Вы находитесь на странице: 1из 13

KATA PENGANTAR

Kami panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat meneyelesaikan makalah
berjudul makalah tentang tata cara wudhu ini dalam waktu yang telah ditentukan.
Makalah ini tidak akan selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak baik secara
langsung maupun tidak langsung. Untuk itu perkenankanlah penulis menyampaikan
ucapan terima kasih kepada:
1. Allah SWT. Yang telah meridloi pembuatan makalah dengan baik.
2. Teman yang telah membantu menyusun makalah ini
3. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak
membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk
itu, kritik dan saran yang membangun dalam perbaikan karya tulis ini sangat penulis
harapkan.
Penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca,
khususnya guna mengetahui cara meningkatkan kebugaran jasmani.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Balakang
Setiap kegiatan Ibadah umat Islam pasti melakukan membersihkan (thaharah)
terlebih dahulu mulai dari Wudhu, Mandi ataupun tayyamum dan tak banyak umat
Islam sendiri belum mengerti ataupun udah mengerti tapi dalam praktiknya menemui
sebuah masalah ataupunkeraguan atas hal yang menimpanya. Disini kami ingin
membahas serta mengulas lagi tentang hal tersebut.

B. Rumusan Masalah
1. Tata Cara Berwudhu
2. Syarat-Syarat Sahnya Wudhu
3. Hal-Hal yang Fardhu/Najis dalam Wudhu
4. Sunnah-Sunnah Wudhu' (Hal-Hal yang Disunahkan Ketika Berwudhu'
C. Tujuan
1. Mengetahui bagaimana Tata Cara Berwudhu
2. Mengetahui Syarat-Syarat Sahnya Wudhu
3. Mengerti Hal-Hal yang Fardhu/Najis dalam Wudhu
4. Memahami Sunnah-Sunnah Wudhu' (Hal-Hal yang Disunahkan Ketika
Berwudhu'
D. Metode Penyusunan
Kita menggunakan metode kepustakaan yaitu dengan cara mengumpulkan buku
buku yang direkomendasikan serta mengkaji dan mencuplik makalah yang telah kita
kaji.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kedudukan wudhu dalam sholat
Wudhu merupakan suatu hal yang tiada asing bagi setiap muslim, sejak kecil ia
telah mengetahuinya bahkan telah mengamalkannya. Akan tetapi apakah wudhu
yang telah kita lakukan selama bertahun-tahun atau bahkan telah puluhan tahun itu
telah benar sesuai dengan apa yang diajarkan Nabi kita Muhammad shallallahu
alaihi was sallam? Karena suatu hal yang telah menjadi konsekwensi dari dua
kalimat syahadat bahwa ibadah harus ikhlas mengharapkan ridho Allah dan sesuai
sunnah Nabi shallallahu alaihi was sallam. Demikian juga telah masyhur bagi kita
bahwa wudhu merupakan syarat sah sholat[1], yang mana jika syarat tidak terpenuhi
maka tidak akan teranggap/terlaksana apa yang kita inginkan dari syarat tersebut.
Sebagaimana sabda Nabi yang mulia, Muhammad shallallahu alaihi was sallam,


Tidak diterima sholat orang yang berhadats sampai ia berwudhu.
Demikian juga dalam juga Allah Subhanahu wa Taala perintahkan kepada kita dalam
KitabNya,



Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah
mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu
sampai dengan kedua mata kaki. (QS Al Maidah [5] : 6).

Maka marilah duduk bersama kami barang sejenak untuk mempelajari shifat/tata cara
wudhu Nabi shallallahu alaihi was sallam.

B. Tata Cara Berwudhu'


Dari Humran bekas budak Utsman, bahwa bin Affan r.a. meminta air wudhu'.
(Setelah dibawakan), ia berwudhu', ia mencuci kedua telapak tangannya tiga kali,
kemudian berkumur-kumur dan memasukkan air ke dalam hidungnya, kemudian
mencuci wajahnya tiga kali, lalu membasuh tangan kanannya sampai siku tiga kali,
kemudian membasuh tangannya yang kiri tiga kali seperti itu juga, kemudian
mengusap kepalanya lalu membasuh kakinya yang kanan sampai kedua mata kakinya
tiga kali kemudian membasuh yang kiri seperti itu juga. Kemudian mengatakan, "Saya
melihat Rasulullah saw. (biasa) berwudhu' seperti wudhu'ku ini lalu Rasulullah
bersabda, "Barang siapa berwudhu' seperti wudhu'ku ini kemudian berdiri dan ruku'
dua kali dengan sikap tulus ikhlas, niscaya diampuni dosa-dosanya yang telah lalu."
Ibnu Syihab berkata, "Adalah ulama-ulama kita menegaskan, ini adalah cara wudhu'
yang paling sempurna yang (seyogyanya) dipraktikkan setiap orang untuk shalat."
(Muttafaq 'alaih : Muslim I:204 no:226, dan ini redaksinya, Fathul Bahri I:266 no:164,
'Aunul Ma'bud I:180 no:106 dan Nasa'i I:64).
C. Syarat-Syarat Sahnya Wudhu'
A. Niat, berdasar sabda Nabi saw., "Sesungguhnya segala amal hanyalah bergantung
pada niatnya." (Muttafaqun 'alaih: Fathul Bari, I:9 no:1, Muslim III:1515 no:1907,
Aunul Ma'bud VI:284 no:2186, Tirmidzi III: 100 no:169, Ibnu Majah II:1413
no:4227, Nasa'i I:59). Tidak pernah disyariatkan melafadzkan niat karena tidak
ada dalil yang shahih dari Nabi saw. yang menganjurkannya.
B. Mengucapkan basmalah, karena ada hadits Nabi saw., " Tidak sah shalat bagi
orang yang tidak berwudhu' (sebelumnya) dan tidak sah wudhu' bagi orang yang
tidak menyebut, Bismillah" (sebelumnya)." (Hadits hasan: Shahihu Ibnu Majah
no: 320 'Aunul Ma'bud I:174 no:101 dan Ibnu Majah I:140 no:399).
C. (Di samping itu, ada dua riwayat lain yang menerangkan bahwa Rasulullah saw.
bersabda, "Tawadhdha-uu-bibismillahi (Berwudhu'lah dengan (menyebut) nama
Allah," Lihat Nasai'i, kitab thaharah no: 61 bab : mengucapkan basmallah ketika
akan berwudhu', dan Musnad Imam Ahmad III:165 (pent.))

D. Muwalah (Berturut-turut) tidak diselingi oleh pekerjaan lain, berdasarkan hadits


Khalid bin Ma'dan, "Bahwa Nabi saw. pernah melihat seorang laki-laki tengah
mengerjakan shalat, sedang di punggung kakinya dan sebesar uang dirham yang
tidak tersentuh air wudhu', maka Nabi saw. menyuruhnya agar mengualngi
wudhu' dan shalatnya." (Shahih: Shahih Abu Daud no: 161 dan 'Aunul Ma'bud I:
296 no:173)
E. Hal-Hal yang Fardhu/Najis dalam Wudhu'
1. Membasuh wajah termasuk berkumur-kumur dan membersihkan hidung.
2. Mencuci kedua tangan sampai kedua siku-siku. (Dalam Al Umm I:25 Syafil
menegaskan Selamanya tidak dianggap cukup membasuh kedua tangan
kecuali dengan membasuh tangan dan punggungnya secara keseluruhan
sampai ke siku-siku. Jika ada bagian darinya yang tertinggal walaupun kecil
sekali, maka dianggap tidak sah membasuh tangannya. Selesai)
3. Mengusap seluruh kepala, dan kedua telinga termasuk bagian dari kepala.
4. Membasuh kedua kaki hingga kedua mata kaki, hal ini sesuai dengan firman
Allah SWT, "Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak
mengerjakan shalat, basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku dan
usaplah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kakimu."
(Al-Maaidah : 6).
Adapun berkumur-kumur dan istinsyaq (memasukkan air ke dalam hidung)
termasuk bagian dari muka sehingga wajib dilakukan karena Allah Taala telah
memerintahkan di dalam kitab-Nya yang mulia membasuh muka. Di samping
itu, telah sah dari Nabi saw., beliau terus menerus melakukan kumur dan
istinsyaq setiap kali berwudhu.
Sebagaimana yang telah diriwayatkan oleh seluruh sahabatnya yang
meriwayatkan dan menerangkan tata cara wudhu Nabi saw., sehingga secara
keseluruhan itu menunjukkan bahwa membasuh wajah yang diperintahkan di
dalam al-Quran meliputi berkumur-kumur dan istinsyaq (as-Sailal Jarrar I:81)
Lagi pula ada sabda Nabi saw. yang memerintah berikumur-kumur dan
istinsyaq memasukkan air ke dalam hidung.
Apabila seorang di antara kamu berwudhu, maka masukkanlah air ke dalam
hidungnya, lalu keluarkanlah! (Shahih : Shahihul Jamius Shaghir no:443,
Aunul Mabud I:234 no:140 dan Nasai I:66).
Dan sabda beliau saw. yang lain, Bersungguh-sungguhlah dalam melakukan
istinsyaq, kecuali sedang berpuasa. (Shahih: Shahih Abu Daud no:129 dan
131, Aunul Mabud I:236 no: 142 dan 144).
Dalam hadits yang lain, beliau saw. bersabda juga, Apabila kamu berwudhu,
maka hendaklah berkumur-kumur. (Shahih: sama dengan di atas).
Adapun tentang wajibnya mengusap seluruh kepala, yaitu karena perintah
mengusap kepala di dalam Al-Quran bersifat mujmal (global), maka bayan
(penjelasannya) dikembalikan kepada sunnah Nabi saw.. Sudah tegas dalam
riwayat Bukhari, Muslim dan selain keduanya bahwa Nabi saw. mengusap
seluruh kepalanya. Dan dalam hal ini terdapat dalil yang tegas yang
menunjukkan wajibnya mengusap seluruh kepala secara sempurna.
Jika ada yang berpendapat, bahwa ada riwayat yang shahih dari al-Mughirah,
bahwa Nabi saw. pernah mengusap ubun-ubunnya dan di atas surbannya?
Maka jawabannya: Rasulullah saw. mencukupkan mengusap di atas ubun-
ubunnya, karena beliau menyempurnakan dengan mengusap sisa kepalanya di
atas surbannya. Dan, penulis berpendapat demikian dan di dalam riwayat al-
Mughirah tersebut tidak terdapat syarat yang menunjukkan bolehnya
mengusap hanya di atas ubun-ubun saja atau sebagian kepala saja tanpa
menyempurnakan di atas surbannya. (Lihat Tafsir Ibnu Katsir II:24 dengan
sedikit perubahan redaksi).
Walhasil, wajib mengusap seluruh kepala. Pengusap kepala jika mau boleh,
mengusap di atas kepala saja atau di atas surban saja atau di atas kepala dan
dilanjutkan di atas surban, ketiga cara tersebut shahih dan kuat (pernah
dilakukan oleh Nabi saw.)
5. Adapun perihal dua telinga termasuk bagian dari kepala sehingga wajib pula
diusap berdasarkan pada sabda Nabi saw., Dua telinga itu termasuk kepala.
(Shahih: Shahih Ibnu Majah no: 357 dan Ibnu Majah I:152 no:443).
Menyela-nyelakan air pada jenggot
Dari Anas bin Malik r.a. bahwa Rasulullah saw. apabila berwudhu,
mengambil segenggam air, lalu memasukkannya ke belakang dagu, kemudian
menyela-nyelakannya di antara jenggotnya, seraya bersabda, Beginilah yang
Rabbku Azza wa Jalla Perintahkan kepadaku. (Shahih: Irwaul Ghalil no: 92.
Aunul Mabud I: 243 no:45, dan Baihaqi I:54).
Menyela-nyelakan air pada jari-jemari tangan dan kaki
Sebagaimana yang ditegaskan bahwa Rasulullah saw. bersabda,
Sempurnakanlah wudhu dan sela-selakanlah (air) di antara jari-jemari dan
bersungguh-sungguhlah dalam melakukan instinsyaq kecuali kamu dalam
keadaan puasa. (Shahih: Shahih Abu Daud no:129 dan 131 dan Aunul
Mabud I: 236 no:142 dan 144).
F. Sunnah-Sunnah Wudhu' (Hal-Hal yang Disunahkan Ketika Berwudhu')
1. Siwak, sebagaimana yang diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. bahwa
Rasulullah saw. bersabda, Kalaulah sekiranya aku tidak (khawatir) akan
memberatkan umatku, niscaya kuperintahkan mereka bersiwak setiap kali
wudhu. (Shahih: Shahihul Jammi no:5316 dan al-Fathur Rabbani I:294
no:171).
2. Mencuci kedua telapak tangan tiga kali pada awal wudhu, sebagaimana yang
telah diriwayatkan dari Utsman bin Affan r.a. yang mengisahkan wudhu Nabi
saw. di mana dia membasuh kedua telapak tangannya tiga kali. (Lihat masalah
tata cara Wudhu pada halaman sebelumnya).
3. Kumur-kumur dan instinsyaq sekali jalan, tiga kali:
Dari Abdullah bin Zaid r.a. tentang dia mengajarkan (tata cara) wudhu
Rasulullah saw., di mana dia berkumur-kumur dan instisyaq dari satu telapak
tangan. Dia berbuat demikian (sebanyak) tiga kali. (Shahih: Mukhtashar
Muslim no:125, dan Muslim I:210 no:235).
4. Bersungguh-sungguh dalam berkumur-kumur dan istinsyaq: kecuali bagi orang
yang berpuasa, berdasarkan hadits Nabi saw., Bersungguh-sungguhlah dalam
beristinsyaq, kecuali kamu dalam keadaan berpuasa. (Shahih: Shahih Abu
Daud no:129 dan 131, Aunul Mabud I:236 no:142 dan 144).
5. Mendahulukan anggota wudhu yang kanan daripada yang kiri karena ada
hadits Aisyah r.a. yang mengatakan, Adalah Rasulullah saw. mencintai
mendahulukan anggota yang kanan dalam hal mengenakan alas kaki, menyisir,
bersuci dan dalam seluruh ihwahnya. (Muttafaqun alaih: Fathul Bari I: 269
no:168, Muslim I: 226 no:268, Nasai I:78).
Di samping itu hadits Utsman yang menceritakan tata cara wudhu Nabi saw.
di mana dia membasuh anggota yang kanan, lalu yang kiri.
6. Menggosok, karena ada hadits Abdullah bin Zaid yang mengatakan, Bahwa
Nabi saw. pernah dibawakan dua sepertiga mud (air), kemudian beliau
berwudhu, maka beliapun menggosok kedua hastanya. (Sanadnya shahih:
Shahih Ibnu Khuzaimah I:62 no:118).
7. Membasuh tiga kali, tiga kali, sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Utsman
bin Affan ra (pada awal pembahasan wudhu) bahwa Nabi SAW berwudhu
tiga kali, namun ada juga riwayat yang sah yang menyatakan, Bahwa Nabi
saw. pernah berwudhu satu kali satu dan kali dua kali dua kali. (Hasan
shahih: Shahih Abu Daud no:124, Fathul Bari I:258 no:158 dari hadits
Abdullah bin Zaid Aunul Mabud I:230 no:136, Tirmidzi I:31 no:43 dari
hadits Abu Hurairah).
Dianjurkan pula kadang-kadang mengusap kepala lebih dari sekali (tiga kali)
karena ada riwayat, dari Utsman bin Affan r.a. bahwa ia pernah mengusap
kepadanya tiga kali seraya berkata, Saya pernah melihat Rasulullah saw.
berwudhu (dengan mengusap kepala) begini. (Hasan Shahih: Shahih Abu
Dawud no:101 dan Aunul Mabud I:188 no:110).
8. Tertib, karena kebanyakan cara wudhu Rasulullah saw. selalu dengan tertib
sebagaimana yang telah disampaikan sejumlah sahabat yang meriwayatkan
wudhu beliau saw. Akan tetapi, ada riwayat yang sah dari al-Miqdam bin
Madikariba ia berkata :
Bahwa Rasulullah saw. pernah dibawakan air wudhu, lalu beliau berwudhu
membasuh kedua telapak tangannya tiga kali dan membasuh wajahnya tiga
kali, kemudian membasuh kedua hastanya tiga kali, kemudian berkumur-
kumur dan mengeluarkan air yang telah dimasukkan ke dalam hidung tiga kali,
kemudian mengusap kepalanya dan dua telinganya. (Shahih: Shahih Abu
Daud no:112 dan Aunul Mabud I:211 no:121).
9. Berdoa sesudah wudhu. Sebagaimana yang dijelaskan dalam sabda Nabi saw.
Tak seorangpun di antara kalian yang berwudhu dengan sempurna, lalu
mengucapkan (doa) Asyhadu allaa ilaaha illallahu wahdahu laa syariika lah,
wa asyhadu anna muhammadan 'abduhu wa rasuuluh (Aku bersaksi bahwa
tiada Ilah (yang patut diibadahi) keuali Allah semata tiada sekutu bagi-Nya;
dan aku bersaksi, bahwa Muhammad hamba dan Rasul-Nya). melainkan pasti
dibukalah baginya pintu-pintu surga yang delapan, ia boleh masuk dari pintu
mana saja yang dikehendakinya. (Shahih: Mukhtasharu Muslim No: 143
Muslim 1:209 no:234).
Kemudian Imam Tirmidzi menambahkan, Allahummaj'alni minat
tawwaabiina waj'ani minal mutathahiriin (Ya, Allah, jadikahlah kami termasuk
orang-orang yang tekun bertaubat dan jadikahlah kami termasuk orang-orang
yang rajin bersuci). (Shahih: Shahih Tirmidzi no:48 dan Tirmidzi I:38 no:55)
10. Dan dari Abu Said al-Khudri bahwasannya Nabi bersabda, Barang siapa
berwudhu lalu membaca, Maha Suci Engkau ya Allah dan segala puji bagi-
Mu aku bersaksi bahwasannya tiada sesembahan yang sebenarnya kecuali
Engkau, aku mohon ampunan dan bertaubat pada-Mu", niscaya dicatat pada
sebuah lembaran kemudian dicetak dengan sebuah cetakan lalu tidak
dipecahkan hingga hari kiamat." (Hadits Shahih, lihat at-Targhib no.220, al-
Hakim I/564, dan tidak akan ada hadits shahih mengenai doa (bacaan-bacaan)
ketika sedang berwudhu)

G. Hal-Hal yang Membatalkan Wudhu'


1. Apa saja yang keluar dari kemaluan dan dubur, berupa kencing, berak, atau
kentut. Allah SWT berfirman yang artinya, "Atau kembali dari tempat buang
air." (Al-Maidah:6)
Rasulullah saw. bersabda, "Allah tidak akan menerima shalat seorang di antara
kamu yang berhadas sampai ia berwudhu' (sebelumnya)." Maka, seorang
sahabat dari negeri Hadramaut bertanya. "Apa yang dimaksud hadas itu wahai
Abu Hurairah?" Jawabnya, "Kentut lirih maupun kentut keras." (Muttafaqun
'alaih Fathul Bari I: 234, Baihaqi I:117, Fathur Robbani, Ahmad II:75 no:352)
Dan hadits ini menurut sebagian mukharrij selain yang disebut di atas tidak ada
tambahan (tentang pernyataan orang dari Hadramaut itu), Muslim I:204
no:225, 'Aunul Ma'bud I:87 no:60, dan Tirmidzi I: 150 no:76.

"Dari Ibnu Abbas r.a., ia berkata, "Mani, wadi dan madzi (termasuk hadas).
Adapun mani, cara bersuci darinya harus dengan mandi besar. Adapun madi
dan madzi," maka dia berkata, "cucilah dzakarmu, kemaluanmu, kemudian
berwudhu'lah sebagaimana kamu berwudhu' untuk shalat!" (Shahih: Shahih
Abu Daud no:190, dan Baihaqi I:115).

2. Tidur pulas sampai tidak tersisa sedikitpun kesadarannya, baik dalam keadaan
duduk yang mantap di atas ataupun tidak. Karena ada hadits Shafwan bin
Assal, ia berkata, "Adalah Rasulullah saw. pernah menyuruh kami, apabila
kami melakukan safar agar tidak melepaskan khuf kami (selama) tiga hari tiga
malam, kecuali karena janabat, akan tetapi (kalau) karena buang air besar atau
kecil ataupun karena tidur (pulas maka cukup berwudhu')." (Hasan: Shahih
Nasa'i no:123 Nasa'i I:84 dan Tirmidzi I:65 no:69).
3. Pada hadits ini Nabi saw. menyamakan antara tidur nyenyak dengan kencing
dan berak (sebagai pembatal wudhu').
"Dari Ali r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Mata adalah pengawas dubur-
dubur; maka barangsiapa yang tidur (nyenyak), hendaklah berwudhu'." (Hasan:
Shahih Ibnu Majah no:386. Ibnu Majah I:161 no:477 dan 'Aunul Ma'bud I:347
no:200 dengan redaksi sedikit berlainan).
Yang dimaksud kata al-wika' ialah benang atau tali yang digunakan untuk
menggantung peta.
Sedangkan kata "as-sah" artinya : "dubur" Maksudnya ialah "yaqzhah" (jaga,
tidak tidur) adalah penjaga apa yang bisa keluar dari dubur, karena selama
mata terbuka maka pasti yang bersangkutan merasakan apa yang keluar dari
duburnya. (Periksa Nailul Authar I:242).
Hilangnya kesadaran akal karena mabuk atau sakit. Karena kacaunya pikiran
disebabkan dua hal ini jauh lebih berat daripada hilangnya kesadaran karena
tidur nyenyak.
4. Memegang kemaluan tanpa alas karena dorongan syahwat, berdasarkan sabda
Nabi saw., "Barangsiapa yang memegang kemaluannya, maka hendaklah
berwudhu'." (Shahih: Shahih Ibnu Majah no:388, 'Aunul Ma'bud I:507 no:179,
Ibnu Majah I:163 no:483, 'Aunul Ma'bud I:312 no:180 Nasa'i I:101, Tirmidzi
I:56 no:56 no:85).
Betul, ia memang bagian dari anggota badanmu, bila sentuhan tidak diiringi
dengan gejolak syahwat, karena sentuhan model seperti ini sangat
memungkinkan disamakan dengan menyentuh anggota badan yang lain. Ini
jelas berbeda jauh dengan menyentuh kemaluan karena termotivasi oleh
gejolak syahwat. Sentuhan seperti ini sama sekali tidak bisa diserupakan
dengan menyentuh anggota tubuh yang lain karena menyentuh anggota badan
yang tidak didorong oleh syahwat dan ini adalah sesuatu yang amat sangat
jelas, sebagaimana yang pembaca lihat sendiri (Tamamul Minnah hal:103).

5. Makan daging unta sebagaimana yang diriwayatkan oleh al-Bara' bin 'Azib ra
ia berkata, "Rasulullah saw. bersabda, "Berwudhu'lah disebabkan (makan)
daging unta, namun jangan berwudhu' disebabkan (makan) daging kambing!"
(Shahih: Shahih Ibnu Majah no:401, Ibnu Majah I:166 no:494, Tirmidzi I:54
no:81, 'Aunul Ma'bud I:315 no:182).
Dari Jabir bin Samurah r.a. bahwa ada seorang sahabat bertanya kepada Nabi
saw. apakah saya harus berwudhu' (lagi) disebabkan (makan) daging kambing?
Jawab Beliau, "Jika dirimu mau, silakan berwudhu'; jika tidak jangan
berwudhu' (lagi)." Dia bertanya (lagi) "Apakah saya harus berwudhu' (lagi)
disebabkan (makan) daging unta?" Jawab Beliau, "Ya berwudhu'lah karena
(selesai makan) daging unta!" (Shahih Mukhtashar Muslim no:146 dan Muslim
I:275 no:360).

H. Hal-Hal yang Karenanya Diwajibkan Berwudhu'


1. Shalat, karena Allah SWT berfirman, "Hai orang-orang yang berfirman,
apabila kamu berdiri hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah muka-muka
kamu." (Al-Maaidah: 6).
Di samping itu, Rasulullah saw. bersabda, "Allah tidak akan menerima, shalat
(yang dilakukan) tanpa bersuci (sebelumnya)." (Shahih: Mukhtashar Muslim
no:104, Muslim 1:204 no:224 dan Tirmidzi 1:3 no:1).
2. Thawaf di Baitullah, berdasarkan sabda Nabi saw., "Thawaf di Baitullah
adalah shalat, hanya saja Allah membolehkan berbicara." (Shahih: Shahihul
Jami'us Shaghir no:3954 dan Tirmidzi II:217 no:967).
BAB III
KESIMPULAN

Berwudhu adalah tindakan yang harus dilakukan seorang Muslim sebelum


melaksanakan shalat, karena wudhu sendiri merupakan salah satu syarat sah shalat.
Pengertian wudhu sendiri menurut syara adalah, membersihkan anggota wudhu untuk
menghilangkan hadats kecil.

Fardhu Wudu ada 6 yakni :

1. Niat: hendaknya berniat menghilangkan hadast kecil, dan cara melakukannya


tepat pada waktu membasuh muka, sesuai dengan pengertian niat itu sendiri :
2. Membasuh seluruh muka (mulai dari tumbuhnya rambut kepala hingga bawah
dagu, dan dari telinga kanan hingga telinga kiri)
3. Membasuh kedua tangan sampai siku-siku
4. Mengusap sebagian rambut kepala
5. Membasuh kedua belah kaki sampai mata kaki
6. Tertib (berturut-turut), artinya mendahulukan mana yang harus didahulukan,
dan mengakhirkan mana yang harus diakhirkan.
7. Dan wudu juga disunah kan untuk hal-hal beribadah yang lain, yang
mengandung nilai nilai kebajikan di luar dari pada ibadah shalat wajib,
karena wudu adalah cahaya dan menjadi Shilahul Muminin.
DAFTAR PUSTAKA

http://ockym.blogspot.com/2012/12/makalah-bab-wudhu.html

http://al-atsariyyah.com/di-antara-sunnah-wudhu.html

http://muslim.or.id/fi/panduan-praktis-tata-cara-wudhu.html

Вам также может понравиться

  • Dokumen Dari Scribd
    Dokumen Dari Scribd
    Документ1 страница
    Dokumen Dari Scribd
    Eko Sumiyanto
    Оценок пока нет
  • Dokumen Dari Scribd
    Dokumen Dari Scribd
    Документ1 страница
    Dokumen Dari Scribd
    Eko Sumiyanto
    Оценок пока нет
  • Dokumen Dari Scribd
    Dokumen Dari Scribd
    Документ1 страница
    Dokumen Dari Scribd
    Eko Sumiyanto
    Оценок пока нет
  • Dokumen Dari Scribd
    Dokumen Dari Scribd
    Документ1 страница
    Dokumen Dari Scribd
    Eko Sumiyanto
    Оценок пока нет
  • Dokumen Dari Scribd
    Dokumen Dari Scribd
    Документ1 страница
    Dokumen Dari Scribd
    Eko Sumiyanto
    Оценок пока нет
  • Dokumen Dari Scribd
    Dokumen Dari Scribd
    Документ1 страница
    Dokumen Dari Scribd
    Eko Sumiyanto
    Оценок пока нет
  • Dokumen Dari Scribd
    Dokumen Dari Scribd
    Документ1 страница
    Dokumen Dari Scribd
    Eko Sumiyanto
    Оценок пока нет
  • Dokumen Dari Scribd
    Dokumen Dari Scribd
    Документ1 страница
    Dokumen Dari Scribd
    Eko Sumiyanto
    Оценок пока нет
  • Dokumen Dari Scribd
    Dokumen Dari Scribd
    Документ1 страница
    Dokumen Dari Scribd
    Eko Sumiyanto
    Оценок пока нет
  • Dokumen Dari Scribd
    Dokumen Dari Scribd
    Документ1 страница
    Dokumen Dari Scribd
    Eko Sumiyanto
    Оценок пока нет
  • Dokumen Dari Scribd
    Dokumen Dari Scribd
    Документ1 страница
    Dokumen Dari Scribd
    Eko Sumiyanto
    Оценок пока нет
  • Dokumen Dari Scribd
    Dokumen Dari Scribd
    Документ1 страница
    Dokumen Dari Scribd
    Eko Sumiyanto
    Оценок пока нет
  • Dokumen Dari Scribd
    Dokumen Dari Scribd
    Документ1 страница
    Dokumen Dari Scribd
    Eko Sumiyanto
    Оценок пока нет
  • Translate Manahan Bab Presentasi
    Translate Manahan Bab Presentasi
    Документ12 страниц
    Translate Manahan Bab Presentasi
    Eko Sumiyanto
    Оценок пока нет
  • Dokumen Dari Scribd
    Dokumen Dari Scribd
    Документ1 страница
    Dokumen Dari Scribd
    Eko Sumiyanto
    Оценок пока нет
  • Dokumen Dari Scribd
    Dokumen Dari Scribd
    Документ1 страница
    Dokumen Dari Scribd
    Eko Sumiyanto
    Оценок пока нет
  • Dokumen Dari Scribd
    Dokumen Dari Scribd
    Документ1 страница
    Dokumen Dari Scribd
    Eko Sumiyanto
    Оценок пока нет
  • Dokumen Dari Scribd
    Dokumen Dari Scribd
    Документ1 страница
    Dokumen Dari Scribd
    Eko Sumiyanto
    Оценок пока нет
  • Dokumen Dari Scribd
    Dokumen Dari Scribd
    Документ1 страница
    Dokumen Dari Scribd
    Eko Sumiyanto
    Оценок пока нет
  • Dokumen Dari Scribd
    Dokumen Dari Scribd
    Документ1 страница
    Dokumen Dari Scribd
    Eko Sumiyanto
    Оценок пока нет
  • Dokumen Dari Scribd
    Dokumen Dari Scribd
    Документ1 страница
    Dokumen Dari Scribd
    Eko Sumiyanto
    Оценок пока нет
  • Dokumen Dari Scribd
    Dokumen Dari Scribd
    Документ1 страница
    Dokumen Dari Scribd
    Eko Sumiyanto
    Оценок пока нет
  • Dokumen Dari Scribd
    Dokumen Dari Scribd
    Документ1 страница
    Dokumen Dari Scribd
    Eko Sumiyanto
    Оценок пока нет
  • Dokumen Dari Scribd
    Dokumen Dari Scribd
    Документ1 страница
    Dokumen Dari Scribd
    Eko Sumiyanto
    Оценок пока нет
  • Dokumen Dari Scribd
    Dokumen Dari Scribd
    Документ1 страница
    Dokumen Dari Scribd
    Eko Sumiyanto
    Оценок пока нет
  • Dokumen Dari Scribd
    Dokumen Dari Scribd
    Документ1 страница
    Dokumen Dari Scribd
    Eko Sumiyanto
    Оценок пока нет
  • Dokumen Dari Scribd
    Dokumen Dari Scribd
    Документ1 страница
    Dokumen Dari Scribd
    Eko Sumiyanto
    Оценок пока нет
  • Data Keseluruhan: F Percobaan
    Data Keseluruhan: F Percobaan
    Документ4 страницы
    Data Keseluruhan: F Percobaan
    Eko Sumiyanto
    Оценок пока нет
  • Dokumen Dari Scribd
    Dokumen Dari Scribd
    Документ1 страница
    Dokumen Dari Scribd
    Eko Sumiyanto
    Оценок пока нет
  • Dokumen Dari Scribd
    Dokumen Dari Scribd
    Документ1 страница
    Dokumen Dari Scribd
    Eko Sumiyanto
    Оценок пока нет