Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
ATEROSKLEROSIS
Disusun Oleh :
NAMA : APRILIA NURUL KHOTIMAH
KELAS : II ( DUA ) C
NIM : 201502082
PRODI : S1 KEPERAWATAN
A. Definisi Aterosklerosis
Aterosklerosis ( Atherosclerosis ) merupakan istilah umum untuk beberapa
penyakit, dimana dinding arteri menjadi lebih tebal dan kurang lentur.
Penyakit yang paling penting dan paling sering ditemukan adalah Aterosklerosis ,
dimana bahan lemak terkumpul dibawah lapisan sebelah dalam dari dinding arteri.
Sehingga Aterosklerosis merupakan proses penimbunan lemak , kalsium , komponen
darah , karbohidrat , dan jaringan fibrosa pada Tunika Intima Arteri . Penimbunan
tersebut dikenal sebagai ateroma atau Plak .
Aterosklerosis bisa terjadi pada arteri di otak, jantung, ginjal, organ vital
lainnya dan lenganserta tungkai. Jika aterosklerosis terjadi di dalam arteri yang menuju
ke otak (arteri karotid), maka bisa terjadi stroke. Jika terjadi di dalam arteri yang menuju
ke jantung (arterikoroner), bisa terjadi serangan jantung.
Penyakit arteri koroner ditandai dengan adanya endapan lemak yang
berkumpul di dalam di dalam sel yang melapisi dinding suatu arteri koroner dan
menyumbat aliran darah. Endapan lemak (ateroma atau plak) terbentuk secara bertahap
dan tersebar dipercabangan besar dari kedua arteri koroner utama, yang mengelilingi
jantung dan menyediakan darah bagi jantung. Proses pembentukan ateroma disebut
aterosklerosis. Ateroma bisa menonjol kedalam arteri dan menyebabkan arteri menjadi
sempit.
Jika ateroma terus membesar, bagian dari ateroma bisa pecah dan masuk ke
dalam aliran darah atau bisa terbentuk bekuan darah di dalam permukaan ateroma
tersebut. Supaya bisa berkontraksi dan memompa darah secara normal, otot jantung
(miokardium) memerlukan pasokan darah yang kaya akan oksigen dari arteri koroner.
Jika penyumbatan arteri semakin memburuk, bisa terjadi iskemi (berkurangnya pasokan
darah) pada otot jantung, menyebabkan kerusakan jantung. Penyebab utama dari iskemi
miokardial adalah penyakit arteri koroner. Komplikasi utama dari penyakit arteri koroner
adalah angina dan serangan jantung ( infark miokardial ).
B. Etiologi
Aterosklerosis bermula ketika sel darah putih yang disebut monosit, pindah
dari aliran darah ke dalam dinding arteri dan diubah menjadi sel-sel yang mengumpulkan
bahan-bahan lemak.Pada saatnya, monosit yang terisi lemak ini akan terkumpul,
menyebabkan bercak penebalan di lapisan dalam arteri.
Setiap daerah penebalan ( yang disebut plak aterosklerotik atau ateroma ) yang
terisi dengan bahan lembut seperti keju, mengandung sejumlah bahan lemak, terutama
kolesterol, sel-sel otot polos dan sel-sel jaringan ikat. Ateroma bisa tersebar di dalam
arteri sedang dan arteri besar, tetapi biasanya mereka terbentuk di daerah percabangan,
mungkin karena turbulensi di daerah ini menyebabkan cedera pada dinding arteri,
sehingga disini lebih mudah terbentuk ateroma.
Arteri yang terkena aterosklerosis akan kehilangan kelenturannya dan karena
ateroma terus tumbuh, maka arteri akan menyempit. Lama-lama ateroma mengumpulkan
endapan kalsium, sehingga menjadi rapuh dan bisa pecah.Darah bisa masuk ke dalam
ateroma yang pecah, sehingga ateroma menjadi lebih besar dan lebih mempersempit
arteri.
Ateroma yang pecah juga bisa menumpahkan kandungan lemaknya dan
memicu pembentukan bekuan darah (trombus). Selanjutnya bekuan ini akan
mempersempit bahkan menyumbat arteri, atau bekuan akan terlepas dan mengalir
bersama aliran darah dan menyebabkan sumbatan di tempat lain (emboli). Resiko
terjadinya aterosklerosis meningkat pada:
1. Tekanan darah tinggi
2. Kadar kolesterol tinggi
3. Merokok
4. Diabetes ( kencing manis )
5. Kegemukan ( obesitas )
6. Malas berolah raga
7. Usia lanjut
Pria memiliki resiko lebih tinggi daripada wanita. Penderita penyakit
keturunan homosistinuria memiliki ateroma yang meluas, terutama pada usia muda.
Penyakit ini mengenai banyak arteri tetapi tidak selalu mengenai arteri koroner (arteri
yang menuju ke jantung).
Sebaliknya, pada penyakit keturunan hiperkolesterolemia familial , kadar
kolesterol yang sangat tinggi menyebabkan terbentuknya ateroma yang lebih banyak di
dalam arteri koroner dibandingkan arteri lainya .
C. Patofisiologi
Sistem kardiovaskuler bekerja secara terus menerus dan pada kebanyakan
kasus, secara efisien. Tapi masalah dapat muncul ketika aliran darah berkurang atau
tersumbat. Bila pembuluh darah ke jantung tersumbat total, jantung tidak mendapat
oksigen secara cukup dan suatu serangan jantung dapat terjadi. Hal ini dapat berakibat
fatal, dan pada kenyataanya, menghasilkan jumlah jutaan kematian setiap tahun,
membuat penyakit kardiovaskuler adalah penyebab utama kematian di Amerika Serikat.
Penyakit jantung dapat bersiklus fatal, karena pembuluh terbatas, tidak hanya dapat
merusak jantung, tapi juga membuatnya bekerja lebih keras untuk memompa darah
melalui sistem sirkulasi. Lagi pula, kerusakan jantung menjadikan jantung kurang efisien
dan harus bekerja walaupun dengan keras untuk tetap melanjutkan suplai oksigen ke
seluruh tubuh. Dari waktu ke waktu, penyakit jantung memimpin masalah utama
penglibatan jantung, paru-paru, ginjal, dan segera keseluruhan sistem, sebab setiap organ
dalam tubuh mempercayakan kecukupan oksigen dan nutrisinya pada jantung. Secara
khusus, sumbatan yang menyebabkan masalah dibentuk oleh suatu pertumbuhan lekatan
yang dikenal sebagai plak aterosklerotik.
Aterosklerosis merupakan suatu proses yang kompleks. Secara tepat
bagaimana aterosklerosis dimulai atau apa penyebabnya tidaklah diketahui, tetapi
beberapa teori telah dikemukakan.
Kebanyakan peneliti berpendapat aterosklerosis dimulai karena lapisan pasling
dalam arteri, endotel, menjadi rusak. Sepanjang waktu, lemak kolesterol, fibrin, platelet,
dampah seluler dan kalsium terdeposit pada dinding arteri. Timbul berbagai pendapat
yang saling berlwanan sehubungan dengan aterosklerosis pembuluh koroner. Namun
perubahan patologis yang terjadi pada pembuluh yang mengalami kerusakan dapat
diringkaskan sebagai berikut:
1. Dalam tunika intima timbul endappan lemak dalam jumlah kecil uang tampak
bagaikan garis lemak .
2. Penimbunan lemak, terutama betalipoprotein yang mengandung banyak kolesterol
pada tunika intima dan tunika media bagian dalam .
3. Lesi yng diliputi oleh jaringan fibrosa menimbulkan plak fibrosis .
4. Timbul ateroma atau kompleks plak aterosklerotik yang teridiri dari lemak, jaringan
fibrosa, kolagen, kalsium, debris seluler dan kapiler .
5. Perubahan degeneratif dinding arteria.
Meskipun penyempitan lumen berlangsung progresif dan kemampuan vaskular
untuk memberikan respon juga berkurang, manifestasi klinis penyakit belum nampak
sampa proses aterogenik sudah mencapai tingkat lanjut. Fase preklinis ini dapat
berlangsung 20-40 tahun. Lesi yang bermakna secara klinis, yang dapat mengakibatkan
iskemia dan disfungsi miokardium biasanya menyumbat lebih dari 75% lumen pembuluh
darah. Banyak penelitian yang logis dan konklusif baru-baru ini menunjukan bahwa
kerusakan radikal bebas terhadap dinding arteri memulai suatu urutan perbaikan alami
yang mengakibatkan penebalan tersebut dan pengendapan zat kapur deposit dan
kolesterol. Sel endotel pembuluh darah mampu melepaskan endhotelial derived relaxing
factor (EDRF) yang menyebabkan relaksasi pembuluh darah, dan endhotelial derived
constricting factor (EDCF) yang menyebabkan kontraksi pembuluh darah. Pada keadaan
normal, pelepasan ADRF terutama diatur oleh asetilkolin melalui perangsangan reseptor
muskarinik yang mungkin terletak di sel endotel. Berbagai substansi lain seperti trombin,
adenosine difosfat (ADP), adrenalin, serotonin, vasopressin, histamine dan noradrenalin
juga mampu merangsang pelepasan EDRF, selain memiliki efek tersendiri terhadap
pembuluh darah. Pada keadaan patologis seperti adanya lesi aterosklerosis, maka
serotonin, ADP dan asetil kolin justru merangsang pelepasan EDCF. Hipoksia akibat
aterosklerotik pembuluh darah juga merangsang pelepasan EDCF. Langkah akhir proses
patologis menimbulkan gangguan klinis dapat teradi dengan cara berikut:
1. Penyempitan lumen progresif akibat pembesaran plaque.
2. Perdarahan pada plak ateroma.
3. Pembentukan thrombus yang diawali agregasi trombosit.
4. Embolisasi trhombus atau fragmen plak.
5. Spasme arteria koronaria.
Aterosklerosis dimulai dengan adanya kerusakan endotel, adapun
penyebabnya antara lain:
1. Peningkatan kadar kolesterol dan trigliserida dalam darah
2. Tekanan darah yang tinggi.
3. Tembakau
4. Diabetes
Dikarenakan kerusakan pada endothelium, lemak, kolesterol, platelet, sampah
produk selular, kalsium dan berbagai substansi lainya terdeposit pada dinding pembuluh
darah. Hal itu dapat menstimulasi sel dinding arteri untuk memproduksi substansi lainya
yang menghasilkan pembentukanya dari sel.
D. Tanda dan Gejala
Sebelum terjadinya penyempitan arteri atau penyumbatan mendadak,
aterosklerosis biasanya tidak menimbulkan gejala. Gejalanya tergantung dari lokasi
terbentuknya, sehinggabisaberupagejalajantung, otak, tungkai atau tempat lainnya. Jika
aterosklerosis menyebabkan penyempitan arteri yang sangat berat, maka bagian tubuh
yang diperdarahinya tidak akan mendapatkan darah dalam jumlah yang memadai, yang
mengangkut oksigen ke jaringan.
Gejala awal dari penyempitan arteri bisa berupa nyeri atau kram yang terjadi
pada saat aliran darah tidak dapat mencukupi kebutuhan akan oksigen. Contohnya,
selama berolah raga, seseorang dapat merasakan nyeri dada (angina) karena aliran
oksigen ke jantung berkurang; atau ketika berjalan, seseorang merasakan kram di
tungkainya (klaudikasio interminten) karena aliran oksigen ke tungkai berkurang. Yang
khas adalah bahwa gejala-gejala tersebut timbul secara perlahan, sejalan dengan
terjadinya penyempitan arteri oleh ateroma yang juga berlangsung secara perlahan.
Tetapi jika penyumbatan terjadi secara tiba-tiba (misalnya jika sebuah bekuan
menyumbat arteri),maka gejalanya akan timbul secara mendadak.
E. Pengobatan
Bisa diberikan obat-obatan untuk menurunkan kadar lemak dan kolesterol
dalam darah (contohnya kolestiramin, kolestipol, asam nikotinat, gemfibrozil, probukol,
lovastatin). Aspirin, ticlopidine dan clopidogrel atau anti-koagulan bisa diberikan untuk
mengurangi resiko terbentuknya bekuan darah. Angioplasti balon dilakukan untuk
meratakan plak dan meningkatkan aliran darah yang melalui endapan lemak.
Enarterektomi merupakan suatu pembedahan untuk mengangkat endapan.
Pembedahan bypass merupakan prosedur yang sangat invasif, dimana arteri atau vena
yang normal dari penderita digunakan untuk membuat jembatan guna menghindari arteri
yang tersumbat.
F. Pencegahan
Untuk membantu mencegah aterosklerosis yang harus dihilangkan adalah
faktor-faktor resikonya. Jadi tergantung kepada faktor resiko yang dimilikinya, seseorang
hendaknya:
1. Menurunkan kadar kolesterol darah
2. Menurunkan tekanan darah
3. Berhenti merokok
4. Menurunkan berat badan
5. Berolah raga secara teratur.
Pada orang-orang yang sebelumnya telah memiliki resiko tinggi untuk
menderita penyakit jantung, merokok sangatlah berbahaya karena:
1. Merokok bisa mengurangi kadar kolesterol baik (kolesterol HDL) dan meningkatkan
kadar kolesterol jahat (kolesterol LDL)
2. Merokok menyebabkan bertambahnya kadar karbon monoksida di dalam darah,
sehingga meningkatkan resiko terjadinya cedera pada lapisan dinding arteri
3. Merokok akan mempersempit arteri yang sebelumnya telah menyempit karena
aterosklerosis, sehingga mengurangi jumlah darah yang sampai ke jaringan
4. Merokok meningkatkan kecenderungan darah untuk membentuk bekuan, sehingga
meningkatkan resiko terjadinya penyakit arteri perifer, penyakit arteri koroner,
stroke dan penyumbatan suatu arteri cangkokan setelah pembedahan.
Resiko seorang perokok untuk menderita penyakit arteri koroner secara
langsung berhubungan dengan jumlah rokok yang dihisap setiap harinya. Orang yang
berhenti merokok hanya memiliki resiko separuh dari orang yang terus merokok, tanpa
menghiraukan berapa lama mereka sudah merokok sebelumnya.
Berhenti merokok juga mengurangi resiko kematian setelah pembedahan
bypass arteri koroner atau setelah serangan jantung. Selain itu, berhenti merokok juga
mengurangi penyakit dan resiko kematian pada seseorang yang memiliki aterosklerosis
pada arteri selain arteri yang menuju ke jantung dan otak.
G. Pemeriksaan Diagnostik
1. ABI (ankle-brachial index), dilakukan pengukuran tekanan darah di pergelangan
kaki dan tangan.
2. Pemeriksaan doppler di daerah yang terkena
3. Sekening ultrasonik duplex
4. CT scan di daerah yang terkena
5. Arteriografi resonansi magnetik
6. Arteriografi didareah yang terkena
7. IVUS (Intravascular Ultrasound)
H. Pemeriksaan Penunjang
1. EKG
Pemeriksaan aktifitas listrik jantung atau gambaran elektrokardiogram
(EKG) adalah pemeriksaan penunjang untuk member petunjuk adanya PJK. Dengan
pemeriksaan ini, kita dapat mengetahui apakah sudah ada tanda-tandanya. Dapat
berupa serangan jantung terdahulu, peneympitan atau serangan jantung yang baru
terjadi, yang masing-masing memberikan gambaran yang berbeda.
2. Foto Rontgen Dada
Dari foto rotgen dapat menilai ukuran jantung, ada tidaknya pembesaran.
Disamping itu dapat juga dilihat gambaran paru. Kelainan pada koroner tidak dapat
dilihat dalam foto rontgen ini. Dari ukuran jantung dapat dinilai apakah seorang
penderita sudah berada pada PJK lanjut. Mungkin saja PJK lama yang sudah
berlanjut pada payah jantung. Biasanya gambar jantung terlihat membesar.
3. Pemeriksaan Laboratorium
Dilakukan untuk mengetahui kadar trigliserida sebgai bourgeosis resiko.
Dari pemeriksaan darah juga diketahui ada tidaknya serangan jantung akut dengan
melihat kenaikan enzim jantung.
4. Kateterisasi Jantung
Pemeriksaan ini dilakukan dengan memasukan kateter semacam selang
seukuran ujung lidi. Selang ini dimasukan langsung ke pembulh nadi (arteri).
Diagnosa
Tujuan Intervensi
No. Keperawatan
6. Berikan antidiueretik
Diagnosa
Tgl Implementasi Evaluasi
Keperawatan
intervensi dihentikan.