Вы находитесь на странице: 1из 6

ACARA XVIII

BOTTLING

A. Tujuan
Tujuan dari praktikum Acara XVIII Bottling adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui konstruksi dasar alat/mesin untuk pembotolan, bagian utama
alat berikut fungsi masing-masing bagian utama
2. Mengetahui cara-cara pengoperasian alat/mesin berikut cara pengaturan alat
sesuai yang dikehendaki
3. Mengetahui penampilan teknis mesin.
B. Tinjauan Pustaka
1. Bahan
Konsumsi air minum kemasan meningkat di seluruh dunia. Penelitian
sebelumnya menunjukkan banyak konsumen percaya air minum kemasan
nyaman dan memiliki rasa yang lebih baik daripada air keran, meskipun
laporan dari sejumlah insiden kualitas air dengan botol air. Para penulis
mengeksplorasi faktor-faktor demografi dan sosial yang terkait dengan
pengguna air minum kemasan di Amerika Serikat dan hubungan antara
penggunaan botol air dan persepsi kualitas pasokan air setempat. Mereka
menemukan bahwa konsumen AS lebih mungkin untuk melaporkan botol air
sebagai sumber air minum utama mereka ketika mereka melihat bahwa air
minum yang tidak aman. Selanjutnya, mereka yang memberikan peringkat
lebih rendah untuk kualitas air tanah mereka lebih mungkin untuk secara
teratur membeli botol air untuk minum dan menggunakan botol air sebagai
sumber air minum utama mereka (Hu, 2011).
Botol terdiri dari campuran oksida-oksida dan sebagian besar adalah
silicon dioksida. Penggunaan wadah dari gelas adalah terbatas karena gelas
mudah pecah misalnya karena tekanan dari dalam, benturan atau perbedaan
panaas yang mendadak yaitu perbedaan suhu yang terlalu besar antara bagian
dalam dan bagian luar gelas. Sifat inert dan tidak tahan panas dari gelas ini
menyebabkan gelas biasanya digunakan untuk wadah dari makanan makanan
yang mengandung kadar asam yang tinggi (Winarno, 1980).
Proses pembotolan dilakukan dengan memasukkan minuman hasil
fermentasi kedalam botol kemas dan ditutup dengan tutup botol. Kemudian
dilakukan perebusan pada suhu 85oC selama 30 menit. Proses selanjutnya
dilakukan penutupan botol yang kemudian dilakukan perebusan dalam air
mendidih dengan tujuan untuk merapatkan sealer botol dan membunuh
mikroba yang mungkin masih ada dalam produk minuman fermentasi buah
naga. Tindakan pengendalian yang dapat dilakukan yaitu dengan menutup
botol dengan menggunakan waktu sesingkat mungkin yang kemudian diberi
perlakuan perebusan dengan alokasi waktu 30 menit pada suhu 100oC. Apabila
dalam proses pengemasan masih ada mikroba yang tumbuh dikhawatirkan
produk tercemar oleh mikroba (Muljohardjo, 1984).
Air mineral didefinisikan sebagai air yang berasal dari sumber alami dan
memiliki setidaknya 250 ppm Total garam terlarut. Air mineral, yang terwakili
di antara botol air, menjadi semakin populer. Eropa Barat sendiri bertanggung
jawab untuk 46 % dari total konsumsi air kemasan (Marked, 2010).
Botol guard (Lagenaria siceraria) adalah air 96,1 %, sehingga ringan
pada perut dan membantu pencernaan. Hal ini bermanfaat bagi kesehatan
dalam banyak cara. Pulp dari buah ini dianggap sudah dingin, diuretik,
antibilious, dan berguna dalam batuk dan sebagai penangkal racun tertentu,
rebusan daun dicampur dengan gula dianggap bermanfaat dalam penyakit
kuning dan buah juga digunakan dalam kolera (Yadav, 2010).
2. Teori
Pengkalengan dan pembotolan adalah salah satu cara pengawetan bahan
makanan. Prinsip dasar keduanya juga sama, yaitu mengemas bahan makanan
dalam wadah yang tertutup dan hermitis. Berbagai variasi yang terdapat dalam
pengalengan pembotolan karena perbedaan dan faktor-faktor antara lain,
macam bahan yang disiapkan, bentuk dan struktur bahan, bahan untuk wadah,
peralatan, dan pertimbangan ekonomis lainnya. Segera setelah dilakukan
exhausting, kaleng atau botol diadakan penutupan. Diusahakan secepat
mungkin agar tidak ada udara lagi di antar bahan dan penutupnya. Demikian
pula dengan segera ditutup tidak mungkin bahan terkena mikroorganisme
perusak atau lain masuk ke dalamnya. Penutupan dikerjakan dengan mesin
penutup botol atau kaleng (Makfoeld, 1982).
Mesin penutup botol digunakan untuk menutup botol pada kecap,sari
buah dan minuman yang lain didalam industri kecil atau laboratorium
penelitian. Pada dasarnya mesin ini terdiri dari sebuah bottle corp yang dapat
bergerak karena gaya tekan dan digerakkan oleh tangkai penggerak. Akibat
tekanan bottle corp tersebut, maka tutup botol akan masuk dan terikat keras
pada bibir botol hingga botol akan tertutup (Darsam, 1982).
Pengemasan merupakan suatu cara dalam memberikan kondisi sekeliling
yang tepat bagi bahan pangan dan dengan demikian membutuhkan pemikiran
dan perhatian. Faktor penyebab kerusakan pangan dapat dibagi menjadi dua
golongan yaitu yang secara alamiah sudah ada didalam produk dan tidak dapat
dicegah dengan pengemasan saja, dan yang tergantung dari lingkungan sekitar
dan mungkin dapat dikendalikan oleh pengemasan (Buckle et al., 1998).
Sebuah mesin pembotolan untuk menggabungkan kedua botol mengisi
dan capping operasi di atasnya tanpa menggunakan rantai panjang didorong
conveyors. Juga menampilkan adalah penggunaan gigi kereta api dari pada
rantai drive untuk mentransfer rotasi gerakan dari pemerintah pusat drive untuk
perangkat dari bergerak botol di jalan. Bintang roda yang digunakan di transfer
stasiun antara pengisian dan capping operasi untuk menjaga agar lingkar sama
linear kecepatan dan jarak antara ditransfer botol (Mistarz, 1974).
Pada kenyataannya, sistem perawatan mesin yang baik dapat
mengoptimalkan penggunaan kapasitas mesin. Ketidakstabilan kinerja mesin
produksi juga menyebabkan penggunaan bahan baku tidak efisien, salah
satunya penggunaan crown (tutup botol). Jika pemakaian crown melebihi
jumlah produksi aktual, jumlah crown terbuang disebabkan oleh
ketidakstabilan kalibrasi mesin. Memperbaiki metode inspeksi pada proses
pembotolan produk. Pemilihan alternatif ini terkait dengan kehilangan
pendapatan perusahaan akibat cacat produk. Namun, di sisi lain, cacat produk
minuman yang dihasilkan selama proses produksi berjalan mengakibatkan
profit perusahaan menurun karena kehilangan pendapatan. Selain itu, metode
inspeksi juga mempengaruhi jumlah cacat produk minuman Cacat produk
Breakage Full's dan Dirty Bottle of Full's sebagian besar disebabkan oleh
pemeriksaan yang dilakukan operator inspeksi. Breakage Full's (botol pecah
setelah isi) terjadi karena kondisi botol yang masuk di mesin Filler (pengisian)
dalam keadaan retak, sehingga tidak memiliki kemampuan untuk menahan
tekanan yang cukup tinggi di dalam mesin. Begitu pula dengan cacat jenis
Dirty Bottle of Full's (botol kotor) yang terjadi akibat ketidaktelitian operator
saat memisahkan botol kotor sebelum masuk mesin Washer (Hasan. 2013).
Pembotolan termasuk ke dalam CP. Pembotolan dilakukan dengan head
space sebesar 10% dari volume botol. Head space sangat penting untuk
menciptakan kondisi hampa di dalam botol sehingga dapat mencegah
pertumbuhan mikroba yang memerlukan udara untuk pertumbuhannya
(Mulyawanti, 2010).
Bungkus atau wadah harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1. Memberikan perlindungan terhadap barang yang dibungkus itu.
Perlindungan dalam hal ini harus diartikan luas, misalnya perlindungan
terhadap penguapan, terhadap kerusakan, pencurian/pengambilan,
pengotoran dan lainnya.
2. Dengan bungkus atau wadah maka barang akan mudah dijinjing, dibawa,
dibuka, ditutup kembali.
3. Dengan bungkus itu pihak konsumen menjadi tertarik, baik warna, gambar,
tulisan, tanda, keterangan, dan lainnya yang ada pada bungkusnya. Barang
yang dibungkus menjadi menarik (atraktif).
4. Dengan bungkus tertentu orang akan sekaligus dapat mengenal isinya.
5. Dengan bungkus itu, produsen/pemasar dapat sekaligus menggunakan
sebagai alat advertensi, dengan memberikan tanda, simbol, keterangan, dan
lainnya yang bersifat membujuk, mempengruhi, atau memberikan informasi
kepada calon pembeli (Sigit, 1982).
Setelah dibotolkan, pasterurisasi biasanya dilakukan pada suhu sekitar
60-66 derajat celcius selama 30 menit, sehingga suhu vinegar di dalam botol
tidak kurang dari 60 derajat celcius. Ada beberapa kesulitan pada pasteurisasi
yang dilakukan setelah pembotolan. Kesulitan pertama adalah karena
vinegarnya ada di dalam botol, ini berarti bahwa panas sebelum mencapai
vinegar telah diserap oleh wadah itu sendiri (Waluyo, 1990).
Sistem pembotolan MAPS terdiri dari beberapa modul yang melakukan
tugas yang berbeza, antaranya adalah unit conveyor, linear pick and place unit,
filling unit, capping unit, rotary table, horizontal pick and place unit, weigh
module, dan palletizer assembly unit (MTAB 2005). Sistem pembotolan MAPS
akan bekerja secara berurutan dari satu proses ke proses berikutnya.
Implementasi sistem automasi menggunakan PLC dan sistem pemeriksaan
visual. Aplikasi sistem ini dapat dengan mudah ditemukan pada banyak
industri, seperti automotif, makanan dan minuman, farmasi, peralatan
elektronik dan sebagainya (Sulaiman. 2009).
DAFTAR PUSTAKA

Buckle, K.A., R.A. Edwards., G.H. Fleet, and M. Wooton. 1998. Ilmu Pangan.
Jakarta. Erlangga.
Darsam., dan Muchtar, Alandi. 1982. Petunjuk Praktek Alat/ Mesin Pengolahan
Hasil Pertanian 3. Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan.
Ferreira, Ana-Cristin. 1993. Alterations In Total Bacteria
Iodonitrophenyltetrazolium (1nt)-Positive Bacteria, And Heterotrophic
Plate Counts Of Bottled Mineral Water. Can. J. Microbiol. (30): 46-48.
Hasan, Alizar dan Morena Tantilia. 2013. Audit Efisiensi Pada Proses Produksi
Minuman Ringan Di Pt Coca Cola Bottling Indonesia (Ccbi) Central
Sumatera. Jurnal Optimasi Sistem Industri. 12 (2): 5 dan 6.
Hu, Zhihua. 2011. United States Consumers and Their Perceptions of Water
Quality. Journal International. 3 (4): 1-3.
Makfoeld, Djarir. 1982. Deskripsi Pengolahan Hasil Nabati. Yogyakarta:
Agritech.
Mareta, Dea Tio dan Shofia Nur A. 2011. Pengemasan Produk Sayuran Dengan
Bahan Kemas Plastik Pada Penyimpanan Suhu Ruang dan Suhu Dingin.
Jurnal Ilmu ilmu Pertanian . 7 (1): 26-40.
Marked, Nofima. 2010. Practical Challenges at a Mineral Water Bottling Plant.
Journal International. 3 (5): 1 dan 4.
Mistarz, Robert., et al. 1974. Automatic Plastic Bottling System And Method.
Journal United States Patent. 26 (7): 1 dan 2.
Muljoharjo, M. 1984. Nanas dan Teknologi Pengolahannya. Liberty. Bandung.
Mulyawanti, Ira. 2010. Studi Penerapan HACCP Pada Sari Buah Jeruk Siam.
Jurnal Nasional. 2 (3): 27 dan 28.
Sigit, Soehardi. 1982. Marketing Praktis. Yogyakarta: Armurrita.
Sulaiman, Riza. 2009. Rekabentuk dan Implementasi Sistem Automasi
Pembotolan MAPS menggunakan Programmable Logic Controller, PLC.
Sains Malaysiana. 38 (2): 281-286.
Waluyo, Sugeng. 1990. Beberapa Aspek Tentang Pengolahan Vinegar. Hal. 67
Winarno. 1980. Pengantar Teknologi Pangan. PT Gramedia. Jakarta.
Yadav, Baljeet. 2010. Optimization Studies On The Development of a Blended
Fruit Nectar Based Upon Papaya And Bottle Gourd. Journal Studies and
Science. 5 (7): 1-3.

Вам также может понравиться