Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
b. Demografi
Lokasi rencana pengembangan RS gotong royong Kelas C termasuk ke dalam wilayah Jawa
Timur, Kecamatan Sukolilo. Analisis pertumbuhan demografi sebagai segmen pasar dari
layanan rumah sakit kelas C tentunya juga harus melihat kecenderungan pertumbuhan penduduk
di kecamatan Sukolilo, yang berbatasan dengan Kecamatan . di sebelah barat, Kecamatan .
di sebelah timur, Kecamatan . di sebelah utara dan Kecamatan di sebelah selatan.
Dalam kecamatan sukolilo Tahun 2013-2017, disebutkan bahwa rata-rata pertambahan jumlah
penduduk . adalah % per tahun.
Di samping pertambahan penduduk akibat faktor kelahiran dan kematian, analisis demografi juga
mempertimbangkan faktor migrasi yaitu jumlah penduduk yang datang dan pindah dari wilayah
perencanaan. Secara umum, migrasi penduduk di Kabupaten ...... berfluktuasi dengan penduduk
yang datang lebih banyak dibandingkan penduduk yang pergi.
c. Geografi
Letak secara geografis akan sangat berpengaruh tehadap posisioning rumah sakit, karena
posisi lahan rumah sakit terhadap kondisi lingkungan sekitar beserta kondisi sarana, prasarana,
dan aksesibilitas akan sangat menentukan posisioning rumah sakit dalam melakukan
pengembangan peningkatan layanan kesehatan.
Jika dikaji dari dari aspek di atas, maka lokasi lahan RS gotong royong secara geografis sangat
menguntungkan dan akan sangat mendukung dalam pengembangan layanan kesehatan. Dengan
kontur lahan yang relatif datar dan memberi keleluasaan dalam penataan areal rumah sakit.
Demikian juga dengan kondisi lingkungan sekitar serta sarana dan prasarana yang ada akan
sangat mendukung operasional rumah sakit.
d. Sosial Ekonomi
Kajian sosial ekonomi sangat dibutuhkan untuk mengetahui kondisi perekonomian penduduk
dan perekonomian daerah pada lokasi RS Gotong Royong, karena akan menjadi salah satu dasar
pertimbangan dalam menentukan kelayakan pembangunan secara ekonomis. Salah satu indikator
yang dapat dipakai untuk mengukur keberhasilan perkembangan ekonomi pada suatu daerah
adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Pertumbuhan ekonomi suatu daerah dikatakan
semakin baik jika dari waktu ke waktu nilai PDRB daerah yang bersangkutan semakin
bertambah. Agar kesejahteraan ekonomi penduduk semakin meningkat, dalam periode yang
sama tingkat pertumbuhan
PDRB harus lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan penduduknya. Secara lebih nyata
peningkatan taraf ekonomi masyarakat dapat dilihat dari pendapatan perkapitanya. Sejalan
dengan pertumbuhan ekonomi yang semakin tinggi, pendapatan perkapita penduduk Kecamatan
sukolilo juga semakin tinggi. Berdasarkan data yang diperoleh dari Tahun 2013-2033,
diketahui bahwa pendapatan perkapita penduduk atas dasar harga konstan pada tahun 2006
sebesar Rp dan meningkat sebanyak Rp menjadi Rp di tahun 2007. Merujuk pada
kenyataan di atas, maka secara umum pertumbuhan ekonomi (PDRB) dan pendapatan perkapita
penduduk Kabupaten . dari tahun ke tahun semakin meningkat. Peningkatan ini kiranya akan
sangat mendukung peningkatan kelas Rumah sakit Gotong Royong dan memberi peluang dalam
pengembangan pelayanan kesehatan rumah sakit.
e. Sosial Budaya
Kajian sosal budaya akan melihat kondisi dan kecenderungan jumlah penduduk Kabupaten
secara umum dan khususnya wilayah pelayanan RS gotong Royong berdasarkan agama, serta
pengaruhnya terhadap kebiasaan, budaya, dan pola hidup masyarakat sekitar. Materi RTRW
Kabupaten Tahun 2013-2033, menyebutkan bahwa di Kabupaten jumlah pemeluk agama
terbesar/mayoritas adalah pemeluk agama yaitu sebanyak jiwa atau % pada Tahun 2007,
sedangkan agama lain seperti sebanyak jiwa (..%), .sebanyak jiwa (..%), sebanyak
jiwa (%) dan sebanyak jiwa (%).
Tabel 6 : Penduduk Empat Kecamatan di Kabupaten . Menurut Agama Tahun 2017
No. Kecamatan Agama
Islam Katolik Protestan Hindu budha
jumlah
Sumber : RTRW Kabupaten Tahun 2013-2033 (diolah)
Jika dilihat dari data di atas, mayoritas penduduk di wilayah empat kecamatan ini adalah
pemeluk agama
Dalam keseharian, implementasi ajaran agama ini akan tercermin dalam kehidupan sosial
budaya masyarakat dan berpengaruh penting terhadap integrasi dan pengendalian
masyarakat. Kehidupan sosial budaya masyarakat yang bersifat komunal dan guyub sangat
mendukung khususnya penyebaran informasi tentang budaya bersih, kebiasaan hidup sehat,
dan akan berimplikasi positif terhadap peningkatan kelas C Rumah Sakit Gotong Royong.
f. SDM
2) Aspek Internal
e. Sosial Budaya
f. SDM Kesehatan
Kajian ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM)/Ketenagakerjaan di bidang kesehatan sangat
dibutuhkan sebagai pertimbangan dalam menentukan jenis layanan kesehatan RS Kelas C
terutama dikaitkan dengan layanan unggulan. Karena keberadaan SDM yang padat karya dan
berkualitas tinggi, disertai kesadaran akan pengabdian kepada kepentingan masyarakat
merupakan salah satu unsur utama pendukung terciptanya iklim kesehatan yang baik. Untuk
maksud tersebut, di bawah ini ditampilkan review terhadap hasil analisis sumber daya kesehatan
dalam Rencana Induk Peningkatan kelas C Rumah Sakit Gotong Tahun 2013 yang secara
ringkas dapat disimpulkan sebagai berikut :
1) Persebaran Tenaga Kesehatan Menurut Unit Kerja
Tenaga kesehatan di Kabupaten tersebar pada beberapa unit kerja. Dari tenaga medis,
sebagian besar bertugas di Rumah Sakit yaitu (%). Dari .. perawat/bidan sebagian besar
bertugas pada Rumah Sakit Umum yaitu orang (%). Dari tenaga farmasi sebagian besar
bertugas di RSU yaitu orang (%). Dari .. tenaga Gizi, sebagian besar bertugas di RSU yaitu
orang (.%), Dari 50 tenaga teknisi medis sebagian besar bertugas di RSU yaitu 40 orang
(80%). Dari 67 tenaga sanitasi sebagian besar bertugas di Puskesmas yaitu 43 orang (64,18%).
2) Rasio Dokter Spesialis per 100.000 Penduduk
Jumlah dokter spesialis di Kabupaten pada tahun 2012 berjumlah orang yang terdiri dari
dokter spesialis laki-laki berjumlah dan dokter spesialis perempuan sebanyak ..orang. Rasio
dokter spesialis di Kabupaten .. pada tahun 2012 adalah per 100.000 penduduk, masih di
bawah target tahun 2014 yaitu 12 per-100.000 penduduk.
3) Rasio Dokter umum per 100.000 penduduk
Jumlah dokter umum di Kabupaten pada tahun 2012 yang tersebar di puskesmas, RSU
Pemerintah dan RSU Swasta berjumlah orang yang terdiri dari dokter laki-laki sebanyak 60
dan dokter perempuan orang. Sehingga rasio dokter umum di Kabupaten pada tahun 2012
adalah per 100.000 penduduk. Rasio dokter umum di Kabupaten masih dibawah rata-rata
rasio dokter umum provinsi Jawa timur sebesar 24,2 per 100.000. Rasio dokter umum ini juga
masih di bawah standar yang ditetapkan SPM yaitu sebesar 30 per 100.000.
4) Rasio Dokter Gigi per 100.000 Penduduk
Jumlah dokter gigi di Kabupaten . pada tahun 2012 berjumlah 33 orang yang tersebar di
puskesmas, Rumah Sakit pemerintah dan Rumah Sakit swasta. Dari 33 orang dokter gigi
diketahui dokter gigi laki-laki sebanyak 15 orang dan perempuan 18 orang. Rasio dokter laki-laki
terhadap penduduk sebesar Sehingga rasio dokter gigi di Kabupaten pada tahun 2012 adalah 5
per 100.000 penduduk. Angka ini masih jauh di bawah rata-rata provinsi Jatim dimana 7 per
100.000 penduduk dan di bawah standar SPM yaitu 20 per 100.000 penduduk.
5) Rasio Tenaga Kefarmasian per 100.000 Penduduk
Tenaga kefarmasian yang ada di Kab. terdiri dari tenaga apoteker, sarjana farmasi, D3 farmasi
dan asisten apoteker. Jumlah tenaga kefarmasian di Kabupaten pada tahun 2011 berjumlah 46
orang yang tersebar di puskesmas 11 orang, rumah sakit 32 orang, dan dinas kesehatan 3 orang.
Sehingga rasio tenaga kefarmasian di Kabupaten pada tahun 2012 adalah 6,49 per 100.000
penduduk. Dari 46 orang tenaga kefarmasian yang ada dapat diketahui bahwa sebagian besar
berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 38 orang dan sisanya 8 orang laki-laki. Juga masih
di bawah target tahun 2014 yaitu untuk apoteker 12 per-100.000 penduduk dan asisten apoteker
24 per-100.000 penduduk.
6) Rasio Ahli Gizi per 100.000 Penduiduk
Jumlah tenaga Gizi di Kabupaten tahun 2012 berjumlah 62 orang yang tersebar di Puskesmas
dan Rumah sakit masing-masing sebanyak 28 orang, dan di dinas kesehatan sebanyak 6 orang.
Sehingga rasio Tenaga Gizi di Kabupaten pada tahun 2012 adalah 8,45 per 100.000
penduduk, di bawah target tahun 2014 yaitu 24 per-100.000 penduduk.
7) Rasio Perawat per 100.000 Penduduk
Jumlah perawat di Kabupaten pada tahun 2011 berjumlah 675 orang yang terdiri dari laki-laki
sebanyak 256 orang dan perempuan sebanyak 419 orang. Sehingga rasio Perawat di Kabupaten
. pada tahun 2012 adalah 101,82 per 100.000 penduduk. Rasio perawat di kabupaten
merupakan yang terendah dari seluruh Kabupaten yang terdapat di wilayah Provinsi Jatim. Hal
ini menjadi salah satu indikasi bahwa belum cukup adanya SDM perawat di kabupaten .
8) Rasio Bidan per 100.000 Penduduk
Jumlah Bidan di Kabupaten ...... pada tahun 2011 yang tersebar di Puskesmas dan Rumah Sakit
berjumlah 386 orang. Sehingga rasio Bidan di Kabupaten pada tahun 2011 adalah 58,23 per
100.000 penduduk.
Rasio bidan di Kabupaten juga belum menunjukkan angka yang signifikan. Rasio bidan di
kabupaten . masih di bawah standar rata-rata provinsi Jatim sebesar 61.3 per 100.000
penduduk.
9) Rasio Ahli Kesehatan Masyarakat per 100.000 Penduduk
Jumlah Ahli Kesehatan Masyarakat di Kabupaten . di Kabupaten . tahun 2011 berjumlah 16
orang yang terdiri dari ahli kesmas laki-laki sebanyak 5 orang dan ahli kesmas perempuan
sebanyak 11 orang. Sehingga rasio Ahli Kesehatan Masyarakat di Kabupaten pada tahun 2012
adalah 2,41 per 100.000 penduduk.
10) Rasio Ahli Sanitasi per 100.000 Penduduk
Jumlah tenaga Sanitasi di Kabupaten tahun 2012 berjumlah 54 orang yang tersebar di
puskesmas, Rumah Sakit, dan Dinas Kesehatan. Sehingga rasio tenaga sanitasi di Kabupaten
pada tahun 2011 adalah 8,15 per 100.000 penduduk. Dari 54 orang tenaga sanitasi yang berjenis
kelamin laki-laki sebanyak 26 orang dan perempuan 28 orang.
11) Rasio Tenaga Teknis Medis per 100.000 Penduduk
Jumlah Teknisi Medis di Kabupaten pada tahun 2012 berjumlah 50 orang yang tersebar
Puskesmas dan RSU. Rasio tenaga teknis medis terhadap jumlah penduduk tahun 2012 adalah
7,54 per 100.000 penduduk. Dari 50 orang tenaga teknisi medis yang berjenis kelamin laki-laki
sebanyak 30 orang dan perempuan 20 orang.
Menyimak review terhadap hasil analisis di atas, maka keberadaan SDM/ketenagakerjaan di
bidang kesehatan di Kabupaten . secara umum masih kurang, baik dilihat dari target yang
dicanangkan tahun 2014, rata-rata Provinsi Jatim maupun Standar Pelayanan Minimal (SPM).
Kondisi ini menjadi tantangan dalam peningkatan RS Kelas C khususnya penyediaan SDM
bidang kesehatan sesuai standar yang ditetapkan. Tidak hanya untuk menunjang operasional RS
Kelas C, penyediaan SDM bidang kesehatan secara kualitas dan kuantitas juga akan membantu
kekurangan tenaga kesehatan di Kabupaten secara umum.
g. Derajat Kesehatan
Dalam penyusunan Studi Kelayakan RS kelas C, kajian ini sangat dibutuhkan untuk melihat
kecenderungan derajat kesehatan masyarakat pada kawasan perencanaan, sehingga dalam
menyiapkan fasilitas kesehatan sesuai dengan kecenderungan yang terjadi. Derajat kesehatan
optimal akan dilihat dari unsur kualitas hidup serta unsur-unsur mortalitas dan yang
mempengaruhinya seperti morbiditas dan status gizi. Untuk kualitas hidup yang digunakan
sebagai indikator adalah angka kelahiran hidup, sedangkan untuk mortalitas yakni angka
kematian bayi per-1.000 kelahiran hidup, angka kematian Jatimta per-1.000 kelahiran hidup dan
angka kematian ibu per-100.000 kelahiran hidup. Data dan analisis status kesehatan dalam
Rencana Induk Pembangunan Kesehatan Kabupaten . Tahun 2013 menunjukkan
perkembangan sebagai berikut :
1) Angka kematian bayi (AKB) di Kabupaten pada tahun 2011 adalah 5,6/1.000 Kelahiran
Hidup (KH), lebih rendah dari target Standar Pelayanan Minimal (SPM) yaitu 17/1.000 KH
maupun target MDGs yaitu 23/1.000 KH.
2) Angka kematian Jatimta (AKABA) pada tahun 2011 adalah 7,2/ 1.000 KH, sudah lebih
rendah dari target MDGs 32/1.000 KH. Angka kematian Jatimta yang rendah menggambarkan
kondisi perinatal yang sudah sehat oleh para ibu dan atau merupakan akibat dari lingkungan yang
berpengaruh terhadap kesehatan Jatimta seperti gizi, sanitasi dan penyakit menular.
3) Angka kematian ibu (AKI) merupakan jumlah ibu hamil yang meninggal karena
hamil,melahirkan dan nifas disuatu wilayah tertentu per-100.000 KH pada tahun yang sama.
Target MDGs untuk AKI pada tahun 2015 yaitu 102/100.000 KH. Jumlah kematian ibu tahun
2007 sebanyak 13 orang dan mengalami peningkatan pada tahun 2008 menjadi 18 orang.
Kemudian menurun lagi menjadi 9 orang pada tahun 2009. Pada tahun 2010 jumlah kematian ibu
kemJatim meningkat menjadi 12 orang dan pada tahun 2011 menurun menjadi 11 orang.
Sehingga AKI di Kabupaten berdasarkan data tahun 2011 sudah berada di angka 94,1/
100.000 KH.
4) Umur Harapan Hidup (UHH) Kabupaten . pada tahun 2011 yaitu 69,34 tahun dan UHH ini
terus meningkat sejak tahun 2007. UHH Kabupaten masih lebih rendah dari target UHH
Nasional (tahun 2014) yaitu 72 tahun.
Sedangkan angka kesakitan (morbiditas) dan penanganan penyakit menular dapat dilihat dari
data kesakitan di bawah ini :
1) Angka AFP penduduk usia < 15 tahun sebesar 3,24 per 100.000, sudah lebih dari target
Standar Pelayanan Minimal (SPM) Kabupaten/Kota yaitu>1 per 100.000 penduduk usia < 15
tahun.
2) Angka kesembuhan TB Paru BTA (+) baru mencapai 84,04 % , lebih rendah dari SPM yang
ditetapkan sebesar > 85 %.
3) Persentase Jatimta pneumonia ditangani sudah mencapai target SPM yaitu 100%
4) Persentase HIV/AIDS ditangani sudah mencapai target SPM yaitu 100%.
5) Persentase donor darah diskrining terhadap HIV/AIDS sudah mencapai target SPM yaitu
100%.
6) Persentase Jatimta diare yang ditangani sudah mencapai target SPM yaitu 100%
7) Angka kesakitan malaria sebesar 0,006 per 1.000 penduduk, belum mencapai target SPM
yaitu 0 per 1.000 penduduk.
Data angka dan analisis status kesehatan menunjukkan bahwa derajat kesehatan masyarakat di
Kabupaten . berkembang ke arah positif secara signifikan. Namun demikian, masih terdapat
indikator status kesehatan seperti angka kematian bayi (AKB), Umur Harapan Hidup (UHH),
angka kesembuhan TB Paru BTA (+), dan angka kesakitan malaria yang belum mencapai target
SPM maupun lebih rendah dari target nasional dan Millennium Development Goals (MDGs). Hal
ini tentunya akan menjadi dasar pertimbangan dalam menentukan penyediaan fasilitas kesehatan
pada RS Kelas C yang direncanakan, sehingga dapat membantu pencapaian standar dan target
yang ditetapkan.
2) Aspek Internal
Kajian aspek internal dibutuhkan guna melihat kekuatan bagi RS kelas C yang direncanakan agar
dapat survive dalam melaksanakan operasional. Mengurangi ancaman yang terjadi, serta melihat
kelemahan yang perlu diantisipasi agar ke depan tidak menjadi suatu hambatan di dalam
kegiatan operasional rumah sakit.
a. Sarana Kesehatan
Kajian sarana kesehatan di sekitar wilayah jangkauan pelayanan RS Kelas C yang akan dibangun
bertujuan untuk mendapatkan kecenderungan dalam hal pangsa pasar serta pola penentuan
sistem tarif di rumah sakit. Berdasarkan data statistik, sarana kesehatan yang terdapat di
Kabupaten terdiri atas Rumah Sakit 6 buah, Puskesmas 20 buah, Puskesmas Pembantu 75
buah, dan Poliklinik 2 buah sedangkan untuk BKIA, kegiatannya sudah tergabung dalam
Poliklinik.
Untuk mengetahui tingkat pelayanan sarana kesehatan di suatu wilayah didasarkan atas Standar
SNI 03-1733-2004 yang meliputi :
Rumah sakit : 1 unit/240.000 jiwa = 0,000004
Puskesmas : 1 unit/120.000 jiwa = 0,000008
Puskesmas Pembantu : 1 unit/30.000 jiwa = 0,00003
Posyandu : 1 unit/1.250 jiwa = 0,0008
Balai Pengobatan Warga /Poliklinik : 1 unit/2.500 jiwa = 0,0004
Apotik/Toko Obat : 1 unit/30.000 jiwa = 0,00003
Berdasarkan standar di atas, tingkat pelayanan sarana kesehatan di Kabupaten termasuk
dalam kategori baik, hanya pada jumlah poliklinik yang kurang tingkat pelayanannya, oleh
karena itu dalam pengembangannya peningkatan sarana kesehatan perlu diprioritaskan dalam
peningkatan kualitasnya (Rencana Induk Pembangunan Kesehatan Kabupaten . Tahun 2013).
Dari perkiraan jumlah penduduk, dapat dihitung perkiraan kebutuhan sarana kesehatan di
wilayah perencanaan dengan menggunakan standar perencanaan yang berlaku. Penyediaan
kebutuhan sarana kesehatan di Kabupaten berkaitan dengan jenis sarana yang disediakan,
jumlah penduduk pendukung, luas lantai dan luas lahan minimal, radius pencapaian serta lokasi,
seperti ditunjukkan oleh Tabel 7.
Tabel 7 : Proyeksi Jumlah Kebutuhan Sarana Kesehatan di Kabupaten Tahun 2023
No. Nama standarisasi Jumlah
desa sarana
eksisting
Jumlah luas
penduduk
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Total
Persentase
penduduk yang
mengalami
keluhan
kesehatan
sebulan tang
lalu
Jumlah
juml
ah
Direktur
2) Kebutuhan Lahan
Sesuai hasil analisis kebutuhan ruang untuk RS Kelas C di atas, maka luas lahan yang
dibutuhkan adalah 10.605,15 M2. Luas lahan (site) yang tersedia lebih kurang 11.155,25 M2 dan
penggunaan KDB 40%. Dalam analisis ini, bangunan hanya diperhitungkan berlantai 1 (satu)
dan prediksi proyeksi pelayanan rumah sakit sampai dengan 20 tahun mendatang. Dengan
demikian, pertimbangan secara teknis untuk mengembangkan bangunan ke atas/ke arah vertikal
(menambah lantai) menjadi sangat penting, mengingat proyeksi pertumbuhan penduduk
Kecamatan ...... yang akan dilayani cukup pesat, apalagi bila ditambahkan dengan pelayanan
terhadap tiga kecamatan lainnya yaitu ......, ......, dan ....... Sesuai dengan data kependudukan,
jumlah penduduk Kecamatan ...... pada Tahun 2014 adalah sebanyak 84.128 jiwa dan proyeksi
20 tahun mendatang (Tahun 2034) menjadi 120.552 jiwa. Jika dikaji berdasarkan standar WHO
bahwa rasio ideal jumlah tempat tidur (TT) rumah sakit terhadap jumlah penduduk adalah 1 TT
untuk 1.000 orang, maka saat ini saja (Tahun 2014) selayaknya RS Kelas C menyiapkan minimal
84 TT.
Berdasarkan luas lahan yang tersedia dan analisis kebutuhan ruang, maka jumlah TT
untukpelayanan rawat inap yang direncanakan di RS saat ini adalah lebih kurang 75% dari
kebutuhan yaitu sebanyak 60 TT. Penyediaan jumlah 60 TT ini dengan asumsi bahwa 25%
kebutuhan pelayanan rawat inap masyarakat di Kecamatan ...... dilayani oleh Puskesmas dan
Rumah Sakit (Pemerintah/Swasta) yang ada di Kabupaten ....... Untuk mengantisipasi kebutuhan
TT untuk pelayanan rawat inap hingga Tahun 2034, baik pelayanan bagi masyarakat di wilayah
Kecamatan ...... maupun tiga kecamatan di sekitarnya, diupayakan melalui pengembangan ke
arah vertikal yaitu penambahan jumlah lantai maksimal sesuai ketentuan yang berlaku.
Pengembangan juga memungkinkan secara horizontal yaitu dengan menambah luas areal lahan
rumah sakit, mengingat lahan di sekitarnya merupakan tanah milik Pemprov Jatim. Hal ini
tentunya membutuhkan komunikasi dan koordinasi yang baik antara Pemkab ...... dengan
Pemprov Jatim guna mendukung pembangunan bidang kesehatan di Kabupaten .......
3) Peralatan Medis dan Non Medis
Sesuai dengan tipenya, RS Kelas C membutuhkan peralatan medis dan non medis sebagaimana
diuraikan pada Tabel 13 sampai dengan Tabel 19 di bawah.
Tabel 13 : Kebutuhan Peralatan Ruang Rawat Inap
No Nama alat Merk Type Quality
b. Sirkulasi
Sistem sirkulasi di dalam tapak (site) RS Kelas C secara umum dirancang untuk menciptakan
pergerakan pemakai yang cepat, efektif dan efisien serta memberikan rasa aman kepada seluruh
pemakai. Secara khusus, sirkulasi dirancang sebagai berikut :
1) Sistem sirkulasi di dalam RS Kelas C dirancang untuk menciptakan pergerakan pemakai
secara aman dan cepat yang dibuat dengan meletakan fasilitas bersama pada satu tempat dan
hanya dihubungkan dengan jalur pedestrian (jalan untuk pejalan kaki) dan membuat sirkulasi
kendaraan di bagian luar.
2) Di samping untuk melayani pasien, fasilitas sirkulasi ini juga dirancang untuk melayani
pengunjung, sehingga pencapaiannya dari arah luar dibuat mudah dikenal. Dengan demikian,
penyediaan fasilitas pelayanan yang bersifat komersial dapat dipakai sebagai sumber pendapatan
sekunder, guna memberikan kontribusi yang cukup berarti bagi operasional RS Kelas C.
c. Block Plan
Merancang block plan merupakan pendekatan yang dilakukan untuk memperoleh gambaran
umum (makro) mengenai distribusi ruang ke dalam bentuk dan komposisi massa bangunan
dalam site RS . Secara makro, luas peruntukan, kelompok, dan hubungan funsional ruang diplot
ke dalam built up area (BUP) site RS .
Pengaturan (adjusment) dilakukan dengan mengikuti modul yang telah ditetapkan. Modul ini
ditentukan berdasarkan ukuran standar bahan yang akan dipakai, dengan maksud untuk menekan
terbuangnya bahan (waste materials) yang berlebihan.
Block plan dibuat untuk mengetahui, apakah keseluruhan sistem dalam perancangan telah
terakomodasi, dan seberapa besar penyimpangan yang terjadi antara konsep yang dirumuskan
dengan penerapannya ke dalam site sebagai wadah. Dengan block plan, rancangan detail dari
sistem dapat ditentukan dan dioptimalkan, misalnya di mana tangga dan tanggul diperlukan,
bagaimana pola pertamanan yang akan diterapkan, seberapa banyak cut and fill yang harus
dikerjakan, ke mana arah (jalur) drainage yang paling efektif dan sebagainya.
Rancangan Block Plan RS Kelas C di Kecamatan ...... secara grafis disajikan pada Gambar 5 :
denah
Gambar 5 : Rancangan Block Plan RS Kelas C
- Angka Kesakitan (Mortalitas), Penyakit Utama Rawat Inap di Puskesmas dan Rumah Sakit
- Jumlah Posyandu, Puskesmas Pembantu, Puskesmas dengan Tempat Tidur dan Puskesmas
Keliling
- Jumlah dan Jarak merata Puskesmas Pembantu, Puskesmas DTP dan Puskesmas Keliling
dengan Rumah Sakit di wilayah kerja.
- Jumlah dan Jenis tenaga dokter umum dan Spesialis di wilayah kerja.
- Utilitas bangunan sesuai yang ada apakah wilayah ini sudah memiliki jaringan telepon, listrik,
air bersih dan saluran pembuangan serta data kondisinya.
- Jumlah Penduduk
- Angka Kepadatan
b. Jumlah penduduk secara kesuluruhan pada wilayah tertentu berdasarkan jenis kelamin.
3. Geografi
Letak Rumah Sakit secara Geografis sangat berpengaruh tehadap posisioning suatu Rumah Sakit.
Posisi lahan Rumah Sakit terhadap Kondisi Wilayah disebelah Utara, Selatan, Barat dan Timur
beserta Kondisi Sarana Prasarananya baik sarana kesehatan, perumahan, pendidikan,
aksesibilitas dll, yang merupakan penentu posisioning Rumah Sakit yang akan dibangun maupun
dalam melakukan pengembangan peningkatan layanan kesehatan.
4. Sosial Ekonomi dan Budaya
a. Sosial Ekonomi
Pada kajian ini melihat proyeksi Sosial Ekonomi pada wilayah dimana lokasi Rumah Sakit
berada dengan memproyeksikan hingga maksimal 20 tahun mendatang dengan dasar data series
minimal 3 tahun sebelumnya terkait dengan kondisi perekonomian penduduk dan perekonomian
daerah setempat, berupa proyeksi :
1) Jumlah penduduk secara kesuluruhan pada wilayah tertentu berdasarkan mata pencaharian
3) Jumlah sarana pendidikan di wilayah tertentu dimana lokasi Rumah Sakit berada.
6. Derajat Kesehatan
Kajian derajat kesehatan yang dimaksud adalah sebagai berikut :
a. Angka Kematian
b. Angka Kelahiran
c. Angka Kesakitan
Kondisi Kinerja Rumah Sakit dan Kondisi Keuangan Rumah Sakit berupa Pendapatan dan
Pengeluaran Rumah Sakit akan dikaji dan diproyeksikan yang diharapkan dapat melihat
kecenderungan dan potensi perkembangan kinerja dan pendapatan Rumah Sakit dimasa
mendatang sehingga mendapatkan gambaran kekuatan atau kelemahan rencana pengembangan
Rumah Sakit tersebut.
Analisis Permintaan dalam Penyusunan Studi Kelayakan (Feasibility Study) akan membahas
tentang Analisis Posisi Kelayakan Rumah Sakit dari 5 (lima) aspek. Berdasarkan Analisis Aspek
Eksternal dan Aspek Internal yang telah dilakukan pada Analisis Situasi maka dilakukan analisis
yang bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan serta
peluang dan ancaman yang secara sistematis akan menjadi pertimbangan tehadap kelayakan
pembangunan Rumah Sakit tersebut. Hasil analisis tersebut selanjutnya digunakan sebagai acuan
untuk menentukan langkah-langkah selanjutnya dalam upaya memaksimalkan Kekuatan
(strength) dan memanfaatkan Peluang (opportunity) serta secara bersamaan berusaha untuk
meminimalkan Kelemahan (weakness) dan mengatasi Ancaman (threat).
Aspek-aspek Kelayakan pada Analisis Permintaan ini akan diuraikan berikut ini.
4.2. Klasifikasi Kelas RS
Kelayakan Klasifikasi Kelas Rumah Sakit akan ditinjau dari kecenderungan data penyakit
sehingga dapat memperoleh gambaran Klasifikasi Kelas Rumah Sakit sesuai dengan jenis
layanannya serta kesiapan SDM yang dimiliki.
1. Kapasitas Tempat Tidur (TT)
Perhitungan Kapasitas Tempat Tidur/ TT, berupa jumlah TT yang harus disiapkan oleh Rumah
Sakit tersebut. Prakiraan kebutuhan jumlah TT dapat menggunakan rasio minimal 1/1.000
artinya dari jumlah penduduk pada wilayah jangkauan Rumah Sakit sejumlah 1.000 orang akan
dibutuhkan 1 TT. Kecenderungan fasilitas pelayanan kesehatan berupa jumlah total TT pada
fasyankes di wilayah tersebut dapat menjadikan dasar sebagai perhitungan kebutuhan kapasitas
TT yang selanjutnya akan dibagi berdasarkan klasifikasi kelas perawatan sesuai dengan Analisis
Daya Beli masyarakat sekitar sebagai Pangsa Pasar Rumah Sakit serta pemenuhan Pedoman dan
Ketentuan yang berlaku.
2. Jenis Layanan
Jenis layanan yang akan diberikan kepada masyarakat tentunya akan disesuaikan dengan
klasifikasi kelas Rumah Sakit yang akan disiapkan. Jenis layanan tersebut berupa pelayanan
medik, penunjang medik, administrasi dan servis.
3. Layanan Unggulan
Dari jenis layanan yang akan diberikan tentunya perlu adanya suatu layanan unggulan yang akan
disiapkan atas dasar kecenderungan pola penyakit yang terjadi di Rumah Sakit dan di wilayah
tempat Rumah Sakit tersebut berada.
7.1. Kesimpulan
Bagian kesimpulan dari studi kelayakan (;feasibility study) akan memberikan perspektif dari 4
sudut pandang:
1. Analisis Situasi
Analisis situasi memberikan informasi tentang aspek eksternal dan aspek internal sebagai suatu
kecenderungan Rumah Sakit. Aspek eksternal terdiri dari Kebijakan, Demografi, Geografi,
Sosial Ekonomi dan Budaya, SDM Kesehatan, Derajat Kesehatan sedangkan aspek internal
terdiri dari Sarana kesehatan, Pola penyakit dan Epidemiologi, Teknologi, SDM Kesehatan di
RS, Organisasi, Kinerja dan keuangan
2. Analisis Permintaan
Analisis permintaan menggambarkan posisi kelayakan rumah sakit dari berbagai aspek
berdasarkan analisis aspek eksternal dan aspek internal yang telah dilakukan pada analisis situasi
maka dilakukan analisis yang bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang menjadi
kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman yang secara sistematis akan menjadi
pertimbangan tehadap kelayakan pembangunan Rumah Sakit tersebut. Analisis permintaan akan
membahas tentang kajian terhadap posisi kelayakan RS C dari 5 (lima) aspek yaitu aspek lahan
dan lokasi, klasifikasi rumah sakit, kapasitas
tempat tidur, jenis layanan, dan layanan unggulan. Kajian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi faktor-faktor yang menjadi kekuatan (strength) dan meminimalkan kelemahan
(weakness) serta memanfaatkan peluang (opportunity) dan mengatasi ancaman (threat) yang
akan menjadi
pertimbangan tehadap kelayakan pembangunan RS Kelas C.
3. Analisis Kebutuhan
Analisis kebutuhan menggambarkan mengenai kebutuhan yang harus disediakan oleh Rumah
Sakit secara keseluruhan yang disesuaikan berdasar analisis permintaan yang telah dilakukan.
Analisis kebutuhan ini dapat memberikan gambaran mengenai rencana pengembangan dari
rumah sakit tersebut dilihat dari aspek kebutuhan lahan, kebutuhan ruang, peralatan medis & non
medis, SDM, organisasi & uraian tugas.
Analisis kebutuhan merupakan analisis mengenai kebutuhan yang harus disediakan oleh Rumah
Sakit secara keseluruhan yang disesuaikan berdasar analisis permintaan yang telah dilakukan.
Analisis kebutuhan ini dapat memberikan gambaran mengenai rencana pengembangan dari
Rumah Sakit tersebut dilihat dari aspek :
1. Kebutuhan Lahan
Kebutuhan lahan Rumah Sakit dapat dihitung berdasarkan Program Ruang Rumah Sakit serta
kebijakan Pemerintah Daerah setempat mengenai Intensitas Bangunan berupa Koefisien Dasar
bangunan (KDB), Koefisien Lantai bangunan (KLB), Garis Sempadan Bangunan (GSB) dan
Koefisien Dasar Bangunan (KDH), serta Peruntukan Lahan yang mengizinkan digunakan
sebagai Lahan yang dapat dibangun Rumah Sakit.
2. Kebutuhan Ruang
Kebutuhan Ruang secara keseluruhan dari Rumah Sakit dapat dihitung 1TT sebesar 80 m2 110
m2 disesuaikan dengan Bentuk dan Klasifikasi Rumah Sakitnya.
4. Analisis Keuangan
Analisis Keuangan memberikan gambaran tentang rencana penggunaan sumber anggaran yang
dimiliki, sehingga dapat diketahui tingkat pengemJatiman biaya yang akan diinvestasikan.
Dengan demikian maka pihak pemilik/ investor dapat melihat tingkat keuntungan yang mungkin
akan diperoleh.
Adapun aspek keuangan yang akan dianalisis terdiri dari:
1. Rencana Investasi dan Sumber Dana
4. Analisis Keuangan : Break Event Point (BEP), Internal Rate of Return (IRR), dan Net Present
Value (NPV), payback period (PP),profitability index(PI)
Jumlah Pasien
Menggunakan persamaan Jumlah Pasien = Jumlah Hari Rawat Inap : Rata-rata Hari
Rawat Inap per pasien (normatif = 4) maka di dapat hasil perkiraan jumlah pasien.
7.2. Rekomendasi
8.1 Pedoman Studi Kelayakan (Feasibility Study) Rumah Sakit ini diharapkan dapat digunakan
sebagai rujukan oleh pengelola fasilitas pelayanan kesehatan, penyedia jasa perencanaan,
Pemerintah Daerah, dan instansi yang terkait dengan kegiatan pengaturan dan pengendalian
penyelenggaraan pembangunan bangunan fasilitas pelayanan kesehatan, guna menjamin
kesehatan penghuni bangunan dan lingkungan terhadap bahaya penyakit.
8.2 Persyaratan-persyaratan yang lebih spesifik dan atau yang bersifat alternatif, serta
penyesuaian Pedoman Studi Kelayakan (Feasibility Study) Rumah Sakit ini oleh masing-masing
daerah disesuaikan dengan kondisi daerah.
8.3. Dalam penyusunan Studi Kelayakan (Feasibility Study) Rumah Sakit dapat berkoordinasi
dan berkonsultansi dengan Sub Direktorat Bina Sarana dan Prasarana Kesehatan Direktorat Bina
Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan.
Target yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah studi kelayakan teknis dan ekonomi rencana
peningkatan kelas Rumah Sakit,
a. Kelayakan teknis, terdiri atas :
1) Lokasi;
2) Situasi; .
3) Block Plan;
4) Struktur dan bahan;
5) Prasarana dan utilitas;
6) Tampilan bangunan;
7) Ruang dalam;
8) Ruang luar (landscaping); dan
9) Schematic design.
b. Kelayakan ekonomi, terdiri atas :
1) Rencana investasi dan sumber dana;
2) Proyeksi pendapatan dan biaya;
3) Proyeksi Cash Flow;
4) Nilai Break Event Point (BEP);
5) Nilai Internal Rate of Return (IRR); dan
6) Nilai Net Present Value (NPV).
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional menggunakan kombinasi metode
kualitatif dan metode kuantitatif . Metode kualitatif dengan indepth interview digunakan
untuk menjelaskan aspek manajemen sumber daya manusia dan aspek pasar terkait rujukan
medis. Pengolahan datakualitatif dilakukan dengan analisa isi (Content Analysis) 9,10. Metode
kuantitatif digunakan untuk menggambarkan kelayakan aspek pasar melalui perhitungan
kemampuan dan kemauan (ATP/Ability To Pay dan WTP/Willingness To Pay)
Kemampuan membayar (ATP /Ability To Pay) dihitung dengan rumus sebagai berikut:
ATP 1 = 5% x rata-rata pengeluaran belanja bukan makanan
ATP 2 = rata-rata pengeluaran untuk kesehatan + rata-rata pengeluaran non essensial
ATP 1 adalah kemampuan terendah pasien untuk membiayai kesehatan dan ATP 2 adalah
kemampuan tertinggi pasien untuk membiayai kesehatan.
Kemauan membayar (WTP/Willingness To Pay) diperoleh melalui pilihan responden atas
beberapa jawaban berapa tarif ruang yang ditawarkan. Jawaban terbanyak responden ditetapkan
sebagai kemauan membayar pasien terhadap pelayanan ruang RSGR
Jenis penelitian yang dilakukan merupakan suatu penelitian studi kasus
dengan pendekatan deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Subjek penelitian adalah
Manajemen Rumah Sakit, Pemerintah Daerah, DPRD, dan Masyarakat.
Hasil: Hasil kajian aspek pasar berdasarkan metode Chain Ratio, potensi pasar
yang dihasilkan untuk rawat jalan adalah 84 orang per hari dan untuk rawat inap
27 orang per hari. Hal ini menunjukkan bahwa RSUD Amurang memiliki potensi
pasar yang cukup baik. Hasil kajian aspek hukum menunjukkan bahwa pendirian
RSUD Amurang sudah memenuhi kajian persyaratan pendirian sebuah rumah
sakit. Dan untuk penyelenggarannya RSUD Amurang memiliki izin operasional
sementara berdasarkan Surat Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Propinsi
Sulawesi Utara. Hasil kajian aspek sumber daya manusia berdasarkan standar
SDM RSU Kelas C. Hasil kajian aspek teknik dan teknologi didasarkan pada 5
(lima) kriteria utama, yaitu jenis pelayanan, sarana dan peralatan medis sesuai
dengan standar RSU Kelas C. Hasil kajian aspek finansial menunjukkan
pengembangan RSUD Amurang membutuhkan investasi sebesar Rp
114,006,389,519. Hasil analisa kelayakan investasi dengan menggunakan asumsi
arus kas bersih menghasilkan NPV -113,581,933,739 dan IRR -6315%.
Sedangkan menggunakan asumsi pasar potensial menghasilkan NPV -
100,952,176,853 dan IRR -201%. Untuk PP menunjukkan lebih dari 10 tahun
waktu investasi.