stroke atau trauma kepala disangkal
- Riwayat infeksi pada otak disangkal
- Riwayat DM (-), jantung (-), asma (-), ginjal (-)
47
- Kebiasaan : Pasien jarang berolahraga, merokok sejak SMA,
namun sejak sakit pasien berhenti merokok.
- Pola tidur : Tidak terdapat gangguan tidur
C. PEMERIKSAAN FISIK
I. Umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : E4V5M6, Komposmentis
Tinggi badan : 150 cm
Berat badan : 60 kg
Rambut : Beruban, tidak mudah dicabut
Tanda Vital
- Frekuensi nadi : 88 x/menit
- Pernafasan : 20 x/menit
- Tekanan darah : 200/110 mmHg
- Suhu : 36,6oC
Kelenjar Getah Bening
- Leher : Tidak ada pembesaran
- Aksila : Tidak ada pembesaran
- Inguinal : Tidak ada pembesaran
Thoraks
a. Paru-paru
Inspeksi : Gerakan dinding dada simetris, bentuk dada normal.
Palpasi : Gerak dinding dada simetris
Perkusi : tidak dilakukan.
Auskultasi : vesikuler +/+, Ronkhi -/-, wheezing -/-
b. Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat.
Palpasi : Ictus cordis teraba di linea midclavicularis sinistra.
Perkusi :
- Batas jantung kanan: SIC IV linea parasternalis dekstra.
48
- Batas jantung kiri : SIC V 1 jari lateral linea midclavicula
sinistra.
Auskultasi : Bunyi jantung I & II reguler, gallop (-), Murmur (-)
Abdomen
Inspeksi : Bentuk perut datar, distensi (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal.
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), tidak ada pembesaran hepar dan
lien
Perkusi : Timpani
Korpus Vertebra
Inspeksi : Tidak tampak kelainan
palpasi : Tidak teraba kelainan
49
N.II (N. Optikus)
Penglihatan Kanan Kiri
Tajam penglihatan Normal Normal
Lapang pandang Normal Normal
Melihat warna Normal Normal
Funduskopi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
N. IV (N. Trochlearis)
Kanan Kiri
Gerakan mata ke Normal Normal
bawah
Sikap bulbus Normal Normal
Diplopia Tidak ada Tidak ada
N. V (N. Trigeminus)
Kanan Kiri
Motorik :
Membuka mulut Normal Normal
Menggerakkan Normal Normal
rahang Normal Normal
50
Menggigit Normal Normal
Mengunyah
Sensorik :
Divisi Optalmika
Refleks kornea Normal Normal
Sensibilitas Normal Normal
Divisi Maksila
Refleks Normal Normal
masseter
Sensibilitas Tidak dinilai Tidak dinilai
Divisi Mandibula
Tidak dinilai Tidak dinilai
Sensibilitas
N. VI (N. Abduscen)
Kanan Kiri
Gerakan mata lateral Normal Normal
Sikap bulbus Normal Normal
Diplopia Tidak ada Tidak ada
Kanan Kiri
Suara berbisik Normal Normal
Detik arloji Normal Normal
51
Rinne test Tidak dinilai Tidak dinilai
Webber test Tidak dinilai Tidak dinilai
Scwabach test : Tidak dinilai Tidak dinilai
Memanjang Tidak dinilai Tidak dinilai
Memendek Tidak dinilai Tidak dinilai
Nistagmus :
Pendular Tidak ada Tidak ada
Vertikal Tidak ada Tidak ada
Siklikal Tidak ada Tidak ada
Hiperakusis Tidak ada tidak ada
N. IX (N. Glossopharingeus)
Kanan Kiri
Sensasi lidah 1/3 Tidak dinilai Tidak dinilai
belakang
Refleks muntah/Gag Tidak dinilai Tidak dinilai
reflek
N. X (N. Vagus)
Kanan Kiri
Arkus faring Normal Normal
N. XI (N. Assesorius)
Kanan Kiri
Menoleh ke kanan Normal Normal
Menoleh ke kiri Normal Normal
Mengangkat bahu ke Normal Normal
kanan
Mengangkat bahu ke Normal Normal
kiri
52
N. XII (N. Hipoglossus)
Kanan Kiri
Kedudukan lidah di Normal Normal
dalam
Kedudukan lidah Normal Normal
dijulurkan
Tremor Ada Ada
Fasikulasi Tidak ada Tidak ada
Atrofi Tidak ada Tidak ada
53
F. Pemeriksaan Sensibilitas
S Sensibilitas taktil Normal
S Sensibilitas nyeri Normal
S Sensibilitas termis Normal
S Sensibilitas kortikal Normal
S Stereognosis Normal
P Pengenalan 2 titik Normal
P Pengenalan rabaan Normal
G. Sistem Refleks
1. Fisiologis Kanan Kiri
K Kornea Normal Normal
B Berbangkis Tidak dinilai Tidak dinilai
L Laring Tidak dinilai Tidak dinilai
Maseter Normal Normal
D Dinding perut
Atas Normal Normal
Bawah Normal Normal
Tengah Normal Normal
Biseps Normal Normal
Triseps Normal Normal
APR Normal Normal
KPR Normal Normal
Bulbokavernosus Tidak dinilai Tidak dinilai
Kremaster Tidak dinilai
Sfingter Tidak dinilai
54
3. Fungsi Otonom
Miksi : Inkontinensia urin
Defekasi : Normal
Sekresi keringat : Normal
4. Fungsi Luhur
Kesadaran Tanda Demensia
Reaksi Respon Reflek glabella Ada
bicara lambat
Fungsi Menurun Reflek snout Tidak ada
intelek
Reaksi emosi Normal Reflek menghisap Tidak ada
Reflek memegang Tidak ada
Refleks Tidak ada
palmomental
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Rencana pemeriksaan tambahan :
Laboratorium : Tidak ada
Radiologi : Tidak ada
MASALAH
Kaki kaku
Tangan dan kaki bergetar
Jalan sangat lambat
Sakit kepala
Sering lupa
DIAGNOSIS
Diagnosis Klinis : Parkinson disease
Diagnosis Topik : Substansia nigra pars compacta (ganglia basalis)
Diagnosis Etiologi : Parkinson idiopatik
Diagnosis Sekunder : Hipertensi
55
TATALAKSANA
Nonfarmakologi
- Edukasi
- Fisioterapi
Farmakologi
- Tryhexyphenidil 2 mg 3x1
- Sifrol 0,375 mg 1x1
- Aspilet 50 mg 1x1
- Amlodipine 10 mg 1x1
- Levazide 3x1
- Valesco 160 mg 1x1
56
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada pasien ini penegakkan diagnosis melalui anamnesis dan pemeriksaan
fisik. Pada anamnesis ditemukan tanda kardinal berupa kaku kedua kaki saat
berjalan, kaki dan tangan tremor terutama saat istirahat, berjalan sulit dan lambat,
berjalan dengan kaki menyeret, langkah cepat namun dengan jarak yang pendek-
pendek yang secara klinis merupakan tanda kardinal penyakit parkinson.
Pemeriksaan fisik didapat resting tremor (+), rigiditas (+), bradikinesia (+),
ketidakseimbangan postural, dan juga terdapat gangguan kesimbangan dan
koordinasi dengan ditemukannya cara berjalan pasien sangat lambat,
membungkuk dan membutuhkan bantuan orang lain. Pasien juga tidak dapat
melakukan Romberg test, stepping test, tandem walking, dan pull test karena
setelah berdiri sebentar, pasien tidak dapat menjaga keseimbangannya dan duduk
kembali. Pada pemeriksaan koordinasi ditemukan tes jari-hidung lambat, tes jari-
jari lambat, supinasi-pronasi (+), disgrafia (+), dan mayerson sign (+).
Menurut kriteria NINDS pasien masuk ke dalam diagnosis possible karena
terdapat 4 dari gejala kelompok A dan tidak terdapat gejala dari kelompok B, serta
keluhan pasien kurang dari 3 tahun. Menurut kriteria Hoehn dan Yahr berat
penyakit dikategorikan dalam stadium empat dimana gejala dan tanda terdapat
tremor dan rigidtas pada kedua sisi, gerakan tubuh nyata sangat melambat,
mengganggu aktivitas, tidak mampu berdiri sendiri, berjalan hanya untuk jarak
tertentu. Penyebab dari parkinson sindrom pada pasien kemungkinan adalah
idiopatik, diduga ada faktor genetik dan faktor lingkungan yang mempengaruhi.
Pemberian obat pada Tn. S berupa Hexymer (Tryhexyphenidyl) 3x1
merupakan antikolinegik yang berkerja dengan menghambat pelepasan asetilkolin
endogen dan eksogen sehingga kadar dopamine dan asetilkolin seimbang yang di
indikasikan pada gangguan ekstrapiramidal dan parkinson untuk mengurangi
keluhan tremor pada pasien.. Pada pasien juga diberikan sifrol yang mengandung
pramipexole dihidroklorida yang merupakan agonis dopamine yang bekerja
dengan merangsang reseptor dopamine dan juga berperan untuk mengurangi efek
samping levodopa yaitu dyskinesia dan fenomena on/off. Levazide merupakan
57
golongan levodopa dan benserazide (dopa dekarboksilase inhibitor) yang bekerja
untuk mengendalikan kadar dopamine pada substansia nigra yang diberikan untuk
mengurangi tremor, kekakuan otot, dan memperbaiki gerakan serta pemberian
benserazide bertujuan untuk meningkatkan efektivitas dan mengurangi efek
samping dari levodopa. Aspilet adalah obat golongan NSAID yang merupakan
obat antitrombotik yang berfungsi untuk mengurangi resiko serangan jantung dan
penyakit kardiovaskuler pada pasien dengan hipertensi. Pada pasien didapatkan
tekanan darah 200/110 mmHg yang termasuk hipertensi stage II sehingga
diperlukan pemberian 2 jenis obat anti hipertensi, dan pada pasien diberikan
Amlodipine yang merupakan obat antihipertensi golongan CCB (Calcium channel
Blocker), dan valesco yang merupakan obat antihipertensi golongan antagonis
angiotensin II yang berfungsi untuk menurunkan tekanan darah pada pasien.
Berdasarkan penelitian Prof Hiroaki Matsubara dari Kyoto Perfectual University
of Medicine terhadap 3.042 pasien hipertensi penggunanaan kombinasi antagonis
angiotensin II dan CCB dapat menurunkan resiko stroke hingga 45% dan angina
pectoris hingga 49%. Pada pasien juga dilakukan fisioterapi untuk meningkatkan
kualitas hidup dan menghambat bertambah beratnya gejala penyakit dan
mengatasi masalah abnormalitas gerakan, kecenderungan postur tubuh yang salah,
dan sebagainya.
58
BAB V
KESIMPULAN
59
DAFTAR PUSTAKA
60